Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK KONSERVASI LINGKUNGAN


Erosi dan Pencegahannya

DISUSUN OLEH :

NAMA : Rifky Achmad Mustasyar

NIM : 195100907111002

KELOMPOK : Y-1

ASISTEN : Afifah Nahdah Linda Alviany


Alifado Humam A Metta Octavia P
Aubilla Novista B Michelle Maria M. N
Citra Handayani Nabila Shilmi K
Dhanu Kusuma F Rachma Wilis P. K
Kania Mutiawati Rosi Maylani

LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


DAS merupakan suatu ekosistem yang terdiri dari komponen abiotik dan biotik yang saling
mempengaruhi. Dalam mengelola suatu DAS harus memperhatikan komponen – komponen
yang terdapat di dalam DAS sehingga dapat diketahui tingkat kemampuan DAS terhadap
bahaya erosi. Erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah
dari suatu tempat yang terangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Tanah yang tererosi
diangkut oleh aliran permukaan akan diendapkan di tempat-tempat aliran air melambat seperti
sungai, saluran-saluran irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Hal ini berdampak pada
mendangkalnya sungai sehingga mengakibatkan semakin seringnya terjadi banjir pada musim
hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa
hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin.
Pengelolaan dan pemanfaatan alam yang dilakukan manusia tanpa menjaga kelestarian
alam merupakan salah satu penyebab erosi tanah. Aktivitas manusia seperti sistem pertanian
yang buruk, penggundulan hutan, penambangan, pembukaan lahan untuk pembangunan
perumahan dan wilayah industri yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat merusak
alam sehingga alam rentan terhadap erosi. Kurangnya kemampuan dan informasi manusia
mengenai manajemen bencana, dapat mengakibatkan korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda hingga dampak psikologis.
Ditinjau dari sumber alam, setiap tanah mempunyai daya guna yang berbeda sesuai
dengan keadaannya. Jadi langkah pertama dari pengawetan tanah dan air adalah
menggunakan tanah sesuai dengan kemampuannya, kemudian jika sudah dimanfaatkan,
harus dipelihara/dipertahankan produktivitasnya sesuai syarat yang diperlakukan. Tanah yang
baik/produktivitasnya tinggi ialah tanah yang dapat menyediakan unsur hara yang sesuai
dengan tuntutan tanaman, sehingga produksinya optimum. Tanah dengan kandungan
kompleks liat dan humusnya tinggi yang masih belum tererosi adalah tanah yang masih subur.
Jika tanah sudah terlanjur rusak maka harus diperbaiki produktivitasnya, yang dikenal dengan
rehabilitasi tanah. Suatu kegiatan yang ditujukan untuk konservasi tanah pada umumnya
disamping menekan laju erosi juga mampu memperbaiki tata air tanah. Sebenarnya kerusakan
atau perubahan yang terjadi pada permukaan tanah tidak hanya terjadi akibat air hujan saja,
tetapi juga diakibatkan oleh angin, misalnya pada daerah padang pasir. Erosi merupakan
proses geomorfologi, yaitu terlepas dan terangkutnya material bumi oleh tenaga geomorfologi.
Proses geomorfologi tersebut tercakup dalam studi geomorfologi, yaitu ilmu yang mempelajari
bentuklahan (landform) secara genetik dan proses yang mempengaruhi bentuklahan serta
menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuklahan dan proses-prose itu dalam susunan
keruangan.

