TINA SEPTIYANI
F05112083
ABSTRAK
Analisa vegetasi adalah salah satu cara untuk mempelajari tentang
susunan (komposisi) jenis dan bentuk struktur vegetasi (masyarakat tumbuhan).
Salah satu metode dalam analisis vegetas yaitu metode transek. Transek
merupakan garis sampling yang ditarik menyilang pada sebuah bentukan atau
beberapa bentukan. Analisa vegetasi ini dilakukan di hutan Fakultas Ekonomi
Univeristas Tanjungpura dengan tujuan untuk mengetahui komposisi dan potensi
keaneka-ragaman tumbuhan di hutan tersebut. Dalam metode ini, tumbuhan
dikelompokkan menjadi semai (tingginya <1,5cm), pancang (tinggi >1,5 cm dan
diameter <10cm), tiang (diameter 10-20 cm), dan pohon (diameter >20cm).
Masing-masing kelompok tumbuhan dibuat suatu petak yang berbeda-beda
ukurannya yaitu semai berukuran 2mx2m, pancang berukuran 5mx5m, tiang
berukuran 10mx10m, dan pohon berukuran 20mx20m. Untuk menganalisa
spesies yang terdapat di hutan ini, diperlukan data-data seperti nama spesies,
jumlah spesies, dan diameter batang sehingga dapat diketahui kerapatan,
distribusim, dan dominasi atau kelimpahannya. Selain itu diperlukan juga data
fisik lingkungan untuk melihat pengaruhnya terhadap kelimpahan tanaman. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa terdapat berbagai macam spesies di hutan
tersebut, beberapa ada yang memiliki kerapatan dan frekuensi yang tinggi,
namun semua spesies memiliki tingkat kelimpahan yang rendah. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh suhu yang rendah, kurangnya intensitas cahaya matahari,
ataupun pH tanah yang rendah.
PENDAHULUAN
Analisa vegetasi adalah salah satu cara untuk mempelajari tentang susunan
(komposisi) jenis dan bentuk struktur vegetasi (masyarakat tumbuhan). Analisa
vegetasi dibagi atas tiga metode yaitu : (1) mnimal area, (2) metode kuadrat dan
(3) metode jalur atau transek. (Soerianegara, 1988)
Salah satu metode dalam analisa vegetasi tumbuhan yaitu dengan
menggunakan metode transek. Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang
luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik dilakukan dengan
transek.Cara ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi
menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi.
Menurut Oosting (1956), menyatakan bahwa transek merupakan garis
sampling yang ditarik menyilang pada sebuah bentukkan atau beberapa bentukan.
Transek juga dapat dipakai dalam studialtituide dan mengetahui perubahan
komunitas yang ada.
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu,
serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua
komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas
tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat
tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan
komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem
lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami
pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi
berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena
pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984).
Keunggulan analisis vegetasi dengan menggunakan metode transek antara
lain : akurasi data
pencatatan data jumlah individu lebih teliti. Selain itu metode ini mempunyai
kekurangan, yaitu antara lain : membutuhkan keahlian untuk mengidentifikasi
vegetasi secara langsung dan dibutuhkan analisis yang baik , waktu yang
dibutuhkan cukup lama, membutuhkan tenaga peneliti yang banyak.
luasan
tertentu,
individu-individu
suatu
populasi
dapat
kompetsi untuk mendapatkan unsur hara dan cahaya matahari yang kuat (Heddy,
1986).
Analisis Transek merupakan teknik untuk memfasilitasi masyarakat
dalampengamatan langsung lingkungan dan keadaan sumber-sumberdaya dengan
cara berjalan menelusuri wilayah tempat mereka tinggal mengikuti suatu lintasan
tertentu yang disepakati. Dengan teknik analisis transek diperoleh gambaran
keadaan potensi sumberdaya alam masyarakat beserta masalah-masalah,
METODOLOGI
Praktikum analisa vegetasi metoda jalur (transek) dan hutan alami ini
dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 8 november 2014 pukul 07.00 hingga pukul
14.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di Hutan Fakultas Ekonomi, Universitas
Tanjungpura.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, untuk praktikum
dilapangan : meteran, tali rafia, tali tambang, parang, alat tulis, kantong plastik,
label, kompas, termometer dan untuk mengukur pH tanah : pH meter, gelas kimia,
akuades, dan pancang.
