Anda di halaman 1dari 4

Vegetasi merupakan kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama

pada satu tempat dimana antara individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang erat,
baik diantara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi
dan lingkungan tersebut. Dengan kata lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu-
individu tumbuhan melainkan membentuk suatu kesatuan dimana individu-individunya saling
tergantung satu sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan
(Indriyanto, 2006: 32).

Metode plot adalah prosedur yang umum digunakan untuk sampling berbagai tipe
organisme. Plot biasanya berbentuk segiempat atau persegi ataupun lingkaran, sedangkan
ukurannya tergantung dari tingkat heterogenan komunitas. Metode ini digunakan untuk
sampling tumbuh- tumbuhan, hewan-hewan sessil (menetap) atau bergerak lambat seperti
hewan-hewan yang meliang (bersarang di lubang tanah) (Indriyanto, 2006: 32).

Salah satu teknik sampling untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan
Teknik Sampling Kuadrat (Quadrat Sampling Technique) yang merupakan suatu teknik
survey vegetasi dan sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh
yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak
tunggal mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti
bersifat homogen. Adapun petak¬-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara random
atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling yang telah dikemukakan
(Soegianto, 2002:18).

Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi
sampling pola penyebarannya. Misalnya, untuk vegetasi rendah, petak contoh berbentuk
lingkaran lebih menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat dilakukan secara mudah
dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain itu, petak contoh berbentuk
lingkaran akan memberikan kesalahan sampling yang lebih kecil daripada bentuk petak
lainnya, karena perbandingan panjang tepi dengan luasnya lebih kecil. Tetapi dari segi pola
distribusi vegetasi, petak berbentuk lingkaran ini kurang efisien dibanding bentuk segiempat.
Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa
petak bentuk segiempat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding
petak berbentuk bujur sangkar yang berukuran sama, terutama bila sumbu panjang dari petak
tersebut sejajar dengan arah perobahan keadaan lingkungan/habitat (Soegianto, 2002:19).

Untuk memudahkan perisalahan vegetasi dan pengukuran parametemya, petak contoh


biasanya dibagi-bagi ke dalam kuadrat-kuadrat berukuran lebih kecil. Ukuran kuadrat-kuadrat
tersebut disesuaikan dengan bentuk morfologis jenis dan lapisan distribusi vegetasi secara
vertikal (stratifikasi). Dalam hal ini Oosting (1956) menyarankan penggunaan kuadrat
berukuran 10 x 10 m untuk lapisan pohon, 4 x 4 m untuk lapisan vegetasi berkayu tingkat
bawah (undergrowth) sampai tinggi 3 m, dan 1 x 1 m untuk vegetasi bawah/lapisan herba.
Tetapi, umummya para peneliti di bidang ekologi hutan membedakan potion ke dalam
beberapa tingkat pertumbuhan, yaitu: semai (permudaan tingkat kecambah sampai setinggi <
1,5 m), pancang (permudaan dengan > 1,5 m sampai pohon muda yang berdiame[er < 10
cm), tiang (pohon muda berdiameter 10 s/d 20 cm), dan pohon dewasa (diameter > 20 cm).
Untuk memudahkan pelaksanaannya ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat perttunbuhan
tersebut, yaitu umumnya 20 x 20 m (pohon dewasa), 10 x 10 m (tiang), 5 x 5 m (pancang),
dan lxl m atau 2 x 2 m (semai dan tumbuhan bawah) (Soegianto, 2002 : 21-22).
(a). Petak Tunggal
Di dalam metode ini dibuat satu petak sampling dengan ukuran tertentu yang mewakili suatu
tegakan hutan. Ukuran petak ini dapat ditentukan dengan kurva spesies-area. Untuk lebih
jelasnya contoh petak tunggal dapat dilihat berikut ini:
Gambar 1. Suatu petak tunggal dalam analisis vegetasi
Agar data vegetasi hasil survei lebih bersifat informatif, sebaiknya bila waktu dan dana
survey memungkinkan, setiap lokasi pohon beserta tajuknya (termasuk pancang, semai, dan
tiang) begitu pula pohon yang masih berdiri atau pohon yang roboh dalam petak contoh,
dipetakan. Hal ini akan sangat berguna untuk mengetahui pola distribusi setiap jenis vegetasi,
proporsi gap, menduga luasan tajuk dari diameter, dan lain-lain.
(b). Petak Ganda. Di dalam metode ini pengambilan contoh vegetasi dilakukan dengan
menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata. Peletakan petak contoh
sebaiknya secara sistematis. Untuk menentukan banyaknya petak contoh dapat digunakan
kurva species-area. Sebagai illustrasi pada Gambar 6.5 disajikan cara peletakan petak contoh
pada metode petak ganda.
Gambar 2. Desain petak ganda di lapangan
*Cara menghitung besamya nilai kuantitatif parameter vegetasi sama dengan metode petak
tunggal.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan atau komposisi vegetasi secara
bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk
pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan
data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun
komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif
tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Menurut Jurnal yang dikutip dari
Supeksa, Ketut, dkk. 2015 (Soewono, 2002) menyatakan bahwa untuk melakukan analisis
vegetasi ada beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil analisa
vegetasi, menggunakan metode plot sebagai berikut :
Kerapatan atau densitas adalah jumlah individu per unit luas, dengan kata lain merupakan
jumlah individu organisme persatuan ruangan. Nilai kerapatan suatu jenis menunjukan
kelimpahan jenis dalam suatu ekosistem dan nilai ini dapat menggambarkan bahwa jenis
dengan kerapatan tertinggi memiliki pola penyesuaian yang besar. Kerapatan sangat
dipengaruhi oleh jumlah ditemukannya spesies dalam daerah penelitian. Semakin banyak
suatu spesies, maka kerapatan relatifnya semakin tinggi.
K=
Dengan demikian kerapatan spesies ke-i dapat dihitung sebagai K-i dan kerapatan relatif
setiap spesies ke-I terhadap kerapatan total dapat dihitung sebagai KR-i.
K-i =
KR-i =
Frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu
spesies tertentu terhadap jumlah total sampel. Frekuensi spesies tumbuhan adalah jumlah plot
contoh tempat diketemukannya suatu spesies dari sejumlah plot contoh yang dibuat. Dengan
demikian frekuensi dapat menggambarkan tingkat penyebaran spesies dalam habitat yang
dipelajari.
Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, frekuensi spesies (F), frekuensi spesies ke-I
(F-i) dan frekuensi relatif spesies ke-I (FR-i) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
F=
F-i =
FR-i =
Dominansi/Luas Penutupan adalah proporsi antara luas bidang dasar yang ditempati oleh
spesies tumbuhan dengan luas total habitat. Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan,
luas bidang dasar spesies (D), luas bidang dasar spesies ke-I (D-i) dan luas bidang dasar
relatif spesies ke-i (DR-i) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
D=
D-i =
DR-i =

