Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENYEDIAAN AIR BERSIH


Uji Coba Pengendapan
DISUSUN OLEH :

NAMA : BRAHMANTYA ARYASENA S.

NIM : 185100907111001

KELOMPOK : M5

ASISTEN :

Rois Kurniawan M. Nashrul Umam


Arinda Fitriansyah Rizky Wulandari
Aulia Rahmah Vania Rosalini G.
Ayu Ramadhona L. Zahwa Fakhrunaz
Fariska Vera Imanda

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sedimentasi dapat didefinisikan sebagai pengangkutan, melayangnya (suspensi) atau
mengendapnya material fragmentasi oleh air. Sedimentasi merupakan akibat adanya erosi,
dan memberi banyak dampak di sungai, saluran, waduk, bendungan atau pintu-pintu air, dan
di sepanjang sungai. Sedimentasi merupakan proses terakhir dalam aktivitas tenaga
eksogen yang meliputi pelapukan, erosi, dan masswasting. Proses ini dapat terjadi di
daratan, danau, sekitar sungai ataupun dipantai. Pengendapan batuan atau tanah terjadi jika
zat yang mengangkatnya mengalami penurunan kecepatan gerak atau bahkan berhenti
sama sekali.
Sedimentasi terjadi apabila banyaknya sedimen yang terangkut lebih besar dari pada
kapasitas sedimen yang ada. Sungai selalu berubah-ubah baik bentuk, aliran, pengangkutan
sedimen dan kekasaran dasar sungai, hal ini disebabkan karena faktor sifat-sifat aliran air,
sifat-sifat sedimen, dan pengaruh timbal balik.
Sedimentasi merupakan salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan cairan
(slurry) menjadi cairan bening dan slurry yang memiliki konsentrasi tinggi dengan
menggunakan gaya gravitasi. Proses sedimentasi berperan penting dalam berbagai proses
industri, misalnya pada proses pemurnian air limbah, pengolahan air sungai, pengendapan
partikel padatan pada bahan makanan cair, pengendapan kristal dari larutan induk,
pengendapan partikel terendap pada industri minuman beralkohol, dan lainlain. Ketika suatu
partikel padatan berada pada jarak yang cukup jauh dari dinding atau partikel padatan
lainnya, kecepatan jatuhnya tidak dipengaruhi oleh gesekan dinding maupun dengan
partikel lainnya, peristiwa ini disebut free settling.

1.2 Tujuan Praktikum


a) Mahasiswa mampu untuk memahami proses sedimentasi partikel pada air sungai
b) Mahasiswa mampu mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi sedimentasi
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Pengendapan


Sedimentasi atau pengendapan adalah pemisahan bagian padat dengan
memanfaatkan gaya gravitasi sehingga bagian yang padat berada di dasar kolam
pengendapan, sedangkan air murni pada bagian atas kolam pengendapan. Sedimen yang
dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa oleh aliran air akan diendapkan pada suatu tempat
yang kecepatan airnya melambat atau terhenti. Peristiwa pengendapan ini dikenal dengan
peristiwa atau proses sedimentasi, yaitu proses yang bertanggungjawab atas terbentuknya
dataran-dataran alluvial yang luas dan banyak terdapat di dunia, merupakan suatu
keuntungan oleh karena dapat memberikan lahan untuk perluasan pertanian atau
permukiman (Binilang, 2013).
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan padatan dalam cairan karena
adanya gaya gravitasi. Ketika suatu partikel padatan berada pada jarak yang cukup jauh dari
dinding atau partikel padatan lainnya kecepatan jatuhnya tidak dipengaruhi oleh gesekan
dinding maupun dengan partikel lainnya, peristiwa ini disebut free settling. Terdapat dua cara
sedimentasi disungai, yaitu konsentrasi sedimen tersuspensi, atau kekeruhan; dan
diendapkan sedimen, atau sedimentasi di dasar sungai (Hedrick, 2013).

