Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN

ACARA 10

KURVA SPESIES AREA

Disusun Oleh:

Ghia Sri Rahayu

A0B019019

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2020
Lembar kerja. Nama : Ghia Sri Rahayu
Praktikum 10. Mempelajari Kurva Spesies Area NIM : A0B019019
Jurusan:D-3Perencanaan
Sumberdaya Lahan

Pendahuluan :

A. Latar Belakang
Ekologi merupakan studi ilmiah tentang proses regulasi distribusi
kelimpahan dan saling interaksi di antara mereka, dan sebuah studi tentang
desain dari struktur dan fungsi dari ekosistem. Istilah ekologi ini pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1866 oleh E. Haeckel (ahli biologi Jerman). Ekologi
berasal dari dua akar kata Yunani (oikos = rumah dan Logos=ilmu), sehingga
secara harfiah bisa diartikan sebagai kajian organisme hidup dalam rumahnya.
Secara lebih formal ekologi didefenisikan sebagai kajian yang
mempelajari hubungan timbal balik antara organisme-organisme hidup dengan
lingkungan fisik dan biotik secara menyeluruh. Jadi dalam hal ini dapat
disimpulkan bahwa ekologi itu adalah ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya (biotik dan abiotik)
dalam suatu ekosistem.
Ekologi Tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara tanaman (tumbuhan yang dibudidayakan) dengan lingkungannya.
tanaman memperoleh sumberdaya cahaya, hara mineral, dan sebagainyaRuang
lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Dalam
suatu sistem ekologi, tumbuhan sebagai satu kesatuan makhluk hidup secara
individu disebut jenis atau spesies, yang kemudian berkelompok dengan
sesama jenisnya membentuk populasi tumbuhan. Kumpulan berbagai jenis
tumbuhan bersama-sama membentuk komunitas tumbuhan.
Dalam ekologi tumbuhan kadang-kadang kajian tentang aspek
ekologinya hanya pada tingkat populasi tumbuh-tumbuhannya saja.
Komunitas tumbuhan tidak mungkin dilakukan penelitian pada seluruh area
yang ditempati oleh suatu komunitas terutama area tersebut sangat luas. Oleh
karena itu dapat dilakukan penelitian di sebagian area komunitas tersebut
dengan syarat bagian tersebut dapat mewakili seluruh komunitas.
Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang jarang,
sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan
jumlah spesies pada umumnya yang banyak ditemukan. Untuk mempelajari
suatu  kelompok  tumbuhan yang   belum  diketahui   yaitu baik digunakan
dengan cara teknik  yang dapat berupa bidang (plot, kuadrat) garis atau titik.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dilakukan praktikum
perhitungan jumlah vegetasi dengan menggunakan metode kuadrat atau plot
pada suatu area tertentu. Lingkungan sebagai faktor ekologi yang terdapat
disekitar tumbuh-tumbuhan dan makhluk hidup lainnya dapat terdiri dari
lingkungan biotik dan lingkungan abiotik.Habitat sebagai faktor lingkungan
tempat tinggal dalam melaksanakan kehidupannya. Dalam mempelajari
ekologi tumbuhan kita tidak dapat melakukan penelitian pada seluruh area
yang ditempati komunitas tumbuhan, terutama apabila area itu cukup luas.
Dengan syarat bagian tersebut dapat mewakili komunitas tumbuhan yang ada.
Analisa vegetasi merupakan cara mempelajari susunan komposisi jenis
dan bentuk atau struktur vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.Beberapa
sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya,
dimana sifat-sifatnya bila dianalisa akan membantu dalam suatu analisa
struktur komunitas.Sifat-sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok
besar, dalam analisanya akan memberikan data yang kualitatif dan
kuntitatif.Analisa kuntitatif meliputi distribusi tumbuhan (frekuensi),
kerapatan (density), atau banyaknya (abudance).
Luas daerah dalam satuan kecil yaitu komunitas atau vegetasi yang
sangat bervariasi keadaannya.Keberadaannya merupakan himpunan dan
spesies populasi yang sangat berinteraksi dengan banyak faktor lingkungan
yang khas untuk setiap vegetasi. Dapat dikatakan representative bila didalam
nya terdapat semua sebagian besar jenis tumbuhan yang membentuk
komunitas atau vegetasi tersebut. Daerah minimal yang mencerminkan
kekayaan.Komunitas atau vegetasi disebut luas minimum.Suatu metode yang
menentukan luas minimum suatu daerah disebut metode luas minimal.Metode
ini juga dapat digunakan untuk mengetahui jumlah petak yang digunakan
dalam metode tersebut.
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus
dipertimbangkan dan diperhatikan, karena akan mempengaruhi data yang
diporeleh dari sample.Keempat sample itu adalah:
1. Ukuran petak.
2. Bentuk petak.
3. Jumlah petak.
4. Cara meletakkan petak di lapangan
Praktikum yang berjudul, “Analisa Vegetasi (Kurva Spesies Area)” ini
bertujuan untuk mempelajari keragaman jenis tumbuhan dalam suatu
lingkungan dan untuk menentukan luas peta minimum yang dapat mewakili
tipe komunias yang sedang dianalisis guna keperluan ekologi.
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dan lingkungannya. Ruang lingkup ekologi meliputi populasi,
komunitas, ekosistem, dan biosfer. Populasi adalah kumpulan individu sejenis
yang memiliki kemampuan berbiak silang di suatu tempat pada waktu tertentu.
Komunitas adalah kumpulan populasi yang saling berinteraksi di suatu daerah.
Ekosistem adalah sistem hubungan timbal balik antara komponen biotik
dengan komponen abiotik yang mempengaruhinya. Biosfer adalah bagian
bumi yang ditempati oleh makhluk hidup (Odum, 1998).
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru
muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang
besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk
hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan
antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya
atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling
melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa
ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan
kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik (Odum,1998).
Spesies atau jenis adalah suatu takson yang dipakai dalam taksonomi
untuk menunjuk pada satu atau beberapa kelompok individu (populasi) yang
serupa dan dapat saling membuahi satu sama lain di dalam kelompoknya
(saling membagi gen) namun tidak dapat dengan anggota kelompok yang lain
(Campbell, 2008).
Area adalah sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi teritorial dari
sebuah kedaulatan. Sedangkan kurva adalah suatu metode grafik yang
digunakan untuk mempresentasikan data pada tabel kehidupan (Campbell,
2008).
Kurva spesies-area (bahasa Inggris: species-area curve, SAC), dalam
ekologi, adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara jumlah jenis
dengan ukuran kuadrat (petak ukur). Grafik itu biasanya menunjukkan pola
pertambahan jumlah jenis yang relative tajam pada ukuran kuadrat kecil
sampai pada suatu titik tertentu dan sesudah itu semakin mendatar seiring
dengan peningkatan ukuran kuadrat. SAC dapat digunakan untuk menentukan
luas kuadrat tunggal minimum yang mewakili suatu komunitas tumbuhan dari
segi jenis penyusun (Wikipedia, 2014).
Kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk
menganalisis vegetasi yang menggunakan petak contoh. Luasan petak contoh
mempunyai hubungan erat dengan keragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut.  Makin beragam jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas
kurva spesies areanya. Bentuk luasan kurva spesies area dapat berbentuk bujur
sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Petak
contoh dapat ditambahkan jika terjadi penambahan spesies dalam petak contoh
yang sedang diamati lebih dari 10 %.  Luasan petak contoh pada praktikum
yang dilakukan yaitu:
- Petak contoh 1 = 1m2
- Petak contoh 2 = Petak contoh 1+ 2 = 2 m2
- Petak contoh 3 = Petak contoh 1+ 2 + 3 = 4 m2
- Petak contoh 4 = Petak contoh 1+ 2 + 3 + 4 = 8 m2
- Petak contoh 5 = Petak contoh 1+ 2 + 3 + 4 + 5 = 16 m2
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam
membentuk populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong
dalam menentukan struktur komunitas. Sifat – sifat individu ini dapat dibagi
atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data
yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi
tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance)
(Kimball, Jhon W. 1994).
Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang umum dan
beberapa spesies yang jarang sementara yang lainnya mengandung jumlah
spesies yang di dalam komunitas mempunyai dampak yang sangat besar pada
ciri umumnya, konsep ini memiliki suatu komunitas yang berbeda kekayaan
spesies yang sama tetapi jumlahnya lebih terbagi secara beranekaragam.
Istilah keragaman spesies seprti yang digunakan oleh para ahli ekologi.
Mepertimbangkan kedua komponen keanekaragaman yaitu kekayaan spesies
dan kelimpahan relatif (Kimball, Jhon W. 1994).
Kerapatan tanam merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun yang
sangat menentukan pertumbuhan tanaman juga sangat dipengaruhi oleh
kerapatan tanaman. Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar
spesies yang sama (intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara
jenis-jenis yang berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis
pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih
buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda (Syafei,
1990).
Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi
jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan
penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Dalam praktikum
ini, khusus untuk variabel kerapatan dan kerimbunan, cara perhitungan yang
dipakai dalam metode kuadrat adalah berdasarkan kelas kerapatan dan kelas
kerimbunan ,Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis
tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan
seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Syafei,
1990).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies
dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total
individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara
numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies
dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman
spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil
(Michael,1994).
Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi umbuhan
dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan
natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas
dan fekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan
struktur dan komposisi masing-masing spesies. Untuk suatu kondisi padang
rumput, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling,
artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan,
yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa
vegetasi yang digunakan.
Vegetasi merupakan istilah yang umumnya digunakan untuk semua
tumbuh-tumbuhan dari suatu daerah adalah ciri-ciri sedemikian khas hingga
kita umumnya mengklasifikasikan dan menamai komunitas-komunitas darat
pada dasarnya dibanding pada dasar lingkungan fisiknya yang sering
memudahkan dalam lingkungan perairan. Banyak sekali bentuk hidup yang
ditunjukkan yang menyesuaikan tubuh-tumbuhan darat terhadap hampir
semua keadaan yang mungkin. Vegetasi adalah ciri-ciri lingkungan darat yang
demikian nyata dan mantap. Komposisi vegetasi telah mendapatkan perhatian,
prosedur-prosedur pengkajian meliputi dua langkah pertama muncul analisis
lapang yang meliputi seleksi plot-plot atau kuadrat-kuadrat. Kerapatan,
penutupan dibuatkan tabel untuk setiap jenis. Langkah kedua meliputi sintesis
data untuk menentukan derajat asosiasi dari populasi-populasi tumbuhan
(Odum, 1998).
Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau
mengejar sesuatu yang secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu
pencari. Persaingan (kompetisi) pada tanaman menerangkan kejadian yang
menjurus pada hambatan pertumbuhan tanaman yang timbul dari asosiasi
lebih dari satu tanaman dan tumbuhan lain. Persaingan terjadi bila kedua
individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan
lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup.
Persaingan ini akan berakibat negatif atau menghambat pertumbuhan individu-
individu yang terlibat (Odum,1996).
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang
sama (intraspesific competition atau sering dikenal dengan istilah
monospesies), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda
(interspesific competition atau heterospesies). Persaingan sesama jenis pada
umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk
dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda. Persaingan
yang dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang
(tempat), makanan, unsure hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen
dispersal, atau factor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang
dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya
(Wirakusumah 2003: 67).
Pembelajaran persaingan antar tanaman sejenis sangat penting untuk
memahami keseimbangan populasi dalam komunitas tanaman. Kompetisi
dapat berakibat positif atau negatif bagi salah satu pihak organisme atau
bahakn berakibat negatif bagi keduanya. Kompetisi tidak selalu salah dan
diperlukan dalam ekosistem, untuk menunjang daya dukung lingkungan
dengan mengurangi ledakan populasi (Wirakusumah 2003: 67).
Pengaturan jarak tanam, populasi dan pengolahan tanah
memperlihatkan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh sangat nyata
terhadap parameter pertumbuhan dan produksi tanaman. Perlakuan populasi
berpengaruh nyata sampai sangat nyata. Perlakuan pemupukan dan interaksi
antara ketiganya berpengaruh tidak nyata. Salah satu bentuk interaksi antara
satu populasi dengan populasi lain atau antara satu individu dengan individu
lain adalah bersifat persaingan (kompetisi). Persaingan terjadi bila kedua
individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan
lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup.
Persaingan ini akan berakibat negatif atau menghambat pertumbuhan individu-
individu yang terlibat (Wirakusumah 2003).
Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi tentang  struktur dan
komposisi komunitas tumbuhan darat. Namun yang paling luas diterapkan
adalah cara pencuplikan dengan kuadrat atau plot berukuran baku. Cara
pencuplikan kuadrat dapat digunakan pada semua tipe komunitas tumbuhan
dan juga untuk mempelajari komunitas hewan yang menempati atau tidak
berpindah. Rincian mengenai pencuplikan kuadrat meliputi ukuran, cacah, dan
susunan plot cuplikan harus ditentukan untuk membentuk komuniatas tertentu
yang dicuplik berdasarkan pada informasi yang diinginkan (Andre, 2009).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.
Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan
tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter
dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas
hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif
tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Andre, 2009).
Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi umbuhan
dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan
natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas
dan fekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan
struktur dan komposisi masing-masing spesies. Untuk suatu kondisi padang
rumput, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling,
artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan,
yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa
vegetasi yang digunakan.
Menurut Marpaung Andre (2009), prinsip penentuan ukuran petak
adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh
dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada
dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena
titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa
menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas
tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). 
Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum
suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal
petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang
mewakili jika menggunakan metode jalur.
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari
komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang
menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan
penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari (Andre, 2009) :
- Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar,
dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
- Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit
atau hemi-parasit.
- Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya
memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma
tersebut keluar tangkai daun.
- Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus
dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih
panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
- Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak
berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya
seperti kayu atau belukar.
- Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak
menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya
memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan
memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
- Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan
memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih
dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya,
yaitu :
- Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan
kurang dari 1.5 m.
- Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan
berdiameter kurang dari 10 cm.
- Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20
cm.
Analisis vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komposisi
jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan: 1) Mempelajari tegakan hutan,
yaitu pohon dan permudaannya. 2) Mempelajari tegakan tumbuhan bawah,
yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang
terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang
rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar.
Di alam persaingan dapat terjadi antara individu-individu dalam satu
jenis (intraspesifik) ataupun dari jenis yang berbeda (interspesifik). Persaingan
tersebut terjadi karena individu-individu mempunyai kebutuhan yang sama
terhadap faktor-faktor yang tersedia dalam jumlah yang terbatas di dalam
lingkungan seperti tempat hidup, cahaya, air dan sebagainya. Persaingan yang
dialkukan oleh hewan sangat berbeda dengan persaingan pada tumbuhan. Pada
dasarnya persaingan pada tumbuhan tidak dilakukan secara fisik tetapi akibat
dari persaingan tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas
keduanya (Odum,1998).
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar
tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia
terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif
terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber
daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh.
Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila
(1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan
permintaan organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan
terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak (Odum, 1998).
Organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk
mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila
dua individu mencoba menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber
yang dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi,
contohnya makanan, oksigen, dan cahaya. Secara teoritis ,apabila dalam suatu
populasi yang terdiri dari dua spesies , maka akan terjadi interaksi diantara
keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam, salah satunya
adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi
antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi
antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies
yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secara merugikan
(Wirakusumah 2003: 67).

