KAJIAN BIOLOGI
ANALISIS VEGETASI
Oleh
NIM : 21308251049
2022
ANALISIS VEGETASI
A. TUJUAN PRAKTIKUM
B. KAJIAN PUSTAKA
Keberadaan organisme pada suatu tempat sangat didukung oleh area yang ditempati,
sehingga apakah suatu organisme dapat bertahan atau berhasil berkembang tergantung pada
kondisi lingkungan yang ditempati. Keadaan lingkungan seperti iklim, keadaan tanah,
topografi baik secara terpisah atau bersama-sama merupakan faktor yang sangat menentukan
macam ekosistem. cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) atau
komunitas tumbuh-tumbuhan adalah dengan analisis vegetasi.
Vegetasi di definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam lansekap dan
vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam lansekep yang belum
dipengaruhi oleh manusia (Kuchler, 1967). Dalam mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah
dimulai dari suatu titik pandang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan tumbuh-
tumbuhan yang hidup bersama terutama yang mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies
sebagai komponenya, maupun oleh kombinasi dan struktur sifat-sifatnya yang
mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum atau fungsional. Berdasarkan tujuan
pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1)
pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda;
(2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara
perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan
(Greig-Smith, 1983).
Mulyana et al. (2005) mengemukakan bahwa struktur suatu vegetasi merupakan
organisasi dalam ruang, tegakan, tipe vegetasi atau asosiasi tumbuhan dengan unsur
utamanya adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi, dan penutupan tumbuhan. Lebih jauh,
struktur vegetasi hutan dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu (1) struktur vertikal
(stratifikasi berdasarkan lapisan tajuk), (2) struktur horisontal (stratifikasi berdasarkan
penyebaran spasial individu suatu jenis dalam populasi), dan (3) kelimpahan jenis.
Disamping ketiga komponen tersebut, masih terdapat struktur didalam satuan waktu, yaitu
suksesi dan klimaks yang hanya dipusatkan pada struktur spasial yang merupakan struktur
yang berhubungan dengan waktu.
Sucipto (2008), menyatakan bahwa luas area tempat pengambilan contoh komunitas
tumbuhan atau vegetasi sangat bervariasi, tergantung pada bentuk atau struktur vegetasi
tersebut. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan luas minimum yang dipakai adalah
seluas papaun percontohan diambil harus dapat menggambarkan bentuk vegetasi secara
keseluruhan. Percontohan yang diambil dianggap memadai apabila seluruh atau sebagian
besar jenis tumbuhan pembentuk vegetasi itu berada dalam vegetasi akan didapatkan suatu
luas terkecil yang dapat mewakili vegetasi, kecuali untuk hutan tropika yang sangat sulit
ditentukan luas terkecilnya. Luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas
tumbuhan atau komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan disebut luas minimum.
Transek adalah penampang melintang atau pandangan samping dari suatu wilayah.
Transek merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran informasi kondisi biofisik
suatu wilayah kajian. Arti harfiah dari transek itu sendiri adalah gambar irisan muka bumi.
Pada awalnya, transek dipergunakan oleh para ahli lingkungan untuk mengenali dan
mengamati wilayah-wilayah ekologi, yaitu pembagian wilayah lingkungan alam berdasarkan
sifat khusus keadaannya (Odum, E. P., 1971).
Tujuan dari pembuatan transek, yaitu untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi
dan perubahan lingkungan. Ada dua macam transek:
1. Belt transect (transek sabuk)
Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat
panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan
bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m
digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-
pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik. Panjang transek
tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya (Kershaw,
1979).
2. Line transect (transek garis)
Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang
berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat atrau dijumpai.
Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting)
yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan
sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan
berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan
prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu
tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh
berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar
(Rohman, 2001).
Kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling. dalam sampling ini ada
tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan
teknik analisa vegetasi yang digunakan. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai
metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendeskripsikan
suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang
dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi
tetap harus diperhitungkan bebrbagai kendala yang ada. Metodologi-metodologi yang umum
dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk praktikum/penelitian, yaitu metode
kuadrat, metode kuadran, metode garis menyinggung, dan profil arsitektur.
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu luasan
petak contoh. Langkah pertama dari metode ini adalah membuat Kurva Spesies Area. Setelah
luas minimum area dari satuan petak contoh yang dianggap mewakili suatu tipe komunitas
tertentu telah kita peroleh, maka selanjutnya kita dapat melakukan penarikan contoh tersebut.
Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah suatu ukuran luas yang diukur dengan
satuan kuadrat seperti m2, cm2 dan lain-lain. Bentuk petak contoh dalam metode kuadrat
pada dasarnya ada 3 : a) bentuk lingkaran, b) bentuk bujur sangkar, dan c) bentuk empat
persegi panjang.
Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh
(plotless). Metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang bentuk pohon atau tihang,
contohnya vegetasi hutan. Metode Garis Menyinggung Metode ini secara khusus digunakan
dalam penarikan contoh tipe-tipe vegetasi yang bukan hutan. Tipe komunitas ini umumnya
berupa semak-semak atau semak rendah/rumput. Profil Arsitektur Metode ini menjadi dasar
untuk memperoleh gambaran kompsisi, struktur vertikal dan horizontal suatu vegetasi,
sehingga memberikan informasi menegenai dinamika pohon dan kndisi ekolginya, dari
profil arsitektur ini juga dapat diketahui interaksi antara masing-masing individu pohon dan
peranannya di dalam ekosistem suatu komunitas vegetasi.