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui jenis erosi dan proses terjadinya erosi
b. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis bangunan erosi sebagai upaya konservasi.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Erosi
2.1.1 Pengertian Erosi
Erosi secara sederhana dapat diartikan sebagai berpindahnya butiran tanah dari
suatu tempat secara alamiah atau oleh aktifitas manusia maupun kombinasi keduanya.
Aktifitas manusia yang dimaksud didorong oleh kebutuhan akan lahan untuk pemukiman,
pembangunan sarana prasarana dan aktifitas produksi. Sedangkan proses alam yang
menyebabkan terjadinya erosi adalah karena faktor curah hujan, tekstur tanah, tingkat
kemiringan dan tutupan tanah. Erosi mempunyai dampak yang sangat luas, dimana
kerusakan dan kerugian tidak saja dialami di daerah yang terjadi erosi, melainkan juga
daerah yang dilewati aliran erosi. Pada daerah yang mengalami erosi, tanah tidak lagi
produktif karena tanah kehilangan unsur hara dan bahan organik serta memburuknya
sifat-sifat tanah, hal ini tercermin pada menurunnya kapasitas infiltrasi dan kemampuan
tanah menahan air. Sedangkan pada daerah hilir, terjadilah pendangkalan sungai-sungai
yang dilewatinya, sehingga daya gunanya menurun (Lebang dan Savitri, 2017).
Erosi tanah adalah suatu proses hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik
disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi adalah berpindahnya materi
penyusun permukaan bumi (tanah dan batuan) karena terangkut oleh air, angin atau es
yang mengalir atau bergerak di permukaan bumi. Dapat diartikan bahwa erosi adalah
perpindahan lapisan permukaan bumi bagian atas yang dapat disebabkan oleh air, angin
ataupun es (Fauzi, 2018).
Erosi merupakan peristiwa hilangnya lapisan tanah atau bagian-nagian tanah di
permukaan. Terjadinya erosi disebabkan adanya kekuatan luar yang ditimbulkan oleh
media alami seperti air dan angin. Erosi terjadi karena adanya peristiwa penghancuran,
pengangkutan, dan pengikisan tanah oleh kekuatan dari luar seperti air hujan. Air hujan
yang jatuh ke permukaan tanah akan menyebabkan agregat tanah menjadi butir-butir
primer melalui proses dispersi. Agregat yang telah terdispersi dapat terbawa ke tempat
lain oleh percikan air hujan atau aliran permukaan (Noviana, 2018).

