Anda di halaman 1dari 10

MEKANIKA SEDIMENTASI

Oleh:
Novia Safinatunnajah
26050117120030

Dosen Pengampu:
Ir. Sugeng Widada M.Si.
NIP. 196301161991031001

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
I. PENDAHULUAN

Sedimentasi sering terjadi pada beberapa muara sungai besar berupa daratan yang
ditumbuhi aneka vegetasi. Area tersebut terbentuk akibat endapan material laju aliran air yang
menurun dinamakan delta. Menurut (Setiady dan Permana, 2016), beberapa faktor yang
menyebabkan adanya penambahan sedimentasi pantai adalah Pasokan dari erosi tebing
kemudian ditranspor melalui sungai, sedimentasi oleh gelombang dari laut menjadi sedimen
sejajar pantai, serta reklamasi pantai. Interpretasi besar butir didasarkan atas suatu kenyataan
bahwa pada suatu lingkungan pengendapan pantai terjadi lebih dari satu proses sedimentasi
yaitu dari arus traksi, suspensi, saltasi, dan roling.

Menurut (Hambali dan Apriyanti, 2016), sedimen adalah produk disintegrasi dan
dekomposisi batuan. Disintegrasi mencakup seluruh proses dimana batuan yang rusak/pecah
menjadi butiran-butiran kecil tanpa perubahan substansi kimiawi. Dekomposisi mengacu pada
pemecahan komponen mineral batuan oleh reaksi kimia. Dekomposisi mencakup proses
karbonasi, hidrasi, oksidasi dan solusi. Karakteristik butiran mineral dapat menggambarkan
properti sedimen, antara lain ukuran (size), bentuk (shape), berat volume (specific weight),
berat jenis (specipfic gravity) dan kecepatan jatuh/endap (fall velocity). Sedimentasi adalah
peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin. Pada
saat pengikisan terjadi, air membawa batuan mengalir ke sungai, danau, dan akhirnya sampai
di laut. Pada saat kekuatan pengangkutannya berkurang atau habis, batuan diendapkan di
daerah aliran air.

Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-
material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat
di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh
angin. sedimentasi dapat dibedakan:

1. Sedimentasi air,misalnya terjadi di sungai.


2. Sedimentasi angin, biasanya disebut sedimentasi aeolis
3. Sedimentasi gletser, mengahasilkan drumlin, moraine, ketles dan esker.

Hasil dari sedimentasi ini dapat berupa batuan breksi dan batuan konglomerat yang
terendapkan tidak jauh dari sumbernya, batu pasir yang terendapkan lebih jauh dari batu breksi
dan batuan konglomerat, serta lempung yang terendapkan jauh dari sumbernya.
II. ISI

Menurut (Adinegara, 2005), pengendapan umumnya merupakan akibat adanya erosi


dan sebagai perantara utamanya adalah air. Di sungai ataupun saluran – saluran irigasi, jika
terjadi pengendapan akan menyebabkan pendangkalan dan hal ini sangat berpengaruh bagi
kehidupan manusia. Hasil sedimen dari suatu daerah pengaliran tertentu dapat ditentukan
dengan melakukan pengukuran pengangkutan sedimen yang dipengaruhi oleh kecepatan aliran
dan hal tersebut dapat menentukan ukuran dari volume sedimen. Angkutan sedimen di
Indonesia memiliki sifat lebih bervariasi dan spesifik yang disebabkan sifat sungai yang
berbeda. Selain itu adanya perbedaan dengan jenis endapan dan keadaan musim yaitu musim
hujan dan kemarau. Hasil sedimen dari suatu daerah pengaliran tertentu dapat ditentukan
dengan pengukuran sedimen pada titik kontrol alur sungai atau dengan menggunakan rumus –
rumus empiris atau semi empiris. Pengukuran angkutan sedimen dapat menggunakan rumus –
rumus pendekatan di bawah ini :

Dengan: S : Kemiringan saluran

k/k’ : Koefisien kekasaran saluran d : Kedalaman aliran (m)

Rb : Jari – jari hidrolis (m)  w : Berat jenis air ( kg/m3 )

D : Diameter butir sedimen (mm)  s : Berat jenis sedimen ( kg/m3 )

U : Kecepatan aliran (m/detik)  o : Tegangan Geser (kg/m2 )

U * : Kecepatan geser er : Tegangan Kritis (kg/m2 )


 : Intensitas geser pada butir sedimen qC : Laju perpindahan sedimen
(kg/(detik)(m))
 : Intensitas transport pada butir sedimen
QB : Berat sedimen per satuan waktu
qB : Laju beban alas (kg/(detik)(m))
(kg/(detik)(m))

Persamaan diatas digunakan untuk perkiraan pengangkutan sedimen. Karena itu dapat
memberikan perkiraan keragaman dalam laju dan volume yang dimungkinkan. Volume
pengangkutan sedimen yang terjadi adalah akibat adanya pengaruh kecepatan aliran, dimana
kecepatan aliran bertambah besar maka volume pengangkutan sedimennya semakin besar pula.

