Anda di halaman 1dari 7

5.3.

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah aliran sungai (DAS) adalah wilayah yang mencakup bentang alam yang
mempunyai satu kesatuan tangkapan air (catchment area) dan aliran air (water flow). Air
mengalir secara gravitasi menuju ke daerah bawahnya, berupa aliran permukaan, aliran
bawah tanah dan keluarnya mata-mata air menyatu pada sungai utama yang secara
kumulatif menjadi aliran sungai. Ditinjau dari aspek ekologi, DAS merupakan satuan
ekosistem yang dibatasi oleh elevasi tertinggi dari suatu bentang alam di mana tangkapan
dan aliran air menuju daerah aliran yang berbatasan.
Pengelolaan DAS bertujuan:
1. Melestarikan fungsi-fungsi hidro-orologis kawasan lindung dan penyangga.
2. Terkendalinya erosi dan banjir.
3. Meningkatnya pendapatan petani melalui peningkatan produktivitas lahannya sesuai
dengan prinsip-prinsip pengawetan tanah dan air.
4. Terciptanya sikap mental petani dan orang yang berkaitan dengan berbagai kegiatan
sebagai pelestari sumber daya alam seperti hutan, tanah dan air.
5. Mengawasi dan menindaklanjuti pengendalian pencemaran lingkungan.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka pengelolaan DAS meliputi upaya-upaya
yang berkenaan dengan perencanaan, pengaturan tata ruang peruntukan dan penggunaan
lahan bagi berbagai kepentingan sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahan,
rehabilitasi lahan dan tanah kritis, serta mengawasinya sesuai dengan fungsi dan
wewenang instansional yang berkepentingan dengan kegiatan-kegiatan tersebut. Berdasar
pada kesesuaian lahan dan kegiatan tersebut peruntukan lahan di DAS dapat
dikelompokkan ke dalam lima bidang, yaitu:
1. Kawasan lindung.
2. Kawasan penyangga.
3. Kawasan budidaya tanaman semusim.
4. Kawasan pemukiman.
5. Kawasan kota dan industri.

Pengelolaan Tanah 130


Biasanya sekuen penggunaan lahan tersebut berurutan sesuai dengan derajat
kemiringan, elevasi dari permukaan laut, faktor tanah (jenis tanah, kepekaan terhadap
erosi dan sifat tanah lainnya), curah hujan dan aksesibiltas.
Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/Kpts/UM/II/1980 dan No.
683/Kpts /Um/8/1981 mengatur penggunaan lahan menjadi lima peruntukan seperti
tersebut di atas. Kategorisasi peruntukkannya adalah sebagai berikut:
1. Kawasan Lindung, ialah kawasan yang mempunyai salah satu atau beberapa faktor
berikut:
a. Mempunyai kemiringan lereng > 45 %.
b. Tanah sangat peka terhadap erosi, seperti Regosol, Litosol, Rendzina dengan lereng
> 15 %; dan Organosol dengan ketebalan lebih dari 150 cm.
c. Merupakan jalur pengaman aliran sungai/air sekurang-kurangnya 100 m di kiri-
kanan sungai/aliran air tersebut.
d. Merupakan pelindung mata air, sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 m di
sekeliling mata air tersebut.
e. Mempunyai ketinggian 2000 m atau lebih di atas permukaan laut.
f. Guna keperluan/kepentingan khusus dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai
kawasan lindung.
2. Kawasan penyangga, yaitu kawasan yang memenuhi beberapa kriteria umum sebagai
berikut:
a. Keadaan fisik areal memungkinkan untuk dilakukan budidaya secara ekonomis.
b. Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga.
c. Tidak merugikan segi-segi ekologi/lingkungan hidup.
3. Kawasan budidaya tanaman tahunan, ialah kawasan yang cocok atau seharusnya
dikembangkan usaha tani tanaman tahunan (kayu-kayuan, tanaman perkebunan, dan
tanaman industri); selain itu memenuhi kriteria umum untuk kawasan penyangga.
4. Kawasan budidaya tanaman semusim/setahun, yaitu areal dengan kemiringan lereng
kurang dari 15 % dan memenuhi kriteria umum bagi budidaya tanaman umum
(diversifiaksi tanaman).

Pengelolaan Tanah 131


5. Kawasan pemukiman, ialah kawasan yang mencakup hunian, perkotaan, kantor-kantor
pemerintahan dan swasta serta kawasan industri, yaitu kawasan yang datar hingga
landai dengan kemiringan < 8 % dan memenuhi kriteria tata ruang wilayah
pemukiman.
Oleh karena itu pengelolaan DAS lebih dititikberatkan pada pengawetan tanah
dan air, di mana inti permasalahannya adalah mencegah terjadi erosi yang melebihi
ambang normal (geological erosion). Laju erosi di DAS sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor sebagai berikut:
1. Curah hujan.
2. Erodibiltas tanah, yaitu tingkat kepekaan tanah terhadap erosi.
3. Pengeloaan lahan dan tanaman (Interaksi manusia dengan budidaya tanaman).
4. Bentuk bentangan lahan (Land form), termasuk panjang dan kemiringan lereng,
bentuk (cembung atau cekung) dan keseragaman bentuk.
Curah Hujan
Sifat-sifat hujan yang perlu diketahui adalah intensitas hujan, jumlah hujan dan
distribusi hujan. Intensitas hujan menunjukkan banyaknya curah hujan per satuan waktu.
Biasanya biasanya dinyatakan dalam mm/jam atau cm/jam. Jumlah hujan menunjukkan
banyaknya air hujan selama terjadi hujan, selama satu bulan atau selama satu tahun
periode waktu tertentu. Distribusi hujan menunjukkan penyebaran curah hujan selama
waktu terjadinya hujan. Dari sifat-sifat hujan tersebut, yang terpenting dalam
mempengaruhi besarnya erosi adalah intensitas hujan. Jumlah hujan rata tahunan yang
tinggi tidak akan menyebabkan erosi yang berat apabila hujan tersebut terjadi merata,
sedikit demi sedikit, sepanjang tahun. Sebaliknya curah hujan rata-rata tahunan yang
rendah mungkin dapat menyebabkan erosi berat bila hujan tersebut jatuh sangat deras
meskipun hanya sekali-kali.
Sifat hujan yang dapat menyebabkan erosi disebut erosivitas hujan yang biasanya
dinyatakan dalam intensitas hujan maksimum selama 30 menit yang dapat menimbulkan
erosi, EI30 (Wischmeier dan Smith, 1960). Intensitas maksimum dalam 30 menit
berkaitan erat dengan deras dan besaran butir-butir curah hujan. Semakin deras curah
hujan yang jatuh, maka semakin besar pula daya memecah butir tanah. Penghancuran

Pengelolaan Tanah 132


tanah ini di samping menjadi mudah terangkut ke tempat lain, juga partikel-pertikel tanah
yang menjadi lebih halus dapat menutup pori-pori tanah permukaan, sehingga
menyebabkan peresapan air ke dalam tanah terhambat. Akibatnya aliran permukaan
(runoff) menjadi lebih besar, kemungkinan terjadinya erosi juga meningkat.
Curah hujan yang jatuh di permukaan tanah mempunyai kekuatan yang sangat
besar untuk memecahkan gumpalan-gumpalan tanah. Kekuatan menghancurkan tanah
dari curah hujan jauh lebih besar dibandingkan dengan kekuatan mengangkut dari aliran
permukaan (runoff).
Walaupun enerji dari aliran permukaan jauh lebih rendah dari enerji curah hujan,
tetapi erosi dapat terjadi karena untuk pengangkutan tidak diperlukan banyak tenaga. Hal
ini karena tanah yang akan diangkut sudah tersedia dalam keadaan siap angkut dan
terlepas dari ikatan tanah lainnya setelah melalui proses penghancuran oleh curah hujan.
Banyaknya tanah yang terangkut tergantung dari daya angkut aliran permukaan dan
curah hujan. Bila daya angkut lebih besar dari tanah yang tersedia untuk diangkut, maka
semua tanah yang tersedia akan tererosi. Sebaliknya biladaya angkut lebih kecil dari
tanah yang akan diangkut, maka erosi tidak terjadi.
Secara umum hasil percobaan menunjukkan bahwa ukuran partikel-partikel tanah
yang dapat diangkut oleh air (competence) adalah berbanding lurus dengan pangkat enam
dari kecepatan aliran air tersebut.
Ukuran benda yang dapat diangkut = C.V6
C = konstanta, V = Kecepatan aliran
Hal ini berarti bahwa bila kecepatan aliran menjadi dua kali lebih besar, maka ukuran
partikel tanah yang dapat diangkut adalah enam puluh empat kali lebih besar ( =26).
Kepekaan Tanah Terhadap Erosi (Soil Erodibilty)
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaaan tanah terhadap erosi adalah:
tekstur tanah, bentuk dan kemantapan struktur tanah, daya infiltrasi atau permeabilitas
tanah, dan kandungan bahan organik tanah.
Tanah dengan tekstur kasar seperti pasir adalah peka terhadap erosi karena
meskipun butir-butir yang besar (kasar) tersebut memerlukan lebih banyak tenaga untuk
mengangkut, tetapi tidak mempunyai kohesi yang kuat antar butir tanah, sehingga dengan

Pengelolaan Tanah 133


aliran permukaan yang besar akan mudah hanyut. Tanah dengan tekstur halus, seperti
liat, relatif tahan terhadap erosi karena daya kohesi yang kuat dari liat, gumpalan tanah
sukar dihancurkan. Tekstur yang paling peka terhadap erosi adalah debu dana pasir
sangat halus. Oleh kareena itu makin tinggi kandungan debu dalam tanah, maka tanah
menjadi makin peka terhadap erosi.
Bentuk struktur tanah yang membulat (granuler, remah, gumpal membulat),
menghasilkan tanah dengan porositas tinggi sehingga air mudah meresap ke dalam tanah,
dan aliran permukaan menjadi kecil, sehingga erosi juga kecil. Demikian pula tanah yang
mempunyai struktur tanah yang mantap, tidak mudah hancur oleh pukulan-pukulan air
hujan, akan tahan terhadap erosi. Sebaliknya struktur tanah yang tidak mantap, sangat
mudah hancur oleh pukulan air hujan menjadi butir-butir halus sehingga menutup pori-
pori tanah. Akibatnya air infiltrasi terhambat dan aliran permukaan meningkat yang
berarti erosi juga akan meningkat.
Apabila daya infiltrasi tanah besar, berarti air mudah meresap ke dalam tanah,
sehingga aliran permukaan kecil. Akibatnya erosi yang terjadi juga kecil. Daya infiltrasi
tanah dipengaruhi oleh porositas dan kemantapan struktur tanah.
Kandungan bahan organik tanah menentukan kepekaan tanah terhadap erosi
karena bahan organik mempengaruhi kemantapan struktur tanah. Tanah-tanah yang
cukup mengandung bahan organik umumnya mempunyai struktur yang mantap, sehingga
tahan terhadap erosi. Tanah dengan kandungan bahan organik kurang dari dua %
umumnya peka terhadap erosi.
Pengelolaan Lahan dan Tanaman
Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi lebih baik atau
lebih buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah yang berlereng curam merupakan
pengaruh baik manusia karena dapat amengurangi erosi. Sebaliknya penggundulan hutan
di kawasan lindung dan penyangga merupakan pengaruh manusia yang buruk karena
dapat menyebabkan erosi berat dan banjir.
Aktivitas manusia dalam pengelolaan lahan dan tanaman berkenaan dengan
kebutuhan manusia akan berbagai bahan mentah pangan, kayu, bahan industri dan lain-
lain. Pengaruh tanaman atau vegetasi terhadap erosi adalah:

Pengelolaan Tanah 134


1. Menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung ke permukaan tanah, sehingga
kekuatan untuk menghancurkan tanah sangat diperkecil. Hal ini tergantung dari
kerapatan dan tingginya vegetasi. Makin rapat vegetasi yang ada, makin efektif
mencegah terjadinya erosi. Pohon-pohon yang terlalu tinggi kadang-kadang kurang
efektif, karena air yang terkumpul ditajuk akan jatuh ke permukaan tanah dengan
energi yang lebih besar daripada butir curah hujan yang menimpa tajuk.
2. Memperbesar infiltrasi dan menghambat aliran permukaan.
3. Penyerapan air ke dalam tanah diperbesar melalui akar dan terjadi transpirasi melalui
permukaan tajuk tanaman atau vegetasi.
Pengelolaan lahan dan tanaman akan menentukan faktor tanaman (crops factor)
yang mempengaruhi laju erosi. Misalnya hutan adalah paling efektif dalam mencegah
erosi karena populasi vegetasinya rapat, tetapi tanaman tahunan yang dibudidayakan
petani dengan kerapatan yang jarang dan tidak teratur sangat peka terhadap erosi.
Bentuk Bentangan Lahan (Land Form)
Erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam dan semakin panjang.
Lereng yang curam akan meningkatkan kecepatan aliran permukaan sehingga kekuatan
mengangkut meningkat pula. Apabila kecepatan aliran permukaan meningkat dua kali
lipat maka besarnya benda yang dapat diangkut akan menjadi 64 kali lebih besar, sedang
berat benda yang dapat diangkut menjadi 32 kali lebih berat. Lereng yang semakin
panjang menyebabkan volume air yang mengalir di permukaan tanah menjadi semakin
besar. Akibatnya besar benda atau berat benda yang dapat diangkut juga berlipat ganda.
Pengelolaan DAS berkenaan dengan pengendalian erosi lebih dititikberatkan pada
usaha pengawetan tanah dan air. Beberapa metode pengawetan tanah dan air pada
umumnya dilakukan dengan maksud:
1. melindungi tanah dari curahan langsung air hujan,
2. meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah,
3. mengurangi aliran permukaan,
4. meningkatkan stabilitas agregat tanah.
Usaha pengawetan tanah dan air yang pertama-tama perlu dilakukan adalah
penggunaan tanah sesuai dengan peruntukannya sebagaimana telah ditetapkan dalam

Pengelolaan Tanah 135


klasifiaksi kemampuan lahan. Tiap kelas penggunaan lahan memerlukan teknik
pengawetan tanah tertentu.
Metode pengawetana tanah sebagai aspek pengeloaan tanah dan air antara lain:
1. Metode vegetatif meliputi:
a. Penghutanan/Penghijauan kembali (reboisasi)
b. Penanaman dengan rumput makan ternak (permanent pasture)
c. Tanaman penutup tanah permanen (permanent cover srops)
d. Penanaman menurut kontur (strip cropping)
e. Pergiliran tanaman dengan pupuk hijau atau penutup tanah (crops rotation)
f. Penggunaan sisaa-sisa tanaman (residual management)
g. Penanaman saluran-saluran pembuangan dengan rumput (grassed water ways).
Metode ini bertujuan: melindungi tanah dari daya perusak butir-butir hujan;
melindungi tanah dari daya perusak aliran permukaan dan memperbaiki kapasitas
infiltrasi.
2. Cara Mekanik meliputi:
a. Pengolahan tanah
b. Pengolahan tanah menurut kontur (contour farming)
c. Pembuatan galangan dan salauran menurut kontur (contour ridges and furrows)
d. Penterasan
e. Perbaikan drainase dan membangun irigasi
f. Waduk, dam penghambat (chek dam), kolam (farm pond), rorak, tanggul, dsb.
Fungsinya adalah memperlambat, menampung dan menyalurkan aliran permukaan
sehingga kekuatannya tidak merusak.

Pengelolaan Tanah 136

Anda mungkin juga menyukai