Plotting merupakan suatu cara untuk mengambil sampel unit dari ekosistem dengan
cara membuat dan menentulan daerah pada areal yang dipandang sebagai lokasi studi. Plot
yang dibuat biasanya berbentuk persegi. Kegunaan plot yang dibuat tersebut adalah:
1. Untuk mempelajari struktur ekosistem suatu daerah yang didasarkan atas
banyaknya plot yang dipelajari.
2. Untuk mengetahui secara kuantitatif maupun secara kualitatif masing-masing
individu yang ada didaerah tersebut.
3. Untuk mengethaui perkembangan atau perubahan kehidupan dari suatu tempat ke
tempat lain atau dari waktu kewaktu
Plotting biasanya sangat efektif bila digunakan untuk studi vegetasi, walaupun
kadang-kadang juga efektif untuk studi pada hewan. Pada kesempatan ini yang akan
diuraikan secara singkat hanyalah teknik plotting untuk studi vegetasi.
Metode plotting adalah cara meletakkan plot-plot sebagai sampel unit daerah/lokasi
studi. Metode ini harus dipilih, sebeb meletakkan plot secara sembarangan tidak akan
mencapai tujuan. Letak dan distribusi plot harus diatur sesuai dengan tujuannya, selain itu
untuk mempermudah analisis/interpretasi data. Cara pengambilan plot harus secara random,
tersebar dengan jarak yang sama (cara kuadran), mengikuti arah kompas yang telah
dilakukan (arah transek), transek arahnya alternasi dan berbentuk kuadran atau stratified.
Rumus perhitungan frekuensi, kerapatan, dominansi, dan indeks nilai penting
(INP):
µ
Luas Basal Area = ×diameter rata−rata
4
C. METODOLOGI PERCOBAAN
1. Tempat dan Waktu Percobaan
Tempat : Lahan kosong di Kebunagung, Sumenep, Madura
Waktu : Senin, 7 Maret 2022
2. Alat dan Bahan
1) Patok
2) Tali rafia
3) Meteran
4) Alat tulis menulis
5) Kamera
3. Prosedur Percobaan
Menghitung densitas, frekuensi, dominansi, dan nilai penting suatu jenis pada
vegetasi/tegakan/areal.
1 2 3
6 5 4
7 8 9
Rumput Mutiara
1. A
(Hedyotis corymbosa)
2. B Lindernia crustacea
3. C Galium murale
Rumput belulang
4. D
(Eleusine indica)
6. F Urticaceae
7. G Muhlenbergia schreberi
8. H Borreria alata
Anting-anting (Acalypha
12 L
australis. L)
Plot 2
No. Spesies Petak Jumlah Jumlah keseluruhan
1 0
2 1
3 0
4 3
1 A 5 1 12
6 2
7 2
8 3
9 0
2 B 1 0 0
No. Spesies Petak Jumlah Jumlah keseluruhan
2 0
3 0
4 0
5 0
6 0
7 0
8 0
9 0
1 1
2 1
3 0
4 0
3 C 5 4 7
6 1
7 0
8 0
9 0
1 9
2 22
3 32
4 35
4 D 5 16 172
6 2
7 3
8 17
9 36
1 2
2 0
3 2
4 0
5 E 5 0 10
6 2
7 1
8 1
9 2
1 0
2 0
6 F 3 0 1
4 0
5 1
No. Spesies Petak Jumlah Jumlah keseluruhan
6 0
7 0
8 0
9 0
1 3
2 2
3 0
4 2
7 G 5 3 16
6 1
7 3
8 2
9 0
1 1
2 7
3 7
4 1
8 H 5 4 41
6 7
7 2
8 9
9 3
1 2
2 3
3 0
4 0
9 I 5 2 9
6 2
7 0
8 0
9 0
1 0
2 0
3 0
4 0
10 J 5 2 2
6 0
7 0
8 0
9 0
No. Spesies Petak Jumlah Jumlah keseluruhan
1 0
2 0
3 1
4 0
11 K 5 5 12
6 2
7 0
8 2
9 2
1 1
2 1
3 0
4 0
12 L 5 1 6
6 0
7 0
8 3
9 0
1 0
2 0
3 11
13 M 4 0 15
5 1
6 3
7 0
8 0
9 0
Plot 3
No. Spesies Petak Jumlah Jumlah keseluruhan
1 0
2 0
3 1
4 2
1 A 5 3 12
6 1
7 3
8 2
9 0
No. Spesies Petak Jumlah Jumlah keseluruhan
1 0
2 0
3 0
4 0
2 B 5 0 0
6 0
7 0
8 0
9 0
1 0
2 0
3 0
4 0
3 C 5 1 10
6 0
7 4
8 5
9 0
1 18
2 3
3 8
4 7
4 D 5 16 105
6 14
7 20
8 11
9 8
1 0
2 0
3 0
4 0
5 E 5 0 1
6 0
7 0
8 0
9 1
1 0
2 0
6 F 0
3 0
4 0
No. Spesies Petak Jumlah Jumlah keseluruhan
5 0
6 0
7 0
8 0
9 0
1 3
2 2
3 5
4 1
7 G 5 1 23
6 3
7 1
8 3
9 4
1 0
2 0
3 0
4 0
8 H 5 1 9
6 6
7 2
8 0
9 0
1 0
2 0
3 0
4 1
9 I 5 0 1
6 0
7 0
8 0
9 0
1 0
2 0
3 0
4 0
10 J 0
5 0
6 0
7 0
8 0
No. Spesies Petak Jumlah Jumlah keseluruhan
9 0
1 0
2 0
3 0
4 0
11 K 5 0 0
6 0
7 0
8 0
9 0
1 0
2 0
3 0
4 2
12 L 5 4 6
6 0
7 0
8 0
9 0
1 0
2 0
3 0
4 0
13 M 5 0 0
6 0
7 0
8 0
9 0
Tabel 3. Perhitungan Analisis Vegetasi
No Plot
Spesies
. 1 2 3
1 A 35 12 12
2 B 7 0 0
3 C 7 7 10
4 D 51 172 105
5 E 171 10 1
6 F 4 1 0
7 G 4 16 23
8 H 0 41 9
9 I 0 9 1
10 J 0 2 0
11 K 0 12 0
12 L 0 6 6
13 M 0 15 0
TOTAL 279 303 167
Jumla
