Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Ilmu vegetasi sudah dimulai hampir tiga abad yang lalu. Mula-mula

kegiatan utama yang dilakukan lebih diarahkan pada diskripsi dari tentang alam
dan

vegetasinya.

Dalam

abad

ke

XX

usaha-usaha

diarahkan

untuk

menyederhanakan eskripsi dari vegetasi dengan tujuan untuk untuk meningkatkan


keakuratan dan untuk mendapatkan standart dasar dalam evaluasi secara
kuantitaif. Berbagai metode analisis vegetasi dikembangkan, dengan penjabaran
data secara detail melalui cara coding dan tabulasi. Berbagai metode yang
digemari dan banyak diterima oleh banyak pakar adalah dari Raun kiaer (1913,
1918), Clements (1905, 1916), Du Rietz (1921, 1930), Braun (1915), dan Braun
Bienquet (1928). Deskripsi umum dari vegetasi dan komunitas tumbuhan melalui
bentuk hidup dan species dominan adalah tekanan pada zaman yang telah lalu.
(Rahardjanto, 2001)
Dalam mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik
pandang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan dan tumbuh-tumbuhan
yang hidup bersama dalam suatu terutama yang mungkin dikarakterisasi baik oleh
spesies sebagai komponenya. Maupun oleh kombinasi dan struktur sifat-sifatnya
yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum atau fungsional. Dalam
ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis dan juga
sintesis sehingga akan membantu dan mendiskripsikan suatu vegetasi sesuai
dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan. (Indriyanto, 2006)
Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika
digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadran, metode garis, metode tanpa
plot dan metode kwarter. Namun dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan
pada penggunaan analisis dengan metode kuadran. Metode kuadran, bentuk
percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang
menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk
vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Analisis yang menggunakan

metode ini dilakukan perhitungan terhadap

variabel-variabel kerapatan,

kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).


Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk
mengetahui

komposisi,

dominansi

pohon

dan

menaksir

volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot


less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran
tertentu, area cuplikan hanya berupa titik.

Metode ini cocok

digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk


melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu
akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode
ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi
kompleks lainnya (Andrie, 2011).
1.2

Rumusan Masalah
Praktikum ini rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1.

Berapa nilai penting dari vegetasi di area yang diamati berdasarkan kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensinya?

2.

Berapa nilai variabel dari vegetasi di area yang diamati berdasarkan


kerapatan, kerimbunan, dan frekuensinya?

3.

Apa nama spesies yang dominan dari vegetasi berdasarkan nilai variabel yang
didapat dari area yang diamati?

1.3

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui nilai penting dari vegetasi di area yang diamati berdasarkan


kerapatan, kerimbunan, dan frekuensinya.
2. Mengetahui nilai variabel dari vegetasi di area yang diamati berdasarkan
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensinya.
3. Mengetahui nama spesies dari vegetasi berdasarkan nilai penting yang
didapat dari area yang diamati.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vegetasi
Pengertian umum vegetasi adalah kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya
terdiri dari beberapa jenis dan hidup bersama pada suatu tempat. Individuindividu tersebut di dalamnnya terdapat interaksi yang erat antara tumbuhtumbuhan itu sendiri maupun dengan binatang-binatang yang hidup dalam
vegetasi itu dan faktor-faktor lingkungan. Vegetasi bukan hanya kumpulan dari
individu-individu tumbuhan saja, akan tetapi merupakan suatu kesatuan dimana
individu-individu penyusunnya saling bergantung satu sama lain dan disebut
komunitas tumbuhan. Pengertian tumbuh-tumbuhan ditekankan pada hubungan
yang erat antara komponen organisme dan faktor lingkungan, maka hal ini disebut
ekosistem (Marsono, 1977).
Komposisi dan struktur vegetasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
flora, habitat (iklim, tanah, dan lain-lain), waktu dan kesempatan. Hal ini
menyebabkan vegetasi di suatu tempat merupakan hasil resultan dari banyak
faktor baik sekarang maupun yang lampau. Vegetasi sebaliknya dapat dipakai
sebagai indikator suatu habitat baik pada saat sekarang maupun sejarahnya
(Marsono, 1997).

2.2 Kerapatan
Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu
luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. Kerapatan suatu jenis tumbuhan adalah
jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak
contoh yang dibuat. Kerapatan biasa dinyatakan dalam besaran persentase.
Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau
banyaknya suatu jenis per satuan luas. Semakin besar kerapatan suatu jenis, maka
semakin banyak individu jenis tersebut per satuan luas (Kusmana, 1997).