Langkah yang dilakukan pada praktikum analisa vegetasi metoda jalur
(transek) adalah pertama-tama dibuat jalur (transek) sepanjang 100 m dengan
menggunakan tali tambang, kemudian, pada setiap 20 m, dibuat plot kuadrat
dengan ukuran 20 x 20 m, 10 x 10 m, 5 x 5 m, dan 2 x 2 m. Untuk pohon, bagian
yang diukur ialah jenis (nama) spesies dari pohon tersebut, dan DBH (Diameter
Breast High). Setelah dibuat plot, dengan ukuran yang berbeda-beda, kemudian
dihitung jumlah spesies yang terdapat di dalam plot tersebut. Plot dengan ukuran
2 x 2 m, jenis tanaman yang dihitung adalah tanaman yang berupa semai dengan
diameter sebesar < 1,5 cm. Selanjutnya, pada plot 5 x 5 m, jenis tanaman yang
dihitung berupa tanaman pancang dengan diameter sebesar 1,5 cm dan keliling
sebesar 1 - 2,5 cm, jika pancang juga terdapat pada plot 2 x 2 m, maka pancang
juga temasuk dalam hitungan. Pada plot yang berukuran 10 x 10 m, tanaman yang
dihitung adalah tanaman yang berupa tiang dengan diameter sebesar 5 10 cm
dan keliling sebesar 25 60 cm, jika tanaman tiang juga terdapat pada plot 2 x 2
m, dan 5 x 5 m, maka tiang tersebut juga termasuk di dalam hitungan. Pada plot
20 x 20, jenis tanaman yang dihitung adalah tanaman yang berupa pohon dengan
diameter sebesar > 20 cm dan keliling sebesar > 60 cm, dan jika di dalam plot 2 x
2 m, 5 x 5 m, dan 10 x 10 m, juga terdapat pohon, maka, pohon tersebut juga
termasuk dalam hitungan. Setelah seluruh data terkumpul yaitu, dari plot pertama,
sampai dengan plot kedelapan (data kelas), maka dilakukan perhitungan dari data
yang telah diperoleh. Selanjutnya, untuk langkah kerja yang dilakukan pada
praktikum hutan alami adalah seluruh alat yang telah dibawa, yaitu : termometer,
digunakan untuk mengukur suhu udara dan suhu tanah dari masing-masing plot
yang telah dibuat. Suhu tanah dan udara diukur pada tiga titik yang berbeda.
Setelah diukur suhu udara dan tanah, maka diambil sampel tanah dari ketiga titik
tersebut. Kemudian, sampel tanah yang telah diambil diukur pHnya dengan
menggunakan pH meter. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan cara melarutkan
tanah di dalam gelas kimia, dengan menggunakan akuades. Selain, diukur suhu
udara, tanah dan pH tanah, pada praktikum hutan alami ini juga di identifikasi
tanaman apa saja yang terdapat di dalam hutan tersebut, serta, diamati kondisi
yang berada di sekitar hutan, misalnya faktor cahaya.
Adapun gambar model plot yang telah di buat untuk praktikum adalah
sebagai berikut :
7
5
3
1
8
6
4
2
Keterangan Plot:
1. ukuran 2 x 2 (Semai)
2. ukuran 5 x 5 m (pancang)
3. ukuran 10 x 10 m (tiang)
4. ukuran 20 x 20 m (pohon)
2mx2m seperti yang terlihat gambar 3, sehingga luas total untuk area semai yaitu 32m 2. Tabel berikut ini menyajikan data hasil
pengamatan vegetasi kategori semai yang terdapat di hutan Fakultas Ekonomi UNTAN.
Tabel 1. Nilai Analisa Kuantitatif Semai Setiap Plot
INP
No.
