Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK KONSERVASI LINGKUNGAN


Pengukuran Sedimen

NAMA : Rifky Achmad Mustasyar


NIM : 195100907111002
KELOMPOK : Y-1
ASISTEN : Afifah Nahdah Linda Alviany
Alifado Humam A Metta Octavia P
Aubilla Novista B Michelle Maria M. N
Citra Handayani Nabila Shilmi K
Dhanu Kusuma F Rachma Wilis P. K
Kania Mutiawati Rosi Maylani

LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN


JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah dan air merupakan sumberdaya alam utama yang mempunyai pengaruh besar
terhadap kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan sumberdaya alam tersebut akan
meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk yang terus bertambah,
sedangkan persediaan sumberdaya alam semakin terbatas. Keadaan dua hal yang saling
bertentangan tersebut akan meningkatkan tekanan manusia atas sumberdaya alam secara
berlebihan dan cenderung merusak, sehingga akan menurunkan kualitas sumberdaya alam
yang ada.
Sedimentasi yang terjadi di lingkungan menjadi persoalan bila terjadi di lokasi-lokasi yang
terdapat aktifitas manusia yang membutuhkan kondisi perairan yang dalam seperti,
pelabuhan, dan alur-alur pelayaran, atau membutuhkan kondisi lingkungan yang jernih seperti
tempat wisata, ekosistem terumbu karang, dan lain-lain. Sedimentasi di suatu lingkungan
teluk terjadi karena terdapat suplai muatan sedimen yang tinggi yang berasal dari daratan dan
dibawa ke teluk melalui aliran sungai.
Mengetahui hubungan erosi dan sedimentasi ini sangat perlu dilakukan karena kedua hal
tersebut memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Hubungan antara erosi dan
sedimentasi dinyatakan dalam nisbah hantaran sedimen (Sediment Delievery Ratio, SDR).
SDR merupakan rasio jumlah sedimen pada daerah luaran (outlet) terhadap erosi yang terjadi
pada seluruh DAS. Beberapa studi telah banyak dilakukan dalam menurunkan persamaan
empiris SDR berdasarkan faktor luasan DAS, geomorfologi, faktor lingkungan, lokasi sumber
sedimen, karakteristik relief dan slope, pola drainasi dan kondisi saluran, penutupan lahan,
tata guna lahan, tata guna lahan, dan tekstur tanah. Dari nilai SDR dapat digunakan untuk
memprediksi yield sedimen dari suatu daerah berdasarkan laju erosi lahan yang dihitung
dengan metode USLE (Universal Soil Loss Equation).

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu menghitung nisbah pelepasan sedimen dari suatu aliran sungai
b. Mahasiswa mampu menghitung nilai erosi total dari nilai nisbah pelepasan sedimen
c. Mahasiswa mampu memahami manfaat perhitungan sediman terhadap konservasi
lingkungan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sedimentasi


Peristiwa pengendapan ini dikenal dengan peristiwa atau proses sedimentasi.
Pengendapan adalah proses mengendapnya material fragmental oleh air sebagai akibat dari
adanya erosi. Proses mengendapnya material tersebut yaitu proses terkumpulnya butir-butir
tanah yang terjadi karena kecepatan aliran air yang mengangkut bahan sedimen mencapai
kecepatan pengendapan (settling velocity). Kecepatan sedimentasi didefinisikan sebagai laju
pengurangan atau penurunan ketinggian daerah batas slurry (cairan lumpur) dengan
supernatant (liquid jernih) pada suhu seragam untuk mencegah pergeserean fluida karena
konveksi. Proses sedimentasi dapat terjadi pada lahan-lahan pertanian maupun di sepanjang
dasar sungai, dasar waduk, muara, dan sebagainya. Endapan sedimen adalah akumulasi
mineral dan fragmen batuan dari daratan yang bercampur dengan tulang-tulang organisme
laut dan beberapa partikel yang berbentuk melalui proses kimiawi yang terjadi di dalam laut
(Maulana, 2019).
Secara umum bahan tanah yang telah terbawa bersama aliran dan kemudian diendapkan
disebut sebagai sedimen. Sedimen adalah hasil proses erosi baik erosi parit, erosi permukaan
maupun proses erosi lainnya. Sedimen yang terbawa bersama aliran pada umumnya
merupakan produk akhir dari erosi. Sedimen yang dihasilkan dari proses erosi dan terbawa
oleh suatu aliran selanjutnya akan diendapkan pada suatu tempat apabila energi aliran
permukaan yang mengangkut bahan tanah yang telah hancur mulai berkurang. Proses ini
yang dikenal dengan proses sedimentasi. Proses sedimentasi sebagai rangkaian akhir dari
proses erosi juga menyumbangkan dampak negatif pada tanah yang tererosi. Hampir semua
kerusakan yang menyebabkan terjadinya sedimentasi adalah hasil dari erosi dipercepat
terutama dari erosi permukaan dan erosi parit (Karlina, 2020).