2.2 Prinsip Kerja Pengendapan


Kandungan ion Ca2+ ataupun Mg2+ dalam air ini dikatakan air sadah. Tingkat
besarnya ion yang terlarut dalam air dikatakan sebagai tingkat kesadahan. Semakin besar
tingkat kesadahan suatu air, maka kualitas dari air ini buruk. Ion ini akan mengendap yang
nantinya akan menyumbat dalam saluran pembuangan manusia maupun alatalat penunjang
kebutuhan seharihari. Pengendapan kapur dalam tubuh dapat terjadi jika terlalu banyak
mengkonsumsi air dengan kadar kapur tinggi. Pengendapan tersebut bisa berakibat
gangguan kesehatan berupa batu ginjal ataupun berbagai penyakit yang lain (Martani,
2014).
Karaginan dapat dipisahkan dari filtratnya dengan cara pembekuan atau cara
presipitasi oleh alkohol. Akan tetapi pengendapan dengan alkohol dibutuhkan biaya yang
sangat mahal selain itu kualitas karaginan yang dihasilkan masih rendah, sehingga
digunakan KCl untuk meminimalkannya. Dengan larutan pengendap KCl diperoleh hasil
rendemen sebesar 31,77%, viskositas 145,00 cP, kadar air 9,73%, dan kadar abu 29,59%,
sementara Lestari (2004) mendapatkan rendemen sebesar 54,78%. Dari paparan diatas,
peneliti akan melakukan isolasi rumput laut merah jenis Eucheuma cottonii menjadi
karaginan dengan metode pengendapan menggunakan larutan garam alkali yaitu KCl, NaCl
dan CaCl2 (Rifansyah, 2016).
Proses pengendapan merupakan pembentukan padatan ke dalam larutan selama
reaksi kimia atau difusi dalam padatan. Bila reaksi terjadi dalam fase cair, zat padat yang
terbentuk disebut endapan. Reaksi pengendapan dapat digunakan untuk membentuk
pigmen, menghilangkan garam pengolahan air, dan dalam analisis anorganik kualitatif klasik.
Pengendapan juga berguna untuk mengisolasi produk reaksi selama hasil pemeriksaan.
Secara umum pengendapan dapat mengubah saluran yang sangat tidak beraturan menjadi
cukup beraturan dan memperkecilnya (Triyadhi, 2017).
2.3 Proses Sedimentasi Pada Air Sungai
Pada umumnya muara sungai mengalami proses sedimentasi, dimana logam yang
sukar larut mengalami proses pengenceran yang berada di kolom air lama kelamaan akan
turun ke dasar dan mengendap dalam sedimen. Kadar logam yang cukup tinggi dapat dilihat
dari nilai pH yang relatif bersifat basa (pH = 7,40-8,59 %o) di lokasi tempat logam tersebut
sukar larut dan mengendap ke dasar perairan. Kadar logam berat dalam sedimen lebih
rendah, namun perbedaannya tidak begitu signifikan (Rochyatun, 2010).
Sedimen adalah hasil proses erosi baik berupa erosi permukaan, erosi parit atau
jenis tanah lainnya. Proses sedimentasi pada aliran sungai merupakan kelanjutan dari
proses erosi yang terjadi pada penggunaan lahan yang terdapat di sekitar daerah tangkapan
sungai tersebut. Oleh karena itu jika proses erosi pada penggunaan lahan di suatu DAS
dapat ditekan mendekati nilai erosi yang diperbolehkan, dampaknya secara langsung akan
mengurangi sedimentasi pada aliran sungai (Junaidi, 2011).
Proses sedimentasi pada suatu sungai meliputi proses erosi, transportasi,
pengendapan dan pemadatan dari sedimentasi itu sendiri. Sungai Mansahan ini merupakan
sungai alluvial yang terdiri dari material–material lepas (pasir, kerikil, batu dan lain–lain).
Pada siklus hidrologi menggambarkan fenomena alam yang menghubungkan erosi,
sedimentasi dan limpasan, terjadinya erosi tergantung dari beberapa faktor yaitu karakteristik
hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup dan kemampuan tanah untuk menyerap dan
melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal, dampak dari erosi tanah dapat menyebabkan
sedimentasi di sungai sehingga dapat mengurangi daya tampung sungai, dengan
berkurangnya daya tampung sungai apabila ada aliran air yang cukup besar akan
menyebabkan banjir (Sudira, 2013).

