Laporan Praktikum
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi
Dibimbing oleh Drs. Agus Dharmawan, M.Si dan Farid Akhsani, S.Si., M.Si
Oleh :
Februari 2020
A. Topik : Analisis veggetasi dengan metode garis, metode titik, dan metode
kuadrat
B. Tujuan :
2. Mengetahui Indeks Nilai Penting (INP) setiap jenis tumbuhan pada suatu
vegetasi melalui metode gais
C. Dasar Teori
1. Metode garis
2. Metode Titik
Daerah penelitian yang menggunakan metode ini dibuat suatu garis lurus
sesuai arah kompas. Diambil titik-titik pengu-kuran di sepanjang garis itu dengan
interval tertentu. Pada tiap titik pengukuran dipilih tumbuhan yang terdekat.
Selanjutnya tumbuhan kedua sebagai pasangan dipilih tumbuhan yang terdekat
dengan pohon pertama yang terletak pada sektor lainnya, yaitu sebelah lain dari
garis kompas yang dibuat pertama jarak yang diukur adalah jarak antara kedua
tumbuhan tersebut. Dari hasil pengukuran tersebut dapat dihitung kerapatan,
frekuensi dan dominansinya (Oktaviani & Yanuwiadi, 2016). Metode acak
berpasangan ini dapat disajikan seperti pada gambar berikut
Metode Kwadran (Point Quarter Method) Metode ini sama dengan metode
jalur (transek), diterapkan untuk melakukan penelitian (pengumpulan data) vegetasi
yang memiliki tingkat struktur berbeda dari zone depan sampai belakang. jenis
tertentu yang menjadi ciri khas pada zone tersebut menandakan karakteristik zona
vegetasinya. Misalnya pada hutan bakau (Mangrove) yang memiliki zonasi mulai
dari zone depan sampai belakang berturut-turut zona : Avicennia, Sonneratia,
Rhizophora dan Bruguiera/Exocaria. Demikian pula untuk vegetasi yang tumbuh
pada tingkat kemiringan secara bertingkat (0 – 500m, 500 – 1000 m, 1000-2000m
dst). Pada metode ini dibuat suatu seri titik-titik yang ditentukan di lapangan pada
interval jarak tertentu sepanjang garis lurus, atau bisa juga secara acak. Biasanya
seri titik itu dibuat dibuat berupa garis lurus searah dengan mata angin (kompas).
Tititk-titik itu merupakan suatu pusat padanya dibuat empat buah kuadran.
Tumbuhan yang akan dianalisis adalah satu pohon dari setiap kdran yang jaraknya
terdekat dengan titik pusat. Pada metode ini perlu dilakukan pengukuran terhadap
pohon terdekat dengan titik pusat. Untuk meudahkan pelaksanaan di lapangan bisa
juga dilakukan pengukuran terhadap keliling batang pohon setinggi + 135 cm atau
setinggi dada. Dari pengukuran ini akan digunakan untuk menghitung luas basal
area. Tujuan pengukuran ini untuk menentukan dominansi suatu vegetasi (Sundra,
2016).
Analis vegetasi yang dilakukan harus disertai dengan studi kuantitatif. Studi
kuantitatif vegetasi menurut Win (2011) memberikan deskripsi tentang vegetasi,
prediksi dan klasifikasi polanya serta mengetahui kegunaan dan nilai dari spesies.
Analisis ini mengindikasikan diversitas spesies yang menggambarkan persebaran
individu spesies dalam suatu habitat. Perhitungan data dilakukan dengan
menghitung nilai indeks nilai penting (INP). Perhitungan INP mengacu pada
Sujarwo dan Darma (2011), dimana untuk tingkat pohon dan tiang dihitung dengan
persamaan INP=KR+FR+DR sedangkan untuk tingkat tumbuhan bawah dihitung
dengan persamaan INP=KR+FR. Dimana nilai KR, FR dan DR dihitung mengacu
pada Sujarwo dan Darma (2011) dengan mengunakanpersamaansebagai berikut:
Indeks Nilai Penting (INP)
INP = KR + FR + DR
Cara agar dapat mengetahui hubungan antara pola vegetasi strata semak
dengan faktor lingkungan abiotik yang terukur (kelembaban udara, suhu tanah,
suhu udara, pH tanah, dan kandungan Fe di dalam tanah) digunakan metode cluster
(Arrijani, 2006). Metode cluster yang digunakan dihitung dengan computer dengan
menggunakan program SPSS versi _6. Analisis cluster merupakan Teknik
mereduksi informasi. Informasi dari sejumlah objek akan direduksi menjadi lebih
sederhana, dimana jumlah kelompok lebih kecil dari jumlah objek. Objek-objek
yang sama dikelompokkan dalam suatu kelompok sehingga mempunyai tingkat
kesamaan yang tinggi dibandingkan dengan objek dari kelompok lain. Tujuan
utama Teknik ini adalah melakukan pengelompokkan berdasarkan kriteria tertentu
sehingga objekobjek tersebut Mempunyai variasi di dalam cluster (within cluster)
relatif kecil dibandingkan variasi antar cluster (between cluster) (Natalia, 2013).