F FR K KR INP SDR
h
59 1,00 11% 59 8% 0,19 0,09
7 0,33 4% 7 1% 0,05 0,02
24 1,00 11% 24 3% 0,14 0,07
328 1,00 11% 328 44% 0,55 0,27
182 1,00 11% 182 24% 0,35 0,18
5 0,67 7% 5 1% 0,08 0,04
43 1,00 11% 43 6% 0,17 0,08
50 0,67 7% 50 7% 0,14 0,07
10 0,67 7% 10 1% 0,09 0,04
Jumla
F FR K KR INP SDR
h
2 0,33 4% 2 0% 0,04 0,02
12 0,33 4% 12 2% 0,05 0,03
12 0,67 7% 12 2% 0,09 0,05
15 0,33 4% 15 2% 0,06 0,03
749 9 100% 749 100%
b. Pembahasan
Pada praktikum ini, luas areal yang diamati adalah 10 x 10 meter dengan vegetasi
yang diambil adalah vegetasi gulma. Yang biasa kita temui seperti rumput dan tumbuhan-
tumbuhan kecil. Dari luas areal 10 x 10 m kemudian diambil beberapa sampel. Sampelnya
bentuknya adalah plot-plot. Luas plot = 1 x 1 meter. Jumlah plot yang diambil adalah 3 plot.
Jumlah plot yang diambil berjumlah 3, karena ini adalah jumlah minimal yang bisa diambil
menjadi sampel. Kemudian, dalam 1 plot ada 9 petak. Hal ini ntuk mempermudah
perhitungan. Perhitungan tumbuhan dalam satu plot adalah sebagai berikut:
1 2 3
6 5 4
7 8 9
1. Spesies A
2. Spesies B
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Scrophulariaceae
Genus : Lindernia
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Galium
Spesies : Galium murale (L.)
4. Spesies D
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki dan
dapat menimbulkan gangguan pada tanaman di sekitarnya (Hambali, 2015).Salah satu gulma
yang sering ditemui pada lahan pertanian adalah Eleusine indica (L.) Gaertn (rumput
belulang). Rumput belulang mampu berkembangbiak dengan cepat dan tumbuh liar pada area
pertanian dan pekarangan rumah (Hambali, 2015).
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Eleusine
Spesies : Eleusine indica (L.) Gaertn
5. Spesies E
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Euphorbia
Spesies : Euphorbia hirta L.
6. Spesies F
Gambar 6. Urticaceae
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
7. Spesies G
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Muhlenbergia
8. Spesies H
9. Spesies I
Daun sirih cina (Peperomia pellucid), atau yang lebih dikenal dengan nama tumpang
air, suruhan, atau tumpang angin (Ulum, 2020). Adalah salah satu tanaman herbal yang sering
dijumpai oleh orang banyak di Indonesia. Biasa tumbuh di tempat yang lembab dan agak
terlindung dari sinar matahari di seluruh Indonesia. Masih banyak orang yang belum tahu
dengan manfaat dari daun sirih cina ini. Karena bentuknya yang kecil dan sering tumbuh di
tempat yang lembab, banyak masyarakat menganggapnya sebagai gulma atau tanaman liar
yang senantiasa dicabut dan dibuang ke tempat sampah. Jika mereka tahu kegunaan atau
manfaatnya mungkin mereka akan berfikir dua kali untuk melakukan hal tersebut.
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophytina
Class : Angiosperms
SubClass : Magnoliids
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
SubFamili : Piperoideae
Genus : Peperomia
Tanaman kecil semusim ini berakar dangkal, biasa ditemukan tumbuh secara liar di
tepi saluran air atau pematang dan taman. Ukurannya 15 sampai 45 cm. Batangnya berair,
terlihat cerah, dan berdaging, demikian pula daunnya yang agak tebal tapi lunak.
10. Spesies J
Tumbuhan Spigelia anthelmia atau West Indian Pink atau kalau diterjemahkan Merah
muda India Barat adalah tanaman tahunan yang tumbuh setinggi 10 - 130 cm dan memiliki
perakaran yang dangkal. Tanaman ini biasanya memiliki batang tunggal yang tidak
bercabang, meskipun terkadang memiliki beberapa cabang dan ada bagian yang tidak berdaun
yang berbunga di ujungnya. Bunga berwarna putih pink dan terdiri dari beberapa bunga pada
salah satu tangkai yang berbunga. Tanaman ini memiliki reputasi tinggi, terutama di Amerika
tropis, untuk mengobati dan membersihkan tubuh dari parasit usus, terutama cacing pita (Eko,
2021).