2.4 Klasifikasi Sedimentasi


Sedimen ialah bahan yang terhasil daripada proses luluhawa dan hakisan batuan
yang biasanya diangkut oleh agen angin, air dan ais serta diendapkan secara berlapis
Sedimen terampai biasanya mempunyai bahan koloid yang bersaiz mikro memerlukan
hanya halaju sungai yang rendah untuk mengangkut dari satu titik ke satu titik. Manakala
beban dasar sedimen merupakan beban yang bergaris pusat antara 0.2 mm hingga ke 2
mm, bergantung kepada struktur asas batuan dan tanih di sekitar kawasan tersebut .
Struktur sedimen pula merupakan struktur yang terbentuk semasa pengenapan atau sejurus
selepas bahan sedimen itu dienapkan serta sebelum sedimen termampat (Ata, 2016).
Klasifikasi sedimen juga dapat dilakukan berdasarkan kecepatan pengendapannya.
Analisa ini dapat dilakukan dengan metode gravimetric, dan dilakukan pada jenis sedimen
yang lebih halus. Hasil analisa sedimen berdasarkan skala Wenworth menunjukkan bahwa
contoh sedimen permukaan dasar di lokasi penelitian berupa jenis Clay dan Sandy clay.
Kedua jenis sedimen ini relatif halus, sehingga dengan kondisi arus dan gelombang yang
relatif kecil, akan memungkinkan untuk memindahkan sedimen permukaan dasar pada
daerah yang relatif luas (Siswanto, 2011).
Klasifikasi ukuran butiran bisa menurut AGU atau American Geophysical Union. Batu
besar atau boulders dan krakal atau cobbles dapat diukur tersendiri, kerikil atau gravel dapat
diukur tersendiri atau dengan ayakan dan pasir diukur dengan ayakan. Untuk klasifikasi
sedimen berdasarkan ukuran butir kerakal dengan diameter lebih besar dari 0.64 mm,
kemudian kerikil 4-64 mm, gravel 2-4 mm, pasir sangat kasar 1-2 mm, pasir kasar 0.5-1 mm,
pasir sedang 0.25-0.5 mm, pasir halus 0.125-0.25 mm, pasir sangat halus 0.0625-0.125 mm,
lanau 0.0039-0.0625 mm, dan lempung kurang dari 0.0039 mm (Hambali, 2016).
2.5 Metode Prediksi Laju Sedimentasi
konsentrasi sedimen tersuspensi pada permukaan, dimana konsentrasi sedimen
tersuspensi yang tertinggi terdapat pada musim kemarau dan saat kondisi pasang menuju
surut. Prediksi laju sedimentasi yang terjadi pada tampungan bendungan dilakukan dengan
metode perhitungan analitik angkutan sedimen yang telah ada, dan untuk mempermudah
dalam menggambarkan profil muka air dan sedimentasi yang terjadi pada bendungan maka
digunakan software HEC-RAS. Program HEC-RAS merupakan salah satu program
pemodelan analisis hidrolika aliran pada saluran maupun sungai yang memiliki empat
perhitungan hidrolika satu dimensi dimana salah satunya adalah hitungan transpor sedimen
(Shiami, 2017).
Prediksi laju sedimentasi (sedimentation rate) diperlukan sebagai dasar perencanaan
bangunan hidraulik sungai, pengelolaan scouring dan beberapa masalah lainnya di sungai.
Pada umumnya prediks kecepatan sedimentasi dapat didasarkan pada karakteristik sedimen
yang terdiri dari ukuran (size), bentuk (shape), berat volume (specific weigh) dan berat jenis
(sepecific gravity) serta kecepatan jatuh (fall velocity). Dengan mengidentifikasi variabel-
variabel karakteristik sedimen, maka laju sedimentasi di sungai (pada titik tinjauan) dapat
diperkirakan (Hambali, 2016).

2.6 Fungsi Dan Cara Kerja Kerucut Imhoff


Analisis parameter dari hasil biokoagulan dan penentuan dosis optimum, Dilakukan
percobaan Jar Test. Setelah melewati proses jartes selajutnya adalah analisis volume flok/
lumpur yang terbentuk pada imhoff cone atau kerucut imhoff setelah melalui proses
koagulasi dan flokulasi menggunakan jartest dengan tambahan biokoagulan kitosan terlihat
bahwa terjadi pemisahan flok/lumpur dengan limbah cair tenun sarung samarinda dengan
indikator pengamatan fisik yaitu penurunan kepekatan warna yang diikuti dengan
terbentuknya flok/ lumpur pada dasar kerucut imhoff yang volumenya berkurang (semakin
padat) bersamaan dengan lamanya waktu pengamatan, berikut ini adalah grafik peningkatan
volume flok berdasarkan dosis (Busyairi, 2014).
Kerucut terbalik (imhoff cone) adalah wadah yang digunakan untuk mengendapkan
jumlah padatan tersuspensi dalam waktu tertentu.Terbuat dari bahan kaca atau plastic
transparan.Bahan terlarut yang disaring berupa senyawa kimia dengan skala ukuran mikro
SVI (sludge volume index)  merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan pengendapan solid. Analisis SVI dilakukan dengan cara mengendapkan 1 liter
air limbah yang berasal dari tangki aerasi selama 30 menit di dalam kerucut imhoff. Volume
lumpur yang dapat mengendap kemudian diukur dan nilai SVI-nya dihitung menggunakan
rumus:Nilai SVI > 150 biasanya perlu perhatian khusus (Agustin, 2015).