Alat Bahan
Diamati dan dicatat data Individu yang menyentuh garis transek baik
yang terletak di atas maupun di bawah garis.
Dicatat data dari masing-masing individu yang berupa pengukuran
panjang transek yang terpotong dan lebar maksimum tajuk tumbuhan
yang diproyeksikan kedalam transek
Disusun pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa tubuhan nyang nilai
pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas
Diberi nama vegetasi berdasarkan dua jenis / spesies yang memiliki nilai
penting terbesar.
Disusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel
dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi
diletakkan pada tempat teratas.
Tabel 2. Frekuensi Metode Titik
Plot
No Nama Spesies Total
1 2 3
1. Axonopus
√ - - 1
compressus
2. Veronica alpina L - - - 0
3. Cyperus rotundus - - - 0
4. Trifolium patens
- - - 0
schreb
5. Muehlenbeckia
- - - 0
complexa meisn
6. Cynodon dactylon - √ √ 2
7. Cerastium dubium - - - 0
8. Phyllanthus urinaria - - - 0
9. Persicaria maculosa
- - - 0
gray
Tabel 3. Analisis Data Penentuan Indeks Nilai Penting (INP) Metode Titik
DR
No Nama Spesies FM FR (%) DM INP Rank
(%)
Axonopus
1. 0,333 33,3 0,033 20 53,3 2
compressus
Cynodon
2. 0,667 66,7 0,133 80,1 146,8 1
dactylon
Perhitungan:
1. Axonopus compressus
Frekuensi mutlak = 1 = 0,333
3
Tabel 7. Analisis Data Penentuan Indeks Nilai Penting (INP) Metode Garis
No Nama Ranki
FM FR KM KR DM DR INP
. Spesies ng
Axonopus 0,6 25
1. 0,33 63% 0,61 61% 149% 1
compressus 7 %
Veronica 0,3 12 0,003 0,63 0,006 0,64 13,27
2. 6
alpina L 3 % 3 % 4 % %
Cyperus 0,3 12 0,005 0,58 18,38
3. 0,03 5,8% 5
rotundus 3 % 8 % %
Trifolium
0,6 25
4. patens 0,08 15% 0,15 15% 55% 2
7 %
schreb
Muehlenbec
kia 0,3 12
5. 0,02 3,8% 0,39 39% 54,8% 3
complexa 3 %
meisn
Cynodon 0,3 12
6. 0,07 13% 0,13 13% 38% 4
dactylon 3 %
Cerastium
7. - - - - - - - -
dubium
Phyllanthus
8. - - - - - - - -
urinaria
Persicaria
9. maculosa - - - - - - - -
gray
Perhitungan :
1. Axonopus compressus
a. Frekuensi mutlak = 2 =0,67
3
95
b. Dominansi mutlak = = 0,61
156
95
c. Kerapatan mutlak = = 0,33
300
Plot Jumlah
No. Nama Spesies
1 2 3 total
Axonopus
1. 95 40 1 136
compressus
2. Veronica alpina L 1 - - 1
3. Cyperus rotundus 40 - - 40
Trifolium patens
4. 85 70 1 156
schreb
Muehlenbeckia
5. 35 10 1 46
complexa meisn
6. Cynodon dactylon - - 62 62
7. Cerastium dubium - - 2 2
Phyllanthus
8. - - 1 1
urinaria
Persicaria
9. - - 3 3
maculosa gray
Jumlah 447
Tabel 11.Analisis Data Penentuan Indeks Nilai Penting (INP) Metode Kuadrat
No F Rankin
Nama Spesies FR KM KR DM DR INP
. M g
Axonopus 27,
1. 1 20% 30% 0,24 24% 74% 2
compressus 2
Veronica 6,6 0,2 0,00 0,10
2. 1/3 0,2 6,9% 9
alpina L % % 1 %
Cyperus 6,6 8,9 0,05 20,6
3. 1/3 8 5,1% 5