11. Spesies K
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angisopermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Phyllanthus
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Acalypha
Teki ladang atau dalam bahasa ilmiah disebut dengan cyperus rotundus, teki ladang
adalah salah satu gulma tanaman pertanian, biasanya teki ladang mudah ditemui di pematang
sawah atau dilahan yang terbuka. tumbuhan ini termasuk kedalam jenis gulma teki-tekian
yang mampu hidup sepanjang tahun. Teki ladang berkembang biak dengan umbi rimpang,
tumbuhan ini mampu beradaptasi dan tumbuh hampir disemua kondisi tanah, dilaporkan
bahwa teki ladang mampu hidup diketinggian sampai 1800 diatas permukaan laut, habitat
favorit dari teki ladang yaitu ditempat dengan intesitas cahaya yang tinggi.
Berikut ini adalah sistem klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari rumput teki, yaitu:
Kingdom : Plantae
Sub-Kingdom : Viridiplantae
Infra Kingdom : Streptophyta
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub-Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Super Ordo : Lilanae
Ordo : Poales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus
Plot 1
Pada plot 1, pada petak pertama teridentifikasi ada 6 rumput mutiara (Hedyotis
corymbosa), sedangkan pada petak kedua ada 2 jumlahnya, petak ketiga ada 6, petak keempat
terdapat 1, petak kelima ada 5, petak keenam ada 5 juga, petak ketujuh ada 4, petak kedelapan
ada 3, dan petak kesembilan ditemukan rumput Mutiara berjumlah 3. Jadi, total ditemukan ada
35 rumput Mutiara.
Pada plot 1, pada petak pertama tidak ditemukan Lindernia crustacea, pada petak kedua,
ketiga, dan keempat juga tidak ada, petak kelima ada 2, petak keenam ada 4, petak ketujuh ada 1,
petak kedelapan dan kesembilan tidak ditemukan Lindernia crustacea. Jadi, total ditemukan ada
7 Lindernia crustacea.
Pada plot 1, pada petak pertama ditemukan Galium murale berjumlah 1, pada petak
kedua, ketiga, keempat, dan kelima tidak ditemukan, pada petak keenam ada 1, pada petak
ketujuh ada 2, pada petak kedelapan tidak ditemukan, dan pada petak kesembilan ditemukan
Galium murale sejumlah 3. Jadi, total ditemukan ada 7 Galium murale.
Pada plot 1, pada petak pertama ditemukan Rumput belulang (Eleusine indica) berjumlah
4, pada petak kedua ditemukan 10, pada petak ketiga ditemukan 8, pada petak keempat
ditemukan 17, pada petak kelima ditemukan 4, pada petak keenam dan ketujuah sama-sama ada
1, pada petak kedelapan dan kesembilan ditemukan Lindernia crustacea sejumlah 3. Jadi, total
ditemukan ada 51 Rumput belulang (Eleusine indica).
Pada plot 1, pada petak pertama tidak ditemukan Patikan kebo (Euphorbia hirta), pada
petak kedua ditemukan 48, pada petak ketiga ditemukan 66, pada petak keempat ditemukan 56,
pada petak kelima ditemukan, keenam, dan ketujuah sama-sama tidak ditemukan, pada petak
kedelapan ditemukan 1, dan pada petak kesembilan juga tidak ditemukan Patikan kebo
(Euphorbia hirta). Jadi, total ditemukan ada 171 Patikan kebo (Euphorbia hirta).
Pada plot 1, pada petak pertama ditemukan Urticaceae hanya 1, pada petak kedua tidak
ditemukan, pada petak ketiga ditemukan 3, pada petak keempat ditemukan 1, pada petak kelima,
keenam, ketujuah, kedelapan, dan pada petak kesembilan tidak ditemukan Urticaceae. Jadi, total
ditemukan ada 4 Urticaceae.
Pada plot 1, pada petak pertama ditemukan Muhlenbergia schreberi 2, pada petak kedua
ditemukan 2, pada petak ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuah, kedelapan, dan pada petak
kesembilan tidak ditemukan Muhlenbergia schreberi. Jadi, total ditemukan ada 4 Muhlenbergia
schreberi.
Berdasarkan data di atas, ditemukan ada 7 spesies dan paling banyak spesies yang
ditemukan pada plot 1 adalah Patikan kebo (Euphorbia hirta) dengan jumlah 171 spesies.
Plot 2
Pada plot 2, pada petak pertama tidak teridentifikasi rumput mutiara (Hedyotis
corymbosa), sedangkan pada petak kedua ada 1 jumlahnya, pada petak ketiga tidak ditemukan
spesies tersebut, pada petak keempat terdapat 3, pada petak kelima ada 1, pada petak keenam dan
petak ketujuh masing-masing ada 2, pada petak kedelapan ada 3, dan pada petak kesembilan
tidak ditemukan rumput Mutiara berjumlah 3. Jadi, total ditemukan ada 12 rumput Mutiara.
Pada plot 2, pada petak pertama dan kedua ditemukan Galium murale masing-masing
berjumlah 1, pada petak ketiga dan keempat tidak ditemukan, pada petak kelima ditemukan 4,
pada petak keenam ada 1, pada petak ketujuh, kedelapan, dan pada petak kesembilan tidak
ditemukan Galium murale. Jadi, total ditemukan ada 7 Galium murale.