Kompetisi dibedakan menjadi empat macam, yaitu:


Intraspesifik yakni persaingan antara organisme yang sama dalam
lahan yang sama, kompetisi interspesifik yakni persaingan antara organisme
yang beda spesies dalam lahan yang sama, intraplant competition yakni
persaingan antara organ tanaman, misalnya antar organ vegetatif atau organ
vegetatif lawan organ generatif dalam satu tubuh tanaman, interplant
competition yakni persaingan antar dua tanaman berbeda atau bersamaan
spesiesnya namun dapat pula terjadi pada intra maupun interplant competition
(Wirakusumah 2003: 67).
Persaingan intraspesifik pada tumbuhan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu: Jenis tanaman, sifat-sifat biologi tumbuhan, sistem
perakaran, bentuk pertumbuhan serta fisiologis tumbuhan mempemngaruhi
pertumbuhan tanaman. Misal sistem perakaran tanaman ilalang yang
menyebar luas menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsur hara.
Bentuk daun yang lebar seperti daun talas menyebabkan persaingan dalam
memperebutkan air. Kepadatan tumbuhan, jarak yang sempit antar suatu
tanaman pada suatu lahan menyebabkan persainagn terhadap zat-zat makanan.
Hal ini karena unsur hara yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan
tanaman.Penyebaran tanaman, penyebaran tanaman dapat dilakukan melalui
penyebaran biji dan melalui rimpang (Wirakusumah 2003: 67).
Tanaman yang penyebarannya dengan biji mempunyai kemampuan
bersaing yang lebih tinggi dari tanaman yang menyebar daengan rimpang.
Namun demikian, persaingan penyebaran tanaman tersebut sangat dipengaruhi
faktor-faktor lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen dan air. Faktor
lainnya adalah waktu, hal lain yang mempengaruhi adalah lamanya tanaman
sejenis hidup bersama. Periode 20-30% pertama dari daur tanaman merupakan
periode yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh persaingan.
Faktor yang terakhir adalah persaingan interspesifik, adanya lebih dari satu
spesies dalam suatu habitat menaikkan ketahanan lingkungan kapan pun
spesies lain bersaing secara serius dengan spesies pertama untuk beberapa
sumber penting, hambatan pertumbuhan terjadi dalam kedua spesies (Michael
1994).
Hukum Gause menyatakan bahwa tidak ada spesies dapat secara tak
terbatas menghuni tempat yang sama secara serentak. Salah satu dari spesies-
spesies itu akan hilang atau setiap spesies menjadi makin bertambah efisien
dalam memanfaatkan atau mengolah bagian dari lahan tersebut, dengan
demikian keduanya akan mencapai keseimbangan. Dalam situasi terakhir,
persaingan interspesifik berkurang karena setiap spesies menghuni suatu lahan
mikro yang terpisah (Michael, 1994).
Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam
kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi, spesies yang
berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal sebagai azas
pengecualian kompetitif   atau  competitive exclusion principles. Persaingan
diantara tumbuhan secara tidak langsung terbawa oleh modifikasi lingkungan.
Di dalam tanah, sistem-sistem akan bersaing untuk mendapatkan air dan bahan
makanan, dan karena mereka tak bergerak, ruang menjadi faktor yang penting.
Di atas tanah, tumbuhan yang lebih tinggi mengurangi jumlah sinar yang
mencapai tumbuhan yang lebih rendah dan memodifikasi suhu, kelembapan
serta aliran udara pada permukaan tanah (Michael 1994: 55).
Ruang merupakan faktor yang penting dalam persaingan antar spesies
karena ruang sebagai tempat hidup dan sumber nutrisi bagi tumbuhan. Ruang
yang besar dapat menyebabkan tingginya tingkat persaingan. Faktor utama
yang memengaruhi persaingan antar jenis tanaman yang sama diantaranya
adalah kerapatan. Pengaruh kerapatan tanaman terhadap diameter dan tinggi
tanaman yaitu semakin besar kerapatan tanaman maka semakin kecil diameter
dan tinggi tanaman dan semakin kecil kerapatan tanaman maka semakin besar
diameter dan tinggi tanaman yang ada. Hal ini disebabkan karena kerapatan
yang besar berarti jumlah tanaman sejenis banyak tumbuh di ruang sempit,
saling berkompetisi untuk mendapatkan air, dan nutrisi yang jumlahnya
terbatas (Suharno, 1999).
Kerapatan kecil menyebabkan air dan nutrisi yang tersedia semakin
besar dan kesempatan tanaman untuk menyerap air dan nutrisi semakin besar,
sehingga diameter batang dan tinggi tanaman tumbuh secara maksimal.
Pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan akar dan yaitu semakin
besar kerapatan tanaman, pertumbuhan akar tanaman akan semakin kecil
karena faktor nutrisi (Soemarwoto, 1983).
Keteraturan ekosistem menunjukkan, ekosistem tersebut ada dalam
suatu keseimbangan tertentu. Keseimbangan itu tidaklah bersifat statis,
melainkan dinamis. Ia selalu berubah-ubah. Kadang-kadang perubahan itu
besar, kadang-kadang kecil. Perubahan itu terjadi secara alamiah, maupun
sebagai akibat perbuatan manusia (Soemarwoto, 1983).
Suksesi merupakan proses perubahan yang berlangsung secara
beruntun dari komunitas tumbuhan pelopor dengan biomassa kecil. Tetapi
lahan hidup di kawasan yang gersang dan kerdil menjadi komunitas belukar
dan kemudian menjadi hutan dengan biomassa lebih berat, setelah kawasan itu
cukup subur untuk mendukung kehidupan yang lebih kaya raya serta
anekaragam. Pohon kaya di dalam hutan jauh lebih besar dengan komunitas
asalnya yang hanya terdiri atas jenis tumbuhan herba seperti lumut kerak,
lumut daun, paku-pakuan, dan sebagainya (Suharno, 1999).
Barangkali yang paling kontroversial dari kecenderungan suksesional
menyinggung keanekaragaman, variasi jenis, yang dinyatakan sebagau nisbah
jenis-jumlah atau nisbah luasnya daerah, cenderung meningkat selama tahap-
tahap dini dari perkembangan komunitas. Perilaku komponen “kemerataan”
dari keanekaragaman kurang dikenal dengan baik. Sementara peningkatan
keanekaragaman jenis bersama-sama dengan penurunan dominansi oleh salah
satu jenis atau kelompok kecil jenis (yakni peningkatan pemerataan atau
penurunan redunansi) dapat diterima sebagai kemungkinan umum selama
suksesi. Ada pula perubahan komunitas lainnya yang dapat bekerja
berlawanan dengan kecenderungan ini (Odum, 1996).
Seorang ahli biologi menyatakan bahwa suksesi adalah perubahan
yang terjadi pada suatu ekosistem yang berlangsung bertahap- tahap dalam
waktu yang lama. Namun yang dianut oleh ahli- ahli ekologi sekarang adalah
pandangan yang mengatakan bahwa suatu komunitas adalah merupakan suatu
gabungan dari beberapa organisme. Organisme dalam suatu komunitas saling
berhubungan, karena melalui proses- proses kehidupan yang saling
berinteraksi. Lingkungan disekitarnya sangat penting karena mempengaruhi
kehidupan organisme. Jika organisme tidak dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, maka akan berakibat fatal bagi organisme itu. Misalnya, tanah
penting untuk tumbuhan hidup karena mengandung mineral juga merupakan
media bagi air dan sebagai tempat tumbuhnya akar. Sebaliknya tanah juga
dapat dipengaruhi oleh tumbuhan, dapat mengurangi jumlah mineral dalam
tanah dengan akar- akar tanaman yang menembus tanah yang hanya
mengandung beberapa zat organik (Resosoedarmo, 1989).
Para ahli biologi mencoba memberi nama pada berbagai komunitas.
Nama ini harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat komunitas itu.
Mungkin cara yang sederhana adalah memberi nama dengan menggunakan
kata-kata yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas itu.
Kebanyakan orang dapat membayangkan apa yang dimaksud jika kita
berbicara mengenai “hutan” atau “padang rumput”. Nama ini menunjukkan
bentuk dan wujud komunitas ini dalam keseluruhannya. Sering kali di dalam
suatu komunitas terdapat satu atau dua tumbuhan dalam jumlah yang banyak,
sehingga tumbuhan ini merupakan wujud yang khas daripada komunitas ini.
Organisme yang memberi wujud khas kepada suatu komunitas dinamakan
suatu spesies dominan dalam komunitas ini (Wirakusumah, 2003).
Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu
arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari
modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi
berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks.
Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai
homeostatis (Desmukh, 1992).
Menurut Irwan (1992), pemberian nama komunitas dapat berdasarkan:
Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup, atau indikator
lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan
dipterocarpaceae. Dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti
hutan sklerofil, di Indonesia hutan ini banyak di Flores. Berdasarkan habitat
fisik komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir,
komunitas lautan dan sebagainya.
Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional, misalnya tipe
metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim,
misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang tertinggi terbagi
rata sepanjang tahun dan disebut hutan hujan tropik.
Vegetasi yang terdapat di alam kebanyakan komunitas hutan
mempunyai suatu pola yang jelas. Di dalam komunitas hutan, daun-daun,
cabang-cabang dan bagian lain dari bermacam- macam pohon, semak dan
lain-lain tumbuhan membentuk beberapa lapisan. Masing-masing lapisan
memiliki produsen, konsumen dan makhluk pembusuk lain yang khas.
Mikroklimat tiap lapisan pun berlainan. Hal ini dapat dipahami karena cahaya,
angin, dan hujan yang diterima lapisan ini juga berbeda. Selain dari lapisan
tumbuhan, permukaan tanah hutan juga merupakan tempat hidup. Pada
permukaan tanah hutan terdapat daun-daun, ranting- ranting dan kayu yang
membusuk. Zona-zona ini memiliki organisme yang khas, demikian juga
organisme yang ditemukan diperbatasan. Jumlah dan banyaknya spesies sering
kali lebih besar dalam suatu ekoton daripada komunitas tetangganya. Disini
terdapat suatu komunitas yang terdiri dari mikroorganisme, lumut dan paku-
pakuan. Juga terdapat bermacam-macam kumbang, kutu daun, belalang dan
mungkin ular (Odum,1998).
Untuk memahami luas,metode manapun yang di pakai untuk
menggambarkan suatu vegetasi yang penting adalah harus di sesuaikan dengan
tujuan luas atau sempitnya suatu area yang diamati (Anwar,1995).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu
daerah adalah sebagai berikut :
- Iklim
Fluktuasi iklim yang musiman merupakan faktor penting dalam
membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim,
persediaan air, dan sebagainya yang menimbulkan kemacetan ekologis
(bottleck) yang membatasi jumlah spesies yang dapat hidup secara
tetap di suatu daerah.
- Keragaman Habitat
Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies yang
keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam.
- Ukuran
Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies di
bandingkan dengan daerah yang sempit. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa hubungan antara luas dan keragaman spesies
secara kasaradalah kuantitatif. Rumus umumnya adalah jika luas
daerah 10 x lebih besar dari daerah lain maka daerah itu akan
mempunyai spesies yang dua kali lebih besar (Harun, 1993).
- Bentuk Cuplikan
Bentuk sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran dengan
luas tertentu. Hal ini tergantung pada bentuk vegetasi. Berdasarkan
metode pantauan luas minimum akan dapat di tentukan luas kuadrat
yang di perlukan untuk setiap bentuk vegetasi tadi. Untuk setiap plot
yang di sebarkan di lakukan perhitungan terhadap variabel-variabel
kerapatan, kerimbunan dan frekuensi. Variabel kerimbunan dan
kerapatan di tentukan berdasarkan luas kerapatan. Dari spesies yang di
temukan dari sejumlah kuadrat yang di buat (Rahardjanto, 2001).
- Sistim analisis
1. Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu
populasi jenis tumbuhan didalam area cuplikan. Pada beberapa
keadaan kesulitan dalam melakukan batasan individu
tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara
pengelompokan berdasarkan kreteria tertentu.
2. Kerimbunan, ditentukan berdasarkan penutupan oleh populasi
jenis tumbuhan. Apabila dalam menentukan kerapatan di
jabarkan dalam bentuk kelas kerapatan, maka untuk
perimbunannyapun lebih baik di gunakan kelas keribunan.
3. Frekuensi, di tentukan berdasarkan kerapatan dari jenis
tumbuhan di jumpai dlam sejumlah area cuplikan (n) di
bandingkan dengan seluruh atau total area cuplikan yang dibuat
(N) biasa dalam persen (%).
4. Metode kuadrat menggunakan petak contoh yang berupa segi
empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu.
Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau
ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang
menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap
variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi
(Surasana, 1990).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya
dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesies yang ada dalam
komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatif. Secara
bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam
menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Kelas Kerapatan Kerimbunan 5 Rapat sekali (dominan): tumbuhan
sangat banyak dan selalu terlihat disekeliling plot. Menutupi 100% - 76% luas
plot 4 Rapat (kodominan): terdapat dua atau lebih spesies yang dominan.
Menutupi 75% - 51% luas plot 3 Agak jarang: tumbuhan masih terlihat dari
tengah plot. Menutupi 50% - 26% luas plot 2 Sedikit: dapat dicrai sambil
berjalan tanpa mengganggu tumbuhan lain. Menutupi 25% - 0,5% luas plot 1
Sangat jarang: hanya dapat ditemukan dengan jalan mencari diantara
tumbuhan lain. Menutupi < 0,5% luas plot. Keragaman spesies dapat diambil
untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai
jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada.
Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks keragaman atau
indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting
dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila
komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari
penjumlahan nilai relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan
relatif, kerimbunan relatif, dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk
rumus maka akan diperoleh: Nilai Penting = Kr + Dr + Fr Harga relatif ini
dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat
dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang
didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan disusun
berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang
terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar
dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut
(Surasana, 1990).
Menurut Michael (1994), membagi struktur vegetasi menjadi lima
berdasarkan tingkatannya, yaitu: fisiognomi vegetasi, struktur biomassa,
struktur bentuk hidup, struktur floristik, struktur tegakan. Struktur suatu
vegetasi terdiri dari individu-individu yang membentuk tegakan di dalam
suatu ruang. Komunitas tumbuhan terdiri dari sekelompok tumbuh - tumbuhan
yang masing-masing individu mempertahankan sifatnya.
Menurut Michael (1994), struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen,
yaitu:
1. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan
diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai
dan herba penyusun vegetasi.
2. Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak
dari suatu individu terhadap individu lain.
3. Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.
Selain metode kuadran kita juga bisa menggunakan metode garis untuk
menganalisis vegetasi. Panjang sample berupa garis, untuk vegetasi hutan
dapat lebih dari 50 meter, semak belukar sepanjang minimal 1 meter cuplikan
berupa garis, untuk vegetasi sangat di pengaruhi oleh kekompleksitasan dari
hutan tersebut
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan
berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung
pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana
maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya
panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi
semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini
digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan
cukup 1 m (Syafei, 1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP
(indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah
vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati
oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh
individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang
penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang
dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu
spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi
dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang
dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik
yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam
menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan,
dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya
dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam
komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Dari
nilai relative ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini
digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi yang diamati.Secara
bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam
menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Analisa vegetasi dengan metode kuarter (metode tanpa plot)
merupakan analisa vegetasi yang mana dalam pelaksanaannya tidak
menggunakan plot atau area sebagai alat bantu. Akan tetapi cuplikan yang
digunakan hanya berupa titik sehingga sering juga metode tanpa plot. Hal ini
karena pada metode ini tidak menggambarkan luas area tertentu, sama halnya
dengan metode kuadrat yaitu dalam memperoleh nilai penting harus terlebih
dahulu dihitung kerapatan, dominasi, dan frekuensinnya. Metode ini sering
dipakai untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan
suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang
ada (Syafei, 1990).
Metodologi - metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien
jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode
tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya
menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode
intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan
berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung
pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana
maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya
panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi
semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini
digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan
cukup 1 m (Syafei, 1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP
(indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah
vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati
oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh
individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang
penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang
dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu
spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Sedangkan metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis
vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini
tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar
terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-
titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel yang
digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya
dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam
komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Dari
nilai relative ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini
digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi yang diamati.Secara
bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam
menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika
digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa
plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik
beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadrat (Surasana, 1990).
Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi
empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa
bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas
minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan
perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi
(Surasana, 1990).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya
dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam
komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara
bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam
menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies
dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total
individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara
numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies
dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman
spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael,
1994).
Tumbuhan berbagai jenis hidup decara alami di suatu tempat
membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya menemukan lingkungan yang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam kumpulan ini terdapat
kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan dan hubungan timbal
balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini terbentuk sutu
derajat keterpaduan (Resosoedarmo, 1989).
Suatu komunitas dapat mengkarakteristikkan suatu unit lingkungan
yang mempunyai kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan ini
disebut biotop. Biotop ini juga dapat dicirikan oleh unsur organismenya,
misalnya padang alng-alang, hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai, dan
sebagainya (Santoso, 1994).
Penyebaran atau distribusi individu dalam duat populasi bermacam-
macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu :
1. Penyebaran secara acak, jarang terdapat di alam. Penyebaran ini
biasanya terjadi apabila faktor lingkungan sangat seragam untuk
seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat
untuk berkelompok dari organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada
bentuk-bentuk organ tertentu yang menunjang untuk terjadinya
pengelompokan trmbuhan.
2. Penyebaran secara merata, penyebaran ini umumnya terdapat pada
tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi apabila da persaingan yang
kuat antara individu-individu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan
misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang.
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari
penjumlahan nilai relative dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan
relative, kerimbunan relative, dan frekuensi relatif). Jika disususn dalam
bentuk rumus maka akan diperoleh:
Nilai Penting = Kr + Dr + Fr
Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu
variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu
untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis
tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar
sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai
penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi
tersebut (Surasana, 1990).
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi
suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting
menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks
Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR),
Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR) (Michael, 1994).
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi
suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting
menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks
Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR),
Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR) (Surasana, 1990).
Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi
dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang
dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik
yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam
menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan,
dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya
dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam
komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Dari
nilai relative ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini
digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi yang diamati.Secara
bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam
menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu
variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu
untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis
tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar
sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai
penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi
tersebut (Syafei, 1990).
3. Penyebaran secara berkelompok, penyebaran ini yang paling umum
terdapat di alam, terutama untuk hewan. Pengelompokan ini terutama
disebabkan oleh berbagai hal di antaranya:
a. Respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara lokal.
b. Respon dari organismeterhadap perubahan cuaca musiman akibat
dari cara atau proses reproduksi atau regenerasi.
c. Sifat-sifat organisme dengan organ vegetatifnya yang menunjang
untuk terbentuknya kelompok atau koloni (Surasana, 1990).

