ACARA 10
Disusun Oleh:
A0B019019
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2020
Lembar kerja. Nama : Ghia Sri Rahayu
Praktikum 10. Mempelajari Kurva Spesies Area NIM : A0B019019
Jurusan:D-3Perencanaan
Sumberdaya Lahan
Pendahuluan :
A. Latar Belakang
Ekologi merupakan studi ilmiah tentang proses regulasi distribusi
kelimpahan dan saling interaksi di antara mereka, dan sebuah studi tentang
desain dari struktur dan fungsi dari ekosistem. Istilah ekologi ini pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1866 oleh E. Haeckel (ahli biologi Jerman). Ekologi
berasal dari dua akar kata Yunani (oikos = rumah dan Logos=ilmu), sehingga
secara harfiah bisa diartikan sebagai kajian organisme hidup dalam rumahnya.
Secara lebih formal ekologi didefenisikan sebagai kajian yang
mempelajari hubungan timbal balik antara organisme-organisme hidup dengan
lingkungan fisik dan biotik secara menyeluruh. Jadi dalam hal ini dapat
disimpulkan bahwa ekologi itu adalah ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya (biotik dan abiotik)
dalam suatu ekosistem.
Ekologi Tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara tanaman (tumbuhan yang dibudidayakan) dengan lingkungannya.
tanaman memperoleh sumberdaya cahaya, hara mineral, dan sebagainyaRuang
lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Dalam
suatu sistem ekologi, tumbuhan sebagai satu kesatuan makhluk hidup secara
individu disebut jenis atau spesies, yang kemudian berkelompok dengan
sesama jenisnya membentuk populasi tumbuhan. Kumpulan berbagai jenis
tumbuhan bersama-sama membentuk komunitas tumbuhan.
Dalam ekologi tumbuhan kadang-kadang kajian tentang aspek
ekologinya hanya pada tingkat populasi tumbuh-tumbuhannya saja.
Komunitas tumbuhan tidak mungkin dilakukan penelitian pada seluruh area
yang ditempati oleh suatu komunitas terutama area tersebut sangat luas. Oleh
karena itu dapat dilakukan penelitian di sebagian area komunitas tersebut
dengan syarat bagian tersebut dapat mewakili seluruh komunitas.
Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang jarang,
sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan
jumlah spesies pada umumnya yang banyak ditemukan. Untuk mempelajari
suatu kelompok tumbuhan yang belum diketahui yaitu baik digunakan
dengan cara teknik yang dapat berupa bidang (plot, kuadrat) garis atau titik.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dilakukan praktikum
perhitungan jumlah vegetasi dengan menggunakan metode kuadrat atau plot
pada suatu area tertentu. Lingkungan sebagai faktor ekologi yang terdapat
disekitar tumbuh-tumbuhan dan makhluk hidup lainnya dapat terdiri dari
lingkungan biotik dan lingkungan abiotik.Habitat sebagai faktor lingkungan
tempat tinggal dalam melaksanakan kehidupannya. Dalam mempelajari
ekologi tumbuhan kita tidak dapat melakukan penelitian pada seluruh area
yang ditempati komunitas tumbuhan, terutama apabila area itu cukup luas.
Dengan syarat bagian tersebut dapat mewakili komunitas tumbuhan yang ada.
Analisa vegetasi merupakan cara mempelajari susunan komposisi jenis
dan bentuk atau struktur vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.Beberapa
sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya,
dimana sifat-sifatnya bila dianalisa akan membantu dalam suatu analisa
struktur komunitas.Sifat-sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok
besar, dalam analisanya akan memberikan data yang kualitatif dan
kuntitatif.Analisa kuntitatif meliputi distribusi tumbuhan (frekuensi),
kerapatan (density), atau banyaknya (abudance).
Luas daerah dalam satuan kecil yaitu komunitas atau vegetasi yang
sangat bervariasi keadaannya.Keberadaannya merupakan himpunan dan
spesies populasi yang sangat berinteraksi dengan banyak faktor lingkungan
yang khas untuk setiap vegetasi. Dapat dikatakan representative bila didalam
nya terdapat semua sebagian besar jenis tumbuhan yang membentuk
komunitas atau vegetasi tersebut. Daerah minimal yang mencerminkan
kekayaan.Komunitas atau vegetasi disebut luas minimum.Suatu metode yang
menentukan luas minimum suatu daerah disebut metode luas minimal.Metode
ini juga dapat digunakan untuk mengetahui jumlah petak yang digunakan
dalam metode tersebut.
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus
dipertimbangkan dan diperhatikan, karena akan mempengaruhi data yang
diporeleh dari sample.Keempat sample itu adalah:
1. Ukuran petak.
2. Bentuk petak.
3. Jumlah petak.
4. Cara meletakkan petak di lapangan
Praktikum yang berjudul, “Analisa Vegetasi (Kurva Spesies Area)” ini
bertujuan untuk mempelajari keragaman jenis tumbuhan dalam suatu
lingkungan dan untuk menentukan luas peta minimum yang dapat mewakili
tipe komunias yang sedang dianalisis guna keperluan ekologi.
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dan lingkungannya. Ruang lingkup ekologi meliputi populasi,
komunitas, ekosistem, dan biosfer. Populasi adalah kumpulan individu sejenis
yang memiliki kemampuan berbiak silang di suatu tempat pada waktu tertentu.
Komunitas adalah kumpulan populasi yang saling berinteraksi di suatu daerah.
Ekosistem adalah sistem hubungan timbal balik antara komponen biotik
dengan komponen abiotik yang mempengaruhinya. Biosfer adalah bagian
bumi yang ditempati oleh makhluk hidup (Odum, 1998).
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru
muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang
besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk
hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan
antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya
atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling
melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa
ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan
kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik (Odum,1998).
Spesies atau jenis adalah suatu takson yang dipakai dalam taksonomi
untuk menunjuk pada satu atau beberapa kelompok individu (populasi) yang
serupa dan dapat saling membuahi satu sama lain di dalam kelompoknya
(saling membagi gen) namun tidak dapat dengan anggota kelompok yang lain
(Campbell, 2008).
Area adalah sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi teritorial dari
sebuah kedaulatan. Sedangkan kurva adalah suatu metode grafik yang
digunakan untuk mempresentasikan data pada tabel kehidupan (Campbell,
2008).
Kurva spesies-area (bahasa Inggris: species-area curve, SAC), dalam
ekologi, adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara jumlah jenis
dengan ukuran kuadrat (petak ukur). Grafik itu biasanya menunjukkan pola
pertambahan jumlah jenis yang relative tajam pada ukuran kuadrat kecil
sampai pada suatu titik tertentu dan sesudah itu semakin mendatar seiring
dengan peningkatan ukuran kuadrat. SAC dapat digunakan untuk menentukan
luas kuadrat tunggal minimum yang mewakili suatu komunitas tumbuhan dari
segi jenis penyusun (Wikipedia, 2014).
Kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk
menganalisis vegetasi yang menggunakan petak contoh. Luasan petak contoh
mempunyai hubungan erat dengan keragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut. Makin beragam jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas
kurva spesies areanya. Bentuk luasan kurva spesies area dapat berbentuk bujur
sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Petak
contoh dapat ditambahkan jika terjadi penambahan spesies dalam petak contoh
yang sedang diamati lebih dari 10 %. Luasan petak contoh pada praktikum
yang dilakukan yaitu:
- Petak contoh 1 = 1m2
- Petak contoh 2 = Petak contoh 1+ 2 = 2 m2
- Petak contoh 3 = Petak contoh 1+ 2 + 3 = 4 m2
- Petak contoh 4 = Petak contoh 1+ 2 + 3 + 4 = 8 m2
- Petak contoh 5 = Petak contoh 1+ 2 + 3 + 4 + 5 = 16 m2
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam
membentuk populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong
dalam menentukan struktur komunitas. Sifat – sifat individu ini dapat dibagi
atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data
yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi
tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance)
(Kimball, Jhon W. 1994).
Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang umum dan
beberapa spesies yang jarang sementara yang lainnya mengandung jumlah
spesies yang di dalam komunitas mempunyai dampak yang sangat besar pada
ciri umumnya, konsep ini memiliki suatu komunitas yang berbeda kekayaan
spesies yang sama tetapi jumlahnya lebih terbagi secara beranekaragam.