Pada plot 2, pada petak pertama ditemukan Rumput belulang (Eleusine indica) berjumlah
9, pada petak kedua ditemukan 22, pada petak ketiga ditemukan 32, pada petak keempat
ditemukan 35, pada petak kelima ditemukan 16, pada petak keenam ditemukan 2, pada petak
ketujuah ditemukan 3, pada petak kedelapan ditemukan 17 spesies, dan pada petak kesembilan
ditemukan Lindernia crustacea sejumlah 36. Jadi, total ditemukan ada 172 Rumput belulang
(Eleusine indica).
Pada plot 2, pada petak pertama ditemukan Patikan kebo (Euphorbia hirta) berjumlah 1,
pada petak kedua tidak ditemukan, pada petak ketiga ditemukan 2, pada petak keempat dan
petak kelima tiak ditemukan, pada petak keenam ditemukan ada 2, pada petak ketujuah dan petak
kedelapan ditemukan masing-masing 1, dan pada petak kesembilan ditemukan Patikan kebo
(Euphorbia hirta) ada 2. Jadi, total ditemukan ada 10 Patikan kebo (Euphorbia hirta).
Pada plot 2, pada petak pertama, kedua, ketiga, keempat, keenam, ketujuh, kedelapan,
dan kesembilan tidak ditemukan Urticaceae. Hanya pada petak kelima, yaitu ditemukan 1
spesies Urticaceae. Jadi, total ditemukan ada 1 Urticaceae.
Pada plot 2, pada petak pertama ditemukan Muhlenbergia schreberi 3, pada petak kedua
ditemukan 2, pada petak ketiga tidak ditemukan, pada petak keempat ada 2, pada petak kelima
ada 3, kpada petak keenam hanya ada 1, pada petak ketujuah ada 3, pada petak kedelapan ada 2,
dan pada petak kesembilan tidak ditemukan Muhlenbergia schreberi. Jadi, total ditemukan ada
16 Muhlenbergia schreberi.
Pada plot 2, pada petak pertama ditemukan Borreria alata 1, pada petak kedua ditemukan
7, pada petak ketiga ditemukan 7, pada petak keempat ada 1, pada petak kelima ada 4, pada
petak keenam ada 7, pada petak ketujuah ada 2, pada petak kedelapan ada 9, dan pada petak
kesembilan ada 3 spesies Borreria alata. Jadi, total ditemukan ada 41 Borreria alata.
Pada plot 2, pada petak pertama ditemukan Sirih cina (Peperomia Pellucida) 2, pada
petak kedua ditemukan 3, pada petak ketiga tidak ditemukan, pada petak keempat tidak
ditemukan, pada petak kelima ada 2, pada petak keenam ada 2, pada petak ketujuah tidak
ditemukan, pada petak kedelapan tidak ditemukan, dan pada petak kesembilan tidak ditemukan
spesies Sirih cina (Peperomia Pellucida). Jadi, total ditemukan ada 9 Sirih cina (Peperomia
Pellucida).
Pada plot 2, pada petak pertama kedua, ketiga, dan keempat tidak ditemukan Spigelia
anthelmia, pada petak kelima ada 2, pada petak keenam, petak ketujuah, petak kedelapan, dan
pada petak kesembilan tidak ditemukan Spigelia anthelmia. Jadi, total ditemukan ada 2 Spigelia
anthelmia.
Pada plot 2, pada petak pertama kedua, ketiga, dan keempat tidak ditemukan Meniran
(Phyllanthus urinaria), pada petak kelima ada 2, pada petak keenam, petak ketujuah, petak
kedelapan, dan pada petak kesembilan tidak ditemukan Meniran (Phyllanthus urinaria). Jadi,
total ditemukan ada 2 Meniran (Phyllanthus urinaria).
Pada plot 2, pada petak pertama dan kedua ditemukan Anting-anting (Acalypha australis.
L) masing-masing 1, pada petak keiga dan keempat tidak ditemukan, pada petak kelima ada 1,
pada petak keenam dan petak ketujuah tidak ditemukan, pada petak kedelapan ditemukan 3, dan
pada petak kesembilan tidak ditemukan Anting-anting (Acalypha australis. L). Jadi, total
ditemukan ada 6 spesies Anting-anting (Acalypha australis. L).
Pada plot 2, pada petak pertama dan kedua tidak ditemukan Teki ladang (Cyperus
rotundu), pada petak ketiga ditemukan 11 spesies, pada petak keempat tidak ditemukan, pada
petak kelima ada 1, pada petak keenam ditemukan 3 spesies, pada petak ketujuah, kedelapan, dan
pada petak kesembilan tidak ditemukan Teki ladang (Cyperus rotundu). Jadi, total ditemukan ada
15 spesies Teki ladang (Cyperus rotundu).
Plot 3
Pada plot 3, pada petak pertama dan kedua tidak teridentifikasi rumput Mutiara (Hedyotis
corymbosa), pada petak ketiga ditemukan 1 spesies tersebut, pada petak keempat terdapat 2, pada
petak kelima ada 3, pada petak keenam ada 1, pada petak ketujuh ada 3, pada petak kedelapan
ada 2, dan pada petak kesembilan tidak ditemukan rumput Mutiara berjumlah 3. Jadi, total
ditemukan ada 12 rumput Mutiara.