Indeks Nilai Penting (Importance Value Index) adalah parameter kuantitatif yang dapat
dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam
suatu komunitas tumbuhan. INP sebagai penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif,
dan dominansi relatif. Dengan demikian indeks nilai penting (INP) dan indeks nilai penting
untuk spesies ke-i (INP-i) dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut.
INP = KR + FR + DR
INP-i = KR-i + FR-i + DR-i
Menurut journal yang dikutip (Sjafani, dkk. 2015) Analisis vegetasi juga dilakukan untuk
menghitung nilai penting index. Nilai penting index dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus berikut:
Dimana: Relative density merupakan kepadatan relative
Relative Frequency merupakan frekuensi relative
Relative dominan merupakan dominan relative
Alasan paling penting mengapa teknik sampling plot digunakan disuatu lahan atau wilayah
adalah relative mudah dibandingan dengan metode lainya. Hal ini mencerminkan trade-off
antara akurasi maksimum dan waktu minimum wajib diketahui. Karena metode plotless
memberikan bias terbesar ketika vegetasi memiliki tingkat tinggi non-keacakan, sebaiknya
tidak menggunakan metode ini ketika vegetasi tidak diketahui sebelumnya (Hijbeek,et all,
2013).
DAFTAR PUSTAKA
Hijbeek,et all.2014. An Evaluation of Plotes Sampling Using Vegetation Simulations and
Field Data from a Mangrove Forest. Jurnal An Evaluation of Plotless Sampling.Vol.8, No 6.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan.Jakarta : Bumi Aksara.
Sjafani, Hakim, dkk.2015.The Habitat and Estimation Population of Mamoa Bird (Eulipoa
wallacei) in Galela Halmahera. Jurnal of Biodeversity and Enviromental Sciences.Vo.7, No.2.
Soegianto, Agus. 2002. Ekologi Kuantitatif. Surabaya : Usaha Nasional.
Supeksa, Ketut, dkk.2015 Analisis Vegetasi Dengan Metode Kuadrat Pada Plot yang Dibuat
Dalam Bentuk Lingkaran di Kebun Raya Eka Karya Bali. Jurnal of Sciences.Vol. 6, No.1)

Anda mungkin juga menyukai