2.2 Jenis Sedimentasi Berdasarkan Proses Endapan


Berdasarkan proses endapan, maka sedimentasi dapat dikelompokkan menjadi empat.
Pertama yaitu Sedimentasi Akuatis atau Sedimentasi Air Sungai, yaitu pengendapan yang
disebabkan material yang terbawa oleh air. Proses pengendapan akuatis mengandalkan
kekuatan aliran air yaitu ketika aliran kuat, maka material akan terbawa dan jika aliran
melemah maka material akan mengendap. Sedimentasi jenis ini umumnya terjadi pada aliran-
aliran sungai yang mengalami pelemahan arus, misalnya membentuk dataran banjir dan
alluvial fun. Kedua adalah Sedimentasi Aeolis atau Sedimentasi Angin adalah pengendapan
yang disebabkan material yang terbawa oleh hembusan angin. Hasil dari endapan jenis ini
adalah gumuk pasir atau bukit pasir yang dapat ditemukan di gurun atau pantai. Ketiga
Sedimentasi Marine atau Sedimentasi Air Laut adalah pengendapan yang disebabkan
material yang terbawa oleh arus atau gelombang laut. Pengendapan jenis ini juga dapat
disebabkan oleh pasang surut air laut, contohnya adalah tumpukan karang dan tombolo.
Keempat adalah Sedimentasi Glasial atau Gletser adalah pengendapan oleh gletser
kemudian membentuk lembah. Ketika musim semi tiba, maka terjadi pengikisan gletser yang
melucur menuruni lembah dan membawa material batuan atau tanah (Irfan dan Basir, 2020).
Sedimentasi adalah kondisi penumpukan material hasil erosi di tempat tertentu. Jenis
sedimetasi yang terjadi pada saluran irigasi adalah sedimentasi akuatis. Sedimentasi akuatis
adalah kondisi pengendapan suatu material yang disebabkan oleh aliran air. Untuk
penanganan masalaah sedimentasi pada kanal atau saluran irigasi, biasanya petani atau
masyarakat melakukan monitoring secara manual dengan mendatangi langsung ke lapangan,
atau dikala debit aliran air telah berkurang. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem atau
perangkat yang dapat membantu memonitoring level air dan tinggi sedimentasi pada saluran
irigasi, serta dapat memberikan peringatan lebih dini tentang level sedimentasi yang telah
terjadi untuk mencegah terjadinya hambatan pada debit aliran air ke persawahan (Sasmita et
al., 2021).
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air,
angin, es atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah
hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan
bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari
material-material yang diangkut oleh angin. Jenis sedimentasi berdasarkan proses
pengendapannya terbagi menjadi empat. Yang pertama merupakan sedimentasi aerik atau
udara, lalu ada sedimentasi aquatic atau yang disebabkan oleh air sungai, lalu ada
sedimentasi marine atau yang disebabkan oleh gelombang laut, dan yang terakhir adalah
sedimentasi glastik atau yang disebabkan oleh glister (Sari, 2017).

2.3 Jenis Sedimentasi Berdasarkan Lokasi Endapan


Berdasarkan lokasi endapannya, erosi dikelompokkan menjadi lima. Pertama adalah
Sedimen Teristris, merupakan pengendapan yang terjadi di daratan atau dataran banjir.
Kedua adalah Sedimen Fluvial, merupakan pengendapan yang terjadi di dasar sungai dan
akan menyebabkan pendangkalan sungai. Ketiga adalah Sedimen Limnis, merupakan
pengendapan yang terjadi di daerah rawa-rawa. Keempat adalah Sedimen Marine merupakan
pengendapan yang terjadi di perairan laut, dan yang terakhir Sedimen Lakustris merupakan
pengendapan yang terjadi di dasar danau (Irfan dan Basir, 2020).
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air,
angin, es atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah
hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan
bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari
material-material yang diangkut oleh angin. Jenis sedimentasi berdasarkan lokasi endapan
terbagi menjadi empat. Pertama yaitu sedimentasi limnik atau sedimentasi yang terjadi di
daerah rawa. Kedua sedimentasi fluvial atau sedimentasi yang terjadi di daerah sungai. Ketiga
sedimentasi marine atau sedimentasi yang terjadi di daerah laut. Keempat adalah sedimentasi
teistrik atau sedimentasi yang terjadi di daerah darat (Sari, 2017).
Cara pengangkutan endpan sedimentasi bermacam-macam seperti terdorong (traction),
terbawa secara melompat-lompat (saltion), terbawa dalam bentuk suspensi, dan ada pula
yang larut (salution). Berdasarkan tempat endapannya, sedimenrasi terbagi menjadi empat.
Yang pertama yaitu sedimentasi limnik atau terjadi di rawa. Yang kedua yaitu sedimentasi
fluvial atau terjadi di sungai. Yang ketiga yaitu sedimentasi marine atau terjadi di laut. Yang
keempat yaitu sedimentasi teistrik atau terjadi di darat (Meirdiansyah dan Satrio, 2014).