Pada plot 3, pada petak pertama, kedua, ketiga, dan keempat tidak ditemukan Galium
murale, pada petak kelima ditemukan 1, pada petak keenam tidak ditemukan, pada petak
ketujuah ditemukan 4, pada petak kedelapan ditemukan 5 spesies, dan pada petak kesembilan
tidak ditemukan Galium murale. Jadi, total ditemukan ada 10 Galium murale.
Pada plot 3, pada petak pertama ditemukan Rumput belulang (Eleusine indica) masing-
masing berjumlah 18, pada petak kedua ada 3 spesies, pada petak ketiga ada 8 spesies, pada
petak keempat ditemukan 7 spesies, pada petak kelima ditemukan 16 spesies, pada petak keenam
ada 14, pada petak ketujuh ada 20 spesies, pada petak kedelapan ada 11, dan pada petak
kesembilan ditemukan ada 8 Rumput belulang (Eleusine indica). Jadi, total ditemukan ada 105
Rumput belulang (Eleusine indica).
Pada plot 3, pada petak pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuah, dan
petak kedelapan tidak ditemukan spesies Patikan kebo (Euphorbia hirta), dan pada petak
kesembilan ditemukan Patikan kebo (Euphorbia hirta) ada 1. Jadi, total ditemukan ada 1 Patikan
kebo (Euphorbia hirta).
Pada plot 3, pada petak pertama ditemukan Muhlenbergia schreberi 3, pada petak kedua
ditemukan 2, pada petak ketiga ditemukan ada 5, pada petak keempat ada 1, pada petak kelima
ada 1, pada petak keenam hanya ada 3, pada petak ketujuah ada 1, pada petak kedelapan ada 3,
dan pada petak kesembilan ditemukan Muhlenbergia schreberi sejumlah 4. Jadi, total ditemukan
ada 23 Muhlenbergia schreberi.
Pada plot 3, pada petak pertama, kedua, ketiga, dan keempat tidak ditemukan Borreria
alata, pada petak kelima ada 1, pada petak keenam ada 6, pada petak ketujuah ada 2, pada petak
kedelapan dan pada petak kesembilan tidak ditemukan spesies Borreria alata. Jadi, total
ditemukan ada 9 Borreria alata.
Pada plot 3, pada petak pertama, kedua, dan ketiga tidak ditemukan Anting-anting
(Acalypha australis. L), pada petak keempat ditemukan 2 spesies, pada petak kelima ada 4, pada
petak keenam, ketujuah, kedelapan, dan petak kesembilan tidak ditemukan Anting-anting
(Acalypha australis. L). Jadi, total ditemukan ada 6 spesies Anting-anting (Acalypha australis.
L).
Vegetasi dapat diartikan sebagai komunitas tumbuhan yang menempati suatu ekosistem.
Komposisi vegetasi sering kali berubah seiring dengan berjalannya waktu, perubahan iklim, dan
aktivitas manusia. Perubahan vegetasi ini mendorong perlu dilakukannya analisi vegetasi.
Analisis vegetasi merupakan suatu cara untuk menemukan komposisi jenis vegetasi dari yang
paling dominan hingga tidak dominan. Keadaan vegetasi yang diamati berupa bentuk vegetasi
seperti rumput, semak rendah, tumbuhan menjalar, herba, maupun tumbuhan dalam hamparan
yang luas.
Dalam kaitannya dengan gulma, analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma-
gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup.
Penguasaan sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulma tersebut penting atau tidak.
Populasi gulma yang bersifat dominan ini nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
pengambilan keputusan pengendalian gulma.
Metode yang digunakan adalah metode garis/metode plot. Metode ini sebetulnya mirip
dengan metode kuadrat, hanya saja petak contoh yang digunakan berukuran memanjang berupa
mistar/meteran atau tali berskala diletakkan di atas vegetasi gulma. Meteran atau tali tersebut
disebut garis atau rintisan. Metode ini sesuai untuk diterapkan pada vegetasi dengan corak
populasi rapat, rendah, dan berkelompok dengan batas yang jelas. Apabila di bawah kelompok
vegetasi jenis tertentu ditemui jenis gulma yang lain, maka masing- masing kelompok dihitung
sendiri-sendiri. Dan apabila dalam suatu rintisan terdapat beberapa kelompok gulma sejenis,
maka panjang rintisan gulma tersebut adalah penjumlahan dari panjang rintisan masing-masing
kelompok gulma sejenis tersebut.
Besaran atau peubah yang dapat diukur dan dihitung pada analisis vegetasi dengan
metode garis adalah:
- Kerapatan Mutlak (KM): jumlah individu jenis gulma tertentu dalam kelompok yang
dilalui rintisan.
- Dominansi Mutlak (DM): jumlah panjang rintisan yang melalui jenis gulma tertentu.
- Frekuensi Mutlak (FM): jumlah rintisan yang memuat jenis gulma tertentu.
- Nilai Penting (NP): jumlah nilai semua peubah nisbih yang digunakan
- SDR: nilai penting dibagi jumlah peubah nisbih
NP dan SDR dapat dihitung berdasarkan dua atau tiga peubah di atas, misalnya
dominansi dengan frekuensi, kerapatan dengan frekuensi, atau dominansi, kerapatan, dan
frekuensi. Makin banyak peubah yang digunakan makin mendekati nilai kebenaran yang akan
diduga.
SDR menggambarkan kemampuan suatu jenis gulma tertentu untuk menguasai sarana
tumbuh yang ada. Semakin besar nilai SDR maka gulma tersebut semakin dominan. Apabila
nilai SDR diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah, semua gulma harus diberi nomor urut
walaupun nilai SDR-nya sama, maka urutan SDR tersebut menggambarkan komposisi jenis
gulma yang ada pada areal pengamatan (Tjitrosoediro dkk. 1984).