Perpindahan sedimen pantai dapat diakibatkan oleh arus sungai, gelombang, arus
pasang surut, angin, dan penambangan pasir di sekitar pantai. Sedimen yang berasal dari erosi
sungai, tebing pantai, dasar laut kemungkinan akan diangkut ke lepas pantai (rip current).
Sedimen dari lepas pantai ke garis pantai diangkut oleh arus gelombang (mass transport) dan
arus sejajar pantai (longshore current) sedangkan ke arah pesisir diangkut oleh angin.
Berberapa faktor yang menyebabkan adanya penambahan sedimentasi pantai adalah: Pasokan
dari erosi tebing kemudian ditranspor melalui sungai, sedimentasi oleh gelombang dari laut
menjadi sedimen sejajar pantai, serta reklamasi pantai (Setiady dan Permana, 2016).

Aliran turbulen behubungan dengan aliran yang bergerak dengan kuat dan kecepatan
yang tinggi yang dapat mentransportasikan sedimen. Umumnya, aliran pada sungai merupakan
aliran turbulen. Pada dasarnya, aliran ini dibedakan dengan aliran laminar yang merupakan
aliran yang bergerak degan kecepatan rendah dan arah yang paralel terhadap dasar aliran.

Berikut ini merupakan mode transportasi yang mungkin terjadi pada arus turbulen, yaitu :

o Traksi (bergelinding pada permukaan dasar aliran),


o Saltasi (meloncat-loncat pada dasar permukaan dasar aliran),
o Suspensi (mengalami trasportasi yang relatif permanen dalam badan aliran
o Solution (mengalami transpotasi secara kimia).

Menurut (Adipradana, 2014), Transpor sedimen diklasifikasikan berdasarkan sumber


asalnya dan mekanisme transpornya disajikan dalam gambar sebagai berikut ;