2.4 Jenis Sedimentasi Aliran Sungai


Aliran pada sungai, secara umum membawa sejumlah sedimen, baik sedimen suspensi
(suspended load) maupun sedimen dasar (bed load). Adanya perubahan angkutan sedimen
dasar (bed load) akan disertai dengan perubahan konsentrasi sedimen suspensi. Konsentrasi
sedimen suspense (dandistribusi kecepatan) diketahui berubah dari tengah ke arah tepi
saluran. Adanya sedimen suspensi dapat mempengaruhi bentuk distribusi kecepatan, yang
akan mempengaruhi besaran kecepatan gesek yang ditimbulkannya. Adanya bedload yang
diketahui mempengaruhi kandungan konsentrasi sedimen suspensi, dan juga mempengaruhi
bentuk distribusi kecepatan, diperkirakan juga mempengaruhi besarnya kecepatan gesek.
Sehubungan dengan itu, dalam tulisan ini akan dipelajari seberapa besar pengaruh angkutan
sedimen dasar (bedload) terhadap kecepatan gesek pada arah transversal, dari tengah
saluran ke arah di tepi, termasuk pengaruh kemiringan dasar saluran dan debit aliran terhadap
distribusi kecepatan gesek (Amirullah dan Nuralim, 2020).
Pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil pengendapan oleh
air, antara lain meander, oxbow lake, tanggul alam, dan delta. Proses meander terjadi pada
tepi sungai, baik bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang aliranya cepat, akan
terjadi pengikisan, sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya, akan terjadi
pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terusmenerus akan membentuk meander.
Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, sebab pengikisan dan pengendapan
terjadi secara terus-menerus. Proses pengendapan yang terjadi secara terus menerus akan
menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran sungai, sehingga terbentuk
oxbow lake, atau disebut juga sungai mati. Pembentukan delta yaitu pada saat aliran air
mendekati muara, seperti danau atau laut, kecepatan alirannya menjadi lambat. Akibatnya,
terjadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan, sedangkan tanah liat
dan lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama, akan terbentuk lapisan-
lapisan sedimen. Akhirnya lapisan-lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada
bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta. Pada tanggul alam yaitu
apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya terjadi banjir dan air
meluap hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahanbahan yang terbawa oleh air sungai
akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu dataran di tepi sungai. Timbulnya
material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya tepi sungai lebih tinggi
dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul sungai. Selain
itu, juga terdapat tanggul pantai sebagai hasil dari proses pengendapan oleh laut. Kedua
tanggul tersebut merupakan tanggul alam, karena proses terbentuknya berlangsung alami
hasil pengerjaan alam (Sari, 2017).

2.5 Proses Terjadinya Sedimentasi Perairan


Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air
laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara
lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai. Pesisir merupakan wilayah pengendapan
di sepanjang pantai. Biasanya terdiri atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di
pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.
Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah,
maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut yang dalam. Ketika material
masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat
akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika
arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang-kadang spit terbentuk
melewati teluk dan membentuk penghalang pantai (barrier beach). Apabila di sekitar spit
terdapat pulau maka spit tersambung dengan daratan, sehingga membentuk tombolo (Sari,
2017).
Menurut Yunita (2018), sebaran sedimen dapat dibedakan berdasarkan faktor energi yang
dominan antara gelombang, debit sungai, atau pasang surut. Proses terjadinya sedimentasi
berjalan sangat komplek, dimulai dari jatuhnya hujan kemudian menghasilkan energi kinetik
yang merupakan permulaan dari proses erosi. Setelah tanah berubah menjadi partikel halus,
lalu menggelinding bersaman dengan aliran sungai, sebagian akan tertinggal diatas tanah
sedangkan bagian lainnya masuk ke sungai yang diangkut oleh aliran sungai yang kemudian
akan menjadi angkutan sedimen.
2.6 Definisi Sediment Delivery Ratio
Perhitungan sedimentasi diperoleh dengan cara memperkirakan besarnya hasil sedimen
dari suatu daerah tangkapan air melalui perhitungan Sediment Delivery Ratio (SDR). SDR
adalah rasio penghantaran sedimen hasil erosi lahan dari DAS/ suatu daerah tangkapan air
menuju waduk/embung. Nilai Sediment Delivery Ratio (SDR) tidak menggunakan hasil
pengukuran dan perhitungan sendiri, dikarenakan untuk menentukan nilai SDR sesuai kondisi
di lapangan memerlukan kajian dan penelitian khusus yang memerlukan waktu, tenaga dan
biaya yang tidak sedikit, sehingga bisa menyebabkan tidak akan terselesaikannya penelitian
utama makalah ini yaitu analisis besar potensi sedimentasinya. Besar nilai Sediment Delivery
Ratio (SDR) menggunakan besaran yang dikeluarkan Departemen Kehutanan. Dari studi
pustaka penelitian lain, jika tidak tersedia nilai SDR sebenarnya di lapangan, maka besar nilai
SDR yang dikeluarkan Departemen Kehutanan tersebut biasanya digunakan sebagai acuan
untuk menentukan nilai SDR (Wahyudin et al., 2020).
Sediment Delivery Ratio (SDR) diartikan sebagai perbandinganjumlah antara sedimen
yang terbawa oleh aliran sungai terhadap jumlah tanah yang tererosi pada suatu daerah aliran
sungai. Nilai SDR mendekati satu berarti bahwa semua tanah yang tererosi masuk kedalam
sungai/waduk, hal ini hanya dapat terjadi pada daerah aliran sungai yang kecil dan tidak pada
daerah-daerah yang datar atau yang mempunyai lereng curam, mempunyai kerapatan
drainase yang tinggi, dan tanah yang terangkut mempunyai banyak butir-butir halus, atau
daerah tersebut tidak memiliki sifat yang cenderung menghambat pengendapan sedimen di
dalam daerah aliran sungai (sistem konservasi tanah belum ada). Makin luassuatu daerah
aliran sungai, maka akan ada kecenderungan makin kecil nilai SDR tersebut (Zulfikari, 2017)