Spesies
Jumlah
Jumlah
Individu
plot
KM
KR (%)
FM
FR
(%)
INP (%)
sp /
INP
total
Log (INP
sp / INP
H sp
total)
Spesies A
24
92.3 %
50 %
142.3 %
0.71
-0.15
Spesies B
0.5
7.69 %
50 %
57.69 %
0.29
-0.54
Kelimpahan
Rendah
Kelimpahan
Rendah
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 2 macam spesies yang tergolong dalam semai yaitu spesies A dan
Spesies B. Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa spesies yang kerapatannya paling tinggi yaitu spesies A sedangkan
spesies yang persebarannya paling tinggi yaitu spesies A. Indeks nilai penting (INP) tertinggi pada areal semai ini yaitu pada
spesies A artinya spesies ini merupakan spesies yang paling mendominani dibandingkan dengan spesies lainnya di areal ini.
Namun, tingkat dominasi yang tinggi dari spesies ini tidak menunjukkan bahwa kelimpahan spesies ini tinggi, melainkan rendah.
Hal ini dikarenakan nilai Hsp yang di dapatkan kurang dari 1. Jadi, pada area semai ini terdapat banyak spesies yang
beranekaragam, namun tidak ada satu pun yang memiliki kelimpahan yang tinggi.
Pancang merupakan regenerasi pohon dengan ukuran lebih tinggi dari 1,5 meter serta diameter batang kurang dari 10 cm. Dalam
menganalisa vegetasi kategori pancang ini, dibuat petak (kuadran) berukuran 5mx5m seperti yang terlihat pada gambar 3,
sehingga total luas area yaitu 20 m 2. Sama seperti semai, yang perlu diketahui dari tumbuhan kategori pancang ini adalah
kerapatan dan frekuensi atau penyebarannya.
Tabel 2. Nilai Analisa Kuantitatif Pancang Setiap Plot
No.
Spesies
Spesies A
Jumlah
Jumlah
Individu
plot
KM
0.25
KR (%)
100%
FM
FR (%)
100 %
INP
INP sp /
(%)
INP total
200%
Log (INP
sp / INP
H sp
total)
0
Kelimpahan
Rendah
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok tumbuhan pancang pada luas area total 20 m 2 yaitu sebanyak 1 spesies.
Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa kerapatan relative spesies A ini yaitu 100 % sedangkan frekuesi relativenya juga
100%. Hal ini menunjukkan bahwa Spesies A kerapatannya dalam suatu plot sangat tinggi, namun keberadaannya di setiap plot
rendah. Spesies A memiliki INP sebesar 200%. Artinya, spesies A ini yang paling mendominasi pada plot pancang. Akan tetapi,
kelimpahan spesies ini juga sama dengan spesies lainnya yaitu rendah. Hal ini dikarenakan nilai Hsp yang didapatkan kurang
dari 1 atau 0.
Tiang adalah tumbuhan dengan diameter antara 10-20 cm. Dalam menganalisis tumbuhan kategori ini, dibuat plot
berukuran 10mx10m. sehingga luas total area untuk tumbuhan tiang yaitu 40m2. Dalam menganalisis tiang, yang dibutuhkan
yaitu kerapatan, frekuensi, dan dominasi.
No.
Spesies
Kipas
Jumlah
Jumlah
Individu
plot
KM
0.5
KR
(%)
100 %
FM
FR (%)
100 %
INP
(%)
200 %
INP sp
Log (INP
/ INP
sp / INP
total
total)
H sp
Kelimpahan
Rendah
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok tumbuhan tiang pada luas area total 40 m 2 yaitu hanya 1 ragam
tumbuhan saja, yaitu tumbuhan kipas. Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa kerapatan relative tanaman kipas ini yaitu
100%, sedangkan frekuesi relativenya juga 100%. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kipas . kerapatannya dalam suatu plot
sangat tinggi, namun keberadaannya di setiap plot rendah dan tumbuhan ini hanya sedikit tersebar di beberapa plot saja..
Tumbuhan kipas juga memiliki tingkat dominasi yang tinggi, hal ini dikarenakan nilai dominasi relative yang ditunjukkan lebih
tinggi. sehingga spesies ini memiliki INP tertinggi. Artinya, tumbuhan yang paling mendominasi pada plot pancang yaitu
tumbuhan kipas. Akan tetapi, kelimpahan spesies ini juga sama dengan spesies lainnya yaitu rendah. Hal ini dikarenakan nilai
Hsp yang didapatkan kurang dari 1.