rotundus % % 1 %
Trifolium 31, 31,4 85,4
4. 1 20% 34% 0,31 1
patens schreb 2 % %
Muehlenbecki
37,1
5. a complexa 1 20% 9,2 10% 0,07 7,1% 4
%
meisn
Cynodon 6,6 12, 29,4
6. 1/3 13% 0,29 49% 3
dactylon % 4 %
Cerastium 6,6 0,4 0,00 0,91 7,91
7. 1/3 0,4 7
dubium % % 9 % %
Phyllanthus 6,6 0,2 0,00 0,40
8. 1/3 0,2 7,2% 8
urinaria % % 4 %
Persicaria
6,6 0,6 1,01 8,21
9. maculosa 1/3 0,6 0,01 6
% % % %
gray
Perhitungan :
1. Axonopus compressus
a. Frekuensi mutlak = 3 =1
3
Berdasarkan data pada tabel frekuensi metode titik, dapat diketahui bahwa
ditemukan dua spesies saja. Pada plot 1 ditemukan satu spesies Axonopus
compressus. Spesies Cynodon dactylon ditemukan pada plot 2 dan plot 3. Pada tabel
analisis data penentuan indek nilai penting (INP) metode titik dapat diketahui
bahwa spesies yang ditemukan sebanyak dua jenis. Spesies Axonopus compressus
memiliki nilai frekuensi mutlak sebesar 0,333, frekuensi relatif sebesar 33,3 %,
dominansi mutlak sebesar 0,033 dan nilai dominansi relatifnya sebesar 20 %.
Indeks nilai penting spesies Axonopus compressus didapatkan dari hasil
penjumlahan frekuensi relatif dan dominansi relatif yaitu hasilnya sebesar 53,3 %.
Spesies Cynodon dactylon memiliki nilai frekuensi mutlak sebesar 0,667, frekuensi
relatif sebesar 33,3 %, dominansi mutlaknya sebesar 0,133 dan nilai dominansi
relatifnya sebesar 80,1 %. Indeks nilai penting spesies Cynodon dactylon berasal
dari penjumlahan frekuensi relatif dan dominansi relatif, hasilnya sebesar 146,8 %.
Berdasarkan data pada tabel frekuensi metode garis dapat diketahui bahwa
ditemukan 6 spesies pada plot yang berbeda-beda. Pada plot 1 ditemukan spesies
Axonopus compressus, spesies Veronica alpina L, spesies Cyperus rotundus,
spesies Trifolium patens schreb, spesies Muehlenbeckia complexa meisn. Pada plot
2 ditemukan dua spesies yaitu spesies Axonopus compressus dan spesies Trifolium
patens schreb. Pada plot 3 hanya ditemukan satu spesies saja yaitu spesies Cynodon
dactylon.
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel kerapatan metode garis,
diketahui bahwa spesies Axonopus compressus pada plot 1 kerapatannya sebesar 11
cm, sedangkan pada plot 2 kerapatannya 84 cm. Spesies Veronica alpina L
memiliki kerapatan pada plot 1 sebesar 1 cm. Spesies Cyperus rotundus pada plot
1 memiliki kerapatan sebesar 9 cm. Spesies Trifolium patens schreb pada plot 1
memiliki kerapatan 22 cm, sedangkan pada plot 2 kerapatannya 2 cm. Spesies
Muehlenbeckia complexa meisn memiliki nilai kerapatan 6 cm pada plot 1. Spesies
Cynodon dactylon memiliki nilai kerapatan 21 cm pada plot 3.
Berdasarkan data pengamatan, dapat diketahui nilai INP metode garis pada
suatu spesies. Spesies yang ditemukan pada metode garis ini terdapat 6 spesies.