Tujuan Praktikum:
Tujuan dari praktikum dari acara 10 tentang kurva spesies area
adalah untuk menentukan petak minimum yang dapat mewakili tipe
komunitas yang sedang dianalisis guna keperluan ekologi.

Maanfaat Praktikum :

Maanfaat dari praktikum acara 10 tentang kurva spesies area


adalah agar mahasiswa mengetahui petak minimum yang dapat
mewakili tipe komunitas yang sedang dianalisis guna keperluan
ekologi.

Metode Praktikum : A. Tempat dan Waktu


Kegiatan praktikum acara 10 tentang kurva spesies area
dilaksanakan di Desa Sindangsuka Kecamatan Luragung
Kabupaten Kuningan pada hari Sabtu, tanggal 30 Mei 2020
pukul 07.00 WIB sampai dengan selesai.
B. Bahan dan Alat
Tali atau benang dan meteran untuk menentukan jumlah
jenis individu di dalam petak penelitian.
1. Penghitung atau counter untuk menghitung jumlah jenis
individu dalam petak penelitian.
2. Petak tanda batas, agar memudahkan pekerjaan di
lapang.
3. Alat tulis dan kertas label untuk mengumpulkan data.
4. Perlengkapan pembuatan herbarium
5. Objek, berupa satu tipe komunitas tumbuhan tertentu.

C. Prosedur
1. Pilih salah satu tipe vegetasi yang dapat dipakai sebagai
contoh dan tentukan batas-batasnya.
2. Ditengah komunitas tersebut ditentukan petak contoh 1.
Petak contoh 1, ini tergantung pada luasan areal dan
keragaman jenisnya. Namun demikian petak contoh
yang lazim digunakan untuk permulaan petak contoh
pada tanaman herba adalah 1x1 mm atau sebuah
lingkaran dengan jari-jari 0.56 m.
3. Catat jumlah jenis yang terdapat pada petak contoh 1
dalam tabel lembar data.
4. Perluas petak contoh 1 menjadi dua kali lipatnya
(=petak contoh 2) dan catat pertanbahan jenis yang
terdapat pada petak contoh 2.
5. Perluas petak contoh 2 menjadi dua kali lipatnya
(=petak contoh 3) dan catat pertambahan jenis yang
terdapat pada petak contoh 3. Demikian seterusnya.
6. Penambahan petak contoh dihentiikan bila tidak ada
kenaikan jumlah jenis atau penambahan jenis sudah
tidak berarti atau kurang dari 10%.
7

6
3
4
1 2
Gambar 4.7 Contoh petak kurva spesies area

Keterangan:
Petak contoh 1 = 1m2
Petak contoh 2 = Petak contoh 1+ 2 = 2 m2
Petak contoh 3 = Petak contoh 1+ 2 + 3 = 4 m2
Petak contoh 4 = Petak contoh 1+ 2 + 3 + 4 = 8 m2
Petak contoh 5 = Petak contoh 1+ 2 + 3 + 4 + 5 = 16 m2
dan seterusnya.
7. Begitu juga kalau petak contoh berbentuk lingkarang
ulangi butik 3,4,5.
Bandingkan hasil antara petak contoh lingkaran dengna
luasan yang sama seperti pada Tabel 4.2.

