Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI TUMBUHAN
“ Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat) ”

OLEH :
Nama :DANI ABDILLAH
NIM: F1072151021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada dasarnya suatu analisis vegetasi adalah suatu analisis dalam ekologi
tumbuhan yang untuk mengetahui berbagai jenis vegetasi dalam suatu komunitas
atau populasi tumbuhan yang berkembang dalam skala waktu dan ruang.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran,
dan struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati. Praktikum ini dilakukan pada
hari Senin tanggal 7 Desember 2015 di Laboratorium Biologi FKIP Untan dan
lapangan terbuka di depan Laboratorium baru Biologi FKIP Untan. Metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah metode kuadrat. Metode kuadrat adalah
salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu luasan petak contoh.
Langkah pertama dari metode ini adalah membuat Kurva Spesies Area. Setelah
luas minimum area dari suatu petak contoh yang dianggap mewakili suatu tipe
komunitas tertentu telah kita peroleh, maka selanjutnya kita dapat melakukan
penarikan contoh tersebut. Sistem analisis dalam metode ini didasarkan pada
variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi. Kerapatan didasarkan pada jarak
individu spesies sepanjang garis yang di buat, fekuensi didasarkan pada kerapatan
dari spesies yang di jumpai dalam sejumlah garis-garis yang dibuat, dan nilai
penting didasarkan pada penjumlahan harga-harga relatif pada kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi. Pada praktikum analisa vegetasi dengan metode
kuadrat ini didapat 6 spesies tumbuhan yang belum diketahui namanya. Dari hasil
identifikasi dengan menggunakan buku identifikasi yang ada, didapat bahwa 6
spesies berhasil diidentifikasi 6 spesies tersebut adalah Cyperus rotundus (Rumput
Teki), Pennisetum purpureum (Rumput Gajah), Eleusine indica (Rumput
Belulang), Mimosa pudica (Putri malu), Niphelium lappaceum L.(Rambutan),
Strobilanthes crispus (Pecah Beling).
Berdasarkan data tumbuhan dengan komposisi jenis tumbuhan
Pennisetum purpureum (Rumput Gajah) dan Mimosa pudica (Putri malu)
dominan terhadap spesies lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai FM
keduanya (Frekuensi Mutlak) dan FR (Frekuensi Relatif) yaitu sebesar 1 dan
29,41. berarti penyebaran tumbuhan ini dapat ditemukan hampir di setiap plot.
B. Masalah
Bagaimana mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran, dan
struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati?
C. Tujuan
untuk mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran, dan struktur dari
suatu tipe vegetasi yang diamati
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Struktur
dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem
lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami
pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi
berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastis karena
pengaruh anthropogenik. Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya
akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan
kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan yang disebut luas minimum area.
Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan
dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran, dan struktur
dari suatu tipe vegetasi yang diamati.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan
penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,
diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun
komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig,
1983).
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu
habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan
erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh
yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat
persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum
yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam
analisis vegetasi dengan metode kuadrat (Andi, 2010).
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan
suatu luasan petak contoh. Langkah pertama dari metode ini adalah membuat
Kurva Spesies Area. Setelah luas minimum area dari suatu petak contoh yang
dianggap mewakili suatu tipe komunitas tertentu telah kita peroleh, maka
selanjutnya kita dapat melakukan penarikan contoh tersebut (Michael, 1995).
Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah suatu ukuran luas yang
diukur dengan satuan kuadrat seperti m², cm² dan lain-lain. Bentuk petak contoh
pada metode kuadrat pada dasarnya ada tiga macam yaitu bentuk lingkaran,
bentuk bujur sangkar dan bentuk empat persegi panjang. Dari ketiga bentuk petak
contoh ini masing-masing bentuk memiliki kelebihan dan kekurangannya, seperti
bentuk lingkaran akan lebih menguntungkan jika dapat dipakai untuk analisis
vegetasi herba yang bergerombol, karena ukuran dapat cepat diperluas dan teliti
dengan menggunakan seutas tali yang dikaitkan pada titik pusat lingkaran. Untuk
vegetasi herba rendah bentuk empat persegi panjang akan lebih efisien
dibandingkan dengan bentuk bujur sangkar pada ukuran yang sama. Hal ini
disebabkan karena kelompok tumbuhan cenderung akan tumbuh membentuk
lingkaran, sehingga bentuk petak contoh berbentuk empat persegi panjang akan
lebih banyak kemungkinannya untuk memotong kelompok tumbuhan
dibandingkan dengan bentuk bujur sangkar pada luasan yang sama, dengan
demikian jumlah jenis yang teramati akan lebih banyak. Namun demikian, bentuk
petak contoh empat persegi panjang mempunyai kekurangan terhadap bentuk
bujur sangkar, karena perbandingan panjang tepi terhadap luasnya lebih besar
daripada perbandingan panjang tepi bujur sangkar terhadap luasnya. Kesalahan
tersebut terus meningkat apabila perbandingan panjang tepi terhadap luasnya
semakin meningkat (Rohman dan Wayan, 2001).
Dilihat dari segi penyebaran tumbuhan, bentuk bujur sangkar memiliki
keuntungan apabila dibandingkan dengan bentuk lingkaran, namun demikian
bentuk lingkaran mempunyai keuntungan dibandingkan dengan bentuk-bentuk
geometris lainnya. Bentuk lingkaran juga lebih efisien digunakan pada daerah tipe
vegetasi yang berkelompok seperti daerah gurun pasir (Rohman dan Wayan,
2001).
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.
b. Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah
spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi
merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi persentase
tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa
area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal
dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan
basal area dari beberapa jenis tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area
pohon dapat dengan mengukur diameter pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi
dada).
d. Chart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf.
Metode ini ter-utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi
dan menentukan letak tiap- tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat
yang digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan
pantograf. Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat
otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya
(Natassa, et. al., 2010).
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus
dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang
diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah :
1. Ukuran petak.
2. Bentuk petak.
3. Jumlah petak.
4. Cara meletakkan petak di lapangan (Dedy, 2009).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk
populasinya, dimana sifat - sifatnya bila di analisa akan menolong dalam
menentukan struktur komunitas. Sifat – sifat individu ini dapat dibagi atas dua
kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan
(frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance) (Kershaw, 1979).
Frekuensi, kerapatan dan kerimbunan ini merupakan data hasil analisa
kuantitatif yang merupakan data yang penting dalam menentukan peranan atau
spesies atau jenis dalam vegetasinya. Selain data dalam analisa data hasil analisa
kuantitatif di perlukan juga data lain yaitu hasil analisa kuantitatif yang
memberikan sifat khusus dari spesies atau jenis terhadap vegetasi. Karena dari
hasil analisis kuantitatif ini terutama akan memberikan gambaran dari setiap jenis
yang ada pada waktu-waktu yang akan datang. (Rahardjanto, 2001).
Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis
tumbuhan di dalam area kuadran. Pada beberapa keadaan, kesulitan dalam
menentukan batasan individu tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara
pengelompokan berdasarkan criteria tertentu (kelas kerapatan). Kerimbunan,
ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan.
Apabila dalam penentuan kerapatan dijabarkan dalam bentuk kerapatan, maka
untuk kerimbunannya pun lebih baik dipergunakan kelas kerimbunan. Frekuensi,
ditentukan berdasarkan kerapatan dari jenis tumbuhandijumpai dalam sejumlah
area cuplikan (n), dibandingkan dengan seluruh atau seluruh cuplikan yang dibuat
(N), biasanya dalam %. (Syafei, 1990).
Hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis data untuk mengetahui
kondisi kawasan yang diukur secara kuantitatif. Dibawah ini adalah beberapa
rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil analisa vegetasi, yaitu :
Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi
suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting
menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai
Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR),
Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR) (Ketut, et. al, 2013).
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen
penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus
dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu
vegetasi umumnya terdiri dari :
1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan
memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-
parasit.
3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki
rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai
daun.
4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan
biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari
1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri
sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau
belukar.
6. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai
rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang
menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang
kadang-kadang keras.
7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu
batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
a. Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari
1.5 m.
b. Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan
berdiameter kurang dari 10 cm.
c. Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm
(Syafei,2000).
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan tempat
Praktikum “ Metode Kuadrat” dilaksanakan pada:
Hari/ tanggal :KAMIS / 28 OKTOBER 2017
Waktu : 09.30 - selesai
Tempat: Dilaboratorium biologi FKIP UNTAN
B. Alat dan bahan
a. Alat :
- Tali raffia
- Meteran 50 m
- Pancang
- Parang
- Caliper
- Counter
- Patok
- Alat tulis
- Kertas label
- Perlengkapan pembuatan herbarium
- Buku-buku identifikasi
b. Bahan :
- Komunitas tertentu
C. Cara kerja
1. Pertama-tama ditentukan suatu tipe vegetasi yang menjadi objek
untuk di analisi. Kemudian tentukan luas petak contoh dari hasil
pembuatan kurva specie Area dan banyaknya petak contoh
tergantung dari biaya, waktu dan tenaga. Tetapi dari berbagai
pengalaman, pada dasarnya ukuran petak conoth seluas 1 X 1 m²
dibuat untuk menganalisis tumbuhan herba, 10 X 20 m² dibuat
untuk tumbuhan semak atau terhadap pohon tingkatan sampling
yang tingginya kurang dari 3 m dan 100 m² untuk komunitas yang
berbentuk hutan. Bentuk contoh dapat berupa lingkaran, empat
persegi panjang atau bujur sangkar petak tergantung pada
komunitas yang akan di amati.
2. Dilakukan secara acak atau secara sistematis atau kombinasi
keduanya yaitu pertamu dibuat acak penentuan awal petak contoh.
3. Di catat data setiap individu jenis yang ada dan hitung datanya
dalam setiap setiap petak contoh ( lihat perhitungan)
4. Ditentukan besaran indeks bilai penting (INP) dari masing-masing
jenis dengan menjumlahkan parameter masing-masing jenis
tersebut.
5. Di tentukan perbandingan nilai penting (SDR). SDR
menunjukakkan jumlah indeks nilai penting dibagi dengan besaran
yang membentuknya. SDR dipakai karena jumlahnya tidak lebih
dari 100% sehingga mudah untuk diintrepetasikan.