Pada spesies Axonopus compressus memiliki nilai INP sebesar 149%, spesies
Veronica alpina L sebesar 13,27%, spesies Cyperus rotundus sebesar 18,38%,
spesies Trifolium patens schreb sebesar 55%, spesies Muehlenbeckia complexa
meisn sebesar 54,8%, dan spesies Cynodon dactylon sebesar 38%. Dalam hal ini
berarti, spesies Axonopus compressus memiliki rangking tertinggi dan spesies
Veronica alpina L memiliki rangking terendah dari ketiga plot tersebut.
Pada tabel frekuensi metode kuadrat, dapat diketahui bahwa pada plot 1
ditemukan 5 spesies, plot 2 diemukan 3 spesies, dan pada plot 3 ditemukan 7
spesies. Spesies yang ditemukan pada semua plot yaitu spesies Axonopus
compressus, Trifolium patens schreb, dan Muehlenbeckia complexa meisn. Spesies
Veronica alpina L dan Cyperus rotundus hanya ditemukan di plot 1 saja, sedangkan
spesies Cynodon dactylon, Cerastium dubium, Phyllanthus urinaria, dan
Persicaria maculosa gray hanya ditemukan di plot 3 saja. Hal ini menunjukkan
bahwa spesies yang lebih dominan yaitu spesies Axonopus compressus, Trifolium
patens schreb, dan Muehlenbeckia complexa meisn.
Pada tabel kerapatan metode kuadrat, dapat diketahui berapa jumlah spesies
yang ditemukan pada setiap plot. Spesies Axonopus compressus pada plot 1
berjumlah 95, plot 2 berjumlah 40, dan plot 3 berjumlah 1, sehingga jumlah total
spesies Axonopus compressus pada semua plot adalah 136 spesies. Spesies
Veronica alpina L hanya ditemukan di plot 1 saja dan hanya terdapat 1 spesies.
Spesies Cyperus rotundus juga hanya ditemukan di plot 1 dengan jumlah 40 spesies.
Spesies Trifolium patens schreb pada plot 1 berjumlah 85, plot 2 berjumlah 70, plot
3 berjumlah 1, sehingga jumlah total spesies Trifolium patens schreb pada semua
plot adalah 156 spesies. Selain spesies Axonopus compressus dan Trifolium patens
schreb, spesies Muehlenbeckia complexa meisn juga ditemukan pada semua plot.
Pada plot 1 spesies Muehlenbeckia complexa meisn berjumlah 35, plot 2 berjumlah
10, plot 3 berjumlah 1, sehingga jumlah total spesies Muehlenbeckia complexa
meisn adalah 46 spesies. Spesies Cynodon dactylon, Cerastium dubium,
Phyllanthus urinaria, dan Persicaria maculosa gray hanya ditemukan di plot 3 saja.
Spesies Cynodon dactylon berjumlah 62, spesies Cerastium dubium berjumlah 2,
spesies Phyllanthus urinaria berjumlah 1, dan spesies Persicaria maculosa gray
berjumlah 1. Dapat disimpulkan bahwa spesies yang paling mendominasi pada
semua plot yaitu spesies Trifolium patens schreb sebanyak 156 spesies.
Pada tabel analisis INP pada metode kuadrat, dapat diketahui bahwa spesies
yang ditemukan pada metode kuadrat terdapat 9 spesies. Spesies Axonopus
compressus memiliki nilai INP sebesar 74%, spesies Veronica alpina L sebesar
6,9%, spesies Cyperus rotundus sebesar 20,6%, spesies Trifolium patens schreb
sebesar 85,4%, spesies Muehlenbeckia complexa meisn sebesar 37,1%, spesies
Cynodon dactylon sebesar 49%, spesies Cerastium dubium sebesar 7,91%, spesies
Phyllanthus urinaria sebesar 7,2%, dan spesies Persicaria maculosa gray sebesar
8,21%. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa spesies Trifolium patens schreb
memiliki rangking tertinggi dan spesies Veronica alpina L memiliki rangking
terendah dari ketiga plot tersebut.
