Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

Penggunaan lahan merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan peranan manusia dalam menggunakan lahan, atau tindakan-tindakan yang dengan segera memo-difikasi atau mengubah penutup lahan, atau dengan kata lain pola penggunaan lahan merupakan pencerminan dari kegiatankegiatan manusia yang ada di atasnya. Penggunaan lahan merupakan faktor yang paling rentan dan selalu menjadi sasaran utama terhadap penga-ruh perubahan oleh manusia dibandingkan dengan faktor-faktor lain seperti iklim, tanah, dan topografi. Akibat dari adanya campur tangan manusia dalam perubahan tersebut, maka terbentuklah berbagai tipe penggunaan lahan antara lain: areal yang dilindungi seperti hutan primer dan sekunder; areal yang diusahakan untuk kebutuhan pangan seperti kebun campuran/ perkebunan, ladang; areal yang merupakan bekas pembukaan lahan hutan atau pertanian seperti semak belukar dan alang-alang; serta areal yang digunakan untuk pemukiman penduduk, dan ini akan sangat mempengaruhi perubahan luas, kerapatan vegetasi atas dan kerapatan vegetasi bawah, yang pada akhirnya sangat berpengaruh terhadap kerusakan tanah karena erosi di suatu daerah. Penyebab deforestasi di Indonesia ada-lah: 1) penebangan hutan (legal logging dan ilegal logging); 2) operasi pertambangan; 3) pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan skala besar; 4) koloni penduduk; 5) akti-vitas pertanian secara subsisten seperti perla-dangan berpindah dan penebangan pohon untuk kayu bakar oleh petani kecil (FRA, 2005 dikutip FAO, 2006). Apabila ditinjau dari aspek penyebabnya, maka di Indonesia penye-bab kerusakan lahan yang terbesar adalah oleh deforestasi sebesar 63% dan sisanya oleh aktivitas pertanian sebesar 37% (ISRIC/UNEP, 1991 dan United Nations, 1994 dikutip FAO, 1996)

PEMBAHASAN

DEFINISI EROSI Peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya. Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda-beda tergantung dari sifat kimia fisik dan biologi tanah tekstur tanah, unsur organik, struktur tanah, dan permeabilitas tanah.

DAMPAK EROSI Langsung : Kehilangan unsure hara menipisnya lapisan permukaan tanah bagian top soil (bersifat subur), yang akan menyebabkan degradasi lahan. menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi Kerusakan pada beberapa infrastruktur/bangunan Pendangkalan waduk atau sungai serta saluran air yang lain Penurunan kualitas serta produktivitas lahan Kerusakan ekosistem perairan Frekuensi serta inensitas kekeringan yang semakin meningkat

Tidak Langsung : Pembukaan lahan baru Penggunaan tanah menjadi berkurang

Lahan menjadi kritis ( Meskipun dikelola, produktivitas lahan sangat rendah)

JENIS EROSI Berdasarkan Proses Terjadinya 1. Erosi Akibat Gaya Berat Batuan atau sedimen yang bergerak terhadap kemiringannya merupakan proses erosi yang disebabkan oleh gaya berat massa. Ketika massa bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah maka terjadilah apa yang disebut dengan pembuangan massa. Dalam proses terjadinya erosi, pembuangan massa memiliki peranan penting karena arus air dapat memindahkan material ke tempattempat yang jauh lebih rendah. Proses pembungan massa terjadi terus menerus baik secara perlahan maupun secara tiba-tiba sehingga dapat menimbulkan bencana tanah longsor. Lereng pegunungan yang terjal dan mengandung tanah liat di sekitar daerah yang sudah retakretak akan sangat rentan terhadap erosi akibat gaya berat. Erosi ini akan berlangsung sangat cepat sehingga dapat menimbulkan bencana longsor.

2. Erosi oleh Angin Hembusan angin kencang yang terus menerus di daerah yang tandus dapat memindahkan partikel-partikel halus batuan di daerah tersebut sehingga membentuk suatu formasi, misalnya bukitbukit pasir di gurun atau pantai. Efek lain dari angin adalah jika partikel keras yang terbawa dan bertumbukan dengan benda padat lainnya sehingga menimbulkan erosi yang disebut dengan abrasi. Pada gambar 6 dapat dilihat contoh erosi oleh angin yang menyebabkan terjadinya bukit pasir di Namibia, Afrika.