2.3 Frekuensi
Frekuensi suatu jenis menunjukan penyebaran suatu jenis dalam suatu
area. Jenis yang menyebar secara merata mempunyai nilai frekuensi yang besar,
sebaliknya jenis yang mempunyai nilai frekuensi yang kecil mempunyai daerah
sebaran yang kurang luas. Frekuensi spesies tumbuhan merupakan sejumlah petak
contoh tempat ditemukannya suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat
(Samingan, 1971)
Frekuensi merupakan besarnya intensitas ditemukannya suatu spesies
organisme dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau
ekosistem. Misalnya, semakin banyak jumlah individu suatu spesies dalam petak
contoh, maka semakin besar frekuensi spesies tersebut. Semakin sedikit jumlah
individu suatu spesies dalam petak contoh, maka semakin kecil frekuensi spesies
tersebut. Hasil frekuensi tersebut dapat menggambarkan tingkat penyebaran
spesies dalam habitat yang dipelajari, meskipun belum dapat menggambarkan
tentang pola penyebarannya (Martono, 1988).
2.4 Kerimbunan
Kerimbunan adalah besaran yang digunakan untuk menyatakan derajat
penguasaan ruang atau tempat tumbuh. Kerimbunan juga merupakan besaran
penguasaan berapa luas areal yang ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan atau
kemampuan suatu jenis tumbuhan untuk bersaing tehadap jenis lainnya.
Pengukuran dominansi dapat digunakan proses kelindungan ( penutup tajuk ), luas
basah area , biomassa, atau volume (Martono, 1988).
.
2.5 Analisis Vegetasi
Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan
atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Satuan vegetasi dalam
ekologi hutan yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang
merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu
habitat. Tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk
mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang
dipelajari (Tjitrosoepomo, 2002).

Pembuatan petak-petak pengamatan yang sifatnya permanen atau


sementara perlu dilakukan untuk mempelajari komposisi vegetasi. Petak-petak
tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau
dengan metode tanpa petak. Pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan
random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu
(Jumin, 1992).
2.6 Metode Kuadran
Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak
contoh (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang
berbentuk pohon dan tiang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut
lebih besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter
tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m
sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta (pancang) dan mulai anakan
sampai pohon setinggi 2,5 meter disebut seedling (anakan/semai) (Syafei, 1990).
Cara ini terdiri dari suatu seri titik-titik yang telah ditentukan di tempat
sampling, dengan letak bisa tersebar secara random atau merupakan garis lurus
(berupa deretan titik-titik). Cara ini biasa dilakukan dengan susunan titik-titik
berdasarkan garis lurus yang searah dengan mata angin (arah kompas).Titik pusat
kuadran adalah titik yang membatasi garis transek setiap jarak 10 m (Polunin,
1990).
Analisis vegetasinya sebagai berikut:
=

Jumlah jarak pohon terdekat


Jumlah kuadran

b. Kerapatan absolute

Area
D2

c. Dominansi Relatif (DR)

Nilai dominan sp
Jumlah dominan semua sp

d. Kerapatan Relatif (KR)

Jumlahindividu /sp
Jumlah total individu

Jumlah individu/ sp
Total point

a. Jarak rata-rata (D)

e. Frekuensi Absolut sp

x 100%

x 100%

f. Frekuensi Relatif (FR)

Frekuensi sp
Jumlah frekuensi seluruh sp x 100%

Nilai penting merupakan suatu harga yang bisa didapatkan dari penghitungan
tertentu. Penghitungan tersebut berupa penjumlahan nilai relatif dari sejumlah
variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif, dan frekuensi
relatif). Nilai penting tersebut apabila disusun dalam bentuk rumus maka akan
diperoleh:
Nilai Penting = Kr + Dr + Fr
2.7 Manfaat Metode Kuadran
Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui
komposisi, dominasi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali
disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan
ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan
pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan
melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama,
biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi
kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam
membentuk populasinya, dimana sifat-sifatnya bila dianalisa akan menolong
dalam menentukan struktur komunitas (Jumin, 1992).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Ekologi Umum tentang analisi vegetasi metoda kuadran
dilaksanakan pada hari selasa, 19 Mei 2015 di dekat Danau kampus C Unair,
Surabaya. Praktikum dilaksanakan pagi pukul 8.50 hingga pukul 10.40 WIB. Titik
koordinat sampling vegetasi adalah 716'11.70"S dan 11246'59.69"T
U
B