Nilai frekuensi adalah kemunculan setiap individu pada setiap plot dibagi
jumlah plot dan nilai frekuensi relatif adalah frekuensi individu dibagi frekuensi
total dikali 100% (Mulyana, 2014). Berdasarkan hasil pengamatan kami, diperoleh
nilai frekuensi relative tertinggi adalah pada spesies Axonopus compressus dan
Trifolium patens schreb yaitu sebesar 25%. Kemudian diikuti oleh spesies Veronica
alpina L, Cyperus rotundus, Muehlenbeckia complexa meisn, dan Cynodon
dactylon yaitu 12%. Hal ini menunjukkan bahwa spesies Axonopus compressus dan
Trifolium patens schreb berdasarkan nilai frekuensinya lebih mendominasi dari
spesies lainnya. Kedua spesies ditemukan pada plot 1 dan 2, tetapi tidak ditemukan
pada plot ke 3. Ditinjau dari faktor abiotiknya, diketahui bahwa plot 3 memiliki
kondisi lingkungan dengan suhu yang lebih besar dari pada plot 1 dan 2, didukung
oleh besar kelembabaan serta intensitas cahaya yang juga lebih besar dari pada plot
3. Mengenai detail hasil pengukuran telah dijelaskan pada analisis data. Hal ini
menunjukkan bahwa intensitas cahaya meningkatkan suhu sehingga mengurangi
kelembaban, kondisi lingkungan ini kurang menguntungkan bagi tanaman karena
kandungan air rendah. Kholimah (2018) menyatakan bahwa tumbuhan herba
didefinisikan sebagai jenis tumbuhan yang mempunyai perawakan pendek, kecil,
dan mempunyai batang basah karena banyak mengandung air dan tidak berkayu
memiliki tinggi < 2 meter, termasuk ke dalam jenis rumput-rumputan, sayuran, juga
tumbuhan berbunga. Pada plot 3 tidak ditemukan jenis spesies ini karena kelompok
tumbuhan herba merupakan tumbuhan dengan batang baerair, sehingga
membutuhkan lingkungan berair pula atau yang memiliki kelembaban tinggi
sehingga dapat terus mempertahankan air di dalam tubuhnya. Selain itu, diketahui
juga bahwa nilai pH pada plot 3 lebih sedikit dari plot 1 dan 2, dan dengan demikian
maka bersifat asam, karena itu kondisi lingkungan pada plot 3 kurang
menguntungkan bagi tanaman. Lingga (2012) menjelaskan bahwa nilai pH
cenderung mempengaruhi ketersediaan unsur hara pada larutan nutrisi serta dapat
menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Jika tanah
masam akan banyak ditemukan unsur alumunium (Al) yang selain meracuni
tanaman juga mengikat phosphor sehingga tidak bisa diserap tanaman. Sedangkan
pada tanah basa banyak ditemukan unsur Na (Natrium) dan Mo (Molibdenum).
Pada pH 5,5 – 7 mikroorganisme yang menguntungkan bagi akar tanaman
diantaranya jamur dan bakteri pengurai bahan organik tumbuh dengan baik
membantu pertumbuhan tanaman Lingga (2012).
Nilai kerapatan adalah jumlah individu dibagi satuan luas plot dan nilai
kerapatan relatif adalah kerapatan tiap individu dibagi kerapatan total dikali 100%
(Mulyana, 2014). Berdasarkan hasil pengamatan kami, diperoleh nilai kerapatan
relative tertinggi adalah pada spesies Axonopus compressus dengan nilai 63%,
kemudian diikuti oleh Trifolium patens schreb, Cynodon dactylon, Cyperus
rotundus, Muehlenbeckia complexa meisn, dan Veronica alpina L. Ditinjau dari
hasil penghitungan frekuensi sebelumya, maka hasil pengamatan kami telah sesuai
dengan teori, dinyatakan oleh Martono (2012) bahwa tumbuhan yang mempunyai
nilai frekuensi relatif besar akan cenderung mempunyai nilai kerapatan relatif yang
besar pula.