Hasil dan Pembahasan:


A. Hasil
Hasil dari praktikum acara 10 tentang kurva spesies area pada saat
pengamatan adalah sebagai berikut :
Tabel Pengamatan
JUMLAH
NO NAMA JENIS VEGETASI PANJANG LEBAR
. TUMBUHAN VEGETASI YANG AREA AREA
DITEMUKAN
Plot 1 = 1 Plot 1 = 1 m Plot 1 = 1 m
Plot 2 = 1 Plot 2 = 2 m Plot 2 = 2 m
1 Pohon Jati Pohon Plot 3 = 1 Plot 3 = 4 m Plot 3 = 4 m
Plot 4 = 1 Plot 4 = 8 m Plot 4 = 8 m
Plot 5 = 11 Plot 5 = 16 m Plot 5 =16 m
Plot 1 = 1 Plot 1 = 1 m Plot 1 = 1 m
Plot 2 = 1 Plot 2 = 2 m Plot 2 = 2 m
2 Pohon Sengon Pohon Plot 3 = 4 Plot 3 = 4 m Plot 3 = 4 m
Plot 4 = 8 Plot 4 = 8 m Plot 4 = 8 m
Plot 5 = 23 Plot 5 = 16 m Plot 5 = 16 m
Plot 1 = 0 Plot 1 = 1 m Plot 1 = 1 m
Plot 2 = 0 Plot 2 = 2 m Plot 2 = 2 m
3 Pohon Mahoni Pohon Plot 3 = 1 Plot 3 = 4 m Plot 3 = 4 m
Plot 4 = 3 Plot 4 = 8 m Plot 4 = 8 m
Plot 5 = 5 Plot 5 = 16 m Plot 5 = 16 m
Plot 1 = 0 Plot 1 = 1 m Plot 1 = 1 m
Plot 2 = 0 Plot 2 = 2 m Plot 2 = 2 m
4 Pohon Pisang Pohon Plot 3 = 0 Plot 3 = 4 m Plot 3 = 4 m
Plot 4 = 0 Plot 4 = 8 m Plot 4 = 8 m
Plot 5 = 9 Plot 5 = 16 m Plot 5 = 16 m
Plot 1 = 0 Plot 1 = 1 m Plot 1 = 1 m
Plot 2 = 0 Plot 2 = 2 m Plot 2 = 2 m
5 Pohon Pepaya Pohon Plot 3 = 0 Plot 3 = 4 m Plot 3 = 4 m
Plot 4 = 1 Plot 4 = 8 m Plot 4 = 8 m
Plot 5 = 0 Plot 5 = 16 m Plot 5 = 16 m
6 Pohon Jambu Pohon Plot 1 = 0 Plot 1 = 1 m Plot 1 = 1 m
Plot 2 = 0 Plot 2 = 2 m Plot 2 = 2 m
Plot 3 = 0 Plot 3 = 4 m Plot 3 = 4 m
Plot 4 = 0 Plot 4 = 8 m Plot 4 = 8 m
Plot 5 = 1 Plot 5 = 16 m Plot 5 = 16 m
Rumput Gajah Plot 1 = 3 Plot 1 = 1 m Plot 1 = 1 m
Rumput bambu Plot 2 = 4 Plot 2 = 2 m Plot 2 = 2 m
7 Rumput teki Rumput Plot 3 = 4 Plot 3 = 4 m Plot 3 = 4 m
Rumput grinting Plot 4 = 5 Plot 4 = 8 m Plot 4 = 8 m
Rumput ilalang Plot 5 = 5 Plot 5 = 16 m Plot 5 = 16 m
Putri malu Plot 1 = 1 Plot 1 = 1 m Plot 1 = 1 m
Babadotan Plot 2 = 2 Plot 2 = 2 m Plot 2 = 2 m
8 Ajeran Perdu Plot 3 = 3 Plot 3 = 4 m Plot 3 = 4 m
Calincing Plot 4 = 5 Plot 4 = 8 m Plot 4 = 8 m
Kirinyuh Plot 5 = 5 Plot 5 = 16 m Plot 5 = 16 m

1. Tabel Kurva Spesies Area

Panjan Luas Luas


Kode Lebar Spesies Baru Akumulasi
g (m) (ha)
1 1 1 5 1 0,0001 5
2 1 2 8 2 0,0002 13
3 2 2 13 4 0,0004 26
4 2 4 23 8 0,0008 49
0,0001
5 4 4 49 16 98
6