T
S

Gambar 1. Titik Koordinat Sampling Vegetasi


Sumber: Google Earth
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah meteran, callipers, tali
rafia, dan tongkat kayu.
3.3 Cara Kerja
Praktikum dilakukan dengan langkah pertama menentukan titik observasi
yang masing-masing sepanjang 20-25 meter, yang kemudian membuat kuadran I,
II, III, dan IV pada masing-masing titik observasi tersebut. Langkah selanjutnya
yaitu menentukan arah utara, selatan, timur dan barat untuk mentukan posisi
7

masing-masing kuadran. Kuadran I terletak antara arah utara dan barat, kuadran II
terletak antara arah utara dan timur, dan lain sebagainya. Setelah posisi masingmasing kuadran telah ditentukan, kini saatnya untuk mencatat spesies terdekat dari
titik observasi (meliputi nama. Luas bidang dasar, diameter batang paa setinggi
dada, dan jaraknya terhadap titik observasi). Variabel-variabel yang diperoleh
tersebut kemudian digunakan untuk menghitung harga-harga relatifnya. Setelah
harga-harga relatif tersebut diperoleh kemudian menghitung harga nilai penting
untuk masing-masing spesies yang didapat, untuk kemudian disusun berdasarkan
harga nilai penting terbesar sampai harga nilai penting terkecil. Langkah terakhir
yaitu memberi nama bentuk vegetasi 2 jenis tumbuhan berdasarkan harga nilai
penting terbesar.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil data
pengamatan sebagai berikut:
4.1.1 Data
Tabel 1. Data Sampling Vegetasi Pohon Kecil
Titik Poin
1

Kuadran

Jarak (m)

Spesies

I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV

5.6
4
7.7
1.45
7.35
9.6
3.6
2.8
5.8
3.7
2.4
1.7

9.87

Psidium guajava
B
C
D
Mangifera indica
F
B
G
Psidium guajava
J
Mangifera indica
J
Polyalthia
longifolia
Albizia saman
Mangifera indica
D
J
K
D
Artocarpus altilis

3.85
7.7
6.25
5.35
6.8
5
3.2
8.75
Total
107.47
Luas area per titik poin = 400 m2
4

II
III
IV
I
II
III
IV

Diameter
Pohon (cm)
2
7.5
5.5
4
1.5
9.5
3
1.5
6
4.5
2.5
4.5
4
4
4.5
3
1
8.5
3
3.5

4.1.2 Analisis Data


Berikut ini adalah hasil perhitungan data hasil pengamatan.
Jarak Rata-rata (D)

jumlah jarak pohon terdekat


jumlah kuadran

107.47
= 20

Kerapatan Absolut

= 5.37 m

area
= D2

400 m 2
Jumlah pohon per 400 m2 = (5.37) 2

400 m
= 28.84

= 13.87

Tabel 2. Data Perhitungan Jumlah Pohon pada 400 m2 Area


Jumlah pohon pada 400 m2
Spesies
Jumlah di kuadran
area
Psidium guajava 2/20 = 0.1
0.1 x 13.87 = 1.387
B
2/20 = 0.1
0.1 x 13.87 = 1.387
C
1/20 = 0.05
0.05 x 13.87 = 0.694
D
3/20 = 0.15
0.15 x 13.87 = 2.081
Mangifera
3/20 = 0.15
0.15 x 13.87 = 2.081
indica
F
1/20 = 0.05
0.05 x 13.87 = 0.694
G
1/20 = 0.05
0.05 x 13.87 = 0.694
Polyalthia
1/20 = 0.05
0.05 x 13.87 = 0.694
longifolia
Albizia saman
1/20 = 0.05
0.05 x 13.87 = 0.694
J
3/20 = 0.15
0.15 x 13.87 = 2.081
K
1/20 = 0.05
0.05 x 13.87 = 0.694
Artocarpus altilis
1/20 = 0.05
0.05 x 13.87 = 0.694
jumlah individu/sp
Kerapatan Relatif (KR) = jumlah total individu x 100%
P. guajava = 1.387/13.87 x 100% = 10%
B

= 1.387/13.87 x 100% = 10%

= 0.694/13.87 x 100% = 5%

= 2.081/13.87 x 100% = 15%

M. indica

= 2.081/13.87 x 100% = 15%

= 0.694/13.87 x 100% = 5%

= 0.694/13.87 x 100% = 5%

P. longifolia = 0.694/13.87 x 100% = 5%


A. saman

= 0.694/13.87 x 100% = 5%

= 2.081/13.87 x 100% = 15%

= 0.694/13.87 x 100% = 5%

10

A. altilis

= 0.694/13.87 x 100% = 5%
= 100%

jumlah individu/sp
Frekuensi Absolut sp = total titik poin
P. guajava = 2/5
B

= 2/5

= 1/5

= 3/5

M. indica = 3/5
F

= 1/5

= 1/5

P. longifolia = 1/5
A. saman

= 1/5

= 2/5

= 1/5

A. altilis

= 1/5
= 19/5

Frekuensi Relatif (FR) =

frekuensi sp
jumlah frekuensi seluruh sp

x 100%

P. guajava = 2/19 x 100% = 10.53%


B

= 2/19 x 100% = 10.53%

= 1/19 x 100% = 5.26%

= 3/19 x 100% = 15.79%

M. indica = 3/19 x 100% = 15.79%


F

= 1/19 x 100% = 5.26%

= 1/19 x 100% = 5.26%

P. longifolia = 1/19 x 100% = 5.26%


A. saman

= 1/19 x 100% = 5.26%

= 2/19 x 100% = 10.53%

= 1/19 x 100% = 5.26%

A. altilis

= 1/19 x 100% = 5.26%


= 99.99%
11

Tabel 3. Perhitungan Rerata Luas Basal Area Batang Pohon


Luas Basal Area
Spesies
Diameter (cm)
(cm2)
Psidium
2
3.14
guajava
6
28.26
7.5
44.16
B
3
7.07
C
5.5
23.75
4
12.56
D
3
7.07
3
7.07
1.5
1.77
Mangifera
2.5
4.91
indica
4.5
15.90
F
9.5
70.85
G
1.5
1.77
Polyalthia
4
12.56
longifolia
Albizia saman
4
12.56
4.5
15.90
J
4.5
15.90
1
0.79
K
8.5
56.72
Artocarpus
3.5
9.62
altilis
Nilai Dominansi dari:
P. guajava

15.7
25.62
23.75
8.9
7.53
70.85
1.77
12.56
12.56
10.86
56.72
9.62

Peringkat dominansi

= 15.7 x 1.387 = 21.78 cm2

= 25.62 x 1.387 = 35.54 cm2

= 23.75 x 0.694 = 16.48 cm2

8.9 x 2.081 = 18.52 cm2

M. indica = 7.53 x 2.081 = 15.67 cm2

= 70.85 x 0.694 = 49.17 cm2

= 1.77 x 0.694 = 1.23 cm2

12

P. longifolia

Rerata
Luas Basal Area

= 12.56 x 0.694 = 8.72 cm2

A. saman

= 12.56 x 0.694 = 8.72 cm2

10

= 10.86 x 2.081 = 22.60 cm2

= 56.72 x 0.694 = 39.36 cm2

A. altilis

= 9.62 x 0.694 = 6.68 cm2

11

= 244.47 cm2/400 m2

12

nilai dominan sp
Dominansi Relatif (DR) = jumlah dominan semua sp
P. guajava

x 100%

= 21.78/244.47 x 100% = 8.91%

= 35.54/244.47 x 100% = 14.54%

= 16.48/244.47 x 100% = 6.74%

= 18.52/244.47 x 100% = 7.58%

M. indica = 15.67/244.47 x 100% = 6.41%


F

= 49.17/244.47 x 100% = 20.11%

= 1.23/244.47 x 100% = 0.50%

P.longifolia = 8.72/244.47 x 100% = 3.57%


A. saman

= 8.72/244.47 x 100% = 3.57%

= 22.60/244.47 x 100% = 9.24%

= 39.36/244.47 x 100% = 16.10%

A. altilis

= 6.68/244.47 x 100% = 2.73%

Tabel 4. Indeks Nilai Penting


Spesies
KR
Psidium guajava
10
B
10
C
5
D
15
Mangifera indica
15
F
5
G
5
Polyalthia
5
longifolia
Albizia saman
5
J
15
K
5
Artocarpus altilis
5