2.7 Fungsi Pengendapan Dalam Upaya Penyediaan Air Bersih


Sistem pengendapan sedimen atau flokulan dengan aliran vertikal keatas dalam bak
atau tangki, untuk mendapatkan kecepatan aliran lebih tinggi di bandingkan dengan
kecepatan aliran pada sistim pengendapan di atas dengan maksud pertimbangan ekonomis
terkait dengan dimensi bak atau tank maka reynold me-ngusulkan sistim settling dibantu
dengan sistim settler yaitu lembaran pelat yang di pasang paralel dalam seluas bak
sedimentasi dengan kemiringan tertentu. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat
disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Selanjutnya dalam penelitian ini
kami menggunakan sistim sedimentasi dengan metoda tube settler (Syahril, 2010).
Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut.
Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan
warna). Pengelolaan air secara fisika yaitu tahap penyaringan dengan cara yang efisien dan
mudah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar biasanya dengan
menggunakan sand filter dengan ukuran silika yang disesuaikan dengan bahan-bahan
tersuspensi yang akan disaring. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air
sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar
kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya (Fatoni, 2016).
Dari standar kuantitas air bersih dapat dilihat adanya unsur-unsur yang tercantum dalam
standar kuantitas dari air bersih. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan R.I No. 01/Birhuk-
mas/1975 tercantum sebanyak 26 macam unsur standar. Beberapa di antara unsur-unsur
tersebut tidak dikehendaki kehadirannya pada air bersih, oleh karena merupakan zat kimia
yang bersifat racun, dapat merusak perpipaan, ataupun karena sebagai penyebab bau/rasa
yang akan menganggu aesthetika. Semua makhluk hidup memerlukan air, karena air
merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Khususnya manusia, air diperlukan untuk
berbagai keperluan, antara lain rumah tangga, industri, pertanian dan sebagainya. Dalam
memenuhi kebutuhan air, selain kuantitas dan kualitas air manusia juga selalu
memperhatikan kontinuitas air (Astuti, 2014).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat Dan Bahan Yang Digunakan Beserta Fungsi


a) Air sungai : sebagai bahan perlakuan
b) Kerucut imhoff : sebagai alat uji coba pengendapan
c) Penyangga : alat untuk menyangga kerucut
d) Stopwatch : untuk menghitung waktu perlakuan
e) Jerigen : sebagai tempat menampung air sungai
f) Gelas ukur : untuk mengukur volume air sungai yang akan digunakan
g) Tawas : sebagai koagulan
h) Pengaduk : sebagai alat untuk mengaduk
i) Pipet volume dan bulb : untuk mengambil koagulan dengan volume tertentu.

3.2 Cara Kerja

Alat dan Bahan

Disiapkan

Air sungai

Diambil sebanyak 1000 mL ke dalam gelas beaker

Koagulan

- Diambil sebanyak 20 mL
- Dimasukkan ke dalam air sampel
- Diaduk cepat selama 1 menit dan diaduk lambat
selama 10 menit

Air Sampel

Dituang ke dalam kerucut imhoff

Kerucut Imhoff

Diamati volume flok yang mengendap pada 10 menit


pertama setiap 1 menit dan pada 60 menit
selanjutnya diamati setiap 10 menit

Hasil
3.3 Gambar Alat Dan Bahan
No. Nama Gambar

1 Air sungai

2 Kerucut imhoff

3 Penyangga

4 Stopwatch

5 Jerigen

6 Gelas ukur
7 Tawas

8 Pengaduk

Pipet Volume dan


9
Bulb

Tabel 3.1 Gambar Alat Dan Bahan


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum (data asisten)


A. DHP
Menit ke V flok (mL) V endap (mL/menit)
1 7 7,00
2 8,5 4,25
3 9 3,00
4 9,1 2,28
5 9,1 1,82
6 8,5 1,42
7 8,3 1,19
8 7,8 0,98
9 7,9 0,88
10 7,9 0,79
20 7,5 0,38
30 7,2 0,24
40 7 0,18
50 7 0,14
60 6,8 0,11

