Gambar 1. Acuan Proporsi tanaman tahunan dan tanaman musiman yang ditentukan
oleh kemiringan lereng (Subagyono et al., 2003).
3. Mulsa
Mulsa merupakan suatu bahan yang berasal dari sisa tanaman, serasah, sampah,
plastik atau bahan-bahan lain yang menutup permukaan tanah untuk melindungi tanah dari
kehilangan air melalui evaporasi. Mulsa memiliki manfaat untuk melindungi permukan tanah
dari pukulan langsung butiran hujan sehingga mengurangi terjadinya erosi, selain itu mulsa
juga dapat mengurangi laju dan volume limpasan permukaan. Peran mulsa dalam menekan
laju erosi sangat ditentukan oleh bahan mulsa, persentase penutupan tanah, tebal lapisan
mulsa, dan daya tahan mulsa terhadap dekomposisi. Pemberian mulsa dapat menurunkan
erosi hingga di bawah ambang batas yang dapat diabaikan. Sebaliknya pada tanah yang
diolah dan tanpa diberi mulsa, erosi terjadi makin besar. Pemberian mulsa mampu
meningkatkan laju infiltrasi dan serta menurunkan kecepatan aliran permukaan dan erosi
pada tingkat yang masih dapat diabaikan. Mulsa jerami ditambah dengan mulsa dari sisa
tanaman sangat efektif dalam mengurangi erosi serta mengurangi konsentrasi sedimen dan
hara yang hilang akibat erosi (Subagyono et al., 2003).
Gambar 1 dan 2. Pengaplikasian Mulsa (Subagyono et al., 2003).
Salah satu penerapan mulsa dalam tenik konservasi tanah dan air dapat diterapkan
teknik mulsa vertical. Teknik mulsa vertikal merupakan salah satu teknik konservasi tanah
dan air melalui pemanfaatan limbah hutan (serasah) yang ada di sekitar dengan
memasukannya ke dalam saluran atau alur yang dibuat sejajar kontur pada bidang yang
diusahakan (Pratiwi & Narendra, 2012). Teknik konservasi dengan mulsa vertikal dalam
merehabilitasi lahan-lahan berlereng, dapat mengurangi laju aliran permukaan, erosi dan
kehilangan unsur hara (Pratiwi & Salim, 2013).
Gambar 1. Sketsa Pola Tanam dan Teknik Mulsa Vertikal (Pratiwi et al., 2019).
4. Pertanaman Lorong (Alley cropping)
Sistem pertanaman lorong atau alley cropping adalah suatu sistem dimana tanaman
pagar pengontrol erosi berupa barisan tanaman yang ditanam rapat mengikuti garis kontur,
sehingga membentuk lorong-lorong dan tanaman semusim berada di antara tanaman pagar
tersebut. Sistem ini merupakan teknik konservasi yang cukup murah dan efektif dalam
mengendalikan erosi dan aliran permukaan serta mampu mempertahankan produktivitas
tanah (Subagyono et al., 2003). Teknik konservasi vegetatif dengan sistem pertanaman
Lorong (alley cropping) sangat efektif untuk mengendalikan erosi. Sistem pertanaman lorong
(alley cropping) memiliki banyak kelebihan diantaranya adalah efektif dalam menurunkan
erosi dan aliran permukaan, memperbaiki kualitas tanah terutama sifat fisik tanah yaitu
menurunkan bulk density dan meningkatkan konduktivitas hidrolik tanah, mitigasi perubahan
iklim dan teknik konservasi ini memerlukan biaya yang relatif murah (Ariani dan Haryati,
2018).