Dari data yang diperoleh telah menunjukkan di lahan yang diamati terdapat 13 jenis
spesies dari 3 plot yang sudah dibuat. Plot B menjadi plot yang paling banyak ditemukan spesies,
yaitu total terdapat 303 spesies. Pada plot A banyak ditemukan spesies Patikan kebo (Euphorbia
hirta) yang berjumlah 171, pada plota B banyak ditemukan spesies Rumput belulang (Eleusine
indica) yang berjumlah 172, dan pada plot 3 ditemukan paling banyak spesies Rumput belulang
(Eleusine indica) yang berjumlah 105.
Dari data tersebut dapat diperoleh frekuensi relatif spesies terbesar dengan cara
menghitung jumlah plot terdapatnya spesies dibagi dengan jumlah plot keseluruhan yang diamati
kemudian dikalikan 100% yaitu rumput mutiara (Hedyotis carymbosa L), Galium murale,
Rumput belulang (Eleusine indica), Patikan kebo (Euphorbia hirta), dan Muhlenbergia schreberi
dengan perolahan frekuensi relatif 11%. Frekuensi paling kecil yaitu Lindernia crustacea,
Spigelia anthelmia, Meniran (Phyllanthus urinaria), dan Teki ladang (Cyperus rotundu) dengan
masing-masing 4%.
Yang selanjutnya yaitu menghitung densitas relatif dengan cara membagi total cacah
individu spesies dengan jumlah total cacah individu seluruh spesies dikalikan dengan 100%.
Pada data hasil pengamatan dapat dilihat densitas relatif tertinggi yaitu Rumput belulang
(Eleusine indica) sebesar 44% dan terendah yaitu Spigelia anthelmia sebesar 0 %.
Perhitungan terakhir yaitu menjumlahkan antara densitas relati dengan frekuensi relatif
yang dinamakan nilai penting. Nilai penting tertinggi yaitu Rumput belulang (Eleusine indica)
sebesar 0,55 sedangkan terkecil yaitu Spigelia anthelmia sebesar 0,04. Kemudian untuk hasil
perhitungan SDR. SDR menggambarkan kemampuan suatu jenis gulma tertentu untuk
menguasai sarana tumbuh yang ada. Semakin besar nilai SDR maka gulma tersebut semakin
dominan. Apabila nilai SDR diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah, semua gulma harus
diberi nomor urut walaupun nilai SDR-nya sama, maka urutan SDR tersebut menggambarkan
komposisi jenis gulma yang ada pada areal pengamatan (Tjitrosoediro dkk. 1984). Nilai SDR
tertinggi pada spesies Rumput belulang (Eleusine indica) sebesar 0,27 dan nilai SDR terkecil
pada spesies Spigelia anthelmia sebesar 0,02. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa spesies
yang dominan di sini adalah Rumput belulang (Eleusine indica).
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengamatan Analisis Vegetasi sebagai
berikut:
1. Metode yang digunakan dalam praktikum adalah metode plot/petak dengan ukuran 10
x 10 m.
2. Bahwa setiap tempat memiliki kerapatan relatif yang berbeda yang dapat dianalisis.
3. Terdapat berbagai jenis vegetasi yang membuktikan bahwa tumbuhan tidak dapat
tumbuh sendiri.
4. Ditemukan sebanyak 13 spesies dari 3 plot yang sudah ditentukan. Adapun spesies-
spesies tersebut ialah: Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa), Lindernia crustacea,
Galium murale, Rumput belulang (Eleusine indica), Patikan kebo (Euphorbia hirta),
Urticaceae, Muhlenbergia schreberi, Borreria alata, Sirih cina (Peperomia
Pellucida), Spigelia anthelmia, Meniran (Phyllanthus urinaria), Anting-anting
(Acalypha australis. L), dan Teki ladang (Cyperus rotundu).
5. Spesies yang dominan dalam plot yang sudah ditentukan adalah Rumput belulang
(Eleusine indica).
Saran
1. Agar terdapat variasi atau ada pembanding, bisa menambahkan 1 metode selain
metode menggunakan plot.
2. Agar terdapat variasi atau ada pembanding, juga bisa dengan membedakan antara
vegetasi pada tempat terang berbeda dengan vegetasi tempat teduh, dikarenakan
adanya perbedaan intensitas cahaya yang diserap oleh tumbuhan, tingkat pH tanah,
kelembapan tanah dan faktor-faktor lingkungan yang lainnya.
3. Praktikan harus lebih banyak mengetahui cara mengidentifikasi spesies tumbuhan
agar praktikum analisis vegetasi gulma dapat dilakukan secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Hambali, Doni, dkk. 2015. Dose Response of Goosegrass (Eleusine indica (L.) Gaertn.) Paraquat
Resistance Biotype to Paraquat, Diuron, and Ametryn. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Vol.3, No.2 : 574
Kuchler AW. 1967. Vegetation mapping, 472. Ronald Pr, New York, Barbour GM, JK Burk,
Mulyana, M., T.Hardjanto dan G.Hardiansyah. 2005. Membangun Hutan Tanaman. Meranti.
Membedah Mitos Kegagalan Melanggengkan Tradisi Pengusahaan Hutan. Wana Aksara
Serpong Tangerang.