Nilai dominansi adalah luas bidang dasar individu dibagi luas plot dan nilai
dominansi relatif adalah dominansi tiap individu dibagi jumlah dominansi dikali
100% (Mulyana, 2014). Berdasarkan hasil pengamatan kami, diperoleh nilai
dominansi relative tertinggi adalah pada spesies Axonopus compressus dengan nilai
61% diikuti oleh Muehlenbeckia complexa meisn, Trifolium patens schreb,
Cynodon dactylon, Cyperus rotundus,dan Veronica alpina L. Hamiddun, dkk
(2013) menyatakan bahwa indeks dominasi digunakan untuk mengetahui
pemusatan dan penyebaran jenis-jenis dominan. Apabila dominasi lebih
terkonsentrasi pada satu jenis, nilai indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya
jika beberapa jenis mendominasi secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi
akan rendah (Hamiddun, dkk, 2013). Berdasarkan pernyataan ini, maka dapat
disimpulkan bahwa dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis spesies saja, yaitu
Axonopus compressus, karena setiap spesies memiliki selisih beda nilai dominasi
yang cukup besar dan tidak teratur. Hal ini dimungkinkan karena spesies tersebut
memiliki kemampuan bertahan hidup lebih baik dari spesies lain, (Martono, 2012).
Maka dapat disimpulkan bahwa spesies Axonopus compressus merupakan jenis
spesies yang paling mendominasi diantara spesies yang lain.
Menurut Fanani, dkk. (2013), indeks nilai penting (INP) digunakan untuk
menggambarkan tingkat penguasaan yang diberikan oleh suatu spesies terhadap
komunitas dan sebaliknya. Jika pada hasil suatu analisis vegetasi menunjukkan
adanya spesies tumbuhan dengan INP terbesar, maka dapat dikategorikan spesies
tumbuhan tersebut sebagai penyusun utama komunitas. Spesies Cynodon dactylon
merupakan spesies yang mendominasi karena memiliki indeks nilai penting sebesar
146,8%, sedangkan spesies Axonopus compressus memiliki indeks nilai penting
sebesar 53,33%.
Dalam praktikum kali ini, kami melakukan analisis vegetasi yang dilakukan
dengan metode titik, garis, dan kuadran. Analisis vegetasi dilakukan di lingkungan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang,
sesuai dengan pembagian wilayah pada tiap kelompok, kelompok kami mendapat
tugas pengamatan vegetasi pada wilayah di samping gedung O2 Jurusan Kimia
Universitas Negeri Malang.
Menurut Marsono (1997) dalam Hidayat, dkk, (2017) vegetasi adalah suatu
kumpulan dari tumbuhan yang pada umumnya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama dalam suatu habitat atau tempat. Pada mekanisme hidup
bersama tersebut terdapat interaksi yang sangat erat, baik interaksi antara sesama
individu penyusun vegetasi tersebut maupun organisme lainnya sehingga terjadi
suatu sistem hidup dan tumbuh yang dinamis (Hidayat, dkk, 2017). Sementara itu,
analisis vegetasi merupakan suatu cara atau metode yang dilakukan untuk
mempelajari susunan atau komposisi vegetasi (komposisi spesies) dan penampakan
bentuk (struktur) dari suatu vegetasi atau komunitas tumbuh-tumbuhan (Hidayat,
dkk, 2017). Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Syafei, 1990).
3. Analisis Vegetasi Metode Kuadrat
Indeks nilai penting spesies Trifolium patens schreb adalah 85,4% dan
spesies Axonopus compressus adalah 74%. Nilai tersebut berarti spesies Trifolium
patens schreb dan spesies Axonopus compressus mencerminkan dominansi dan
struktur vegetasi lingkungan di depan gedung O2 FMIPA Universitas Negeri
Malang. Menurut Cahyanto, dkk. (2014) indeks Nilai Penting (INP) mencerminkan
keberadaan peran (dominansi) dan struktur vegetasi suatu tegakan hutan. Selain itu
untuk spesies Veronica alpina L. memiliki INP terkecil yaitu 6,9% hal ini dapat
disebabkan oleh kompetisi antar spesies di lingkungan tersebut.
Suatu tumbuhan mampu hidup pada rentangan faktor abiotik tertentu sesuai
dengan kemampuan fisiologisnya. Spesies tumbuhan Cynodon dactylon banyak
ditemukan pada plot 3 dengan suhu 31ºC, pH 5,75, kelembapan tanah 76%, dan
intensitas cahaya 351 lux , hal tersebut berarti faktor abiotik pada plot 3 merupakan
wilayah yang cocok untuk pertumbuhan spesies tersebut. Menurut Kartasapoetra
(2006) pada umumnya tumbuhan dapat tumbuh pada pH antara 5,0-8,0, suhu tanah
juga berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air didalam tanah
(kelembapan), suhu tanah dipengaruhi oleh suhu udara, intensitas cahaya matahari
yang masuk ke tanah dan air didalam tanah.