2. Grafik Kurva Spesies Area


Grafik Hasil Pengamatan Kurva Spesies Area
120

100
Akumulasi Spesies

80

60

40

20

0
1 2 3 4 5

Ukuran Plot

3. Gambar Plot Spesies Area

2x4m

2x2m

4x4m

1x2m

1x1m

B. Pembahasan
Dalam praktikum acara 10 tentang kurva spesies area,
praktikum kali ini dilakukan di kebun wilayah Desa Sindangsuka yang
berada di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat dengan menggunakan
metode kurva kuadrat (kurva spesies area) dimana saya menancapkan
beberapa bambu untuk membuat plot. Pada saat praktikum
berlangsung saya mengambil lokasi yang banyak komunitas
tumbuhannya.
Praktikum yang berjudul, “Analisa Vegetasi (Kurva Spesies
Area)” ini bertujuan untuk mempelajari keragaman jenis tumbuhan
dalam suatu lingkungan dan untuk menentukan luas peta minimum
yang dapat mewakili tipe komunias yang sedang dianalisis guna
keperluan ekologi.
Pada praktikum kali ini saya melakukan praktikum pada luas
minimum di suatu areal vegetasi komunitas. Pengamatan dilakukan
melalui pengukuran dengan membuat bujur sangkar ( plot ) dengan
ukuran 1x1 m , 2x2 m , 4x4 m, 8x8 m ,dan 16x16 m di kebun (suatu
ekosistem) dari tumbuhan. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh
data bahwa, untuk pengukuran pertama dengan ukuran bujur sangkar
1x1 m plot kecil ini dihitung spesies tanaman apa saja yang di dapati
didalamnya, di areal suatu komunitas di dalamnya ditemukan jenis
tumbuhan yaitu 1 pohon jati, 1 pohon sengon, 3 rumput, dan 1 perdu.
Dimana pada areal atau komunitas tersebut sangat mendukung
pertumbuhan tumbuhan tersebut.
Selanjutnya luas areal ( plot ) tersebut diperluas menjadi 2x2
m , ternyata dengan penambahan luas juga terjadi penambahan jenis
spesies yang ditemukan dalam ekosistem tersebut. Adapun di
dalamnya ditemukan jenis tumbuhan yaitu, 1 perpohon jati, 1 pohon
sengon, 4 rumput, dan 2 perdu dikarenakan faktor lingkungan yang
sesuai sehingga mendukung pertumbuhan.
Pada areal 1x1 m tumbuhan yang ditemukan sama dengan
pada areal ( plot ) 2x2 m dan terjadi penambahan beberapa spesies
tanaman baru yaitu perdu dan rumput. Dimana ciri morfologi dari
tanaman tingkat tinggi tersebut berdaun bulat dan lebat serta memiliki
batang yang kuat.
Sedangkan pada luas plot 4x4 m mengalami pertambahan jenis
yaitu 1 pohon jati, 4 pohon sengon, 1 pohon mahoni, 4 rumput dan 3
perdu.
Selanjutnya pada luas area 8x8 m, tumbuhan yang ditemukan
sama dengan pada areal ( plot ) 4x4 m hanya saja terjadi penambahan
pada spesies yaitu, 8 pohon sengon, 3 pohon mahoni, 1 pohon pepaya,
5 rumput dan 5 perdu dimana pada area ini terjadi penambahan jenis
tanaman baru yaitu pohon pepaya.
Terakhir pada luas areal 16x16 m spesies yang ditemukan
yaitu, 11 pohon jati, 23 pohon sengon, 5 pohon mahoni, 9 pohon
pisang, 1 pohon jambu, 5 rumput dan 5 perdu pada areal ini terjadi
penambahan dan penurunan tingkat spesies dan hanya 1 ditemukan
spesies baru sehingga perbesaran plot dihentikan.
Perbedaan jumlah tumbuhan pada suatu vegetasi dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti: suhu, kelembaban, keadaan
tanah, senyawa organik dan lain-lain. Selain itu penambahan suatu
areal akan dihentikan bila pengamatan pada areal areal berikutnya
ditemukan jenis tumbuhan yang sama dengan areal sebelumnya.
Secara acak yang masih di dalam luas area tertentu lalu didalamnya
dibuat plot.
Metode lingkungan merupakan metode yang cepat, tepat dan
sederhana. Metode ini digunakan untuk menentukan komposisi
komunitas, frekuensi spesies dan kisaran kondisi. Dengan metode ini
20-30 transek dalam kebanyakan kondisi digunakan tiap baris, jumlah
titik inilah yang memuat spesies tertentu merupakan angka presentase.
(Rasyid, 1993).
Berdasarkan teori yang dikemukakan Menurut Wirakusumah
(2003) Faktor – faktor persebaran vegetasi antara lain karena faktor:
Abiotik : faktor yang merupakan lingkungan sekitar, bukan makhluk
hidup, seperti hewan, tanaman, dan manusia. Yang termasuk
diantaranya ada tiga kategori: - Klimatik (iklim), -Relief (bentuk
permukaan bumi), dan -Edafik (tanah). Biotik : faktor yang
merupakan makhluk hidup, yang dapat saling berpengaruh karena
kehidupannya. Yang termasuk diantaranya antara lain:- Tanaman,
-Hewan, -Aktivitas Manusia.

Kesimpulan:
Berdasarkan pada pembahasan yang telah diuraikan tersebut
di atas dapat diperoleh suatu kesimpulan yaitu : Luas minimum yang
diperoleh dalam pengamatan yaitu 1x1 m dan ini menunjukkan bahwa
luas tersebut serta jenis tumbuhan yang mendominasi di dalamnya
dapat mewakili karakteristik suatu vegetasi. Jumlah minimum yang
didapatkan dari pengamatan yaitu 8 jenis tumbuhan yaitu pohon jati,
pohon sengon, pohon mahoni, pohon pisang, pohon papaya, pohon
jambu, berbaga jenis rumput dan perdu yang menunjukkan bahwa
jumlah tersebut sudah dapat mewakili karakteristik suatu vegetasi.
Dengan praktikum kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis vegetasi yang menggunakan petak
contoh. Luasan petak contoh mempunyai hubungan erat dengan
keragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. 
Penyebaran jenis tumbuhan dalam suatu vegetasi dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, keadaan
tanah dan senyawa organik. Beberapa komunitas terdiri dari beberapa
spesies yang umum dan beberapa spesies yang jarang sementara yang
lainnya mengandung jumlah spesies yang di dalam komunitas
mempunyai dampak yang sangat besar pada ciri umumnya, konsep ini
memiliki suatu komunitas yang berbeda kekayaan spesies yang sama
tetapi jumlahnya lebih terbagi secara beranekaragam.

Saran :
Dalam menghitung jumlah spesies dalam suatu petak contoh
harus dengan teliti. Jika spesies berada kuarang dari setengah dalam
petak contoh, maka jangan dihitung. Sebaliknya, jika berada lebih dari
setengah dalam petak contoh, maka dihitung.

DAFTAR PUSTAKA
Al Rasyid, Harun. (1993). Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung: Diktat

Kuliah Pasca Sarjana UNPAD

Andre. M. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa

Vegetasi. http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimana

mempelajari     analisa-vegetasi/. Diakses pada 16 Oktober 2014.

Anwar, 1995, Biologi Lingkungan. Ganexa exact. Bandung.

Desmukh, I.1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka. Jakarta.

Irwan, Z. O.1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas, Dan

Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.

Kimball, Jhon W. 1994. Biologi Jilid II. Erlangga. Jakarta

Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co. Sumber Article :

http://nurulbio91.blogspot.com/2013/12/laporan-praktikum-ekologi-tumbuhan.html.

Michael, P.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Jakarta:

UI Press.

Odum, E. P., 1996, Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga, UGM Press, Yogyakarta.

Odum . 1998 . ekologi tumbuhan .rineka cipta : Jogjakarta.

Raharjanto, Abdulkadir.2001.Ekologi Umum.UMM Press: Malang .

Resosoedarmo, R. S.1989. Pengantar Ekologi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Rohman, Fatchur.dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.

Santoso. 1994. Ekologi Umum. Malang: UMM Press.

Sastrodinoto,S.1980. Biologi Umum I. PT. Gramedia.Jakarta.

Suharno, 1999, Biologi, Erlangga, Jakarta.

Soemarwoto, O., 1983, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta.
Surasana, syafeieden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA Biologu ITB.

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

Wirakusumah, S., 2003, Dasar-dasar Ekologi :Menopang Pengetahuan Ilmu-ilmu

Lingkungan, UI Press, Jakarta.

.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai