Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PENGGANTI PRAKTIKUM

METODE KONSERVASI TANAH DAN AIR SECARA VEGETATIF MELALUI COVER


CROP SEDANG

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Nama Anggota Kelompok :

1. Sheila Eka Wahyuni (A0B019016)


2. Evi Suryani (A0B019017)
3. Akbar Ega Kinanto (A0B019018)
4. Ghia Sri Rahayu (A0B019019)
5. Hanzhalah Albarra (A0B019020)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2021
LANDASAN TEORI

Konservasi tanah mempunyai arti luas dan sempit dimana konservasi tanah dalam arti luas
adalah penempatan setiap bidang tanah dengan cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan
tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak
terjadi kerusakan tanah. Sedangkan koservasi tanah dalam arti sempit adalah upaya untuk
mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi (Arsyad,
2010). Konservasi tanah dilakukan agar (1) energi perusak (air hujan dan aliran permukaan)
sekecil mungkin sehingga tidak merusak, dan (2) agregat tanah lebih tahan terhadap pukulan air
hujan dan aliran permukaan. Berdasarkan kedua hal tersebut, maka ada tiga pendekatan dalam
konservasi tanah (Triwanto, 2012) yaitu:

1) Memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar tahan terhadap penghancuran dan
pengangkutan, serta lebih besar daya menyerap airnya.
2) Menutup tanah dengan tanaman atau sisa-sisa tumbuhan agar terlindung dari pukulan
langsung air hujan yang jatuh.

3) Mengatur aliran permukaan sehingga mengalir dengan kekuatan yang tidak merusak.

Konservasi tanah menurut Arsyad (1989), adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan
syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah secara umum
diartikan sebagai penempatan tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah
tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi
kerusakan tanah. Dalam arti sempit konservasi tanah sendiri adalah upaya untuk mencegah
kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi. Tujuan diadakannnya
konservasi tanah di Indonesia diarahkan pada tiga prinsip utama yaitu perlindungan permukaan
tanah terhadap pukulan butir butir hujan, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah seperti pemberian
bahan organik atau dengan cara meningkatkan penyimpanan air, dan mengurangi laju aliran
permukaan sehingga menghambat material tanah dan hara terhanyut (Agus et al., 1999).
Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk
pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang merusak dan
terdapat cukup air pada waktu musim kemarau. Konservasi tanah mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan konservasi air. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2014, Konservasi Tanah dan
Air adalah upaya pelindungan, pemulihan, peningkatan, dan pemeliharaan Fungsi Tanah pada
Lahan sesuai dengan kemampuan dan peruntukan Lahan untuk mendukung pembangunan yang
berkelanjutan dan kehidupan yang lestari. Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah
akan mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya. Oleh karena itu
konservasi tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang berhubungan erat sekali, berbagai
tindakan konservasi tanah adalah juga tindakan konservasi air (Arsyad, 2010).

Teknik konservasi tanah di Indonesia diarahkan pada tiga prinsip utama yaitu perlindungan
permukaan tanah terhadap pukulan butirbutir hujan, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah seperti
pemberian bahan organik atau dengan cara meningkatkan penyimpanan air, dan mengurangi laju
aliran permukaan sehingga menghambat material tanah dan hara terhanyut (Agus et al., 1999).
Metode vegetative adalah penggunaan tanaman dan tumbuhan , atau bagian – bagian tumbuhan
atau sisa – sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan
kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah. Berbagai jenis tanaman
atau vegetasi dan penggunaan tanah memounyai efisiensi yang berlainan dalam pencegahan erosi.
Vegetasi permanen berupa hutan lebat (pohon – pohonan), tanaman tahunan, rumput alang – alang
merupakan metode konservasi tanah dan air yang paling baik (Arsyad, 2006).
Teknik vegetatif diartikan sebagai penggunaan tanaman dan tumbuhan, atau bagian-bagian
tumbuhan atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh ke permukaan
tanah, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran yang pada akhirnya dapat mengurangi erosi tanah
(Arsyad, 2010). Setiahadi (2012) mengungkapkan bahwa teknik vegetatif yaitu teknik konservasi
dengan memanfaatkan tanaman/vegetasi maupun sisa-sisa tanaman sebagai media pelindung tanah
dari erosi, penghambat laju aliran permukaan, peningkatan kandungan lengas tanah dan perbaikan
sifat tanah baik fisik, kimiawi maupun biologi.
Teknik konservasi tanah dan air dapat dilakukan secara vegetatif dalam bentuk pengelolaan
tanaman berupa pohon atau semak, baik tanaman tahunan maupun tanaman setahun dan rumput-
rumputan. Teknologi ini sering dipadukan dengan tindakan Konservasi Tanah dan Air secara
pengelolaan (Sinukaban, 2003). Selain sisa-sisa tumbuhan, bahan lain seperti plastik, batu dan
pasir dapat digunakan sebagai mulsa. Mulsa mengurangi erosi dengan cara merendam energi hujan
yang jatuh sehingga tidak merusak struktur tanah, mengurangi kecepatan dan jumlah aliran
permukaan (Arsyad, 2010).
Penerapan teknik konservasi tanah dan air merupakan strategi utama dalam upaya
pelestarian dan pemanfaatan lingkungan hidup serta sumberdaya alam. Berbagai upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan stabilitas tanah sehingga suatu lahan mampu mendukung aktivitas
makhluk hidup dapat diterapkan dengan teknik konservasi tanah baik secara vegetatif, mekanik,
dan kimia (Suripin, 2004).
Tanaman penutup tanah (cover crop). Penutup tanah adalah bagian permukaan tanah yang
ditutupi tumbuhan yang hidup, dan serasah adalah salah satu dari faktor yang terpenting dalam
pengelolaan DAS. Serasah, sebagaimana benda hidup lainnya, berfungsi sebagai rintangan pada
gerakan air (Triwanto, 2012).
Tanaman penutup tanah ( cover crop ) adalah tanaman yang biasa ditanam pada lahan
kering dan dapat menutup seluruh permukaan tanah. Tanaman yang dipilih sebagai tanaman
penutup tanah umumnya tanaman semusim/tahunan dari jenis legum yang mampu tumbuh dengan
cepat, tahan kekeringan, dapat memperbaiki sifat tanah (fisik, kimia, dan biologi) dan
menghasilkan umbi, buah, dan daun. Sebagaimana dilaporkan Lal (1978), tanaman penutup tanah
mampu meningkatkan laju infiltrasi.
Keberadaan perakaran mampu memperbaiki kondisi sifat tanah yang disebabkan oleh
penetrasi akar ke dalam tanah, menciptakan habitat yang baik bagi organisme dalam tanah, sebagai
sumber bahan organik bagi tanah dan memperkuat daya cengkeram terhadap tanah (Foth, 1995,
Killham, 1994, Agus et al., 2002). Perakaran tanaman juga membantu mengurangi air tanah yang
jenuh oleh air hujan, memantapkan agregasi tanah sehingga lebih mendukung pertumbuhan
tanaman dan mencegah erosi, sehingga tanah tidak mudah hanyut akibat aliran permukaan,
meningkatkan infiltrasi, dan kapasitas memegang air.
METODE KONSERVASI TANAH DAN AIR SECARA VEGETATIF MELALUI
COVER CROP SEDANG

Salah satu cara menerapkan metode vegetatif yaitu dengan penanaman tanaman
penutup tanah. Tanaman penutup tanah yaitu tanaman yang khusus ditanam untuk
melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan untuk memperbaiki kondisi tanah.
Tanaman penutup tanah mempunyai peranan menahan atau mengurangi daya perusak butir-
butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, menambah bahan organik tanah
melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan menyerap air dan melakukan
transpirasi.

Usaha – usaha konservasi tanah ditujukan untuk mencegah kerusakan tanah oleh
erosi, memperbaiki tanah yang rusak, memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah
agar dapat dipergunakan secara lestari. Dengan demikian pelarangan penggunaan tanah,
tetapi menyesuaikan macam penggunaannya dengan kemampuan tanah dan memberikan
perlakuan sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan, agar tanah dapat berfungsi secara
lestari. Konservasi tanah adalah masalah menjaga agar struktur tanah tidak terdispersi, dan
mengatur kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan.

Secara garis besar, metode konservasi tanah dan air dibagi menjadi 3 yaitu: metode
vegetatif, teknis/mekanik, dan kimia. Manusia mempunyai keterbatasan dalam
mengendalikan erosi karena erosi terjadi secara alami sehingga perlu ditetapkan kriteria
tertentu yang diperlukan dalam tindakan konservasi tanah. Salah satu pertimbangan yang
harus disertakan dalam merancang teknik konservasi tanah adalah nilai batas erosi yang
masih dapat diabaikan (tolerable soil loss). Jika besarnya erosi pada tanah dengan sifat-sifat
tersebut lebih besar daripada angka erosi yang masih dapat diabaikan, maka tindakan
konservasi sangat diperlukan. Berikut penjelasan mengenai metode konservasi tanah dan air
secara vegetatif melalui cover crop sedang :

1. Persiapan lahan
Persiapan lahan dimulai dengan penyiangan lahan tersebut dari gulma yang ada.
Setelah penyiangan dilakukan pembuatan petak-petak lahan dengan ukuran 2m x 3m
dengan tinggi 20 cm dan jarak antar petak 50 cm. Petak percobaan dibuat dengan tinggi
20 cm dengan cara menggali atau mencangkul jarak antar petak tersebut sedalam 20
cm.
2. Pengambilan sampel tanah dilapangan
Pengambilan sampel tanah di lapangan untuk melihat kualitas tanah dilakukan 2 kali
yaitu pada tahap awal (sebelum penanaman legum cover crop) dan pada tahap akhir
(sesudah panen). Sampel tanah diambil dengan cara komposit pada kedalaman 0-20 cm.
3. Penanaman
Penanaman tanaman legum cover crop ( lamtoro (Leucaena leucocephala) atau gamal
(Gliricidia sepium)) langsung ditanam pada lahan yang sudah dibuat petakan-petakan
terlebih dahulu dengan jarak tanam 20 x 20 cm.
4. Pemeliharaan dan pengamatan tanaman
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan dari gulma.
Penyiraman dilakukan setiap hari (1 kali sehari) apabila hari tidak hujan. Penyiangan
gulma dilakukan dengan cara mencabuti setiap ada gulma yang tumbuh. Serta
dilakukan Pengamatan tanaman meliputi berapa persen kemampuan LCC dalam
menutup tanah dan juga bagaimana pertumbuhan tanaman tersebut.
5. Panen dan pengambilan sample tanah
Panen dilakukan pada saat tanaman berumur ± 3 bulan dan dilakukan pengambilan
sampel tanah untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah setelah penanaman cover crop.
Pengambilan sampel tanah sesudah panen dilakukan pada setiap petak perlakuan
dengan cara yang sama dengan pengambilan sampel awal.

Tanaman yang digunakan sebagai penutup tanah sebaiknya mudah diperbanyak,


mempunyai sistem perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi berat bagi tanaman pokok,
tetapi mempunyai sifat sebagai pengikat tanah yang baik. Selain itu tidak mensyaratkan
tingkat kesuburan tanah yang tinggi, tumbuh cepat, banyak menghasilkan daun dan tidak
berubah menjadi gulma. Tanaman penutup tanah sedang (perdu), misalnya Lantana camara L
(tahi ayam), Crotalaria anagyroides HBK. Acacia villosa Wild, Sesbania grandiflora PERS
(turi), Calliandra calothyrsus Meissn (kaliandra merah), Gliricidia maculata (gamal),
Clorataria juncea (orok-orok), Cajanus cajan Nillst (kacang gude), Leucaena glauca (L)
Benth (pete cina, lamtoro, kemlandingan). Pertanaman tanaman atau tumbuhan penutup tanah
dikatakan baik jika:

1. Mudah diperbanyak
2. Mempunyai sistem perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi berat bagi tanaman
pokok, tetapi mempunyai sifat pengikat tanah tinggi
3. Tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun
4. Toleransi terhadap pemangkasan
5. Resisten terhadap hama, penyakit dan kekeringan
6. Tidak mempunyai duri dan sulur-sulur yang membelit

Contoh Tanaman Penutup Tanah (cover crop sedang) adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Leucaena glauca (L) Benth Gambar 2. Crotalaria anagyroides

Tanaman penutup tanah (cover crop sedang) pada dasarnya seperti tanaman sela
dimana tanaman pokok ditanam di sela – sela tanaman penutup tanah. Dapat juga tanaman
pokok ditanam setelah tanaman penutup tanah dipanen. Tanaman penutup tanah
dimaksudkan untuk menambah penghasilan petani dari hasil panennya, selain itu juga
untuk memperbaiki sifat tanah karena mampu menambat N dari udara dan sisa tanamannya
dapat dijadikan sumber bahan organik. Sebagai contoh tanaman penutup tanah dari jenis
legum seperti Mucuna sp. sangat besar kontribusinya dalam memperbaiki produktivitas
tanah. Selain mampu mengurangi pengaruh keracunan Al pada tanaman, Mucuna sp. juga
merupakan sumber unsur hara bagi tanaman. Kandungan hara Mucuna sp. sebagai berikut :
N=2,32%; P = 0,20%; dan K = 1,97% (Adiningsih dan Mulyadi, 1992).

Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin keberlangsungan keberadaan tanah


dan air karena memiliki sifat memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran
tanaman, penutupan lahan oleh seresah dan tajuk mengurangi evaporasi. Disamping itu
tanaman dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang mengakibatkan
peningkatan porositas tanah, sehingga memperbesar jumlah infiltrasi dan mencegah
terjadinya erosi. Apabila tanaman yang digunakan sebagai tanaman penutup adalah tanaman
yang memiliki nilai ekonomis, tentu saja akan bermanfaat untuk menambah penghasilan
warga setempat.
DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, J .S. dan Mulyadi. 1992. Alternatif teknik rehabilitasi dan pemanfaatan lahan
alang-alang. hlm. 29-46 dalam Prosiding Seminar Lahan Alang-alang: Pemanfaatan
Lahan Alang-alang untuk Usahatani Berkelanjutan. Bogor, 1 Desember 1992. Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Agus, F., A.Ng. Ginting, U. Kurnia, A. Abdurachman, and P. van der Poel. 1998. Soil erosion
research in Indonesia: Past experience and future direction. pp. 255-267. In F.W.T.
Penning de Vries, F. Agus, and J. Kerr (Eds.). Soil Erosion at Multiple Scales:
Principles and Methods for Assessing Causes and Impacts. CAB International,
Wallingford, UK.

Agus, Fahmudin. 1999. Selection of Soil Conservation Measures in the Indonesian


Regreening Program. Selected papers from the 10th International Soil Conservation
Organization Meeting held May 24-29, 1999 at Purdue University

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.

Budiwati, B. (2014). Tanaman Penutup Tanah Untuk Mencegah Erosi. Jurnal Ilmiah
WUNY, 16(4).

Foth, H.D. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Killham, K. 1994. Soil Ecology. Cambridge University Press.

Lal, R. 1978. Influence of tillage methods and residue mulches on soil structure and
infiltration rate. p. 393-402. In Emerson, W.W., R.D. Bond, and A.R. Dexter (Eds.)
Modification of Soil Structure. John Willey & Sons. Chichester, New York, Brisbane,
Toronto.

Setiahadi, R. 2012. Modal Sosial dalam Pembangunan Hutan di Jawa (Penyelesaian


Deforestasi dan Konflik PHBM ). Ringkasan Disertasi, Program Pascasarjana UGM,
Yogyakarta.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Yang Berkelanjutan. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta
Triwanto, J. 2012. Konservasi Lahan Hutan dan Pengelolaan Daerah ALiran Sungai. UMM
Press. Malang.

Anda mungkin juga menyukai