Sistem arus traksi adalah suatu media yang membawa sedimen didasarnya. Pada umumnya
gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainya seperti angin atau pasang-surut air laut.
Sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini umumnya berupa pasir yang berstruktur silang
siur,
• Wash load: sedimen yang tidak ditemukan di dasar sungai karena secara permanen
tersuspensi. Wash load adalah transpor butiran sedimen yang berukuran kecil dan halus
dibanding dengan sedimen dasar juga sangat jarang ditemukan didasar sungai.
Besarnya wash load banyak ditentukan oleh karakteristik klimatologi dan erosi dari
daerah tangkapan (catchment area). Dalam perhitungan gerusan lokal (local scouring)
wash load tidak begitu penting sehingga diabaikan namun untuk perhitungan
sedimentasi di daerah dengan kecepatan aliran yang rendah seperti: waduk, pelabuhan,
cabangan sungai wash load diperhitungkan.
• Bed load: sedimen yang secara kontinu berada di dasar sungai, terangkut secara
menggelinding, menggeser, melompat.
• Suspended load: Sedimen yang tersuspensi oleh turbulensi aliran dan tidak berada di
dasar sungai. Sedimen layang (suspensi) adalah transpor butiran dasar yang tersuspensi
oleh gaya gravitasi yang diimbangi gaya angkat yang terjadi pada turbulensi aliran. Itu
berarti butiran dasar terangkat ke atas lebih besar atau kecil tapi pada akhirnya akan
mengendap dan kembali ke dasar sungai.
Berdasarkan mekanisme transpornya sedimen suspense terbagi menjadi dua yaitu wash load
dan bed material transport. Wash load adalah material yang lebih halus dibandingkan material
dasar saluran. Biasanya ukuran butirannya rata-rata D = 60 mikrometer untuk mudah
membedakan antara wash load dan bed material load. Transport sedimen secara umum
dinyatakan sebagai berat / volume kering per waktu atau bulk volume yang memasukkan angka
pori kedalam volume tetap per unit waktu.
Mekanisme transportasi bedload terjadi pada fraksi yang kasar melalui pergerakan
transportasi arus traksi dalam bentuk rolling (menggelinding), sliding (terseret), creep
(merayap) dan saltasi. Suspension load bekerja mentranspor fraksi halus (lempung sampai pasir
sangat halus) berbentuk suspensi yang terangkut cukup jauh dalam aliran, sebelum pada
akhirnya mengendap dengan kecepatan arus yang menurun. Pergerakan partikel air di aliran
turbulen yang cenderung acak akan mengurangi settling velocity (kecepatan jatuh) dari partikel
sedimen. Aliran turbulen ini membantu mengabrasi bed (dasar wadah aliran) dan membawa
(entrainment) material sedimen baru. Arus mempunyai sifat yang mampu menyeleksi ukuran
butir yang dipindahkannya dalam proses sedimentasi sehingga menyebabkan variasi ukuran
butir dalam suatu lingkungan. Transpor sedimen yang terjadi disebabkan adanya arus sejajar
pantai (longshore sediment transport). Adanya sedimen berukuran kasar menunjukkan bahwa
arus dan gelombang pada daerah itu relatif kuat, fraksi kasar umumnya diendapkan pada daerah
terbuka yang berhubungan dengan laut lepas, sedangkan sedimen halus diendapkan pada arus
dan gelombang benar-benar tenang. arus yang lebih kuat menyebabkan sedimen fraksi
berukuran kasar (pasir – kerikil) cepat terendapkan, sedangkan fraksi halus tidak dapat
mengendap dan terbawa ke tempat lain yang lebih tenang. Pada daerah berturbulensi tinggi,
fraksi ukuran butir yang lebih besar akan lebih cepat mengendap dan tenggelam pada dekat
dasar laut dibandingkan fraksi yang berukuran lebih halus. Sedimen halus akan lebih mudah
berpindah dan cenderung lebih cepat daripada ukuran kasar karena terangkut dalam bentuk
suspensi. Lumpur terakumulasi pada semua setting dengan kondisi arus yang benar-benar
tenang dan akan mulai mengendap ketika kecepatan aliran mulai merendah. Jika kondisi arus
tidak stabil maka terjadi pengendapan fraksi sedang sampai kasar (pasir) sehingga terjadi
perselingan lumpur dan pasir seperti pada lingkungan pengendapan tidal pada umumnya.
(Nugroho dan Basit, 2014).
Turbidit didefinisikan sebagai suatu sedimen yang diendapkan oleh mekanisme arus
turbidit, sedangkan arus turbidit itu sendiri adalah suatu arus yang memiliki suspensi sedimen
dan mengalir pada dasar tubuh fluida, karena mempunyai kerapatan yang lebih besar daripada
cairan tersebut. Endapan turbidit mempunyai karakteristik tertentu yang sekaligus dapat
dijadikan sebagai ciri pengenalnya. Namun perlu diperhatikan bahwa ciri itu bukan hanya
berdasarkan suatu sifat tunggal sehingga tidak bisa secara langsung untuk mengatakan bahwa
suatu endapan adalah endapan turbidit. Hal ini disebabkan banyak struktur sedimen tersebut,
yang juga berkembang pada sedimen yang bukan turbidit. Karakteristik endapan turbidit
berdasarkan litologi yaitu :

1. Terdapat perselingan tipis yang bersifat ritmis antar batuan berbutir relatif kasar dengan
batuan yang berbutir relatif halus, dengan ketebalan lapisan beberapa milimeter sampai
beberapa puluh centimeter. Umumnya perselingan antar batu pasir dan serpih. Batas
atas dan bawah lapisan planar, tanpa adanya scouring.
2. Pada lapisan batuan berbutir kasar memiliki pemilahan buruk dan mengandung
mineral-mineral kuarsa, feldspar, mika, glaukonit, juga banyak didapatkan matrik
lempung. Kadang-kadang dijumpai adanya fosil rework yang menunjukan lingkungan
laut dangkal.
3. Pada beberapa lapisan batu pasir dan batu lanau didapatkan adanya fragmen tumbuhan.
4. Kontak perlapisan yang tajam, kadang berangsur menjadi endapan pelagik