2.1.2 Jenis-Jenis Erosi


Berdasarkan bentuknya erosi dapat dibedakan menjadi 3. Yang pertama yaitu erosi
percikan (Flash Erosion). Erosi percikan / flash erosion adalah terlepasnya dan
terlemparnya partikel-partikel dari massa tanah akibat pukulan butiran-butiran air hujan
secara langsung. Proses erosi percikan terdiri dari tiga tahap yaitu terjadinya
penggemburan yang cepat pada permukaan tanah sehinggga kohesinya menurun
akibatnya laju erosi percikan akan meningkat, terjadinya pemadatan permukaan akibat
pukulan butir air hujan sehingga terbentuk lapisan kerak (crust) tipis yang akan
menurunkan jumlah partikel tanah yang terlempar ke udara dan meningkatkan akumulasi
air permukaan, terjadinya turbulensi aliran permukaan yang mampu mengangkat
sebagian lapisan kerak pada permukaan tanah. Kedua yaitu erosi aliran permukaan
(overland flow erosion) Erosi aliran permukaan ini akan terjadi hanya dan jika intensitas
atau lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi atau kapasitas simpanan air tanah. Yang
terakhir yaitu erosi alur (rill erosion) Erosi alur merupakan erosi yang terbentuk pada jarak
tertentu ke arah bawah lereng sebagai akibat terkonsentrasinya aliran permukaan
sehingga membentuk alur-alur kecil (Lebang dan Savitri, 2017).
Indonesia merupakan daerah tropis yang erosi lahannya diakibatkan oleh air.
Berikut ini adalah tipe erosi lahan yang sering dijumpai di Indonesia. Pertama adalah erosi
percikan (splash erosion) adalah proses terkelupasnya partikel-partikel tanah bagian atas
oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos. Kedua adalah erosi kulit (sheet
erosion) adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan tanah di daerah
berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air larian (runoff). Tenaga kinetik air hujan
menyebabkan lepasnya partikelpartikel tanah dan bersama-sama dengan pengendapan
sedimen (hasil erosi) di atas permukaan tanah, menyebabkan turunnya laju infiltrasi
karena pori-pori tanah tertutup oleh kikisan partikel tanah. Yang ketiga yaitu erosi alur (rill
erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-partikel tanah
oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air. Hal ini terjadi ketika
air larian masuk ke dalam cekungan permukaan tanah, kecepatan air larian meningkat,
dan akhirnya terjadilah transpor sedimen. Keempat yaitu erosi parit (gully erosion)
membentuk jaringan parit yang lebih dalam dan lebar dan merupakan tingkat lanjut dari
erosi alur. Erosi parit dapat diklasifikasikan sebagai parit bersambungan dan parit
terputus-putus. Erosi parit terputus dapat dijumpai di daerah yang bergunung. Erosi tipe
ini biasanya diawali oleh adanya gerusan yang melebar dibagian atas hamparan tanah
miring yang berlangsung relatif singkat akibat adanya air larian yang besar. Kelima adalah
erosi tebing sungai (streambank erosion) adalah pengikisan tanah pada tebing-tebing
sungai dan penggerusan dasar sungai oleh aliran air sungai. Dua proses berlangsungnya
erosi tebing sungai adalah oleh adanya gerusan aliran sungai dan oleh adanya longsoran
tanah pada tebing sungai. Semakin cepat laju aliran sungai (debit puncak atau banjir)
semakin besar kemungkinan terjadinya erosi tebing. Erosi tebing sungai dalam bentuk
gerusan dapat berubah menjadi tanah longsor ketika permukaan sungai surut
(meningkatkan gaya tarik ke bawah) sementara pada saat bersamaan tanah tebing sungai
telah jenuh. Dengan demikian, longsor tebing sungai terjadi setelah debit aliran berakhir
atau surut (Fauzi, 2018).
Ada beberapa tipe erosi permukaan yang umum dijumpai di daerah tropis. Yang
pertama adalah erosi percikan (splash erosion), merupakan proses pengikisan tanah
akibat adanya percikan air hujan yang menyebabkan tanah mejadi hancur dan
mengendap di tempat lain. Kedua yaitu erosi lembar (sheet erosion) yaitu pengikisan
lapisan tanah paling atas dan tipis sehingga tanahnya berkurang. Yang ketiga adalah
erosi alur (riil erosion) terjadi jika erosi lembar terjadi terus menerus dan akan
mengakibatkan terjadinya alur-alur yang searah dengan kemiringan lereng daerah
tersebut. Yang keempat adalah erosi selokan/parit (gully erosion), umumnya terjadi pada
daerah dengan lereng yang terjal. Membentuk parit-parit yang dalam dengan penampang
seperti huruf V atau U. Yang kelima yaitu erosi tebing sungai (stream bank erosion),
diakibatkan oleh adanya gerusan air sungai yang terjadi setelah debit aliran besar surut.
Adanya longsoran tanah ditentukan oleh keadaan kelembaban tanah ditebing sungai
menjelang terjadinya erosi. Yang keenam adalah tanah longsor (landslide), terjadi karena
gaya gravitasi di bagian bawah tanah terdapat lapisan yang licin dan kedap air seperti
batuan liat. Ketika musim hujan tanah akan menjadi jenuh air dan berat sehingga bergeser
ke bawah melalui lapisan licin tersebut sebagai tanah longsor. Yang ketujuh yaitu erosi
internal (internal or subsurface erosion) adalah terangkutnya butir-butir tanah primer ke
bawah dan masuk ke dalam celah atau pori tanah sehingga menjadi kedap air dan udara
(Noviana, 2018).

2.1.3 Proses Terjadinya Erosi


Ada dua penyebab utama terjadinya erosi yaitu erosi karena sebab alamiah dan
erosi karena aktivitas manusia. Erosi alamiah dapat terjadi karena proses pembentukan
tanah dan proses erosi yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara
alami. Erosi karena faktor alamiah umumnya masih memberikan media yang memadai
untuk berlangsungnya pertumbuhan tanaman. Sedangkan erosi karena kegiatan manusia
kebanyakan disebabkan oleh terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat cara
bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau kegiatan
pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah, antara lain, pembuatan jalan di
daerah kemiringan lereng besar. Di daerah-daerah tropis yang lembab seperti di
Indonesia dengan rata-rata curah hujan melebihi 1500 mm per tahun maka air merupakan
penyebab utama terjadinya erosi, sedangkan di daerah-daerah panas dan kering maka
angin merupakan faktor penyebab utamanya (Fauzi, 2018).
Dua penyebab utama terjadinya erosi karena sebab ilmiah dan erosi karena aktifitas
manusia. Erosi alamiah dapat terjadi karena proses pembentukan tanah dan proses erosi
yang terjadi untuk mempertaankan keseimbangan tanah secara alami. Erosi karena faktor
alamiah umumnya masih memberikan media yang memadai untuk berlangsungnya
pertumbuhan kebanyakan tanaman. Sedang erosi karena kegiatan manusia kebanyakan
disebabkan oleh terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam
yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan
yang bersifat merusak keadaan fisik tanah, antara lain pembuatan jalan di daerah dengan
kemiringan lereng yang besarProses terjadinya erosi terdiri dari tiga bagian yang
berurutan yaitu pengelupasan (detachment), pengangkutan (transportation), dan
pengendapan (sedimentation). Dari uraian tersebut erosi permukaan (tanah) yang
dibicarakan adalah yang disebabkan oleh air hujan. Selain disebabkan oleh air hujan,
erosi juaga dapat terjadi karena tenaga angin dan salju. Intensitas hujan dan kemiringan
lereng merupakan parameter yang berpengaruh besar terhadap kuantitas erosi. Pada
sudut kemiringan lereng yang sama, intensitas hujan meningkat, akan mengakibatkan
peningkatan erosi. Begitu juga sebaliknya pada intensitas yang sama, sudut kemiringan
meningkat, juga akan diikuti peningkatan erosinya (Lebang dan Savitri, 2017).