Istilah keragaman spesies seprti yang digunakan oleh para ahli ekologi.
Mepertimbangkan kedua komponen keanekaragaman yaitu kekayaan spesies
dan kelimpahan relatif (Kimball, Jhon W. 1994).
Kerapatan tanam merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun yang
sangat menentukan pertumbuhan tanaman juga sangat dipengaruhi oleh
kerapatan tanaman. Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar
spesies yang sama (intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara
jenis-jenis yang berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis
pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih
buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda (Syafei,
1990).
Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi
jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan
penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Dalam praktikum
ini, khusus untuk variabel kerapatan dan kerimbunan, cara perhitungan yang
dipakai dalam metode kuadrat adalah berdasarkan kelas kerapatan dan kelas
kerimbunan ,Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis
tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan
seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Syafei,
1990).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies
dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total
individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara
numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies
dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman
spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil
(Michael,1994).
Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi umbuhan
dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan
natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas
dan fekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan
struktur dan komposisi masing-masing spesies. Untuk suatu kondisi padang
rumput, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling,
artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan,
yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa
vegetasi yang digunakan.
Vegetasi merupakan istilah yang umumnya digunakan untuk semua
tumbuh-tumbuhan dari suatu daerah adalah ciri-ciri sedemikian khas hingga
kita umumnya mengklasifikasikan dan menamai komunitas-komunitas darat
pada dasarnya dibanding pada dasar lingkungan fisiknya yang sering
memudahkan dalam lingkungan perairan. Banyak sekali bentuk hidup yang
ditunjukkan yang menyesuaikan tubuh-tumbuhan darat terhadap hampir
semua keadaan yang mungkin. Vegetasi adalah ciri-ciri lingkungan darat yang
demikian nyata dan mantap. Komposisi vegetasi telah mendapatkan perhatian,
prosedur-prosedur pengkajian meliputi dua langkah pertama muncul analisis
lapang yang meliputi seleksi plot-plot atau kuadrat-kuadrat. Kerapatan,
penutupan dibuatkan tabel untuk setiap jenis. Langkah kedua meliputi sintesis
data untuk menentukan derajat asosiasi dari populasi-populasi tumbuhan
(Odum, 1998).
Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau
mengejar sesuatu yang secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu
pencari. Persaingan (kompetisi) pada tanaman menerangkan kejadian yang
menjurus pada hambatan pertumbuhan tanaman yang timbul dari asosiasi
lebih dari satu tanaman dan tumbuhan lain. Persaingan terjadi bila kedua
individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan
lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup.
Persaingan ini akan berakibat negatif atau menghambat pertumbuhan individu-
individu yang terlibat (Odum,1996).
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang
sama (intraspesific competition atau sering dikenal dengan istilah
monospesies), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda
(interspesific competition atau heterospesies). Persaingan sesama jenis pada
umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk
dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda. Persaingan
yang dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang
(tempat), makanan, unsure hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen
dispersal, atau factor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang
dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya
(Wirakusumah 2003: 67).
Pembelajaran persaingan antar tanaman sejenis sangat penting untuk
memahami keseimbangan populasi dalam komunitas tanaman. Kompetisi
dapat berakibat positif atau negatif bagi salah satu pihak organisme atau
bahakn berakibat negatif bagi keduanya. Kompetisi tidak selalu salah dan
diperlukan dalam ekosistem, untuk menunjang daya dukung lingkungan
dengan mengurangi ledakan populasi (Wirakusumah 2003: 67).
Pengaturan jarak tanam, populasi dan pengolahan tanah
memperlihatkan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh sangat nyata
terhadap parameter pertumbuhan dan produksi tanaman. Perlakuan populasi
berpengaruh nyata sampai sangat nyata. Perlakuan pemupukan dan interaksi
antara ketiganya berpengaruh tidak nyata. Salah satu bentuk interaksi antara
satu populasi dengan populasi lain atau antara satu individu dengan individu
lain adalah bersifat persaingan (kompetisi). Persaingan terjadi bila kedua
individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan
lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup.
Persaingan ini akan berakibat negatif atau menghambat pertumbuhan individu-
individu yang terlibat (Wirakusumah 2003).
Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi tentang struktur dan
komposisi komunitas tumbuhan darat. Namun yang paling luas diterapkan
adalah cara pencuplikan dengan kuadrat atau plot berukuran baku. Cara
pencuplikan kuadrat dapat digunakan pada semua tipe komunitas tumbuhan
dan juga untuk mempelajari komunitas hewan yang menempati atau tidak
berpindah. Rincian mengenai pencuplikan kuadrat meliputi ukuran, cacah, dan
susunan plot cuplikan harus ditentukan untuk membentuk komuniatas tertentu
yang dicuplik berdasarkan pada informasi yang diinginkan (Andre, 2009).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.
Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan
tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter
dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas
hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif
tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Andre, 2009).
Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi umbuhan
dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan
natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas
dan fekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan
struktur dan komposisi masing-masing spesies. Untuk suatu kondisi padang
rumput, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling,
artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan,
yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa
vegetasi yang digunakan.
Menurut Marpaung Andre (2009), prinsip penentuan ukuran petak
adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh
dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada
dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena
titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa
menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas
tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA).
Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum
suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal
petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang
mewakili jika menggunakan metode jalur.
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari
komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang
menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan
penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari (Andre, 2009) :
- Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar,
dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
- Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit
atau hemi-parasit.
- Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya
memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma
tersebut keluar tangkai daun.
- Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus
dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih
panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
- Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak
berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya
seperti kayu atau belukar.
- Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak
menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya
memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan
memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
- Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan
memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih
dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya,
yaitu :
- Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan
kurang dari 1.5 m.
- Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan
berdiameter kurang dari 10 cm.
- Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20
cm.
Analisis vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komposisi
jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan: 1) Mempelajari tegakan hutan,
yaitu pohon dan permudaannya. 2) Mempelajari tegakan tumbuhan bawah,
yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang
terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang
rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar.
Di alam persaingan dapat terjadi antara individu-individu dalam satu
jenis (intraspesifik) ataupun dari jenis yang berbeda (interspesifik). Persaingan
tersebut terjadi karena individu-individu mempunyai kebutuhan yang sama
terhadap faktor-faktor yang tersedia dalam jumlah yang terbatas di dalam
lingkungan seperti tempat hidup, cahaya, air dan sebagainya. Persaingan yang
dialkukan oleh hewan sangat berbeda dengan persaingan pada tumbuhan. Pada
dasarnya persaingan pada tumbuhan tidak dilakukan secara fisik tetapi akibat
dari persaingan tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas
keduanya (Odum,1998).
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar
tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia
terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif
terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber
daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh.
Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila
(1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan
permintaan organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan
terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak (Odum, 1998).
Organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk
mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila
dua individu mencoba menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber
yang dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi,
contohnya makanan, oksigen, dan cahaya. Secara teoritis ,apabila dalam suatu
populasi yang terdiri dari dua spesies , maka akan terjadi interaksi diantara
keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam, salah satunya
adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi
antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi
antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies
yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secara merugikan
(Wirakusumah 2003: 67).
Tujuan Praktikum:
Tujuan dari praktikum dari acara 10 tentang kurva spesies area
adalah untuk menentukan petak minimum yang dapat mewakili tipe
komunitas yang sedang dianalisis guna keperluan ekologi.
Maanfaat Praktikum :
C. Prosedur
1. Pilih salah satu tipe vegetasi yang dapat dipakai sebagai
contoh dan tentukan batas-batasnya.
2. Ditengah komunitas tersebut ditentukan petak contoh 1.
Petak contoh 1, ini tergantung pada luasan areal dan
keragaman jenisnya. Namun demikian petak contoh
yang lazim digunakan untuk permulaan petak contoh
pada tanaman herba adalah 1x1 mm atau sebuah
lingkaran dengan jari-jari 0.56 m.
3. Catat jumlah jenis yang terdapat pada petak contoh 1
dalam tabel lembar data.
4. Perluas petak contoh 1 menjadi dua kali lipatnya
(=petak contoh 2) dan catat pertanbahan jenis yang
terdapat pada petak contoh 2.