FR
10.53
10.53
5.26
15.79
15.79
5.26
5.26

DR
8.91
14.54
6.74
7.58
6.41
20.11
0.50

IP
29.44
35.07
17
38.37
37.2
30.37
10.76

Rangking
6
3
8
1
2
5
12

5.26

3.57

13.83

5.26
10.53
5.26
5.26

3.57
9.24
16.10
2.73

13.83
34.77
26.36
12.99

10
4
7
11

4.2 Pembahasan
Praktikum ini bertujuan mengetahui nilai penting dari analisis vegetasi
menggunakan metode kuadran, mengetahui nilai variabel berdasarkan kerapatan,
kerimbunan dan frekuensi dari vegetasi, dan mengetahui nama spesies dari
vegetasi berdasarkan nilai penting yang didapatkan pada area dekat Danau
Kampus C UNAIR.

13

Menentukan 5 titik dengan jarak antar titik 20 m, pada masing-masing titik


terdapat 4 kuadran. Setiap kuadran hanya ada satu spesies dari vegetasi pohon
yang jaraknya paling dekat dengan titik pusat kuadran. Hasil dari analisis data,
terdapat 12 spesies pohon di dalam plot praktikan. Setiap plot yang di sebarkan di
lakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan
frekuensi. Jarak rata-rata antar pohon adalah 5.37 m dengan luas area per titik
poin = 400 m2, jumlah pohon per 400 m2 kurang lebih 14 pohon.
Kerapatan relatif (KR) terbesar ada pada spesies D, Mangifera indica, dan
J dengan nilai 15%. Nilai ini menunjukkan bahwa spesies tersebut memiliki
kerapatan yang tinggi bila dibandingkan dengan spesies lainnya, atau dalam teori
artinya kerapatannya jarang karena nilai kerapatan relatifnya tidak melebihi 20%.
Frekuensi relatif (FR) terbesar ada pada spesies D dan Mangifera indica
dengan nilai 15.79%, menunjukkan bahwa spesies tersebut memiliki kehadiran
lebih tinggi daripada spesies yang lainnya di mana spesies tersebut ditemukan
disemua titik. Nilai ini termasuk pada kelas A, maksudnya dikategorikan dalam
kelas A adalah nilai frekuensi relatif kisaran 10%-20%. Nilai dominan terbesar
adalah spesies F dengan nilai 49.17 cm2, sedangkan nilai dominan relatif (DR)
terbesar pada spesies Artocarpus altilis. Nilai IP terbesarnya ada pada spesies D
dengan nilai 38.37.
Semua spesies termasuk pole atau tihang, karena pohon

hanya

berdiameter kurang dari 10 cm. Bentuk kehidupan dari spesies tumbuhan biasanya
memiliki karakteristik yang tetap. Spesies yang sama dapat menerima bentuk
kehidupan yang berbeda ketika tumbuh dibawah kondisi lingkungan berbeda.
Vegetasi dapat diklasifikasikan ke dalam struktur tanpa menunjuk pada nama
spesies. Terbukti terutama dalam floristik lokasi yang belum dijamah dan dalam
lokasi dimana vegetasi tidak dapat diklasifikasikan dengan mudah dengan spesies
yang dominan .

14

DAFTAR PUSTAKA
Andrie. 2011. Ekologi. (http://andriecaale.blogspot.com/2011/06/laporan-tetapanalisis-vegetasi-metode.html). (tanggal akses: 14 Mei 2015)
Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB Jumin, Hasan
Basri. 1992. Ekologi Tanaman. Rajawali Press: Jakarta
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara : Jakarta.
Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Marsono. 1977. Diskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika. Fakultas
Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Martono, DS. 1988. Analisis Vegetasi dan Assosiasi Antara Jenis-Jenis Pohon
Utama Penyusun Hutan musim Dataran Rendah Di Meru Betiri Jawa
Timur. (Problema Kehutanan) Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta.
Polunin, N. 1990. Ilmu Lingkungan dan Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
Sagala, E.H.P. 1997. Analisa Vegetasi Hutan Sibayak II pada Taman
Hutan Rakyat Bukit Barisan Sumatera Utara. Skripsi Sarjana
Biologi. Medan: FMIPA USU.
Rahardjanto, Abdulkadir. 2001. Ekologi Umum. Umm Press: Malang.
Samingan, T. 1971. Tipe-tipe Vegetasi (Pengantar Dendrologi). Bagian Ekologi
Tumbuh-tumbuhan. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.
University Press
Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

15

Anda mungkin juga menyukai