3. Erosi oleh Air Jika tingkat curah hujan berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak dapat menyerap air hujan maka terjadilah genangan air yang mengalir kencang. Aliran air ini sering menyebabkan terjadinya erosi yang parah karena dapat mengikis lapisan permukaan tanah yang dilewatinya, terutama pada tanah yang gundul. Pada gambar 8 dapat dilihat bahwa akibat erosi air yang terjadi di El Paso County, Colorado, Amerika Serikat. Pada dasarnya air merupakan faktor utama penyebab erosi seperti aliran sungai yang deras. Makin cepat air yang mengalir makin cepat benda yang dapat terkikis. Pasir halus dapat bergerak dengan kecepatan 13,5 km perjam yang merupakan kecepatan erosi yang kritis. Air sungai dapat

mengikis tepi sungai dengan tiga cara: pertama gaya hidrolik yang dapat memindahkan lapisan sedimen, kedua air dapat mengikis sedimen dengan menghilangkan dan melarutkan ion dan yang ketiga pertikel dalam air membentur batuan dasar dan mengikisnya. Air juga dapat mengikis pada tiga tempat yaitu sisi sungai, dasar sungai dan lereng atas sungai. Erosi juga dapat terjadi akibat air laut. Arus dan gelombang laut termasuk pasang surut laut merupakan faktor penyebab terjadinya erosi di pinggiran laut atau pantai. Karena tenaga arus dan gelombang merupakan kekuatan yang dapat memindahkan batuan atau sedimen pantai.

4. Erosi oleh Es Erosi ini terjadi akibat perpindahan partikel-partikel batuan karena aliran es yang terjadi di pinggiran sungai. Sebenarnya es yang bergerak lebih besar tenaganya dibandingkan dengan air. Misalnya glacier yang terjadi di daerah dingin dimana air masuk ke pori-pori batuan dan kemudian air membeku menjadi es pada malam hari sehingga batuan menjadi retak dan pecah, karena sifat es yang mengembang dalam pori-pori.

Berdasarkan Bentuknya Kartasapoetra dalam bukunya Tekhnologi Konservasi Tanah dan Air menyebutkan bentuk-bentuk erosi sebagai berikutn: 1. Sheet Erosion (erosi lembaran) Adalah erosi dalam bentuk lembaran-lembaran pada permukaan tanah. Tejadi pengangkatan dan pemindahan tanah demikian merata pada bagian permukaan tanah. 2. Rill Erosion (erosi alur) Daya aliran air dengan mudah terus akan melakukan pengikisan kebagian bawahnya, dengan demikian pengikisan terus merambat kebagian bawahnya lagi dan terbentuklah alur-alur pada permukaan tanah dari atas memanjang kebawah, alur ini adalah dangkal. 3. Gully Erosion (erosi parit) Erosi parit sangat erat hubungannya dengan erosi alur, karena memang erosi parit melanjutkan aktivitas daya pengikisan partikel tanah pada alur-alur yang sudah terbentuk.

Penggunaan intensif jalan setapak dihutan dapat menyebabkan pemadatan tanah, peningkatan aliran pemukaan, dan kemudian pembentukan parit-parit erosi (Laurence & Peter,1988:16) 4. Stream Bank Erosion (erosi tebing sungai)

Umumnya terjadi pada sungai sungai yang berbelok-belok tergantung dari derasnya arus sungai. Sungai yang lurus jarang sekali menimbulkan erosi tebing.

Adapula Jenis Erosi Berdasarkan Istilah Lain : 1. Erosi Normal (normal erosion) Erosi yang terjadi secara alami bergantung pada faktor-faktor geologi yang mempengaruhinya. Erosi ini berlangsung secara normal dilapangan tanpa adanya campur tangan manusia. Keberlangsungan erosi ini melalui tiga tahap yaitu: a. agregat-agregat tanah mengalami pemecahan sehingga terbentuklah butiran-butiran tanah yang relatif kecil dibanding sebelumnya. b. terjadi pemindahan partikel tanah yang lebih kecil tadi melalui penghanyutan dan atau karena kekuatan angin. c. setelah hanyut terbawa air atau angin maka partikel tanah tersebut diendapkan pada tempat yang lebih rendah ataupun didasar sungai. Erosi normal biasanya tidak banyak membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia juga bagi keseimbangan alam.