5. Perluas petak contoh 2 menjadi dua kali lipatnya
(=petak contoh 3) dan catat pertambahan jenis yang
terdapat pada petak contoh 3. Demikian seterusnya.
6. Penambahan petak contoh dihentiikan bila tidak ada
kenaikan jumlah jenis atau penambahan jenis sudah
tidak berarti atau kurang dari 10%.
7
6
3
4
1 2
Gambar 4.7 Contoh petak kurva spesies area
Keterangan:
Petak contoh 1 = 1m2
Petak contoh 2 = Petak contoh 1+ 2 = 2 m2
Petak contoh 3 = Petak contoh 1+ 2 + 3 = 4 m2
Petak contoh 4 = Petak contoh 1+ 2 + 3 + 4 = 8 m2
Petak contoh 5 = Petak contoh 1+ 2 + 3 + 4 + 5 = 16 m2
dan seterusnya.
7. Begitu juga kalau petak contoh berbentuk lingkarang
ulangi butik 3,4,5.
Bandingkan hasil antara petak contoh lingkaran dengna
luasan yang sama seperti pada Tabel 4.2.
100
Akumulasi Spesies
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5
Ukuran Plot
2x4m
2x2m
4x4m
1x2m
1x1m
B. Pembahasan
Dalam praktikum acara 10 tentang kurva spesies area,
praktikum kali ini dilakukan di kebun wilayah Desa Sindangsuka yang
berada di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat dengan menggunakan
metode kurva kuadrat (kurva spesies area) dimana saya menancapkan
beberapa bambu untuk membuat plot. Pada saat praktikum
berlangsung saya mengambil lokasi yang banyak komunitas
tumbuhannya.
Praktikum yang berjudul, “Analisa Vegetasi (Kurva Spesies
Area)” ini bertujuan untuk mempelajari keragaman jenis tumbuhan
dalam suatu lingkungan dan untuk menentukan luas peta minimum
yang dapat mewakili tipe komunias yang sedang dianalisis guna
keperluan ekologi.
Pada praktikum kali ini saya melakukan praktikum pada luas
minimum di suatu areal vegetasi komunitas. Pengamatan dilakukan
melalui pengukuran dengan membuat bujur sangkar ( plot ) dengan
ukuran 1x1 m , 2x2 m , 4x4 m, 8x8 m ,dan 16x16 m di kebun (suatu
ekosistem) dari tumbuhan. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh
data bahwa, untuk pengukuran pertama dengan ukuran bujur sangkar
1x1 m plot kecil ini dihitung spesies tanaman apa saja yang di dapati
didalamnya, di areal suatu komunitas di dalamnya ditemukan jenis
tumbuhan yaitu 1 pohon jati, 1 pohon sengon, 3 rumput, dan 1 perdu.
Dimana pada areal atau komunitas tersebut sangat mendukung
pertumbuhan tumbuhan tersebut.
Selanjutnya luas areal ( plot ) tersebut diperluas menjadi 2x2
m , ternyata dengan penambahan luas juga terjadi penambahan jenis
spesies yang ditemukan dalam ekosistem tersebut. Adapun di
dalamnya ditemukan jenis tumbuhan yaitu, 1 perpohon jati, 1 pohon
sengon, 4 rumput, dan 2 perdu dikarenakan faktor lingkungan yang
sesuai sehingga mendukung pertumbuhan.
Pada areal 1x1 m tumbuhan yang ditemukan sama dengan
pada areal ( plot ) 2x2 m dan terjadi penambahan beberapa spesies
tanaman baru yaitu perdu dan rumput. Dimana ciri morfologi dari
tanaman tingkat tinggi tersebut berdaun bulat dan lebat serta memiliki
batang yang kuat.
Sedangkan pada luas plot 4x4 m mengalami pertambahan jenis
yaitu 1 pohon jati, 4 pohon sengon, 1 pohon mahoni, 4 rumput dan 3
perdu.
Selanjutnya pada luas area 8x8 m, tumbuhan yang ditemukan
sama dengan pada areal ( plot ) 4x4 m hanya saja terjadi penambahan
pada spesies yaitu, 8 pohon sengon, 3 pohon mahoni, 1 pohon pepaya,
5 rumput dan 5 perdu dimana pada area ini terjadi penambahan jenis
tanaman baru yaitu pohon pepaya.
Terakhir pada luas areal 16x16 m spesies yang ditemukan
yaitu, 11 pohon jati, 23 pohon sengon, 5 pohon mahoni, 9 pohon
pisang, 1 pohon jambu, 5 rumput dan 5 perdu pada areal ini terjadi
penambahan dan penurunan tingkat spesies dan hanya 1 ditemukan
spesies baru sehingga perbesaran plot dihentikan.
Perbedaan jumlah tumbuhan pada suatu vegetasi dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti: suhu, kelembaban, keadaan
tanah, senyawa organik dan lain-lain. Selain itu penambahan suatu
areal akan dihentikan bila pengamatan pada areal areal berikutnya
ditemukan jenis tumbuhan yang sama dengan areal sebelumnya.
Secara acak yang masih di dalam luas area tertentu lalu didalamnya
dibuat plot.
Metode lingkungan merupakan metode yang cepat, tepat dan
sederhana. Metode ini digunakan untuk menentukan komposisi
komunitas, frekuensi spesies dan kisaran kondisi. Dengan metode ini
20-30 transek dalam kebanyakan kondisi digunakan tiap baris, jumlah
titik inilah yang memuat spesies tertentu merupakan angka presentase.
(Rasyid, 1993).
Berdasarkan teori yang dikemukakan Menurut Wirakusumah
(2003) Faktor – faktor persebaran vegetasi antara lain karena faktor:
Abiotik : faktor yang merupakan lingkungan sekitar, bukan makhluk
hidup, seperti hewan, tanaman, dan manusia. Yang termasuk
diantaranya ada tiga kategori: - Klimatik (iklim), -Relief (bentuk
permukaan bumi), dan -Edafik (tanah). Biotik : faktor yang
merupakan makhluk hidup, yang dapat saling berpengaruh karena
kehidupannya. Yang termasuk diantaranya antara lain:- Tanaman,
-Hewan, -Aktivitas Manusia.
Kesimpulan:
Berdasarkan pada pembahasan yang telah diuraikan tersebut
di atas dapat diperoleh suatu kesimpulan yaitu : Luas minimum yang
diperoleh dalam pengamatan yaitu 1x1 m dan ini menunjukkan bahwa
luas tersebut serta jenis tumbuhan yang mendominasi di dalamnya
dapat mewakili karakteristik suatu vegetasi. Jumlah minimum yang
didapatkan dari pengamatan yaitu 8 jenis tumbuhan yaitu pohon jati,
pohon sengon, pohon mahoni, pohon pisang, pohon papaya, pohon
jambu, berbaga jenis rumput dan perdu yang menunjukkan bahwa
jumlah tersebut sudah dapat mewakili karakteristik suatu vegetasi.
Dengan praktikum kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis vegetasi yang menggunakan petak
contoh. Luasan petak contoh mempunyai hubungan erat dengan
keragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut.
Penyebaran jenis tumbuhan dalam suatu vegetasi dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, keadaan
tanah dan senyawa organik. Beberapa komunitas terdiri dari beberapa
spesies yang umum dan beberapa spesies yang jarang sementara yang
lainnya mengandung jumlah spesies yang di dalam komunitas
mempunyai dampak yang sangat besar pada ciri umumnya, konsep ini
memiliki suatu komunitas yang berbeda kekayaan spesies yang sama
tetapi jumlahnya lebih terbagi secara beranekaragam.
Saran :
Dalam menghitung jumlah spesies dalam suatu petak contoh
harus dengan teliti. Jika spesies berada kuarang dari setengah dalam
petak contoh, maka jangan dihitung. Sebaliknya, jika berada lebih dari
setengah dalam petak contoh, maka dihitung.
DAFTAR PUSTAKA
Al Rasyid, Harun. (1993). Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung: Diktat
Vegetasi. http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimana
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co. Sumber Article :
http://nurulbio91.blogspot.com/2013/12/laporan-praktikum-ekologi-tumbuhan.html.
UI Press.
Odum, E. P., 1996, Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga, UGM Press, Yogyakarta.
Soemarwoto, O., 1983, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta.
Surasana, syafeieden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA Biologu ITB.
.
LAMPIRAN