.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

∑ ∑
No Spesies KM KR (%) FM FR (%) INP
Individu Plot
1. Cyperus rotundus 62 3 20.67 23,39 0.6 17,64 41,03
(Rumput Teki)
2. Pennisetum 68 5 13,6 15, 39 1 29,41 44,8
purpureum
(Rumput Gajah)
3. Eleusine indica 59 2 29.67 33,58 0.4 11,76 45,34
(Rumput
Belulang)
4. Mimosa pudica 82 5 16,4 18,56 1 29,41 47,97
(Putri malu)
5. Niphelium 2 1 2 2,26 0.2 5,88 8,14
lappaceum L.
(Rambutan)
6. Strobilanthes 6 1 6 6,79 0.2 5,88 12,67
crispus
(Pecah Beling)
88,34 3.4

Keterangan :
KM = kerapatan mutlak
KR = kerapatan relatif
FM = frekuensi mutlak
FR = frekuensi relatif
NP = nilai penting

KM (i) =
KR (i) =

FM (i) =

FR (i) =

INP = KR + FR + DR

LAMPIRAN
Perhitungan :

KM (i) =

1. Cyperus rotundus

KM (i) =

2. Pennisetum purpureum

KM (i) =

3. Eleusine indica

KM (i) =

4. Mimosa pudica

KM (i) =

5. Niphelium lappaceum L.

KM (i) =

6. Strobilanthes crispus

KM (i) =
KR (i) =

1. Cyperus rotundus

KR (i) =

2. Pennisetum purpureum

KR (i) =

3. Eleusine indica

KR (i) =

4. Mimosa pudica

KR (i) =

5. Niphelium lappaceum L.

KR (i) =

6. Strobilanthes crispus

KR (i) =

FM (i) =

1. Cyperus rotundus

FM (i) =

2. Pennisetum purpureum

FM (i) =

3. Eleusine indica
FM (i) =

4. Mimosa pudica

FM (i) =

5. Niphelium lappaceum L.

FM (i) =

6. Strobilanthes crispus

FM (i) =

FR (i) =

1. Cyperus rotundus

FR (i) =

2. Pennisetum purpureum

FR (i) =

3. Eleusine indica

FR (i) =

4. Mimosa pudica

FR (i) =

5. Niphelium lappaceum L.

FR (i) =

6. Strobilanthes crispus

FR (i) =

NP = KR + FR
1. Cyperus rotundus
NP = 23,39+ 17,64 = 41,03
2. Pennisetum purpureum
NP = 15, 39+ 29,41= 44,8
3. Eleusine indica
NP = 33,58+ 11,76= 45,34
4. Mimosa pudica
NP = 18,56+ 29,41= 47,97
5. Niphelium lappaceum L
NP = 2,26+ 5,88= 8,14
6. Strobilanthes crispus
NP = 6,79+ 5,88= 12,67

B. Pembahasan

Menurut Greig (1983), analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan


(komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas
minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat.
Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat
kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak
contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan
teknik analisa vegetasi yang digunakan. Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran, dan struktur dari suatu tipe
vegetasi yang diamati.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode kuadrat.
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu
luasan petak contoh. Bentuk petak contoh yang digunakan pada metode kuadrat
yaitu bentuk persegi panjang. Ukuran petak yang digunakan adalah 1× 1 m.