2. Erosi Dipercepat (accelerated erosion) Didalam proses erosi ini dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang melakukan tindakan terhadap kondisi tanah. Tindakan tersebut bersifat negatif atau telah melakukan kesalahan dalam pengelolaan tanah dan lahan pertaniannya. Oleh karena itu manusia dalam hal ini berperan membantu terjadinya erosi dipercepat.

Penyebab Erosi Kondisi sumber daya lahan Indonesia cenderung mempercepat laju erosi tanah, karena beberapa faktor berikut: a. Tanah gundul atau tidak ada tanamannya; b. Tanah miring tidak dibuat terasteras dan guludan sebagai penyangga air dan tanah yang lurus; c. Tanah tidak dibuat tanggul pasangan sebagai penahan erosi; d. Pada tanah di kawasan hutan rusak karena pohonpohon ditebang secara liar sehingga hutan menjadi gundul;

e. Pada permukaan tanah yang berlumpur digunakan untuk pengembalaan liar sehingga tanah atas semakin rusak f. curah hujan yang tinggi, baik kuantitas maupun intensitasnya

g. lereng yang curam h. tanah yang peka erosi, terutama terkait dengan genesa tanah

Faktor Alami Penyebab Erosi 1. Iklim Iklim dapat mempengaruhi erosi oleh karena menentukan indeks erosifitas hujan. Selain itu, komponen iklim yaitu curah hujan dapat mempengaruhi laju erosifitas secara terus menerus sesuai intensitas hujan yang terjadi. 2. Tanah Sedang tanah dengan sifat-sifatnya itu dapat menentukan besar kecilnya laju pengikisan (erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi atau ketahanan tanah terhadap adanya erosi) 3. Topografi Kemampuan tanah terbawa air erosi dipengaruhi oleh topografi suatu wilayah. Kondisi wilayah yang dapat menghanyutkan tanah sebagai sedimen erosi secara cepat adalah wilayah yang memiliki kemiringan lereng yang cukup besar. Sedangkan pada wilayah yang landai akan kurang intensif laju erosifitasnya, karena lebih cenderung untuk terjadi penggenangan. 4. Tanaman Penutup Tanah Tanaman penutup tanah (vegetasi) berperan untuk menjaga agar tanah lebih aman dari percikan-percikan yang terjadi akibat jatuhnya air hujan ke permukaan tanah. Selain melindungi dari timpaan titik-titik hujan, vegetasi juga berfungsi untuk memperbaiki susunan tanah dengan bantuan akar-akar yang menyebar. 5. Manusia Manusia dapat berperan sebagai penyebab cepatnya laju erosi maupun menekan laju erosi. Dalam proses mempercepat erosi, manusia banyak melakukan kesalahan dalam pengelolaan lingkungan, seperti penambangan, eksploitasi hutan, pengerukan tanah, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam penanggulangan laju erosi, manusia dapat melakukan evaluasi konservasi lahan dengan cara reboisasi, pembuatan terasering pada areal pertanian,dan lain-lain.

Data BMG (1994) menunjukkan bahwa sekitar 23,1% luas wilayah Indonesia memiliki curah hujan tahunan > 3.500 mm, sekitar 59,7% antara 2.000-3.500 mm, dan hanya 17,2% yang memiliki curah hujan tahunan < 2.000 mm. Dengan demikian, curah hujan merupakan faktor pendorong terjadinya erosi berat, dan mencakup areal yang luas. Lereng merupakan penyebab erosi alami yang dominan di samping curah hujan. Sebagian besar (77%) lahan di Indonesia berlereng > 3% dengan topografi datar, agak berombak, bergelombang, berbukit sampai bergunung. Lahan datar (lereng < 3%) hanya sekitar 42,6 juta ha, kurang dari seperempat wilayah Indonesia (Subagyo et al. 2000). Secara umum, lahan berlereng (> 3%) di setiap pulau di Indonesia lebih luas dari lahan datar (< 3%).