Tabel 4.1 Data Hasil Praktikum

B. Perhitungan:
V Endap = V flok / waktu
7 mL
V Endap = = 7, 00 mL/menit
1menit

8,5 mL
V Endap = = 4,25 mL/menit
2menit

9 mL
V Endap = = 3 mL/menit
3 menit

9,1 mL
V Endap = = 2,28 mL/menit
4 menit

9,1 mL
V Endap = = 1,82 mL/menit
5 menit

8,5 mL
V Endap = = 1,42 mL/menit
6 menit

8,3 mL
V Endap = = 1,19 mL/menit
7 menit

7,8 mL
V Endap = = 0,98 mL/menit
8 menit
7,9 mL
V Endap = = 0,88 mL/menit
9 menit

7,9 mL
V Endap = = 0,79mL/menit
10 menit

7,5 mL
V Endap = = 0,38mL/menit
20 menit

7,2 mL
V Endap = = 0,24mL/menit
30 menit

7 mL
V Endap = = 0,18mL/menit
40 menit

7 mL
V Endap = = 0,14mL/menit
50 menit

6,8 mL
V Endap = = 0,11mL/menit
60 menit

Diketahui:
V Endap : kec.pengendapan (ml/menit)
V flok : volume endap (ml)

4 2 Analisa Data Hasil Praktikum


Setelah dilakukannya praktikum uji pengendapan, didapatkan hasil pada tabel 4.1 di
atas. Didapatkan data V flok dan V pengendapan pada setiap menit yang telah ditentukan.
Dari data diatas pada hasil V flok (mL), pada menit pertama hingga menit ke lima terjadi
kenaikan yang stabil, akan tetapi pada menit ke enam hingga menit enam puluh terjadi
penurunan yang signifikan hingga menyentuh angka 6,8 mL pada menit ke-60. Hal ini terjadi
diakarenakan flok-flok yang sudah mengendap di dasar imhoff semakin memadat sehingga
tidak dapat terjadi peningkatan V flok. Sedangkan Pada data V endap (mL/menit), dari menit
pertama hingga menit enam puluh terjadi penurunan yang cukup drastis, dari data menit
awal sebesar 7,00 mL/menit menurun hingga 0,11 pada menit ke enam puluh. Hal ini dapat
terjadi karena partikel dengan massa yang cukup besar sudah turun dan mengendap, dan
yang tersisa hanya sisa partikel dengan massa ringan.

4.3 Analisa Data Hasil Perhitungan


Pada data hasil Praktikum diatas, setelah mendapatkan nilai V flok, langkah selanjutnya
mencari nilai V endapan pada setiap menit yang telah ditentukan. Untuk menentukan volume
Vflok
endapan dilakukan perhitungan “V endapan” dengan rumus Vendapan ¿ . V endapan
waktu
dari menit pertama hingga menit enam puluh berturut-turut yaitu 7,00; 4,25; 3; 2,28; 1,82;
1,42; 1,19; 0,98; 0,88; 0,79; 0,38; 0,24; 0,18; 0,14; dan 0,11 mL/menit. Untuk hasil
perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.1 dan data hasil perhitungan diatas. Dapat
diperhatikan bahwa setiap menitnya terjadi penurunan dari nilai V endapan tersebut, hal ini
dikarenakan partikel dengan massa yang cukup besar sudah turun dan mengendap.
Berdasarkan hasil tersebut didapat kesimpulan bahwa volume pengendapan pada setiap
menitnya menurun dengan laju pengendapannya yang dipengaruhi oleh waktu optimum
partikel mengendap.
4.4 Analisa Grafik
4.4. 1 Grafik Hubungan Waktu Dengan Volume Flok

Hubungan Waktu dengan Volume Pengendapan


10
9
8
Volume Pengendapan

7
6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 30 40 50 60
Waktu Pengendapan

Grafik 4.1 Hubungan Waktu Dengan Volume Flok

Berdasarkan Hasil dari praktikum, didapatkan data hasil pengamatan antara Volume
flok dengan waktu pengamatan. Dapat diketahui bahwa dari hasil besar volume flok dan
hasil perhitungan didapatkan besar volume pengendapan. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan dari grafik yang tergambar diatas, bahwa pada menit pertama hingga menit ke
lima grafik cenderung naik, sedangkan pada menit ke enam hingga ke enam puluh grafik
cenderung menurun. Dapat disimpulkan bahwa hubungan besar Vflok dengan waktu, yaitu
berbanding lurus, akan tetapi setelah melewati waktu optimum maka dapat terjadi penurunan
yang stabil dari volume flok tersebut.