Setelah luas minimum area dari suatu petak contoh yang dianggap mewakili suatu
tipe komunitas tertentu telah kita peroleh, maka selanjutnya kita dapat melakukan
penarikan contoh tersebut. Sistem analisis dalam metode ini didasarkan pada
variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi. Kerapatan didasarkan pada jarak
individu spesies sepanjang garis yang di buat, fekuensi didasarkan pada kerapatan
dari spesies yang di jumpai dalam sejumlah garis-garis yang dibuat, dan nilai
penting didasarkan pada penjumlahan harga-harga relatif pada kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi.
Digunakannya metode kuadrat karena metode ini mudah dan lebih cepat
digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir
volumenya. Pemilihan tempat untuk pembuatan petak metode kuadrat haruslah
jauh dari naungan ataupun pohon. Karena bila terdapat naungan akan
mempengaruhi jenis spesies dan jumlahnya.
Pola penyebaran tumbuhan dalam suatu komunitas tidaklah sama. Jenis-
jenis tumbuhan tidak menyebar secara teratur dalam suatu daerah tetapi
dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor lingkungan. Dalam praktikum, parameter
vegetasi yang diamati yaitu kerapatan mutlak dan relatif, frekuensi mutlak dan
relatif, dominansi mutlak dan relatif, indeks nilai penting dan perbandingan nilai
penting. Frekuensi menunjukkan penyebaran tumbuhan di dalam suatu komunitas.
Nilai dari frekuensi menunjukkan perbedaan penyebaran tumbuhan dan pengaruh
dari berbagai faktor lingkungan terhadap komunitas tersebut. Kerapatan
menunjukkan jumlah kepadatan tumbuhan dalam komunitas dan dan jumlah
tanaman persatuan area komunitas. Kepadatan juga memberikan informasi
mengenai derajat persaingan. Basal area atau luas bidang dasar digunakan dalam
mengukur pohon, yang diukur luas bidang dasar pada ketinggian 130 cm dari
permukaan tanah atau setinggi dada orang dewasa. Dominansi relatif merupakan
perbandingan luas bidang dasar (basal area) suatu jenis dengan jumlah total luas
dasar jenis keseluruhan yang terdapat di dalam area komunitas. Dominnansi
merupakan gambaran yang mencakup karakteristik sifat kuantitatif suatu
komunitas. Dominansi merupakan bentuk sisntesis dari kepadatan, frekuensi dan
penutupan tajuk atau luas bidang dasar. Nilai dari dominansi ini disebut sebagai
indeks nilai penting (INP). Indeks nilai penting suatu spesies atau jenis di dalam
komunitas dikemukakan dalam nilai relatif. Indeks nilai penting merupakan
gabungan atau penjumlahan dari kepadatan relatif, ferkuensi relatif dan dominansi
relatif. Jadi, dalam dominansi ini kalau lebih besar penguasaan (peranan) satu
jenis maka nilainya tinggi dan jika banyak jenis menyebar sama maka nilai
indeksnya rendah (Rasnovi, 2006).