TANAH YANG RAWAN TERKENA EROSI Tanah di negara kita banyak yang berasal dari abu vulkanis, sedang tanah- tanah demikian kenyataannya mudah tererosi. Selain itu perlu juga diperhatikan bahwa sebagian besar daerah- daerah ditanah air kita (kecuali dibeberapa tempat di kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara) sebagian besar diliputi oleh tanah- tanah podsolik atau tanah latosol yang mempunyai warna yang cukup khas, yaitu berwarna merah kekuning- kuningan sampai merah coklat. Ciri- ciri tanah Podsolik: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kesuburan kimiawi rendah/ miskin akan zat- zat hara tanaman Reaksi tanah adalah masam Solumnya dangkal/Top soilnya tipis Mudah tererosi Produktivitas tanah berkisar dari tingkatan rendah sampai sedang Sebagai lahan pertanian sangat memerlukan pemupukan lengkap (N-P-K), pengapuran dan pengendalian erosi Tanah- tanah Podsolik sebagian besar meliputi daerah- daerah di Kalimantan, Sulawesi dan Irian jaya. Ciri- ciri tanah Latosol: 1. 2. 3. Kesuburan kimiawi rendah (Miskin zat- zat hara tanaman) Bereaksi asam Sifat fisik cukup memuaskan, lapisan solumnya dalam dan tahan terhadap erosi Tanah- tanah Latosol terdapat didaerah Lampung, Sumatera selatan, Jambi, Sulawesi dan beberapa tempat di Maluku.

DAERAH RAWAN EROSI Daerah-daerah yang memiliki laju erosi tinggi atau dapat dikatakan rawan ialah daerah-daerah yang Gundul atau tanpa tutupan vegetasi, daerah yang berada disekitar aliran sungai/DAS, daerah yang memiliki derajat kemiringan yang tinggi/daerah berlereng dan daerah dekat pesisir pantai. Hal ini diindikasikan berdasarkan hasil penelitian laju erosi tanah di Indonesia yang telah berlangsung sejak awal abad ke-20 dan masih berlanjut hingga kini. Beberapa data dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Sedimentasi di DAS Cilutung, Jawa Barat, memperlihatkan kenaikan laju erosi tanah dari 0,9 mm/tahun pada 1911/1912 menjadi 1,9 mm/tahun pada 1934/1935, dan naik lagi menjadi 5 mm/ tahun pada 1970-an (Soemarwoto 1974). b. Laju erosi di DAS Cimanuk, Jawa Barat, mencapai 5,2 mm/tahun, mencakup areal 332 ribu ha (Partosedono 1977). c. Pada tanah Ultisols di Citayam, Jawa Barat yang berlereng 14 % dan ditanami tanaman pangan semusim, laju erosi mencapai 25 mm/tahun (Suwardjo 1981). d. Di Putat, Jawa Tengah, laju erosi mencapai 15 mm/tahun, dan di Punung, Jawa Timur, sekitar 14 mm/tahun. Keduanya pada tanah Alfisols berlereng 9-10 % yang ditanami tanaman pangan semusim (Abdurachman et al. 1985). e. Di Pekalongan, Lampung, laju erosi tanah mencapai 3 mm/tahun pada tanah Ultisols berlereng 3,5 % yang ditanami tanaman pangan semusim. Pada tanah Ultisols berlereng 14 % di Baturaja, laju erosi mencapai 4,6 mm/tahun (Abdurachman et al. 1985). Data di atas mengindikasikan bahwa sekitar 40-250 m3 atau 35-220 ton tanah/ha lahan tererosi setiap tahun, dengan laju peningkatan 7-14% atau 3-28 ton tanah/ ha/tahun, dibanding di Amerika Serikat yang hanya 0,7 ton/ha/tahun. Data menunjukkan bahwa luas lahan kritis di Indonesia terus meningkat, yang diperkirakan telah mencapai 10,9 juta ha. Bahkan Departemen Kehutanan mengidentifikasi luas lahan kritis mencapai 13,2 juta ha. Penyebab utamanya Pada lingkungan DAS, laju erosi dikendalikan oleh kecepatan aliran air dan sifat sedimen (terutama ukuran butirnya). Curah hujan yang tinggi dan lereng DAS yang miring merupakan faktor utama yang membangkitkan erosi. Pertahanan DAS terhadap erosi tergantung pada tutupan lahan. Menurut Hudson dalam tulisannya, besarnya erosi maksimal yang dapat dibiarkan adalah berkisar antara 2,5 12,5 ton per hektar per tahun. Laju erosi diberbagai DAS saat ini relatif tinggi. Misalnya sub-DAS Ciliwung Hulu, secara kumulatif laju erosi yang terjadi adalah 19,3 ton/ha/th dengan indeks erosi sebesar 1,29 (>1) yang berarti bahwa ditinjau dari segi erosi DAS tersebut dalam kondisi jelek (Arief Guritno dkk,2003). Kita hanya bisa menghambat berlangsungnya erosi tetapi tidak bisa

mencegah sama sekali terjadinya erosi tersebut. Penghambatan tersebut adalah sangat tergantung pada aktivitas dan kebijaksanaan kita pula (G Kartasapoetra dkk,1991:60). Tingkat laju erosi tanah pada lahan pertanian berlereng antara 3-15% di Indonesia tergolong tinggi, yaitu berkisar antara 97,5-423,6 t/ha/tahun. Padahal, banyak lahan pertanian yang berlereng lebih dari 15%, bahkan lebih dari 100%, sehingga laju erosi dipastikan sangat tinggi. Hal ini terjadi terutama karena curah hujan yang tinggi dan kelalaian pengguna lahan dalam menerapkan kaidahkaidah konservasi tanah dan air. Untuk menghindari terjadinya erosi pada bibir pantai, maka Contohnya akar pohon bakau atau api-api yang malang melintang di bawah permukaan air sangat bermanfaat bagi perkembangbiakan berbagai jenis ikan. Sedangkan dedaunan yang tumbuh rimbun pada bagian batang dan ranting-rantingnya sangat cocok untuk perkembangbiakan berbagai jenis burung, monyet, ular pohon dan lain-lain.

LANGKAH MENGURANGI EROSI TANAH Seperti pada bagian sebelumnya, bahwa erosi tidak dapat begitu saja dihilangkan namun dapat dikurangi dengan daya manusia. Walaupun sebenarnya faktor yang sangat berpengaruh dalam mempercepat laju erosi adalah manusia, namun tidak berarti bahwa manusia tidak bisa berbuat apa-apa dalam mengurangi terjadinya erosi. Setiap orang pasti akan mampu berupaya seperti itu, tinggal kesadaran masing-masing yang harus ada mengenai permasalahan tersebut.

1. Perlindungan Dan Penanaman Hutan Pengaturan luas hutan menjadi sangat penting dalam mengurangi risiko erosi, longsor dan banjir di kawasan daerah aliran sungai (DAS), mengingat hutan merupakan penutupan lahan yang paling baik dalam mencegah erosi dan longsor. Oleh karena itu, penetapan luasan hutan minimum 30% dari luas DAS merupakan satu langkah yang tepat dalam menanggulangi erosi, longsor dan banjir, di samping upaya konservasi lainnya. Di daerah bibir pantai hendaknya dihutankan dengan tanaman bakau (mangrove). Jenis tanaman lainnya yang dapat digunakan menghutankan bibir pantai merupakan pohon api-api. Hutan bakau atau api-api yang ada di daerah pantai disamping dapat mencegah terjadinya erosi padabibir pantai juga bermanfaat bagi kehidupan beraneka satwa.

2. Agroforestry Sistem penghutanan kembali baik di dalam dan di luar kawasan dapat dilakukan melalui pola agroforestry. Pola agroforestry merupakan pola tumpang sari antara tanaman pohon (hutan) dengan tanaman pertanian, mampu menutup tanah dengan sempurna sehingga berpengaruh efektif terhadap

pengendalian erosi dan peningkatan pasokan air tanah. Seperti yang dilakukan Perhutani dalam rangka pelaksanaan program pembangunan hutan, menerapkan pola agroforestry dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan untuk ikut berpartisipasi, seperti program pembangunan hutan bersama masyarakat (PHBM). Selain itu, penghijauan di lahan petani (pembangunan hutan rakyat) sangat efektif dilakukan melalui pola agroforestry, karena petani tertopang kebutuhan hidupnya dari usaha pertaniannya sekaligus sebagai upaya penghijauan.

3. Konservasi Tanah Adalah serangkaian strategi pengaturan untuk mencegah erosi tanah dari permukaan bumi atau terjadi perubahan secara kimiawi atau biologi akibat penggunaan yang berlebihan, salinisasi, pengasaman, atau akibat kontaminasi lainnya. Konservasi tanah dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu
a.

Metode Vegetatif Adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisasisanya untuk mengurangi jumlah dan

daya rusak hujan yang jatuh. penggunaan pupuk alami Reboisasi adalah menanami kembali hutan yang gundul Countour strip cropping adalah bercocok tanam dengan beberapa jenis tanaman semusim dalam strip strip yang berselang seling menurut garis kontur Croups rotation adalah usaha penanaman jenis tanaman secara bergantian dalam suatu lahan membentuk mulsa tanah dengan cara menyusun campuran dedaunan dan ranting pohon yang berjatuhan di atas tanah; dan membentuk penahan aliran air
b.

Metode Mekanik Adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan

untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, serta meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Berikut bentukbentuk metode mekanik. Countour plowing/ pengolahan tanah berkontur adalah membajak searah garis kontur, sehingga terjadilah aluralur horisontal. Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang searah garis kontur atau memotong lereng untuk menahan erosi Terassering adalah menanam tanaman dengan sistem berterasteras di daerah lereng. Perbaikan drainase dan irigasi.

c.

Metode Kimia Adalah dengan menggunakan preparat kimia sintetis atau alami. Preparat ini disebut Soil

Conditioner (pemantap struktur tanah). Sesuai dengan namanya Soil Conditioner ini digunakan untuk membentuk struktur tanah yang stabil. Senyawa yang terbentuk akan menyebabkan tanah menjadi stabil.

4. Bangunan Pemecah Ombak Khususnya pada daerah daerah pantai yang tebingnya curam, maka di depan bibir pantai dapat dibuat bangunan-bangunan pemecah ombak. Dengan adanya bangunan pemecah ombak, maka ombak yang datang menuju pantai dipecah terlebih dahulu oleh bangunan tersebut. Dengan demikian kekuatan ombak yang akan menerpa dinding pantai menjadi lemah. Dengan demikianbibir pantai dapat dilindungi dari bahaya erosi akibat hantaman gelombang pasang air laut.

5.

Manusia Itu Sendiri a. sebagai manusia harus sadar akan permasalahan erosi dan dampak yang akan timbul dan menyerang kita sendiri. b. b. janganlah merusak ekosistem hutan karena hutan adalah tempat yang sangat berpengaruh dalam terjadinya erosi disekitarnya. Jika menebangi pohon di hutan segera diganti dengan pohon baru. c. lakukan segera pengolahan tanah pertanian secara bijak dengan cara membuat sengkedansengkedan ataupun terasering untuk menahan laju erosi agar tidak terlalu besar. d. Hijaukan kembali (reboisasi) dan lakukan konservasi hutan-hutan yang telah gundul akibat keserakahan kita sebagai manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press Marwanto S., K. Subagyono dan C. Tafakresnanto. 2004. Pendekatan Pedogenesis dalam Penentuan Erodibilitas Tanah Secara Spasial Prosiding Kongres Nasional V Masy. Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI) dan Seminar Degradasi Hutan dan Lahan. Yogyakarta 10-11Desember 2004. soil-investigation.com Smith, D. D. and Wischmeier, W. H.1978. Predicting Rainfall Erosion Losses AGuide to Conservation Planning. USDA Agriculture Handbook 537.

MAKALAH MATA KULIAH STRUKTUR PERTANIAN BERKELANJUTAN (KONSERVASI) EROSI

Disusun oleh : Kelas F Kelompok 4 Abdul Aziz Imas Mintarsih Saur Ruth Matio (150510090234) (150510090231) (150510090248)

Margaretha Hendriks (150510090241) Ridho Geonesa (150510090245)

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012

Anda mungkin juga menyukai