Kesimpulan
Berdasarkan data pada tabel frekuensi metode garis dapat diketahui bahwa
ditemukan 6 spesies pada plot yang berbeda-beda. Pada plot 1 ditemukan spesies
Axonopus compressus, spesies Veronica alpina L, spesies Cyperus rotundus,
spesies Trifolium patens schreb, spesies Muehlenbeckia complexa meisn. Pada plot
2 ditemukan dua spesies yaitu spesies Axonopus compressus dan spesies Trifolium
patens schreb. Pada plot 3 hanya ditemukan satu spesies saja yaitu spesies Cynodon
dactylon. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel kerapatan metode garis,
diketahui bahwa spesies Axonopus compressus pada plot 1 kerapatannya sebesar 11
cm, sedangkan pada plot 2 kerapatannya 84 cm. Spesies Veronica alpina L
memiliki kerapatan pada plot 1 sebesar 1 cm. Spesies Cyperus rotundus pada plot
1 memiliki kerapatan sebesar 9 cm. Spesies Trifolium patens schreb pada plot 1
memiliki kerapatan 22 cm, sedangkan pada plot 2 kerapatannya 2 cm. Spesies
Muehlenbeckia complexa meisn memiliki nilai kerapatan 6 cm pada plot 1. Spesies
Cynodon dactylon memiliki nilai kerapatan 21 cm pada plot 3. Berdasarkan tabel
Dominansi metode garis diketahui bahwa ditemukan 6 spesies. Spesies Axonopus
compressus pada plot 1 kerapatannya sebesar 11 cm, sedangkan pada plot 2
kerapatannya 84 cm. Spesies Veronica alpina L memiliki kerapatan pada plot 1
sebesar 1 cm. Spesies Cyperus rotundus pada plot 1 memiliki kerapatan sebesar 9
cm. Spesies Trifolium patens schreb pada plot 1 memiliki kerapatan 22 cm,
sedangkan pada plot 2 kerapatannya 2 cm. Spesies Muehlenbeckia complexa meisn
memiliki nilai kerapatan 6 cm pada plot 1. Spesies Cynodon dactylon memiliki nilai
kerapatan 21 cm pada plot 3. Jumlah total nilai kerapatan dari enam spesies tersebut
yaitu 156 cm. Spesies yang ditemukan pada metode garis ini terdapat 6 spesies.
Pada spesies Axonopus compressus memiliki nilai INP sebesar 149%, spesies
Veronica alpina L sebesar 13,27%, spesies Cyperus rotundus sebesar 18,38%,
spesies Trifolium patens schreb sebesar 55%, spesies Muehlenbeckia complexa
meisn sebesar 54,8%, dan spesies Cynodon dactylon sebesar 38%.
Arrijani, 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango. Jurnal Biodiversitas, 7(2), 147-153.
Bohari, M., dan Wahidah, B. F. 2015. Identifikasi Jenis-Jenis Poaceae di Desa Samata
Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Makasar: UIN Alauddin Makassar
Bunyamin, Z. dan M. Aqil. 2010. Analisis Iklim Mikro Tanaman Jagung (Zeamays
L.) Pada Sistem Tanam Sisip. Balai Penelitian Tanaman Serealia.Sulawesi
Utara. Prosiding Pekan Serealia Nasional. 294-300
Cahyanto, T., Chairunnisa, D., & Sudjarwo, T. 2014. Analisis Vegetasi Pohon
Hutan Alam Gunung Manglayang Kabupaten Bandung. Jurusan Biologi,
8(2), 145-161
Febriliani, Ningsih S. M., dan Muslimin. 2013. Analisis Vegetasi Habitat Anggrek
di Sekitar Danau Tambing Kawasan Taman Nasional Lore Lindu.
Sulawesi Tengah: Universitas Tadulako.