Odum, E. P., 1971. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.
Sucipto, Hariyanto. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya: Penerbit Universitas Airlangga
(Airlangga Press).
Ulum, Ahyar Miftahul. 2020. Daun Sirih Cina (Peperomia pellucida), Si Tumpang Air Obat
Peringan Penyakit Dari Dalam. Tersedia di Daun Sirih Cina (Peperomia pellucida), Si
Tumpang Air Obat Peringan Penyakit Dari Dalam (rancah.com) diunduh pada Hari Selasa,
29 Maret 2022 pukul 21.33 WIB.
WD Pitts. 1987. Terrestrial Plant Ecology. 2nd Ed. 157. New York: Benyamin/Cumming
Publishing. Inc. Reading. Maine.
Nama :
LAPORAN
SEMENTARA
A. JUDUL
Analisis Vegetasi
B. TUJUAN
1. Patok
2. Tali rafia
3. Meteran
4. Alat tulis menulis
5. Kamera
D. TEMPAT DAN WAKTU
1 2 3
6 5 4
7 8 9
Rumput Mutiara
1. A
(Hedyotis corymbosa)
2. B Lindernia crustacea
3. C Galium murale
Rumput belulang
4. D
(Eleusine indica)
6. F Urticaceae
7. G Muhlenbergia schreberi
8. H Borreria alata
Anting-anting (Acalypha
12 L
australis. L)
Plot 2
No. Spesies Petak Jumlah Jumlah keseluruhan
1 0
2 1
3 0
4 3
1 A 5 1 12
6 2
7 2
8 3
9 0
1 0
2 0
3 0
4 0
2 B 0
5 0
6 0
7 0
8 0
No. Spesies Petak Jumlah Jumlah keseluruhan
9 0
1 1
2 1
3 0
4 0
3 C 5 4 7
6 1
7 0
8 0
9 0
1 9
2 22
3 32
4 35
4 D 5 16 172
6 2
7 3
8 17
9 36
1 2
2 0
3 2
4 0
5 E 5 0 10
6 2
7 1
8 1
9 2
1 0
2 0
3 0
4 0
6 F 5 1 1
6 0
7 0
8 0
9 0
1 3
2 2
3 0
7 G 16
4 2
5 3
6 1
No. Spesies Petak Jumlah Jumlah keseluruhan
7 3
8 2
9 0
1 1
2 7
3 7
4 1
8 H 5 4 41
6 7
7 2
8 9
9 3
1 2
2 3
3 0
4 0
9 I 5 2 9
6 2
7 0
8 0
9 0
1 0
2 0
3 0
4 0
10 J 5 2 2
6 0
7 0
8 0
9 0
1 0
2 0
3 1
4 0
11 K 5 5 12
6 2
7 0
8 2
9 2
1 1
2 1
12 L 6
3 0
4 0
No. Spesies Petak Jumlah Jumlah keseluruhan
5 1
6 0
7 0
8 3
9 0
1 0
2 0
3 11
4 0
13 M 5 1 15
6 3
7 0
8 0
9 0
Plot 3
No. Spesies Petak Jumlah Jumlah keseluruhan
1 0
2 0
3 1
4 2
1 A 5 3 12
6 1
7 3
8 2
9 0
1 0
2 0
3 0
4 0
2 B 5 0 0
6 0
7 0
8 0
9 0
1 0
2 0
3 0
3 C 4 0 10
5 1
6 0
7 4
No. Spesies Petak Jumlah Jumlah keseluruhan
8 5
9 0
1 18
2 3
3 8
4 7
4 D 5 16 105
6 14
7 20
8 11
9 8
1 0
2 0
3 0
4 0
5 E 5 0 1
6 0
7 0
8 0
9 1
1 0
2 0
3 0
4 0
6 F 5 0 0
6 0
7 0
8 0
9 0
1 3
2 2
3 5
4 1
7 G 5 1 23
6 3
7 1
8 3
9 4
1 0
2 0
8 H 3 0 9
4 0
5 1
No. Spesies Petak Jumlah Jumlah keseluruhan
6 6
7 2
8 0
9 0
1 0
2 0
3 0
4 1
9 I 5 0 1
6 0
7 0
8 0
9 0
1 0
2 0
3 0
4 0
10 J 5 0 0
6 0
7 0
8 0
9 0
1 0
2 0
3 0
4 0
11 K 5 0 0
6 0
7 0
8 0
9 0
1 0
2 0
3 0
4 2
12 L 5 4 6
6 0
7 0
8 0
9 0
1 0
13 M 2 0 0
3 0
No. Spesies Petak Jumlah Jumlah keseluruhan
4 0
5 0
6 0
7 0
8 0
9 0
Jumla
F FR K KR INP SDR
h
59 1,00 11% 59 8% 0,19 0,09
7 0,33 4% 7 1% 0,05 0,02
24 1,00 11% 24 3% 0,14 0,07
328 1,00 11% 328 44% 0,55 0,27
182 1,00 11% 182 24% 0,35 0,18
5 0,67 7% 5 1% 0,08 0,04
43 1,00 11% 43 6% 0,17 0,08
50 0,67 7% 50 7% 0,14 0,07
10 0,67 7% 10 1% 0,09 0,04
2 0,33 4% 2 0% 0,04 0,02
12 0,33 4% 12 2% 0,05 0,03
12 0,67 7% 12 2% 0,09 0,05
15 0,33 4% 15 2% 0,06 0,03
749 9 100% 749 100%