Pohon merupakan tumbuhan dengan diameter lebih dari 20 cm. pengukuran yang akan dilakukan untuk tumbuhan pohon
adalah diameter batang, jumlah individu dan jenis pohon. Pengukuran diameter batang dilakukan pada ketinggian sekitar 1,5
meter dari tanah. Sama seperti tiang, hal yang perlu diketahui yaitu kerapatan, frekuensi, dan dominasi.
No.
1
2
3
Spesies
Jumlah
Jumlah
Individu
plot
Karet
Spesies A
Liana
KM
1.25
0.25
0.25
KR (%)
71.42
%
14.28
%
14.28
Log (INP
FR
INP
INP sp /
(%)
(%)
INP total
50 %
121.42
0.6
-0.22
25 %
39.28
0.19
-0.72
FM
sp / INP
H sp
total)
Kelimpah
an Rendah
Kelimpah
an Rendah
Kelimpah
25 %
39.28
0.19
-0.72
%
an Rendah
2
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok tumbuhan pohon pada luas area total 80 m yaitu sebanyak 3 ragam
spesies yaitu, karet, spesies A dan Liana. Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa kerapatan relative tertinggi dimiliki oleh
tanaman karet, sedangkan frekuesi relative tertinggi dimiliki oleh tanaman karet. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman karet
memiliki kerapatan dan penyebaram yang tinggi, sedangakan liana dan spesies A. memiliki kerapatan yang rendah pada daerah
yang ditumbuhinya, namun tumbuhan ini tersebar banyak di setiap plot. Tumbuhan liana dan spesies A. juga memiliki tingkat
dominasi yang tinggi, hal ini dikarenakan nilai dominasi relative yang ditunjukkan lebih tinggi dari spesies lainnya. sehingga
spesies ini memiliki INP tertinggi. Artinya, tumbuhan yang paling mendominasi pada plot pancang yaitu karet.Akan tetapi,
kelimpahan spesies ini juga sama dengan spesies lainnya yaitu rendah. Hal ini dikarenakan nilai Hsp yang didapatkan kurang
dari 1.
5. Tabel Diameter dan Tinggi Tanaman dalam Setiap Plot
Plot 20 X 16 m
Nama
Diameter
Spesies
Karet 1
38 cm
Karet 2
34 cm
Karet 3
26 cm
Karet 4
28 cm
Karet 5
29 cm
Spesies A
45 cm
Liana 1
25 cm
Liana 2
27 cm
Plot 10 X 10 m
Nama
Diameter
Spesies
Kipas 1
Kipas 2
31.5 cm
33 cm
Plot 5 X 5 m
Nama Spesies
Spesies A
Tinggi
1.5 m
Plot 2 X 2 m
Tinggi
Nama Spesies
Spesies A
Spesies B
15 cm
50 cm
Ulangan
1
Suhu
Udara
2
3
Plot 2 m X 2 m
Jarak
10 cm
30 cm
50 cm
10 cm
30 cm
50 cm
10 cm
30 cm
50 cm
Suhu
290C
280C
290C
280C
270C
270C
290C
280C
270C
Suhu
Ulangan
Udara
1
2
Plot 5 m X 5 m
Jarak
10 cm
30 cm
50 cm
10 cm
30 cm
Suhu
270C
270C
270C
270C
270C
50 cm
10 cm
30 cm
50 cm
270C
270C
270C
26.50C
Plot 10 m X 10 m
Ulangan
Jarak
10 cm
30 cm
1
50 cm
10 cm
30 cm
2
50 cm
10 cm
30 cm
3
50 cm
Suhu
280C
280C
270C
28.50C
280C
27.50C
280C
280C
280C
3
3
Suhu
Udara
Suhu
290C
290C
290C
290C
280C
280C
290C
280C
280C
Plot 2 m X 2 m
Ulangan
Jarak
0 cm
1
5 cm
10 cm
Suhu
280C
270C
280C
Ulangan
1
Suhu
Udara
2
3
Suhu
Tanah
2
3
2
Tanah
Plot 5 m X 5 m
Ulangan
Jarak
0 cm
5 cm
1
10 cm
0 cm
5 cm
2
10 cm
0 cm
5 cm
3
10 cm
Suhu
27.50C
270C
270C
270C
270C
270C
270C
270C
27.50C
Suhu Tanah 10 X 10 m
Suhu
Tanah
270C
280C
280C
280C
280C
280C
Suhu Tanah 5 X 5 m
Suhu
0 cm
5 cm
10 cm
0 cm
5 cm
10 cm
Plot 10 m X 10 m
Ulangan
Jarak
0 cm
5 cm
1
10 cm
0 cm
5 cm
2
10 cm
0 cm
5 cm
3
10 cm
Suhu
280C
280C
280C
280C
280C
280C
280C
280C
280C
Suhu Tanah 20 X 16 m
Suhu
Tanah
Ulangan
Plot 20 m X 16 m
Jarak
0 cm
5 cm
10 cm
0 cm
Suhu
290C
290C
28.50C
290C
2
3
5 cm
10 cm
0 cm
5 cm
10 cm
28.50C
280C
280C
280C
270C
C pH Tanah
Titik
1
2
3
1 (2 X 2 m)
5
6
6
2 (5 X 5 m)
5
5
5
3 (10X10 m)
6
5
6
4 (20 X 16 m)
5
6
6
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa suhu tanah dan suhu udara memiliki
Plot
perbedaan yang tipis, yaitu berkisar antara 28-29 oC . perbedaan ketinggian dalam
mengukur suhu udara dan kedalaman dalam mengukur tanah juga tidak berpengaruh
serius terhadap suhu tersebut. Dari suhu yang terlihat tersebut, dapat diketahui bahwa
di area ini masih cukup sejuk, yang disebabkan oleh musim penghujan, dan
sedikitnya sinar matahari yang menembus sampai ke dasar, di tambah lagi
kelembaban yang cukup tinggi. Di samping itu, pH tanah yang di ukur yaitu sekitar 56, artinya tanah di hutan ini masih tergolong asam. Faktor-faktor fisik lingkungan
tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Jadi,
kelimpahan yang rendah dari berbagai spesies yang ditemukan di hutan ini bisa jadi
dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik lingkungan yang kurang mendukung, yaitu suhu
yang rendah, sedikitnya pasokan sinar matahari, ataupun pH tanah yang tergolong
asam.
KESIMPULAN
Tumbuhan yang paling mendominasi wilayah hutan Fakultas Ekonomi yaitu
karet (Hevea brasiliensis). Hal ini dikarenakan tumbuhan jenis ini memiliki indeks
nilai penting yang paling tinggi dibandingkan dengan spesies-spesies yang lainnya
Artinya, tumbuhan ini memiliki pola penyebaran atau distibusi yang tinggi disetiap
area. Namun, semua spesies yang tumbuh di hutan tersebut masih rendah
kelimpahannya. Hal ini terlihat dari data-data yang menunjukkan semua nilai Hsp
nya kurang dari 1. Tinggi rendahnya kelimpahan tanaman dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor fisik lingkungan seperti suhu yang rendah, kurangnya intensitas cahaya
matahari, ataupun pH tanah yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Heddy, Suwasono. 2011. Analisis Vegetasi Tumbuhan. http://www.wikipedia.com.
Diakses pada tanggal 25 November 2014.
Martono, Djoko Setyo. 2012. Analisis Vegetasi Dan Asosiasi Antara Jenis-Jenis
Pohon Utama Penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah Di Taman Nasional
Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat. Jurnal Agri-tek, vol. 13 (2) : 18-28.
Odum, E. P. 1971. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.
Qinghua, Guo dan Maggi Kelly. 2004. Interpretation of Scale in Paired Quadrat
Variance Methods. Journal of Vegetation Science, Vol. 15 : 763-770.
Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya
dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati
Cikampek. KPH Purwakarta, Jawa Barat, Bogor. Bagian Ekologi, Departemen
Botani, Fakultas Pertanian IPB.
Umar, M. Ruslan. 2010. Ekologi Umum Dalam Praltikum. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
William, W. T dan Lambert, J.M. 2007. Multivariate Methods in Plant Ecology: I.
Association-Analysis in Plant Communities. The Journal of Ecology, Vol. 47
(1) : 83-101.