2.7 Perhitungan Nilai Sediment Delivery Ratio


Menurut Wahyudin et al. (2020), besarnya nilai SDR dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Yang mempengaruhi SDR meliputi sumber sedimen yang berasal dari DAS, jarak sumber ke
waduk, sistem transport, tekstur partikel-partikel tanah yang tererosi, lokasi desposisi sedimen
dan karakteristik DAS. SDR juga dipengaruhi oleh faktor hidrologi (curah hujan), karakteristik
bentang alam (misalnya, vegetasi, topografi, dan tanah) dan interaksi yang kompleks yang
lain. Yang mempengaruhi SDR meliputi sumber sedimen yang berasal dari DAS, jarak sumber
ke waduk, sistem transport, tekstur partikel-partikel tanah yang tererosi, lokasi desposisi
sedimen dan karakteristik DAS. Perhitungan besar sedimentasi yang terjadi dihitung dengan
persamaan:
S = E x SDR
Dengan :
S : Sedimentasi yang terjadi (ton/tahun)
E : Erosi yang terjadi (ton/tahun)
SDR : Sediment Delivery Ratio (%)
Menurut Sumarni (2014), persamaan SDR telah banyak dikembangkan dalam berbagai
penelitian. Persamaan SDR ditentukan berdasarkan pengaruh karakteristik DAS. Rumus
Sediment Delivery Ratio menurut SCS National Enginering handbook DPMA yaitu:
𝑺𝒚
SDR = 𝑬𝒂 x 100
Dimana :
SDR: Sediment delivery ratio
SY: Hasil sedimen persatuan luas
EA: Erosi Total tiap satuan luas
Metode Sediment Delivery Ratio dengan menggunakan perhitungan sedimen layang dengan
rumus laju sedimen harian:
Qs = 0,0864 x Cs x Q
Dimana :
Qs= Debit sediment (ton/hari)
Cs= Kadar muatan sedimen (TSS) (mg/l)
Q= debit air sungai (( m3/dt )
BAB III. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan beserta Fungsi


Tabel 3.1 Alat dan Bahan beserta Fungsi
No. Alat dan Bahan Fungsi
1. Jerigen Sebagai wadah air sampel
2. Current Meter Untuk mengukur kecepatan aliran air sungai
3. Roll Meter Membantu pengukuran L*W*H segmen sungai
4. Kertas Whattman Bahan penyaring TSS pada air sampel
5. Corong Alat bantu penuangan larutan
6. Erlenmeyer Alat pengumpul air hasil filtrasi
Alat bantu pengeringan kertas whattman
7. Oven
sebelum dan sesudah filtrasi
8. Cawan Petri Wadah kertas whattman saat di oven
9. Timbangan Analitik Alat untuk mencatat hasil praktikum
10. Kertas Bahan untuk mencatat hasil praktikum
Alat bantu untuk pencatatan data hasil
11. Bolpoin
praktikum
12. Coolbox Alat bantu pengawetan air sampel
13. Pengaduk Alat bantu pengadukan air sampel
14. Air Sungai Bahan uji

3.2 Gambar Alat dan Bahan

Gambar 3.1 Jerigen


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021

Gambar 3.2 Current Meter


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021
Gambar 3.3 Roll Meter
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021

Gambar 3.4 Kertas Whattman


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021

Gambar 3.5 Corong


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021

Gambar 3.6 Cawan Petri


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021

Gambar 3.7 Oven


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021
Gambar 3.8 Erlenmeyer
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021

Gambar 3.9 Timbangan Analitik


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021

Gambar 3.10 Kertas


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021

Gambar 3.11 Bolpoin


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021
Gambar 3.12 Coolbox
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021

Gambar 3.13 Pengaduk


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021

Gambar 3.14 Air Sungai


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021
3.3 Tahapan Pelaksanaan
3.3.1 Pengambilan Sampel Air di Sungai

Alat dan Bahan

1. Disiapkan

DAS

1. Dibagi menjadi 3 segmen dan


diukur luas penampangnya
2. Diukur debit aliran rata-rata
setiap segmen
3. Diambil sampel air sungai
pada setiap segmen (di dasar
dan tengah) menggunakan
botol sampel

Botol Sampel

1. Dipastikan tidak ada


gelembung saat pengambilan
sampel

Coolbox

1. Air sampel disimpan

Hasil

Gambar 3.15 Diagram Alir Cara Kerja Pengambilan Sampel Air di Sungai
Sumber: Data diolah, 2021
3.3.2 Perhitungan Sedimen

Alat dan Bahan

1. Disiapkan

Kertas Saring

1. Diletakkan di cawan porselen


2. Dikeringkanmenggunakan oven
pada suhu 105oC selama 1 jam
3. Dikeringkan di desikator selama
15 menit
4. Ditimbang berat kertas saring
kosong dengan timbangan
analitik

Air Sampel

1. Diambil sebanyak 100 ml


2. Disaring air dengan kertas
saring ke dalam Erlenmeyer dan
dibantu vacuum filter

Kertas Saring

1. Dipindahkan ke cawan porselen


2. Dioven selama 1 jam dengan
suhu 105oC
3. Di desikator selama 15 menit
4. Ditimbang kembali

Kertas Saring

1. Dihitung besar TSS

Hasil

Gambar 3.16 Diagram Alir Cara Kerja Perhitungan Sedimen


Sumber: Data diolah, 2021
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum


1. Debit
a. Segmen I
Vrata-rata : 0,167
Lebar segmen :1,16
Tinggi segmen :0,25
Luas segmen : 0,29
Q =VxA
= 0,167 x 0,29
= 0,048 m3/s

b. Segmen II
Vrata-rata : 0,133
Lebar segmen : 1,16
Tinggi segmen :0,22
Luas segmen : 0,256
Q =VxA
= 0,133 x 0,256
= 0,034 m3/s

c. Segmen II
Vrata-rata : 0,067
Lebar segmen :1,16
Tinggi segmen :0,225
Luas segmen : 0,261
Q =VxA
= 0,067 x 0,261
= 0,017 m3/s

d. Total
Qtotal = Q1 + Q2 + Q3
= 0,048 + 0,034 + 0,017
= 0,099 m3/s
= 99 L/s

2. TSS
a. Segmen I
(𝐴−𝐵)𝑋 1000
TSS = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
(1,19−1,15 )𝑋 1000 ( 1,174−1,136 )𝑋 1000
- Dasar = 100
- Tengah = 100
= 0,4 mg/l = 0,38 mg/l

b. Segmen II
(1,179−1,135)𝑋 1000 (1,175−1,153 )𝑋 1000
- Dasar = 100
- Tengah = 100
= 0,44 mg/l = 0,22 mg/l
c. Segmen III
(1,191−1,163 )𝑋 1000 (1,195−1,154)𝑋 1000
- Dasar = - Tengah = 100
100
= 0,28 mg/l = 0,41 mg/l

d. Cs dasar = ΣTSS dasar


= 0,4 + 0,44 + 0,28
= 1,12 mg/l
e. Cs tengah = ΣTSS dasar
= 0,38+0,22+0,41
= 1,01 mg/l