Kemampuan aliran mentransport sedimen dibagi menjadi dua faktor yang


mempengaruhinya yaitu kapasitas aliran (stream capacity) dan kompetensi aliran (stream
competence). Kompetensi aliran, adalah ukuran ukuran maksimum partikel yang
dapat diangkut oleh aliran. Partikel tersebut terdiri dari ukuran butir mulai dari yang besar
hingga kecil dan termasuk bongkahan batu , batuan, kerikil , pasir , lumpur , dan tanah
liat . Partikel-partikel ini membentuk beban dasar aliran. Kompetensi aliran pada awalnya
disederhanakan dengan “hukum pangkat enam,” yang menyatakan massa partikel yang dapat
dipindahkan sebanding dengan kecepatan sungai yang dinaikkan ke pangkat enam. Ini
mengacu pada kecepatan aliran sungai yang sulit untuk diukur atau diperkirakan karena banyak
faktor yang menyebabkan sedikit variasi dalam kecepatan aliran. Kapasitas aliran , sementara
dihubungkan dengan kompetensi aliran melalui kecepatan, adalah jumlah total sedimen yang
dapat dibawa oleh aliran. Kuantitas total termasuk muatan terlarut, tersuspensi, asin dan bed.

Pergerakan sedimen disebut transpor sedimen . Inisiasi gerak melibatkan massa, gaya,
gesekan dan tegangan. Gravitasi dan gesekan adalah dua gaya utama yang berperan saat air
mengalir melalui saluran . Gravitasi bekerja di atas air untuk memindahkannya ke
lereng. Gesekan yang dilakukan pada air oleh bed dan tepian saluran berfungsi untuk
memperlambat pergerakan air. Ketika gaya gravitasi sama dan berlawanan dengan gaya gesek,
air mengalir melalui saluran dengan kecepatan konstan. Ketika gaya gravitasi lebih besar dari
gaya gesekan, air akan berakselerasi. Transpor sedimen ini memilah ukuran butir berdasarkan
kecepatannya. Dengan meningkatnya kompetensi aliran, D50 (ukuran butir median) aliran
juga meningkat dan dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya aliran yang akan memulai
pengangkutan partikel. Kompetensi aliran cenderung menurun ke arah hilir, yang berarti
D 50 akan meningkat dari mulut ke kepala aliran.
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Pengendapan umumnya merupakan akibat adanya erosi dan sebagai perantara
utamanya adalah air. Di sungai ataupun saluran – saluran irigasi.
2. Perpindahan sedimen pantai dapat diakibatkan oleh arus sungai, gelombang, arus
pasang surut, angin, dan penambangan pasir di sekitar pantai.
3. Aliran turbulen behubungan dengan aliran yang bergerak dengan kuat dan kecepatan
yang tinggi yang dapat mentransportasikan sedimen.
4. Sistem arus traksi adalah suatu media yang membawa sedimen didasarnya. Pada
umumnya gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainya seperti angin atau pasang-
surut air laut.
5. Wash load: sedimen yang tidak ditemukan di dasar sungai karena secara permanen
tersuspensi.
6. Bed load: sedimen yang secara kontinu berada di dasar sungai, terangkut secara
menggelinding, menggeser, melompat.
7. Suspended load: Sedimen yang tersuspensi oleh turbulensi aliran dan tidak berada di
dasar sungai.
8. arus turbidit itu sendiri adalah suatu arus yang memiliki suspensi sedimen dan mengalir
pada dasar tubuh fluida, karena mempunyai kerapatan yang lebih besar daripada cairan
tersebut.
9. Kemampuan aliran mentransport sedimen dibagi menjadi dua faktor yang
mempengaruhinya yaitu kapasitas aliran (stream capacity) dan kompetensi aliran
(stream competence).
DAFTAR PUSTAKA

Adinegara, S. 2005. Volume Angkutan Sedimen Dipengaruhi Oleh Kecepatan Aliran Kajian.
media Komun. Tek. sipil, 13:94–105.

Adipradana, A. Ya. 2014. Hidrometri dan Hidrografi.

Hambali, R. dan Y. Apriyanti. 2016. Studi Karakteristik Sedimen Dan Laju Sedimentasi
Sungai Daeng – Kabupaten Bangka Barat. Forum Prof. Tek. Sipil, 4(2):165–174.

Nugroho, S. H. dan A. Basit. 2014. Sediment Distribution Based on Grain Size Analyses in
Weda Bay, Northern Maluku. J. Ilmu dan Teknol. Kelaut. Trop., 6(1):229–240.

Setiady, D. dan A. Permana. 2016. Proses Sedimentasi Sungai Kalijaga, Dan Sungai Sukalila
Perairan Cirebon. J. Geol. Kelaut., 5(1):37–43.

Anda mungkin juga menyukai