4.4. 2 Grafik Hubungan Waktu Dengan Kecepatan Pengendapan

Hubungan Waktu dengan Kecepatan Pengendapan


8.00
7.00
Kecepatan Pengendapan

6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 30 40 50 60
Waktu Pengendapan

Grafik 4.2 Hubungan Waktu Dengan Kecepatan Pengendapan


Berdasarkan Hasil dari praktikum, didapatkan data hasil pengamatan antara kecepatan
pengendapan dengan waktu pengamatan. Dapat dilihat bahwa grafik tersebut mengalami
penurunan dari menit pertama hingga akhir. Dapat disimpulkan berdasarkan grafik tersebut
terlihat bahwa hubungan besar Vendap dengan waktu, yaitu berbanding terbalik. Hal ini
dapat terjadi karena partikel dengan massa yang cukup besar sudah turun dan mengendap,
dan yang tersisa hanya sisa partikel dengan massa ringan.

4.5 Pembahasan
4.5.1 Hubungan Waktu Dengan Flok Yang Mengendap Dibandingkan Dengan Literatur
Reaksi yang berlangsung untuk memisahkan warna dengan proses koagulasi sangat
tergantung pada pembentukan endapan dari kombinasi zat organik terlarut dan koagulan,
sehingga terdapat hubungan antara intensitas warna dan dosis koagulan yang diperlukan
untuk pemisahan warna. Hasil pengukuran waktu pengendapan flok untuk menentukan dosis
optimum Poly alumunium chloride (PAC). Waktu pengendapan yang paling cepat terjadi
pada dosis PAC 15.000 ppm dengan waktu 15 menit. Dosis 15.000 ppm merupakan dosis
optimum PAC yang digunakan untuk pengolahan air limbah di dalam penelitian ini (Hartati,
2011).
Hal ini sesuai dengan literatur, Bahwa pada praktikum yang telah dilakukan didapatkan
hubungan antara waktu pengendapan dengan Vflok. Hubungan tersebut didapatkan dari
hasil peningkatan dan penurunan jumlah Vflok. Semakin lama waktu yang berjalan, maka
semakin menurun besar Vfloknya. Hal ini disebabkan karena partikel dengan massa berat
sudah tidak mengalami penurunan endapan jadi sangat tidak mempengaruhi angka volume.

4.5.2 Hubungan Waktu Dengan Kecepatan Pengendapan Dibandingkan Dengan


Literatur
Hubungan waktu dengan kecepatan pengendapan adalah fluktuatif. Dimana
kecepatan pengendapan juga mengalami kenaikan dan penurunan. Berdasarkan hasil
percobaan mengindikasikan bahwa limbah outlet flokulator bukan partikel-partikel padat
yang berdiri sendiri atau tersebar. Karena laju pengendapan cepat adalah pada waktu air
sungai yang sudah diberi koagulan dituangkan pada kerucut imhoff pada menit pertama,
sehingga zat tersuspensi jatuh ke dasar dengan cepat (Haryati, 2010).
Praktikum yang telah dilakukan pada materi uji coba pengendapan didapatkan data
tentang hubungan waktu dengan kecepatan pengendapan. Praktikum tersebut didapatkan
hasil peningkatan dan penurunan jumlah kecepatan endapan. Dapat disimpulkan
berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa hubungan besar Vendap dengan waktu, yaitu
berbanding terbalik. Hal ini dapat terjadi karena partikel dengan massa yang cukup besar
sudah turun dan mengendap, dan yang tersisa hanya sisa partikel dengan massa ringan.

4.6 Aplikasi Uji Pengendapan Dalam Teknik Pengolahan Air Bersih


Kualitas air baku semakin hari semakin menurun, sehingga diperlukan suatu
pengolahan untuk mendapatkan air bersih. Salah satu proses alami yang bisa dilakukan
adalah proses koagulasi-flokulasi dengan biji kelor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
kondisi operasi yang tepat dalam mengoptimalkan kinerja biji kelor dalam menurunkan pH,
turbiditas (kekeruhan) dan warna air (Syahril, 2010).
Tujuan dari uji pengendapan ini adalah untuk mempelajari laju pengendapan lumpur
terhadap konsentrasi partikel padat awal, tinggi kolam, dan waktu pengendapan. Hasil dari
penelitian ini diharapkan mampu mendapatkan karakteristik pengendapan dan variabel-
variabel yang mempegaruhi efisiensi pengendapannya sehingga dapat meminimalkan debit
aliran lumpur ke dalam kolam limbah (biologi). Hasil tersebut dapat memberikan manfaat
dalam perancangan kolam pengendapan khusus untuk peristiwa pengendapan yang sejenis
(Haryati, 2010).