3. SDR
A sungai = 218,4 m2
SDR = - 0.02 + 0.385 A-0.2
= -0,02 + 0,385 (218,4)-0,2
= 0,111

4. Qs
Qs dasar = Cs dasar x Qtotal Qs tengah = Cs tengah x Qtotal
= 1,12 x 0,099 = 1,01 x 0,099
= 110,88 mg/s = 99,99 mg/s

5. Ms
A sungai = 218,4 m2
𝑄𝑠 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑄𝑠 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ
- Ms dasar = 𝐴
- Ms tengah = 𝐴
0,11088 0,09999
= 218,4
= 218,4
= 5,08 x 10-4 mg/m2/s = 4,58 x 10-4 mg/m2/s

6. E
𝑀𝑠
E = 𝑆𝐷𝑅
𝑀𝑠 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
- E dasar = 𝑆𝐷𝑅
5,07 x 10−4
= 0,111
= 4,577 ton/Ha/tahun
𝑀𝑠 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ
- E tengah =
𝑆𝐷𝑅
4,57 x 10−4
= 0,111
= 4,126 ton/Ha/tahun
4.2 Analisa Hasil Data Hasil Praktikum
Pada pengambilan sampel air di sungai didapatkan data kecepatan dan luas sungai pada tiap
segmen. Pada segmen I didapatkan kecepatan rata-rata aliran sungai adalah 0,167 m/s, lebar
segmen 1,16 m, tinggi segmen sebesar 0,25 m, sehingga didapatkan luas segmennya yaitu 0,29
m2. Melalui data tersebut, didapatkan besar debit melalui rumus Q = V x A, dimana V adalah
kecepatan aliran sungai dan A adalah luas segmen, maka debit pada segmen 1 adalah 0,048
m3/s. Pada segmen II didapatkan kecepatan rata-rata aliran sungai adalah 0,133 m/s, lebar
segmen 1,16 m, tinggi segmen 0,22 m, sehingga didapatkan luas segmennya yaitu 0,256 m2.
Melalui data tersebut, didapatkan besar debit melalui rumus Q = V x A, dimana V adalah
kecepatan aliran sungai dan A adalah luas segmen, maka debit pada segmen II sebesar 0,034
m3/s. Pada segmen III didapatkan kecepatan rata-rata aliran sungai adalah 0,067 m/s, lebar
segmen 1,16 m, tinggi segmen 0,225 m, sehingga didapatkan luas segmennya yaitu 0,261 m2.
Melalui data tersebut, didapatkan besar debit melalui rumus Q = V x A, dimana V adalah
kecepatan aliran sungai dan A adalah luas segmen, maka debit pada segmen III sebesar 0,017
m3/s. Kemudian dihitung total debit dan didapatkan total debit sebesar 0,099 m3/s.
Setelah itu dilakukan perhitungan TSS. Perhitungan TSS dapat dihitung dengan rumus
(𝐴−𝐵) 𝑋 1000
, dimana A adalah berat cawan dan residu sesudah pemanasan, B adalah berat cawan
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
kosong dan kertas saring sesudah pemanasan, dan volume yang digunakan adalah volume
sampel, yaitu 100 ml. Pada segmen I bagian dasar, didapatkan A sebesar 1,19 dan B sebesar
1,15, maka besar TSS pada segmen I bagian dasar adalah 0,4 mg/l. Pada segmen I bagian
tengah, didapatkan A sebesar 1,174 dan B sebesar 1,136, maka besar TSS pada segmen I bagian
tengah adalah 0,38 mg/l. Pada segmen II bagian dasar, didapatkan A sebesar 1,179 dan B
sebesar 1,135, maka besar TSS pada segmen II bagian dasar adalah 0,44 mg/l. Pada semen II
bagian tengah, didapatkan A sebesar 1,175 dan B sebesar 1,153, maka besar TSS pada segmen
II bagian tengah adalah 0,22 mg/l. Pada segmen III bagian dasar, didapatkan A sebesar 1,191
dan B sebesar 1,163, maka besar TSS pada segmen III bagian dasar adalah 0,28 mg/l. Pada
segmen III bagian tengah, didapatkan A sebesar 1,195 dan B sebesar 1,154, maka besar TSS
pada segmen III bagian tengah adalah 0,41 mg/l.
Setelah menghitung kadar TSS, kemudian dihitung konsentrasi sedimen pada bagian dasar
dan tengah. Rumus untuk menghitung konsentrasi sedimen adalah 𝐶𝑠 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ =
∑TSS dasar atau tengah. Melalui rumus tersebut, didapatkan Cs dasar sebesar 1,12 mg/l dan Cs
tengah sebesar 1,01 mg/l. Setelah menghitung konsentrasi sedimen, kemudian menghitung
penghitungan Sediment Delivery Ratio (SDR), diketahui luas sungai (A) sebesar 218,4 m2. Rumus
untuk menghitung SDR adalah SDR = -0,02 + 0,385 A-0,2, sehingga didapatkan besar SDR
sebesar 0,111. Setelah menghitung SDR, dilanjutkan penghitungan debit sedimen dengan rumus
Qs = Cs x Q, dimana Cs adalah konsentrasi sedimen dan Q adalah debit total, sehingga untuk
bagian dasar didapatkan Qs sebesar 110,88 mg/s dan untuk bagian tengah sebesar 99,99 mg/s.
Setelah menghitung debit sedimen, dihitung besar Ms dengan rumus Ms = Qs dasar / A, sehingga
didapatkan besar Ms untuk dasar sungai sebesar 0,508 x 10-4 mg/s dan untuk tengah sungai
sebesar 0,458x 10-4 g/s. Setelah itu menghitung erosi total. Rumus erosi total adalah E = Ms/SDR,
dimana Ms sudah didapatkan pada perhitungan sebelumnya dan begitu juga dengan SDR.
Melalui rumus dan data yang telah diperoleh, didapatkan erosi total dasar sebesar 4,577
ton/ha/tahun dan erosi total bagian tengah sebesar 4,126 ton/ha/tahun.