Fanani, A., Rohman, F., & Sulasmi, E. 2013. Karakteristik Komunitas Herba Di
Hutan Jati Resort Pemangkuan Hutan (Rph) Dander Petak 12b Kabupaten
Bojonegoro. (Online), (jurnal
online.um.ac.id/.../artikel06C174076B13EA256B3892E7EEC 675). diakses
tanggal 12 Februari 2020.
Hamidun, S., & Baderan, D. 2011. Analisis Vegetasi Hutan Produksi Terbatas
Boliyohuto Provinsi Gorontalo, (Online). (repository.ung.ac.id/.../Analisis-
Vegetasi-Hutan-Produksi-Terbatas-Boliy) diakses tanggal 12 Februari 2020.
Hidayat, M., Laiyanah, Silvia, N., Putri, Y. A., dan Marhamah, N. 2017. Analisis
Vegetasi Tumbuhan Menggunakan Metode Transek Garis (Line Transect)
di Hutan Seulawah Agam desa Pulo Pemukiman Lamteuba Kabupaten
Aceh Besar. Sumatera Utara: UIN Ar-Raniry Banda Aceh Sumatera Utara.
Kholimah, Siti. 2018. Eksplorasi Tumbuhan Herba yang Berkhasiat sebagai Obat
di Blok Pemanfaatan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura
War) Kota Bandar Lampung. Lampung: Universitas Lampung.
Lingga, Pinus. 2012. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Depok: Penebar
Swadaya.
Lubis, S.K. 2007. Aplikasi Suhu dan Aliran Panas Tanah. Medan : USU.
Martono, Djoko Setyo. 2012. Analisis Vegetasi dan Asosiasi Antara Jenis-Jenis
Pohon Utama Penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah di Taman. Nasional
Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat. Madiun: Fakultas Pertanian
Universitas Merdeka Madiun.
Mulyana, Fikri. 2014. Analisis Vegetasi. Lampung: Institut Agama Islam Negeri
Raden Intan Lampung.
Maridi, Saputra, A., & Agustina, P. 2015. Analisis Struktur Vegetasi di Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali. Bioedukasii, 8(1), 28-42.
Natalia, D., & Handayani, T. 2013. Analisis Vegetasi Strata Semak Di Plawangan
Taman Nasional Gunung Merapi Pasca Erupsi Merapi 2010. Jurnal
Bioedukatika, 1(1), 62-71
Oktaviani, R., & Yanuwiadi, B. 2016. Persepsi Masyarakat Terhadap Konservasi
Spesies Riparian di Tepi Sungai Porong, Kabupaten Sidoarjo. Biotropika:
Journal of Tropical Biology, 4(3), 81-87.
Sari, dkk. 2018. Analisis Vegetasi Tumbuhan Dengan Metode Transek (Line
Transect) Dikawasan Hutan Deudap Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar.
Makalah disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional Biotik 2018.
Simamora, J. M., Hikmat, A., & Zuhud, E. A. 2017. The Effect of Biotic and
Physical Environmental Factors on Total Individual of Rafflesia meijerii in
Batang Gadis National Park. Media Konservasi, 22(1), 35-41.
Sriyani, N., Lubis, A.T., Sembodo, D.R.J., Mawardi,D., Suprapto, H., Susanto, H.,
Pujisiswanto, H., Abdachi, T., dan Oki,Y. 2014. Upland Weed Flora of
Southern Sumatera. An Illustrated Weed Identification Book. Bandar
Lampung: Global Madani Press.
Sujarwo W, Darma IDP. 2011. Analisis vegetasi dan pendugaan karbon tersi mpan
pada pohon di kawasan sekitar Gunung dan Danau Batur Kintamani Bali.
Jurnal Bumi Lestari 11(1): 85-92.
Sundra, K. I. 2016. Metode Dan Teknik Analisis Flora Dan Fauna Darat. Denpasar
: Universitas Udayana.
Susanto, W. (2012). Analisis Vegetasi pada Ekosistem Hutan Hujan Tropis untuk
Pengelolaan Kawasan Taman Hutan Raya Raden Soerjo (Wilayah
Pengelolaan Cangar-Kota Batu). Jurnal Ekologi, 30(3), 23-35.
Win, N. 2011. Quantitative Analysis of Forest Structure in the Middle Part of the
Goktwin Area, Northern Shan State. Universities Research Hiyrbak 4(1):
321-335.
Lampiran