2.1.4 Dampak Terjadinya Erosi


Erosi mempunyai dampak yang sangat luas, dimana kerusakan dan kerugian tidak
saja dialami di daerah yang terjadi erosi, melainkan juga daerah yang dilewati aliran erosi.
Pada daerah yang mengalami erosi, tanah tidak lagi produktif karena tanah kehilangan
unsur hara dan bahan organik serta memburuknya sifat-sifat tanah, hal ini tercermin pada
menurunnya kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air. Sedangkan pada
daerah hilir, terjadilah pendangkalan sungai-sungai yang dilewatinya, sehingga daya
gunanya menurun (Lebang dan Savitri, 2017).
Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk
pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan
menahan air. Tanah yang terangkut akibat erosi akan diendapkan ketempat lain dalam
sungai, waduk, danau, saluran irigasi dan sebagainya. Apabila pepohonan di lereng-
lereng bukit digunduli, maka hujan deras akan segera menghanyutkan lapisan tanah atas
yang subur akibat erosi. Hal ini tidak hanya akan mengurangi produktivitas lahan di
perbukitan itu sendiri, namun juga akan mengakibatkan banjir yang melanda tanah-tanah
pertanian di lembah-lembah dibawahnya (Juita et al.,2018).
Akibat erosi tanah yang meliputi proses pelepasan agregat-agregat tanah dan
proses pemindahan atau pengangkutan tanah oleh air akan menyebabkan timbulnya
bahan endapan (sedimen) di tempat lain. Bersama aliran air, agregat-agregat tanah yang
lepas akan diangkut, kemudian akan diendapkan pada tempat tertentu berupa
pengendapan atau sedimentasi (deposition), baik untuk sementara maupun tetap. Banyak
dan sedikitnya bahan endapan (sedimen) terangkut yang terpantau di stasiun
pengukuran, menerangkan besar dan kecilnya tingkat erosi tanah yang terjadi pada suatu
daerah aliran sungai. Sedimentasi merupakan hasil proses erosi, baik berupa erosi
permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap di
bagian bawah bukit, di daerah genangan banjir, saluran air, sungai dan waduk. Hasil
sedimen tergantung pada besarnya erosi total di DAS/sub-DAS dan tergantung pada
transport partikel-partikel tanah yang tererosi tersebut keluar dari daerah tangkapan air
DAS/sub-DAS (Kurniawan, 2020).

2.2 Bangunan Pengendali Erosi


2.2.1 Pengertian Bangunan Pengendali Erosi
Dalam upaya pengendalian erosi di sepanjang sungai, diperlukan kajian guna
mengurangi besarnya erosi dan mencegah terjadinya longsor tebing yang terjadi di
sepanjang sungai. Terdapat beberapa cara penanggulangan yang dapat dilakukan
yaitu : Pembuatan bronjong, dinding penahan tanah, check dam dan sheet pile. Pada
perencanaan dinding penahan tanah, beberapa analisis yang harus dilakukan adalah
analisis kestabilan terhadap guling, analisis ketahanan terhadap geser, analisis kapasitas
daya dukung tanah pada dasar dinding penahan, analisis tegangan dalam dinding
penahan tanah, analisis penurunan, dan analisis stabilitas secara umum (Kurniawan,
2020).
Bangunan pengendali erosi biasanya dibangun di hulu sungai. Bangunan
Pengendali Sedimen dibangun dengan tujuan agar sedimen yang terjadi di hulu sungai
dapat ditahan sehingga tidak menyebabkan pendangkalan di hilir sungai. Bangunan
pengendali sedimen direncanakan untuk menahan laju sedimentasi yang terjaid di sungai
(Dityamiko, 2018).

2.2.2 Jenis-Jenis Bangunan Pengendali Erosi


Ada dua jenis bangunan pengendali erosi, yaitu yang dibuat menggunakan cara
vegetative dan cara teknik sipil. Salah satu cara vegetative yaitu pengendalian erosi
dengan pembuatan teras Bangku Di daerah perbukitan yaitu pada tata guna lahan
pertanian lahan kering diusulkan upaya pembuatan teras bangku atau teras tangga
dengan cara memotong panjang lereng dan meratakan tanah di bagian bawahnya,
sehingga terjadi deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga. Teras bangku adalah
serangkaian dataran yang dibangun sepanjang kontur pada interval yang sesuai dan
ditanami dengan gebalan rumput untuk penguat teras. yang berperan untuk melindungi
permukaan tanah dari daya dispersi dan daya penghancur oleh butir-butir hujan. Selain
itu berperan pula dalam hal memperlambat aliran permukaan serta melindungi tanah
permukaan dari daya kikis aliran permukaan. Sedangkan untuk bangunan pengendalian
cara teknik sipil yaitu dengan pencegahan erosi dengan pembuatan teras pasangan batu
pada jenis tata guna lahan pertanian lahan kering pada daerah perbukitan selain dibuat
teras bangku juga diusulkan upaya pembuatan teras pasangan batu yaitu penggunaan
batu untuk membuat dinding dengan jarak yang sesuai di sepanjang garis kontur pada
lahan miring. Dinding teras batu berfungsi untuk menahan butir-butir tanah akibat erosi
dari atas. Sehingga lama kelamaan permukaan tanah bagian atas akan menurun,
sedangkan bagian bawah akan semakin tinggi. Proses ini berlangsung terusmenerus
sehingga bidang menjadi datar atau mendekati datar (Fitriyah et al., 2014).
Sabo dam merupakan salah satu dari macam-macam fasilitas bangunan sabo.
Berdasarkan mekanisme pengendalian aliran debris, sabo dam dapat dibedakan menjadi
dua yaitu sabo dam tipe tertutup dan sabo dam tipe terbuka, sabo dam tipe tertutup akan
segera dipenuhi sedimen, sekali pun terjadi banjir aliran debris sedimen/lahar yang kecil.
Sehingga saat terjadi banjir aliran debris sedimen/lahar yang besar dimana sangat
membahayakan dan merusak, kemampuan sabo dam mengurangi volume sedimen
sudah sangat terbatas. Sabo dam tipe terbuka dapat dibedakan menjadi tipe saluran dan
tipe kisi-kisi. Tipe saluran dapat dibedakan menjadi tipe lubang dan tipe slit. Sabo dam
tipe terbuka dengan kisi-kisi yang terbuat dari pipa-pipa baja belum pernah dibuat di
indonesia. Karena harganya relative mahal. Prinsip sabo dam terbuka adalah main dam
diberi lubang sesuai dengan persyaratan agar mampu mengalirkan sedimen ke hilir
secara perlahan dan bertahap pada saat banjir (Said, 2020).
Sand Pocket merupakan salah satu jenis bangunan pengendali sedimen yang
biasanya dibangun pada posisi paling hilir dari semua jenis bangunan pengendali
sedimen. Sand Pocket pada umumnya berupa tanggul yang dibangun melintang di aliran
sungai serta menutupi bagian sisi kanan dan kiri sungai di sekitar Sand Pocket, Bangunan
ini juga dilengkapi dengan pelimpah sederhana untuk melewatkan aliran air. Sand Pocket
memiliki fungsi utama yaitu untuk menampung sedimen yang ada pada daerah endapan,
serta digunakan untuk mengurangi kecepatan aliran pada banjir lahar dan menahan
sebaran alirannya, karena permukaan tebing sungai yang sudah tidak tinggi lagi. Apabila
tampungan sedimen yang dimiliki sudah penuh, maka sedimen tersebut akan dikeluarkan
dengan cara menggali/mengeruk dan mengangkutnya keluar dari bangunan tersebut.
Dengan adanya Sand Pocket maka erosi akan terkendali (Efendi, 2014).