4.3 Konsentrasi Sedimen


4.3.1 Konsentrasi Sedimen Melayang (Suspended Load)
Konsentrasi sedimen melayang (suspended load) merupakan partikel yang bergerak
dalam pusaran aliran yang cenderung terus menerus melayang bersama aliran dengan ukuran
partikelnya lebih kecil dari 0,1 mm. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran konsentrasi
sedimen melayang di tiga segmen sungai yang telah ditentukan sebelumnya. Pada segmen I
didapatkan kadar TSS melayang sebesar 0,48 mg/l, segmen II didapatkan kadar TSS
melayang sebesar 0,24 mg/l, dan segmen III didapatkan kadar TSS melayang sebesar 0,41
mg/l. Kemudian nilai TSS melayang dari masing-masing segmen diakumulasikan sehingga
mendapatkan kadar TSS melayang pada aliran sungai tersebut sebesar 1,13 mg/l.

4.3.2 Konsentrasi Sedimen Dasar (Bed Load)


Konsentrasi sedimen dasar (bed load) merupakan partikel-partikel kasar yang bergerak
sepanjang dasar sungai secara keseluruhan. Adanya muatan sedimen dasar ditunjukkan oleh
gerakan partikel-partikel di dasar sungai. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran konsentrasi
sedimen dasar di tiga segmen sungai yang telah ditentukan sebelumnya. Pada segmen I
didapatkan kadar TSS dasar sebesar 0,28 mg/l, segmen II didapatkan kadar TSS dasar
sebesar 0,41 mg/l, dan segmen III didapatkan kadar TSS dasar sebesar 0,28 mg/l. Kemudian
nilai TSS dasar dari masing-masing segmen diakumulasikan sehingga mendapatkan kadar
TSS dasar pada aliran sungai tersebut sebesar 1,01 mg/l.

4.4 Faktor Penyebab Terjadinya Sedimentasi


Proses sedimentasi yaitu usaha alam untuk mencapai kesetimbangan, karena perbedaan
ketinggian antara daratan dengan dasar laut adalah sesuatu yang tidak setimbang. proses ini
meliputi pelapukan, transportasi dan pengendapan. Erosi dan sedimentasi disebab kan oleh air
yang mengalami proses pelepasan (detachment), penghanyutan (transportation), dan
pengendapan (deposition) partikel-partikel tanah yang terjadi karena tetesan air hujan yang terus
menerus dan aliran air. Erosi dan sedimentasi menjadi salah satu penyebab utama menurunnya
produktifitas lahan pertanian, menurunnya kualitas air, tercemarnya air karena bahan-bahan kimia
dan berkurangnya kapasitas saluran air dan waduk. dalam praktikum, di lakukan perhitungan SDR
dan debit sedimen. perhitungan SDR di lakukan untuk mengetahui bagaimana erosi total yang
terjadi pada objek sungai yang sudah di tentukan. menurut rumus dan data yang telat di peroleh,
hasil erosi total pada dasar sebesar 4,577 ton/Ha/tahunsedangkan erosi total pada bagian tengah
sebesar 4,126 ton/ha/tahun. dapat di simpulkan bahwa erosi terjadi pada tengah dan dasar sungai
merupakan erosi dalam kategori sangat ringan karena kurang dari 15 ton/ha/tahun.
Pergerakan sedimen dipengaruhi oleh kecepatan arus tergantung pada ukuran sedimen
tersebut jika diameter sedimen yang lebih besar akan tererosi dengan kecepatan arus yang lebih
besar pula. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tergantung pada dua faktor, yaitu
fisika-kimia sedimen dan kondisi dinamika atau gerakan airdisekitarnya. Sedimen diangkut dalam
lapisan aliran air yaitu dasar aliran sebagai muatan dasar (bed load) dan aliran permukaan
sebagai muatan layang (suspended load). Proses sedimentasi dan erosi dipengaruhi oleh faktor–
faktor hidro-oseanografi. Faktor–faktor tersebut diantaranya adalah gelombang, arus, dan pasang
surut. Faktor hidro–oseanografi tersebut dapat menyebabkan proses sedimentasi yang cukup
besar sehingga berdampak pada terjadinya pendangkalan perairan. Proses pendangkalan terjadi
karena adanya sedimen yang mengalami pergerakan secara signifikan, dan tersebar diantara
dasar perairan. Persebaran sedimen yang terjadi dapat diklasifikasikan dalam bentuk pola
sebaran berdasarkan ukuran dan jenis sedimen yang ada di perairan tersebut (Siregar dkk.,
2014).
Menurut Marwadi (2016), sedimentasi merupakan suatu peristiwa masuknya muatan
sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam
lingkungan tersebut. Kasus sedimentasi merupakan masalah yang sering terjadi di daerah pesisir
pantai. Masalah yang ditimbulkan akibat sedimentasi yaitu meluasnya areal lahan, pendangkalan
pelabuhan dan pendangkalan mulut muara. Terjadinya proses sedimentasi pada suatu kawasan
dikarenakan cukup besarnya energi yang ditimbulkan oleh gelombang. Partikel sedimentasi yang
diangkut oleh aliran dengan salahsatu atau kombinasi dari mekanisme pengangkutan yang
terdiri atas penyerapan surface creep, saltasi saltation, suspense suspended. Sedimentasi
dimana partikelnya bergesermelayang dalam air, yang terbawa aliran disebut suspended load
atau muatan melayang.Sedangkan dimana gerakan partikel-partikelnya dalam saluran dengan
cara menggelinding, bergeser dan berlompatan disebut dengan bed load atau muatan dasar.
Distribusi sedimentasi dalam sungai dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti karakteristik tanah,
lereng, dan vegetasi.

4.5 Manfaat Perhitungan Nilai Sediment Delivery Ratio


Menurut Zulfahmi (2016), total jumlah erosi yang terjadi pada sebuah Daerah Aliran Sungai
dikenal sebagai grosserosion. Akan tetapi tidak semua material yang tererosi dari DAS terbawa
ke sungai, tergantung dari kekuatan pengangkutan yang dalam hal ini adalah aliran permukaan.
Jumlah total material yang tererosi yang mampu menyelesaikan perjalanannya sampai ke hilir
(tempat pengamatan atau waduk) dikenal sebagi sediment yield. Besarnya sediment yield yang
dapatdari hasil pengukuran dapat dipergunakan untuk memperkirakan gross erosion yang terjadi
dalam suatu daerah pengaliran ataupun sebaliknya. Sediment Delivery Ratio (SDR) adalah suatu
perbandingan antara sedimen diangkut dengan gross erosion dari daerah pengaliran. Untuk
memperkirakan gross erosion termaksuk rill dan gully erosion secara kuantitatif sukar ditentukan.
Secara umum gross erosion diperkirakan dari Universal Soil Loss Equation (USLE)yang berasal
dari erosi permukaan tanah. Besarnya angka SDR tersebut tergantung dari luasdaerah pengairan,
kemiringan lereng dan faktor-faktor yang mempengaruhi erosi. Untuk suatudaerah pengairan yang
datanya kurang, data dipergunakan perkiraan SDR dari tabel hasil bagi antara sediment yield tiap
tahun dengan luas Daerah Aliran Sungai dikenal sebagai sediment production rate yang
dinyatakan dengan ton/hektar/tahun. Pada penghitungan Sediment Delivery Ratio (SDR), dimana
diketahui luas sungai (A) sebesar 218,4 m2, dan rumus menghitung SDR adalah SDR = -0,02 +
0,385 A-0,2, maka didapatkan besar SDR sebesar 0,111. Nilai SDR diperlukan untuk mengkonversi
besarnya erosi hasil dugaan dari suatu wilayah DAS ke dalam hasil sedimen, sehingga penentuan
nilai tersebut merupakan tahapan kritik yang sangat mempengaruhi keakuratan erosi bersih hasil
dugaan.

4.6 Upaya Pengendalian Sedimentasi


Proses sedimen meliputi proses erosi, angkutan (transport), pengendapan (deposition) dan
pemadatan dari sedimen itu sendiri. Dimulai dari jatuhnya hujan yang menghasilkan energi kinetik
yang merupakan permulaan dari proses erosi. Begitu tanah menjadi partikel halus, lalu
menggelinding bersama aliran, sebagian akan tertinggal diatas tanah sedangkan bagian yang
lainnya masuk ke saluran drainase terbawa aliran menjadi sedimen. Sedimentasi yang terjadi
menyebabkan saluran menjadi dangkal dan kapasitas saluran menjadi berkurangsehingga tidak
dapat menampung lagi debit limpasan yang terjadi. Pengendalian sedimentasi dapat dilakukan
dengan pembuatan kolam endapan sedimen. Di daerah pemukiman, di setiappertemuan saluran-
saluran drainase antara drainase jalan utama dan drainase dari lereng- lereng bukit yang memiliki
laju endapan sedimen yang besar, dibuat kolam endapan sedimen yang digunakan untuk
menampung sedimen agar tidak masuk pada saluran drainase. Erosi sangat berkaitan erat
dengan sedimentasi, dimana nilai sedimen pada suatu perairan memperlihatkan jumlah tanah
yang tererosi pada suatu perairan. Pada pratikum kali ini, masa sedimentasi (MS) yang
didapatkan yaitu pada ms dasar sebesar 5,08 x 10-4 g/s dan nilai ms tengah 4,58 x 10-4 g/s.
(Fitriyah dan Jasin, 2014).
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga
air atau angin. Pada saat pengikisan terjadi, air membawa batuan mengalir ke sungai,danau, dan
akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan pengangkutannya berkurang atau habis, batuan
diendapkan di daerah aliran air. Praktikum ini dilaksanakan bertujuan untuk mahasiswa mampu
menghitung nisbah pelepasan sedimen dari suatu aliran sungai, mahasiswa mampu menghitung
nilai erosi total dari nilai nisbah pelepasan sedimen, serta mahasiswa mampu memahami manfaat
perhitungan sediman terhadap konservasi lingkungan. Konsentrasi sedimen dasar (bed load)
merupakan partikel-partikel kasar yang bergerak sepanjang dasar sungai secara keseluruhan.
Adanya muatan sedimen dasar ditunjukkan oleh gerakan partikel-partikel di dasar sungai. Pada
praktikum ini dilakukan pengukuran konsentrasi sedimen dasar di tiga segmen sungai yang telah
ditentukan sebelumnya. Pada segmen I didapatkan kadar TSS dasar sebesar 0,3 mg/l, segmen
II didapatkan kadar TSS dasar sebesar 0,43 mg/l, dan segmen III didapatkan kadar TSS dasar
sebesar 0,29 mg/l. Kemudian nilai TSS dasar dari masing-masing segmen diakumulasikan
sehingga mendapatkan kadar TSS dasar pada aliran sungai tersebut sebesar 1,02 mg/l.
Konsentrasi sedimen melayang (suspended load) merupakan partikel yang bergerak dalam
pusaran aliran yang cenderung terus menerus melayang bersama aliran dengan ukuran
partikelnya lebih kecil dari 0,1 mm. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran konsentrasi sedimen
melayang di tiga segmen sungai yang telah ditentukan sebelumnya. Pada segmen I didapatkan
kadar TSS melayang sebesar 0,48 mg/l, segmen II didapatkan kadar TSS melayang sebesar 0,24
mg/l, dan segmen III didapatkan kadar TSS melayang sebesar 0,41 mg/l. Kemudian nilai TSS
melayang dari masing-masing segmen diakumulasikan sehingga mendapatkan kadar TSS
melayang pada aliran sungai tersebut sebesar 1,13 mg/l.

