Erosi adalah peristiwa pindah atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah
dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami (air atau angin). Erosi dapat
menyebabkan terdegradasinya lahan melalui hilang atau terkikisnya lapisan tanah
atas, sehingga dapat berdampak buruk terhadap tanah. Dampak buruk dari erosi
ada dua yaitu dampak di tempat kejadian erosi (on-site) dan dampak di luar
tempat kejadian erosi (off-site).
Dampak langsung erosi on-site antara lain kehilangan lapisan tanah yang baik
bagi berjangkarnya akar tanaman, kehilangan unsur hara dan kerusakan struktur
tanah, turun/rusaknya bangunan konservasi atau bangunan lainnya, turunnya
pendapatan petani. Dampak tidak langsung erosi on-site adalah berkurangnya
alternatif penggunaan tanah, timbulnya dorongan untuk membuka lahan baru,
munculnya biaya lain untuk perbaikan lahan dan bangunan yang rusak.
Dampak langsung di luar tempat kejadian erosi (off-site) adalah pelumpuran dan
pendangkalan waduk, sungai, saluran dan badan air lainnya, tertimbunnya lahan
pertanian, jalan, dan bangunan lainnya, rusaknya mata air dan kualitas air,
rusaknya ekosistem perairan serta meningkatnya frekuensi dan masa kekeringan.
Dampak tidak langsung di luar tempat kejadian erosi yaitu kerugian akibat
memendeknya umur waduk, meningkatnya frekuensi dan besarnya banjir
(Ahmad, 2006).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat makalah dengan
judul “Erosi Tanah dan Pengendaliannya”
I.2. Tujuan
Erosi adalah pengikisan tanah yang diakibatkan oleh air dan angin. Ada beberapa
definisi, antara lain pengikisan dan penorekan bahan-bahan yang disebabkan oleh
air, angin dan cairan gletser. Erosi biasanya terjadi dari tempat yang tinggi ke
tempat yang lebih rendah.
Bentuk-bentuk erosi ini merujuk pada erosi yang terjadi secara accelerated.
Seperti pada bagian awal, erosi semacam ini banyak dipengaruhi oleh iklim dan
faktor manusia. Kartasapoetra dalam bukunya “Tekhnologi Konservasi Tanah dan
Air” menyebutkan bentuk-bentuk erosinya adalah:
1. Sheet Erosion (erosi lembaran)
Erosi lembaran Adalah erosi dalam bentuk lembaran-lembaran pada
permukaan tanah. Tejadi pengangkatan dan pemindahan tanah demikian
merata pada bagian permukaan tanah.
2. Rill Erosion (erosi alur)
Daya aliran air dengan mudah terus akan melakukan pengikisan kebagian
bawahnya, dengan demikian pengikisan terus merambat kebagian bawahnya
lagi dan terbentuklah alur-alur pada permukaan tanah dari atas memanjang
kebawah, alur ini adalah dangkal.
3. Gully Erosion (erosi parit)
Erosi parit sangat erat hubungannya dengan erosi alur, karena memang erosi
parit melanjutkan aktivitas daya pengikisan partikel tanah pada alur-alur yang
sudah terbentuk.
Penggunaan intensif jalan setapak dihutan dapat menyebabkan pemadatan
tanah, peningkatan aliran pemukaan, dan kemudian pembentukan parit-parit
erosi (Laurence & Peter,1988:16)
4. Stream Bank Erosion (erosi tebing sungai)
Umumnya terjadi pada sungai sungai yang berbelok-belok tergantung dari
derasnya arus sungai. Sungai yang lurus jarang sekali menimbulkan erosi
tebing.
Dampak erosi dibagi menjadi dampak ditempat asal terjadinya erosi (on site) dan
dampak pada daerah diluarnya (off site). Dampak erosi tanah di tempat (on-site)
merupakan dampak yang dapat terlihat langsung kepada pengelola lahan yaitu
berupa penurunan produktifitas. Hal ini berdampak pada kehilangan produksi
peningkatan penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah yang akhirnya
menimbulkan terjadinya tanah kritis.
Dampak erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak sangt
besar pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang terbawa
bersama sedimen menimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar dalam
kehidupan. Bentuk dampak off-site antara lain:
1. Pelumpuran dan pendangkalan waduk
2. Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan
3. Memburuknya kualitas air, dan
4. Kerugian ekosistem perairan
II.6. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Erosi
III.1. Kesimpulan
III.2. Saran
Dari uraian yang telah kami sampaikan di depan, kami dapat memberikan saran,
antara lain :
1. Jangan menebang pohon secara sembarangan karena hal ini dapat
mengakibatkan tanah tidak mampu untuk menahan air yang datang dengan
jumlah besar.
2. Tanamilah kembali lahan-lahan gundul di sekitar kita agar dapat menahan
air hujan sehingga kita bisa terhindar dari bencana tanah longsor.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Basyir dkk. 2006. Jurnal Ekologi Perubahan Perilaku Daerah Aliran
Sungai Citarum Hulu dengan Pemodelan Spasial. Institut Teknologi
Bandung. Bandung
Lawrence dan Peter. 1988. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.