2.2.3 Fungsi, Tujuan, serta Manfaat Bangunan Pengendali Erosi


Sabo berarti penanggulangan pasir dan kerikil yang pada hakekatnya merupakan
usaha untuk mencegah lahan pegunungan terhadap kerusakan akibat erosi, melindungi
penduduk dan infrastruktur dibagian hilir terhadap ancaman bencana akibat erosi dan
sedimen. Fungsi utama sabo dam adalah untuk menahan dan mengendalikan aliran
sedimen yang akan mengalir ke hilir. Sedangkan fungsi dasar berbagai fasilitas bangunan
pengendalian sedimen (sabo) adalah berfungsi menangkap aliran debris sehingga debit
aliran berkurang, berfungsi mengarahkan dan memperlambat kecepatan aliran debris,
berfungsi sebagai tempat pengendapan aliran debris, penyediaan lahan (hutan) berfungsi
sebagai tempat untuk penyebaran dan penghambat aliran debris, berfungsi sebagai
pengarah aliran untuk mencegah penyebaran aliran debris, berfungsi untuk membatasi
terjadinya aliran debris (Said, 2020).
Bangunan pengendali jurang (gully plug) adalah bendungan kecil yang lolos air yang
dibuat pada parit-parit melintang alur parit dengan konstruksi batu, kayu atau bambu.
Dalam penerapan pengendali erosi di DAS, pada konstruksi gully plug dimodifikasi
dengan menggunakan bahan material interlock lego brick yaitu bata interlock yang sisi
sambungannya berbentuk tonjolan dan lekukan sehingga pemasangannya saling
mengunci dan tidak membutuhkan adukan spesi untuk merekatkan bata. Bagian dalam
bata interlock ada lubang menerus dari atas ke bawah yang dapat untuk perkuatan dinding
sehingga menghindari terjadinya erosi (Erwanto et al., 2021).
Bangunan pengendali erosi biasanya dibangun di hulu sungai. Bangunan
Pengendali Sedimen dibangun dengan tujuan agar sedimen yang terjadi di hulu sungai
dapat ditahan sehingga tidak menyebabkan pendangkalan di hilir sungai. Bangunan
pengendali sedimen direncanakan untuk menahan laju sedimentasi yang terjaid di sungai
(Dityamiko, 2018).

2.2.4 Hambatan dalam Pembuatan Bangunan Pengendali Erosi


Teknik konservasi tanah secara mekanik adalah upaya menciptakan fisik lahan atau
bidang lahan pertanian sehingga sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan airdengan
bantuan bangunan lain. Teknik ini meliputi pembuatan teras (bangku, individu, kredit),
guludan dan pematang searah kontur dan sebagainya. Untuk meningkatkan pemanenan
air (water harvesting) dibuatkan bangunan resapan air, embung dan rorak. Teras bangku
telah lama dikenal dan dipraktekkan petani di Indonesia. Meskipun biaya pembuatan teras
bangku lebih mahal dibandingkan teras gulud, namun dari kemampuannya (menekan air
aliran permukaan, menahan genangan air, dan memfasilitasi perkolasi) lebih baik
dibandingkan dengan teras gulud. Teknik ini efektik mengendalikan erosi yang terjadi
hanya saja hambatannya, teknik ini lebih mahal dibanding dengan menggunakan teknik
pengendalian erosi menggunakan vegetasi (Juita et al.,2018).
Distribusi spasial prediksi erosi DAS kreo hulu dari nilai erosi sangat tinggi ialah
sebagian besar wilayah desa/kelurahan Gunungpati, Banjarejo, Karangmalang, Lebak
dan Cepoko. Erosi berat dan sedang meliputi sebagian wilayah Pasigitan, Branjang,
Kalisidi, dan Tinjomoyo. Sehingga perlu adanya peningkatan tindakan konservasi lahan
alternatif secara mekanis dan vegetatif di DAS Kreo Hulu dan dapat dilakukan dengan
berdasarkan pada jenis tindakan konservasi yang harus dilakukan sesuai dengan
karakteristik lahan dan kemampuan lahan, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat
sekitar DAS Kreo Hulu. Faktor-faktor yang masih dapat direkayasa oleh manusia berupa
pengolahan tanah sebagai upaya untuk menggemburkan tanah, pengolahan tanah
dengan memperhatikan bentuk kontur yang ada, pembuatan sumur resapan, pembuatan
sedimen trap di daerah hulu yang mempunyai erodibilitas tinggi untuk meminimalisir
terjadinya erosi di bagian hulu dan bahaya sedimentasi di hilir DAS (Fauzi dan Maryono,
2016).
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