5.2 Saran
Pada praktikum kali ini pelaksanaannya telah berjalan dengan lancar dan kondusif meskipun
dilaksanakan secara online. Penyampaian materi oleh asisten cukup jelas dan mudah dipahami.
Semoga kedepannya praktikum kali ini dapat dilaksanakan secara tatap muka agar dapat lebih
paham mengenai praktikum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah dan Nuralim. 2020. Studi Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap
Peningkatan Sedimen di DAS Pangkajene (Studi Kasus). Skripsi. Jurusan Teknik Pengairan,
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Irfan dan Basir. 2020. Dampak Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Erosi dan Angkutan
Sedimen di Sub DAS Jenelata Kab. Gowa. Skripsi. Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Karlina RE. 2020. Analisis Erosi dan Sedimentasi di Sub DAS Pengga Kecamatan Praya Barat.
Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah
Mataram.
Maulana MR. 2019. Analisis Laju Sedimentasi dan Karakteristik Sedimen Pasca Banjir Bandang
Di Sub DAS Jenelata Kab. Gowa. Skripsi. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Meirdiansyah dan Satrio S. 2014. Karakteristik Campuran Laston AC-BC dengan Penggunaan
Batu Kapur Daerah Batu Raja Sebagai Filler dengan Metode Marshal Test. Skripsi. Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Politeknik Negeri Sriwijaya.
Sari AN. 2017. Analisis Substrat di Ekosistem Kampung Nipah Desa Sei Nagalawan Serdang
Bedagai Sumatera Utara. Skripsi.Jurusan Biologi, Fakultas Biologi, Universitas Medan Area.
Sasmita SS, Yusman, Usmardi. 2021. Rancang Bangun Sistem Monitoring Level Air dan Tinggi
Sedimentasi Pada Saluran Irigasi Berbasis Internet of Things. Jurnal Listrik Telekomunikasi
Elektronika 18(1): 34-39.
Sumarni, Suhaili Asmawi, Abdur R. 2014. Pendekatan Metode Sediment Delivery Ratio Untuk
Mengetahui Tingkat Kekritisan Beberapa Sub DAS di Kalimantan Selatan dan Hubungannya
dengan Kesesuaian Perikanan. Jurnal Fish Scientiae 4(8): 121-122.
Wahyudin S, Fatchan N, Karlina. 2020. Analisis Potensi Sedimentasi Embung Bekas Lahan
Galian Tambang Batubara. Prosiding Webinar Nasional Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yunita D. 2018. Analisis Transpor Sedimen Di Pulau Anakan, Muara Banyuasin, Provinsi
Sumatera Selatan. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.
Zulfikar D. 2017. Analisis Erosi Dan Sedimentasi Kali Jragung. Skripsi. Fakultas Teknik Jurusan
Sipil, Univeritas Semarang.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Fitriyah FN, Fuad HM. 2014. Penanganan Masalah Erosi dan Sedimentasi di Kawasan
Kelurahan Perkamil. Jurnal Sipil Statik 2(4): 173-181
Mawardi. 2016. Inovasi Mengatasi Pendangkalan Pada Pelabuhan Tapak Paderi Kota
Bengkulu. Jurnal Inersia 8(1): 39-49
Siregar CR, Gentur H, Azis R. 2014. Studi Pengaruh Faktor Arus dan Gelombang Terhadap
Sebaran Sedimen Dasar di Perairan Pelabuhan Kaliwungu Kendal. Jurnal Oseanografi
3(3): 338-346
Zulfahmi. 2016. Analisis Dampak Sedimentasi Sungai Tallo Terhadap Kerawanan Banjir di Kota
Makassar. Skripsi. Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Sains dan
Teknologi, UIN Alauddin Makassar
LAMPIRAN
LAMPIRAN TAMBAHAN

Anda mungkin juga menyukai