Pada praktikum analisa vegetasi dengan metode kuadrat ini didapat 6 spesies
tumbuhan yang belum diketahui namanya. Dari hasil identifikasi dengan
menggunakan buku identifikasi yang ada, didapat bahwa 6 spesies berhasil
diidentifikasi 6 spesies tersebut adalah Cyperus rotundus (Rumput Teki),
Pennisetum purpureum (Rumput Gajah), Eleusine indica (Rumput Belulang),
Mimosa pudica (Putri malu), Niphelium lappaceum L.(Rambutan), Strobilanthes
crispus (Pecah Beling)
. Tumbuhan-tumbuhan tersebut tersebar pada 5 plot yang di amati.
Beberapa tumbuhan ada yang menempati seluruh plot, dan ada juga yang hanya
ditemukan pada 3, 4 atau hanya di 1 plot saja.

Berdasarkan data tumbuhan dengan komposisi jenis tumbuhan


Pennisetum purpureum (Rumput Gajah) dan Mimosa pudica (Putri malu)
dominan terhadap spesies lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai FM
keduanya (Frekuensi Mutlak) dan FR (Frekuensi Relatif) yaitu sebesar 1 dan
29,41. berarti penyebaran tumbuhan ini dapat ditemukan hampir di setiap plot.
Kemudian 5 species lain tersebar di berbagai plot ada yang tumbuh di 2 plot, 3
plot, 4 plot
Variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas
dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya
menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda
setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing
spesies. Nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan
pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang
keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan
gambaran tentang jumlah individu pada masing-masing plot (Desmawati, et. al,
2011).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. hasil analisa vegetasi menggunakan metode kuadrat didapat 9 spesies
tumbuhan dengan penyebaran yang beraneka ragam.
2. 6 berhasil diidentifikasi sedangkan 1 tidak dapat teridentifikasi karena
organ tumbuhannya tidak lengkap.
3. 6 spesies berhasil diidentifikasi 6 spesies tersebut adalah Cyperus
rotundus (Rumput Teki), Pennisetum purpureum (Rumput Gajah),
Eleusine indica (Rumput Belulang), Mimosa pudica (Putri malu),
Niphelium lappaceum L.(Rambutan), Strobilanthes crispus (Pecah
Beling)
4. Berdasarkan data tumbuhan dengan komposisi jenis tumbuhan
Pennisetum purpureum (Rumput Gajah) dan Mimosa pudica (Putri
malu) dominan terhadap spesies lainnya
5. Pemilihan tempat untuk pembuatan petak metode kuadrat haruslah
jauh dari naungan ataupun pohon. Karena bila terdapat naungan akan
mempengaruhi jenis spesies dan jumlahnya. Digunakannya metode
kuadrat karena metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk
mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya.
B. Saran
Praktikum sudah berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Andi, 2010. Analisis Vegetasi Luas Minimum. (online).


(http://www.che@blog.com/doc/analisisvegetasiluasminimum). Diakses
pada tanggal 24 januari 2016.

Dedy. 2009. Analisa Vegetasi. (online).


(http://dydear.multiply.com/journal/item/15/Analisa-Vegetasi). Diakses
pada tanggal 24 januari 2016.

Desmawati, et. al. 2011. Analisa Vegetasi. (online). (http://digilib.its.ac.id/ITS-


Undergraduate-3100007028754/6670). Diakses pada tanggal 24 januari
2016.

Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Vol 9.


Oxford : Blackwell Scientific Publications.

Kershaw, K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London : Edward
Arnold Publishers.
Ketut, et. al. 2013. Analisis Vegetasi dengan Metode Kuadrat pada Plot yang
dibuat dalam Bentuk Lingkaran di Kebbun Raya Eka Karya Bali.
Jurnal Biologi Vol.1 (2) : 4.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Jakarta : Universitas Indonesia.
Rasnovi, Rahardjanto, A. K. 2006. Ekologi Tumbuhan. Malang : Biologi FKIP
UMM.

Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi


Tumbuhan. Malang : JICA.
Syafei, Eden Surasana. 2000. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai