Anda di halaman 1dari 3

EKOLOGI HUTAN

NALISA MULTISTARA VEGETASI HUTAN

Oleh :

Athaya Khansania Pambudi

215040301111005

Kehutanan – B

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
Bagaimana seharusnya kondisi lahan yang miring dalam fungsi perlindungan daerah di
bawahnya, terutama tentang keanekaragaman penyususn komunitas hutan yang
seharusnya diterapkan.

Tanah merupakan salah satu komponen dari lhan yang memiliki banyak fungsi, salah
satunya fungsi produksi dan juga tanah berperan untuk menjaga kelestarian sumber daya dari
air dan terciptanya kelestarian lingkungan secara umum. Tanah tidak hanya berfungsi sebagai
penyedia unsur hara, dan tempat tumbuhnya tanaman, melainkan tanah juga merupakan bagian
dari salah satu ekosistem. Maka dari itu, fungsi tanah harus diperhatikan dengan baik, karena
jika terdapat penurunan fungsi tanah akan dapat menyebabkan terganggu dan rusaknya
ekosistem yang memiliki banyak dampak buruk untuk seluruh makhluk hidup yang ada
disekitarnya.

Yang disebut dengan lahan miring adalah lahan yang memiliki sebuah kemiringan yang
sejatinya akan mudah terganggu. Jika kemiringan lahan mencapai 10% atau lebih maka lahan
tersebut akan mengalami erosi atau pengikisan lahan. Tanah miring ini juga selalu dipengaruhi
oleh matahri, curah hujan, dan angin yang berhembus. Akibat faktor-faktor tersebut, kadang
kala terjadi erosi dan adanya pengikisan lapisan tanah yang subur (Kartasapoetra dkk., 1991).
Pada lahan miring tanah lebih rentan mengalami kerusakan, terutama oleh erosi, dibandingkan
lahan yang relatif datar, lahan miring lebih sedikit dalam absorbs (menyerap) air sehingga
ketersediaan air untuk tanaman lebih kritis dibanding lahan datar dalam zona iklim yang sama
(Paimin dkk., 2002).

Pemanfaatan dari lahan miring ini tidak hanya membawa dampak baik, tetapi juga dapat
menimbulkan dampak buruk seperti terjadinya erosi. Kerusakan lahan yang ditimbulkan oleh
terjadinya erosi seperti menurunnya produktivitas dari tanah, juga adanya kerusakan struktur
tanah, dan sering terjadinya longsor mengakibatkan lahan menjadi terbagi – bagi. Sedangkan
kerusakan di daerah penerima hasil erosi berupa pencemaran atau polusi, hal ini bisa berupa
polusi sedimen maupun polusi kimia yang berdampak lingkungan yang cukup luas.

Dalam video tersebut, diperlihatkan keadaan dimana telah terjadinya banjir bandang
yang melanda Kota Batu, Jawa Timur. Dimana Kota Batu ini memiliki bentuk lahan yang
cenderung miring dan adanya wilayah lereng serta perbukitan ini yang menyebebkan rentan
terjadinya bencana banjir. Faktor lainnya yang juga bisa menyebabkan terjadinya banjir adalah
adanya pemanfaatan dan penggunaan lahan sebagai wilayah pertanian maupun pemukiman.
Untuk menanggulangi terjadinya bencana banjir, erosi maupun bencana tanah longsor
yang terjadi pada lahan yang miring, kita dapat menanggulanginya dengan cara membuat
terasering. Terasering merupakan bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang
dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng dengan
jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng. Tujuan pembuatan teras adalah untuk
mengurangi kecepatan aliran permukaan dan mampu memperbesar peresapan air, sehingga
kehilangan tanah berkurang (Sukartaatmadja 2004). Dengan adanya terasering ini akan
membantu mengurangi terjadinya bencana longsor atau erosi tanah.

Terasering ini adalah pilihan tepat untuk digunakan pada lahan yang miring. Namun
penanamannya pun perlu diperhatikan, tidak semua sayur mayur atau vegetasi mampu ditanam
dan bertahan pada terasering dan lahan miring ini. Jenis vegetasi yang tidak cocok ditanam di
lahan miring ini dapat mengakibatkan terjadinya erosi karena sayur mayur tidak dapat menahan
cukup air. Sebaiknya pada lahan miring ditanami pohon dengan akar yang kuat, dan memiliki
penyerapan air yang cukup baik, agar terhindar dari bencana seperti banjir, longsor, dan erosi.

Anda mungkin juga menyukai