4. 7 Fungsi Gaya Gravitasi Dan Sentrifugal Dalam Sedimentasi Pada Kerucut Imhoff
Partikel yang mengendap dalam air karena adanya gaya gravitasi akan mengalami
percepatan sampai gaya dari tahanan dapat mengimbangi gaya gravitasi. Setelah terjadi
kesetimbangan partikel akan terus mengendap pada kecepatan kostan yang dikenal sebagai
kecepatan akhir atau kecepatan pengendapan bebas. Gaya ini bisa dilihat pada saat terjadi
endapan atau mulai turunya pertikel padatan menuju kedasar tabung untuk membentuk
endapan (Agustin, 2015).
Partikel di dalam suatu fluida tertentu, mengendap di bawah pengaruh gaya gravitasi
pada laju maksimum tertentu. Untuk meningkatkan laju dari suatu pengendapan tertentu,
maka gaya gravitasi yang bekerja pada suatu partikel itu, akan dapat digantikan dengan
gaya sentrifugal yang lebih kuat. Gaya sentrifugal juga bermanfaat untuk pemisahan secara
pengendapan dan penyaringan (Ata, 2016).

4.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktikum Dibandingkan Dengan Literatur


Dari Praktikum yang telah dilakukan didapatkan data hasil praktikum. Terdapat
beberapa hal yang mempengaruhi praktikum yaitu human error. faktor kesalahan human
error ini termasuk pada saat pembacaan grafik, perhitungan V flok dan V endapan,
penentuan skala kerucut Imhoff, dan saat pengadukan koagulan. Maupun saat pemasukan
koagulan tidak tepat sat pemberian dosis. Hal ini berbanding lurus dengan sitasi yang
didapat, Bahwa Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam
pengukuran, antara lain kesalahan dalam melihat pembacaan angka, adapun ketidaktelitian
praktikan saat menggunakan alat ukur yang digunakan. Kesalahan lain yang menyebabkan
hasil tidak akurat yaitu keadaan alat ukur yang akan digunakan sedikit rusak atau dalam
keadaan kurang baik jika digunakan (Shiami, 2017).
BAB 5
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Sedimentasi atau pengendapan adalah pemisahan bagian padat dengan
memanfaatkan gaya gravitasi sehingga bagian yang padat berada di dasar kolam
pengendapan, sedangkan air murni pada bagian atas kolam pengendapan. Sedimen yang
dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa oleh aliran air akan diendapkan pada suatu tempat
yang kecepatan airnya melambat atau terhenti. Faktor yang mempengaruhi sedimentasi
yaitu: konsentrasi, ukuran partikel, dan jenis partikel. Semakin besar konsentrasi maka
semakin banyak partikel dalam suatu suspense yang menyebabkan bertambahnya gaya
gesek antar partikel.
Hubungan besar Vflok dengan waktu, yaitu berbanding lurus, akan tetapi setelah
melewati waktu optimum maka dapat terjadi penurunan yang stabil dari volume flok tersebut.
Hubungan besar Vendap dengan waktu, yaitu berbanding terbalik. Hal ini dapat terjadi
karena partikel dengan massa yang cukup besar sudah turun dan mengendap, dan yang
tersisa hanya sisa partikel dengan massa ringan. hubungan besar Vendap dengan waktu,
yaitu berbanding terbalik. Hal ini dapat terjadi karena partikel dengan massa yang cukup
besar sudah turun dan mengendap, dan yang tersisa hanya sisa partikel dengan massa
ringan.
Klasifikasi sedimen juga dapat dilakukan berdasarkan kecepatan pengendapannya.
Analisa ini dapat dilakukan dengan metode gravimetric, dan dilakukan pada jenis sedimen
yang lebih halus. Hasil analisa sedimen berdasarkan skala Wenworth menunjukkan bahwa
contoh sedimen permukaan dasar di lokasi penelitian berupa jenis Clay dan Sandy clay.
Kedua jenis sedimen ini relatif halus, sehingga dengan kondisi arus dan gelombang yang
relatif kecil, akan memungkinkan untuk memindahkan sedimen permukaan dasar pada
daerah yang relatif luas

5.2 saran
Disarankan kepada praktikan untuk memahami materi dan diharapkan asisten
praktikum untuk lebih memahami materi yang dibawakan, dan menjelaskan dengan perlahan
karena internet saya lambat dan patah-patah saat dilakukan proses belajar mengajar.
Terimakasih kepada asisten praktikum yang sudah bersusah payah mau membimbing kami
di praktikum TPAB, semoga semua kegiatan dilancarkan dan dipermudah.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Fitry Triyani. 2015. Pengaruh Viskositas Air Laut Terhadap Kecepatan Endap
Partikel. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Astuti, Novitri.2014. Penyediaan Air Bersih Oleh Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam)
Kota Sangatta Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Teknik. Vol 3(2): 678-689.
Ata,Frankie Marcus.2016. Klasifikasi Sedimen Menggunakan Teknik Envirometrik: Satu
Kajian Kes Di Sungai Pahang, Malaysia. Jurnal Sains. Vol 20(5): 1171-1180.
Binilang,Marizca Monica.2013. Analisis Erosi Dan Sedimentasi Lahan Di Sub Das
Panasen Kabupaten Minahasa. Jurnal Sipil.Vol 1(5):309-317.
Busyairi,Muhammad.2014. Pengolahan Limbah Cair Dengan Parameter Total
Suspended Solid (Tss) Dan Warna Menggunakan Biokoagulan (Limbah
Cangkang Kepiting). Jurnal Teknik Lingkungan. Vol1(1).
Fatoni, Tahrirul. 2016. Analisis Kualitas Air dengan Menggunakan Metode Filtrasi
Karbon Aktif. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Hambali, Roby. 2016. Studi Karakteristik Sedimen dan Laju Sedimentasi Sungai
Daeng- Kabupaten Bangka Barat. Bangka Belitung : Universitas Bangka Belitung.
Hedrick, Lara B., James T., Anderson, Stuart. A. Welsh, dan Lian-Shin Lin. 2013.
Sedimentation in Mountain Streams: A Review of Methods of Measurement.
Natural Resources. 4: 92-104.
Junaidi,Edy.2011. Pengaruh Hutan Dalam Pengaturan Tata Air Dan Proses Sedimentasi
Daerah Aliran Sungai (Das) : Studi Kasus Di Das Cisadane. Jurnal Penelitian
Hutan. Vol 8(2): 155-176.
Martani, Maylita.2014. Perancangan Dan Pembuatan Sensor Level Untuk Sistem Kontrol
Pada Proses Pengendapan Caco3 Dalam Air Dengan Metode Medan Magnet.
Jurnal Sains. Vol 3(2).Institut Teknologi Sepuluh November.
Rifansyah,Arya.2016. Isolasi Dan Karakterisasi Karaginan Dari Alga Merah Eucheuma
Cottonii Dengan Metode Pengendapan Garam Alkali. Skripsi. Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung: Bandar Lampung.
Rochyatun,Endang.2010. Distribusi Logam Berat Dalam Air Dan Sedimen Di Perairan
Muara Sungai Cisadane. Jurnal Sains.Vol 10(1): 35-40.
Shiami, Faradilla Ayu Rizki. 2017. Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu
Trenggalek. Jurnal Teknik.Vol 6(2). Institut Teknologi Surabaya: Surabaya.
Siswanto, Aries Dwi.2011. Kajian Sebaran Substrat Sedimen Permukaan Dasar Di
Perairan Pantai Kabupaten Bangkalan. Jurnal Kelautan. Vol1(1).
Sudira,I Wayan.2013. Analisis Angkutan Sedimen Pada Sungai Mansahan. Jurnal
Ilmiah.Vol 3(1): 54-57. Fakultas Teknik. Universitas Tompotika.
Syahril,Nurdin.2010. Kajian Manajemen Proyek Penyediaan Air Bersih Perkotaan
Daerah Berbukit Dengan Sumber Air Sungai. Jurnal Teknik Sipil.Fakultas
Teknik.Universitas Sriwijaya:Palembang.
Triyadhi, Faris. 2017. Analisis Numerik Pengaruh Aliran Debris Terhadap Gerusan Lokal
Pada Pilar Menggunakan Software iRIC: Nays 2DH 1.0. Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Hartati, Etih. 2011. Perbaikan Kualitas Air Limbah Industri Farmasi Menggunakan
Koagulan Biji Kelor (Moringa Oleifera Lam) Dan Pac (Poly Alumunium
Chloride). Jurnal Teknik Lingkungan. Vol 4(3): 68-73.
Haryati, Sri. 2010. Studi Pengaruh Waktu Pengendapan dan Konsentrasi Awal Partikel
Padat Limbah dari Outlet Flokulator terhadap Efisiensi Pengendapan Limbah
pada Sistem Utilitas Pusri-III. Jurnal Purifikasi. Vol 1(1): 1-10.
LAMPIRAN
LAMPIRAN TAMBAHAN

Anda mungkin juga menyukai