 Bolpoin : untuk mencatat hasil pengamatan
 Kertas : untuk mencatat hasil pengamatan
 Kamera : untuk mendokumentasikan hasil pengamtan

3.2 Cara Kerja

Alat dan bahan

Disiapkan

Erosi

Diamati secara langsung

Bangunan pencegah erosi

Ditentukan dan dianalisis setelah diamati secara


langsung

Hasil
BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Bangunan Penahan Erosi yang Terdapat di Kawasan Candi Sumberawan


4.1.1 Teras Kebun

Gambar 4.1 Teras Kebun

Dari beberapa bangunan pengendali erosi yang ada di kawasan Candi


Sumberawan, salah satu pengendaliannya adalah dengan menggunakan teras kebun.
Seperti yang diketahui, bahwa teras kebun (orchard hillside ditches) merupakan jenis
teras lainnya, yang dirancang untuk tanaman tahunan khususnya tanaman buah-buahan.
Teras ini dibuat dengan interval yang bervariasi menurut jarak tanam. Pembuatan teras
kebun bertujuan untuk mengefisienkan penerapan teknik konservasi tanah, dan
memfasilitasi pengelolaan lahan (land mangement facility), diantaranya fasilitas jalan
kebun, dan penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun.

4.1.2 Teras Batu

Gambar 4.2, 4.3, dan 4.4 Teras Batu

Teras batu merupakan teras yang dibuat dengan cara menyusun batu-batu
sehingga terbentuk dinding dengan jarak yang sesuai di sepanjang garis kontur pada
lahan miring. Teras batu ini pada prinsipnya sama dengan teras tembok atau tembok
penahan. Pada teknik ini dapat ditambahkan dengan penanaman rumput, bambu atau
tanaman keras karena dapat membantu menjaga kestabilan permukaan tanah.
4.1.3 Vegetasi

Gambar 4.5 Vegetasi

Selain bangunan teras batu, ada struktur lain untuk menahan erosi dan longsor.
Vegetasi merupakan cara alami untuk menahan peristiwa erosi tanah dan longsor. Cara
vegetatif merupakan cara memanfaatkan peranan tanaman dalam usaha pengendalian
erosi dan atau pengawetan tanah dalam pelaksanaannya dapat meliputi kegiatan-
kegiatan seperti reboisasi dan penghijauan, penanaman tanaman penutup tanah,
penanaman tanaman secara garis kontur, penanaman tanaman dalam strip, penanaman
tanaman secara bergilir, dan pemulsaan atau pemafaatan seresah tanaman.

4.2 Bangunan Penahan Erosi yang Terdapat di Lingkungan Tinggal

\
Gambar 4.6 dan 4.7 Teras Batu pada Lingkungan Sekitar

Salah satu usaha untuk mengendalikan erosi adalah dengan menggunakan teras. Pada
daerah sekitar lingkungan Saya yang berada di Depok, dapat ditemukan bebatuan yang
diibuat menyerupai sebuah dinding. Sesuai dengan Namanya, teras batu merupakan teras
yang terbuat dari batu. Teras batu adalah penggunaan batu untuk membuat dinding dengan
jarak yang sesuai di sepanjang garis kontur pada lahan miring. Dibuatnya teras batu ini
bertujuan untuk memanfaatkan batu-batu yang ada di permukaan tanah agar lahan dapat
dimanfaatkan sebagai bidang olah, mengurangi kehilangan tanah dan air serta untuk
menangkap tanah yang meluncur dari bagian atas. Teras batu dibangun sebagai fondasi yang
kokoh untuk menahan erosi tanah bahkan longsor.
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu
tempat yang terangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Tanah yang tererosi diangkut oleh
aliran permukaan akan diendapkan di tempat-tempat aliran air melambat seperti sungai,
saluran-saluran irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Hal ini berdampak pada
mendangkalnya sungai sehingga mengakibatkan semakin seringnya terjadi banjir pada musim
hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa
hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin.
Erosi tanah dapat terjadi secara alamiah dan non - alamiah. Secara alamiah, erosi dapat terjadi
secara alamiah pada tanah dengan melalui tahapan penghancuran, pengangkutan dan
pengendapan. Erosi non – alamiah dapat diakibatkan adanya faktor dari manusia.
Pada aliran irigasi Candi Sumberawan, terdapat beberapa bangunan pengendali erosi.
Bangunan-bangunan ini dibuat sebagai salah satu usaha konservasi tanah dan lahan di
daerah tersebut. Terdapat bangunan teras batu, vegetasi, dan teras kebun untuk
mengendalikan erosi tanah. Pada lingkungan sekitar peneliti banyak terdapat bangunan teras
batu yang bertujuan untuk memanfaatkan batu-batu yang ada di permukaan tanah agar lahan
dapat dimanfaatkan sebagai bidang olah, mengurangi kehilangan tanah dan air serta untuk
menangkap tanah yang meluncur dari bagian atas
Pengelolaan dan pemanfaatan alam yang dilakukan manusia tanpa menjaga kelestarian
alam merupakan salah satu penyebab erosi tanah. Aktivitas manusia seperti sistem pertanian
yang buruk, penggundulan hutan, penambangan, pembukaan lahan untuk pembangunan
perumahan dan wilayah industri yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat merusak
alam sehingga alam rentan terhadap erosi. Kurangnya kemampuan dan informasi manusia
mengenai manajemen bencana, dapat mengakibatkan korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda hingga dampak psikologis

5.2 Saran
Penyampaian materi oleh asisten cukup jelas dan mudah dipahami. Namun praktikan
masih sedikit kebingunan mengenai foto data yang diberikan asisten dikarenakan beberapa
foto tidak memiliki perbedaan yang signifikan sehingga menimbulkan multitafsir. Sebaiknya
data foto yang diberikan lebih jelas lagi dan lebih spesifik.Semoga pandemi ini segera berakhir
dan bisa segera praktikum offline.
DAFTAR PUSTAKA

Dityamiko W. 2018. Kajian Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Sungai Batang Riau. Jurnal
ArTSip 1(1): 1-15
Efendi N. 2014. Studi Pengendalian Aliran Sedimen Sungai Hera Menggunakan Sand Pocket.
Skripsi. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin.
Fauzi RMZ dan Maryono. 2016. Kajian Erosi dan Hasil Sedimentasi Untuk Konservasi Lahan
DAS Kreo Hulu. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota 12(4): 429-445.
Fauzi RR. 2018. Sumbangan Hasil Erosi Lahan Terhadap Sedimentasi Pada Waduk. Skripsi.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia.
Fitriyah FN, Fuad H, Jasin MI. 2014. Penanganan Masalah Erosi dan Sedimentasi di Kawasan
Kelurahan Perkamil. Jurnal Sipil Statik 2(4): 173-181.
Juita, Erna, Arie Zella, dan Dasrizal. 2018. Analisis Erosi Tebing dan Konservasi Lahan
Berbasis Kearifan Lokal di Nagari Sungai Sariak. Jurnal Spasial 1(5):18-23.
Kurniawan, Cahyadi Ricky. 2020. Analisa Dampak Terjadinya Erosi pada Daerah Aliran
Sungai (Das). Skripsi. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan (PSDAL). Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Lebang P dan Savitri PM. 2017. Pengaruh Variasi Kemiringan Lereng dan Intensitas Huja
Terhadap Erosi Permukaan. Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil, Universitas
Bosowa.
Noviana R. 2018. Prediksi Laju Erosi di DAS Tanggul Menggunakan Metode USLE (Universal
Soil Loss Equation) Berbasis Spasial. Skripsi. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Jember.
Said MA. 2020. Perencanaan Sabo Dam di Down Stream Sungai Nangka Kawasan Belanting
di Desa Belanting Kecamatan Samballa Kabupaten Lombok Timur. Skripsi. Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Mataram.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai