Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OSEANOGRAFI KIMIA

PENGUKURAN KONSENTRASI KLOROFIL – A

Oleh :
Novia Safinatunnajah.
26050117120030
Kelompok 4 A
Oseanografi B

Asisten :
Annisa Aulia Lukman 26020216130045
Geby Ayunda 26020216120002
Melati Pertiwi 26020216120015
Icha Lavalina Destarestu H 26020216130051
Oceana Windyartanti 26020216130057
Abi Hidayat 26020216140061
Anisa Dewi Nugraheni 26020216140062
Firman Ramadhan 26020216140068
Yudhistira Achmad Alkindy 26020216140079
Faiz Hamzah Adriono 26020216140083
Ganang Oktavianto 26020216130098
Nabilah Rizki 26020216140114

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Klorofil-a yaitu adalah suatu pigmen aktif dalam sel tumbuhan yang mempunyai
peranan penting dalam berlangsungnya proses fotosintesis di perairan yang dapat digunakan
sebagai indikator banyak atau tidaknya ikan di suatu wilayah dari gambaran siklus rantai
makanan yang terjadi di lautan. Konsentrasi klorofil – a pada suatu perairan sangat tergantung
pada ketersediaan nutrien dan intensitass cahaya matahari. Bila nutrien dan intensitas matahari
cukup tersedia, maka konsentrasi klorofil-a akan tinggi dan sebaliknya.
Perairan di daerah tropis umunya memiliki konsentrasi klorofil-a yang rendah karena
keterbatasan nutrien dan kuatnya stratifikasi kolom perairan akibat pemanasan permukaan
perairan yang terjadi hampir sepanjang tahun. Namun berdasarkan pola sebaran klorofil-a
secara musiman dan spasial, di beberapa bagian perairan dijumpai konsentrasi klorofil-a yang
cukup tinggi yang disebabkan karena terjadinya pengkayaan nutrien pada lapisan permukaan
perairan melalui proses dinamika massa air, di antaranya upwelling, percampuran vertikal serta
pola pergerakan massa air yang membawa massa air kaya nutrient.
Mahasiswa Oseanografi perlu untuk memiliki pengetahuan tentang kandungan klorofil
di perairan agar dapat mengetahui tingkat kesuburan perairan yang nantinya bias dimanfaatkan
dalam bidang kelautan.

1.2. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui cara mengukur konsentrasi klorofil
2. Mengetahui tingkat kesuburan perairan

1.3. Waktu dan Tempat


Hari, tanggal : Sabtu, 5 Oktober 2019
Waktu : Pukul 14.00- 16.30WIB
Tempat : Laboratorium Kimia, Gedung E Lantai 1, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang
1.4. Peta Lokasi Penelitian
1.4.1. Banjir Kanal Barat

Gambar 1. Peta Banjir Kanal Barat


1.4.2. Banjir Kanal Timur

Gambar 2. Peta Banjir Kanal Timur


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Klorofil-A
Klorofil-a fitoplankton adalah suatu pigmen aktif dalam sel tumbuhan yang mempunyai
peranan penting di dalam proses berlangsungnya fotosintesis diperairan. Semua sel
berfotosintesis mengandung satu atau beberapa pigmen berklorofil (hijau coklat, merah atau
lembayung), sementara itu dalam mata rantai makanan (food chain) di perairan, fitoplankton
mempunyai fungsi sebagai produsen primer dimana organisme ini mampu mengubah bahan
anorganik menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis, untuk itu maka kandungan
klorofil-a digunakan sebagai standing stock fitoplankton yang dapat dijadikan produktivitas
primer suatu perairan (Adani, et.al., 2013).
Pengukuran klorofil sangat pentingdilakukan karena kadar klorofil dalam suatuvolume air
laut tertentu merupakan suatu ukuran bagi biomassa tumbuhan yangterdapat dalam air laut
tersebut. Klorofil dapatdiukur dengan memanfaatkan sifatnya yangdapat berpijar bila
dirangsang dengan panjanggelombang cahaya tertentu atau mengekstraksi klorofil dari
tumbuhan dengan menggunakan aseton untuk menghitung produktivitas primernya
(Sihombing, 2013).

2.2.Parameter Fisika-Kimia Perairan Yang Mempengaruhi Kandungan Dan Distribusi


Klorofil-A
Suhu adalah parameter fisik yang sangat mempengaruhi pola kehidupan organisme
perairan, seperti distribusi, komposisi, kelimpahan dan mortalitas. Kenaikan metabolisme
organisme juga diakibatkan oleh suhu dan kebutuhan oksigen terlarut menjadi meningkat
(Nybakken, 1992). Menurut Effendi (2003), peningkatan suhu perairan sebesar 10 ºC akan
menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sebanyak dua sampai tiga
kali lipat.
Kehadiran oksigen terlarut (DO;Dissolved Oxygen) di dalam badan airsungai, merupakan
indikator kesehatan(sanitasi) badan air sungai,semakin tingggi kandungan DO semakinsehat
sungai tersebut. Oksigen terlarut didalam air sungai adalah produk dari prosesneraca asupan
oksigen dan pemakaianoksigen terlarutdi dalam air sungai. Asupan oksigen, berasal dari
masukanaliran air danreaerasi di dalam sungai.Sedangkan penggunaan oksigen adalahuntuk
oksidasi material terdegradasi darikarbon organik (BOD) dan nitrogen anorganik(NH4 dan
NO2) yang berasal darimasukan aliran air anak-anak sungai yangmengandung air limbah atau
dari pipa dansaluran keluaran air limbah (Harsono, 2010).
Menurut Wetzel dan Likens (1991) apabila kecerahan pada suatu perairan rendah, berarti
perairan itu keruh. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air.
Nilai kekeruhan berkorelasi positif dengan padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai padatan
tersuspensi semakin tinggi pula nilai kekeruhan (Effendi, 2003).

2.3.Parameter Hidro-Oseanografi Perairan Yang Mempengaruhi Kandungan Dan


Distribusi Klorofil-A
Dalam perairan, keberadaan klorofil tidak berbeda jauh seperti yang telah disebutkan di
atas. Cahaya matahari, Nutrient, Oksigen terlarut, pH dan arus mempengaruhi ketersediaan
klorofil di perairan. dimana klorofil ini dimiliki oleh fitoplankton maupun tanaman-tanaman
air yang berada pada perairan tersebut. Namun faktor utama yang menyebabkan adalanya bisa
dikatakan adalah cahaya.Adanya klorofil dalam fitoplankton maupun tumbuhan air
menyebabkan mereka bisa berfotosintesis, kemudian faktor-faktor lainnya menunjang
keberlansungan hidup dari organisme-organisme tersebut. Seperti kedalaman, berkaitan
dengan bagaimana cahaya bisa menembus memberikan cahayanya untuk dimanfaatkan dalam
fotosintesis. Nutrient, unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tumbuhan seperti yang telah
disebutkan di atas masuk ke dalam perairan melalui daratan menyebabkan tumbuhan hidup
subur dan bisa melakukan fotosintesis. Keasaman air, mempengruhi kelimpahan dari
fitoplankton, begitu pula arus yang membawa nutrient maupun mengantarkan fitoplankton ke
daerah yang terkena cahaya (sebaran plankton secara vertical) (Monk et al., 2000).

2.4. Kondisi Perairan Banjir Kanal Timur Semarang


Perairan pantai Banjir Kanal Timur adalah kawasan muara dari sistem Sungai Banjir
Kanal Timur, Tambak Lorok (Kali Banger) dan Kali Tenggang. Adapun sungai Banjir Kanal
Timur melintasi kota Semarang bagian timur yang padat pemukiman dan industri. Sungai
Banjir Kanal Timur memiliki panjang 14,25 km dengan debit rata-rata 295,33 lite / detik.
Banyak aktivitas industri di sekitar daerah aliran sungai (DAS) ini. antara lain adalah industri
tekstil, bahan makanan, plastik, karoseri, percetakan, farmasi dan jamu, cat, mebel, minyak
pelumas, perbengkelan, bahkan terdapat tempat pelelangan ikan. Perairan ini menjadi tempat
pembuangan atau penampung limbah domestik / perkotaan dan limbah industri yang dihasilkan
oleh aktivitas di sekitar daerah aliran sungai tersebut (wulandari, 2012).
Sungai Banjir Kanal Timur (BKT) merupakan salah satu bagian dari sistem drainase
Kota Semarang Timur yang bermuara ke perairan pesisir Semarang timur. BKT merupakan
salah satu sungai yang merupakan jalur bagi masukan limbah domestik dan industri yang
berpengaruh terhadap kondisi kualitas perairan pesisir Semarang Timur. Keberadaan
kandungan bahan organic yang tinggi (17,58%-29,93%) dalam aliran Sungai BKT yang
dihitung sebagai nilai total karbon organik dalam sedimen, diduga dapat berpengaruh terhadap
konsentrasi total fosfat dalam air. Fosfat merupakan salah satu nutrien yang dapat
membahayakan biota jika terdapat dalam konsentrasi > 0,015. Ketersediaan fosfat anorganik
terlarut yang berlebihan dapat memicu pertumbuhan fitoplankton yang berlebihan, sehingga
dapat menyebabkan pengurangan oksigen secara drastis. Kekurangan oksigen terlarut dalam
suatu perairan dapat mengakibatkan tumbuhan atau hewan air sulit berkembang. Bahan organik
yang melimpah dalam ketiadaan oksigen terlarut akan menimbulkan bau busuk dan membuat
warna air menjadi gelap gelap (Diyat et al.,2015).

2.5. Kondisi Perairan Banjir Kanal Barat Semarang


Perairan muara Sungai Banjir Kanal Barat merupakan perairan umum yang digunakan
untuk berbagai kegiatan masyarakat seperti daerah wisata, pemukiman, pertanian, aktivitas
nelayan, industri dan pariwisata. Sungai Banjir Kanal Barat merupakan salah satu sungai yang
besar di Kota Semarang yang bermuara ke laut. Sungai ini memiliki peran dalam terjadinya
pencemaran di muara Sungai Banjir Kanal Barat. Sungai Banjir Kanal Barat menerima limbah
yang berasal dari pemukiman, pertanian, dan kegiatan industri. Limbah yang dibuang ke
Sungai Banjir Kanal Barat akan bermuara ke laut, limbah tersebut mengandung zat hara
diantaranya adalah nitrat dan fosfat.Nitrat dan fosfat yang merupakan nutrien yang diperlukan
oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis. Nitrat dan fosfat juga merupakan salah satu indikator
kesuburan perairan. Kondisi hidro-oseanografi seperti arus laut memberikan pengaruh
langsung terhadap pola penyebaran nitrat dan fosfat di perairan. Hal ini disebabkan sirkulasi
arus laut dan pasang surut mampu mendistribusi nitrat dan fosfat pada suatu tempat ke tempat
lainnya (Oktaviani et al., 2015).
Banjir Kanal Barat merupakan salah satu sungai terpanjang yang membelah kota Semarang
yang digunakan sebagai drainase kota. Estuaria Banjir Kanal Barat merupakan daerah yang
sangat dinamis, karena selalu terjadi proses dan perubahan baik lingkungan fisik maupun
biologis. Perairan pantai disekitar muara Banjir Kanal Barat merupakan daerah yang kaya akan
zat hara. Demikian juga halnya di perairan Pantai Utara Jawa (PANTURA) yang merupakan
daerah yang mendapat pasokan aliran sungai Banjir Kanal Barat. Perairan tersebut mengalami
proses sedimentasi yang cukup besar karena adanya aliran sungai Banjir Kanal Barat yang
memberikan masukan sedimen yang berfluktuasi tergantung kondisi lingkungan dan tata guna
lahan daerah aliran sungainya. Aliran sungai Banjir Kanal Barat ketika menuju ke laut
membawa butiran sedimen yang selanjutnya akan disebarkan dan diendapkan di dasar laut.
Penyebaran sedimen pada tiap-tiap tempat tidak sama dan tidak merata tergantung pada kondisi
yang mempengaruhinya seperti arus, gelombang, pasut/ serta jenis dan komposisi sedimen.
Selain itu daerah perairan pantai Banjir Kanal Barat merupakan daerah perikanan yang penting
sebagai habitat berbagai jenis organisme karena banyaknya zat hara yang dibawa air sungai
menuju kearah laut, sehingga banyak ditemukan berbagai sumberdaya hayati yang menjadi
penyusun struktur biota lingkungan perairan. Beberapa diantaranya adalah organisme yang
berukuran kecil yang dapat berfungsi sebagai produsen primer dan sekunder yaitu plankton
(Zulfiandi et al., 2014).
III. MATERI DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
Tabel 1. Alat Praktikum Analisa Klorofil-a
No Nama Alat Spesifikasi Fungsi
1 Vacump pump Menyedot udara dari
botol

2 Filter holder 300 mL Menyaring air sampel

3 Botol sampel 1L Wadah sampel

4 Gelas beaker 1000 mL Tempat sampel

5 Kertas label Memberi tanda

6 Tabung reaksi 10 mL Wadah larutan sample

7 Gelas ukur 25 mL Mengukur larutan


aseton

8 Spatula glass Pengaduk

9 Aluminium foil Menutup tabng reaksi

10 Cuvet Centrifuge Wada sampel di


sentrifuge

11 Centrifuge Menghomogenkan
larutan

12 Cuvet kaca Tempat larutan sample


di spektrofotometer

Spektrofotometer UV Vis Mencari nilai


13
absorbansi

14 Laptop Membuat Kurva regresi

15 Kamera Dokumentasi
3.1.2. Bahan
Tabel 2. Bahan Praktikum Analisa Klorofil-a
No Nama Bahan Spesifikasi Fungsi
1. Air sampel 750 mL Bahan yang akan dianalisa

2. Aquabides 1500 mL Mengencerkan larutan

3. Aseton 300 mL Pearut kertas saring


selulosa

4. Larutan MgCO3 2-3 tetes Mengikat klorofil dalam


sample

5. Kertas saring selulosa Menyaring klorofil dalam


air sample

3.2 Metode
3.2.1. Filter Holder
1. Kertas selulosa diletakkan pada tengah filter holder.
2. Larutan sampel dimasukkan pada filter holder sebanyak 250 ml.
3. Lalu 3 tetes MgCO3 diteteskan ke dalam filter holder bagian atas secara merata
(tidak pada satu tempat).
4. Kemudian vacum pump dinyalakan dan air sampel pada filter holder bagaian atas
turun kebawah semua.
5. Lakukan langkah 2-4 untuk 250 ml selanjutnya.
6. Kertas selulosa diambil lalu dilipat dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
diberikan 10 ml aseton 90%.
7. Kemudian aduk kertas selulosa tersebut dengan spatula hingga selulosa larut dalam
aseton 90%.
8. Larutan yang sudah dilarutkan kertas selulosa dimasukkan kedalam kulkas, atur
pada suhu 5-6˚C dan ditunggu selama 24 jam.
3.2.2. Centrifuge
1. Sampel yang sudah didiamkan dalam kulkas diambil dan dimasukkan ke dalam
centrifuge.
2. Karena dalam centrifuge harus genap maka aseton 90% dituangkan ke dalam tabung
reaksi.
3. Aseton 90% dimasukkan ke dalam centrifuge.
4. Mengatur centrifuge pada kecepatan 1000 rpm selama 10 menit.
5. Tabung reaksi diambil.
3.2.3. Spektrofotometer
1. Larutan dimasukkan ke dalam cuvet hingga batas tera.
2. Spektrofotometer dinyalakan da dipanaskan selama 15 menit.
3. Larutan dari centrifuge , larutan blank dimasukkan ke dalam spektrofotometer.
4. Sel 1 dan sel 2 dinyalakan.
5. Atur panjang gelombang dan panjang gelombang 664 nm, 647 nm, 630 nm.
6. Tombol F2 ditekan untuk measure
7. Dicatat nilai hasil absorbansi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
4.1.1. Peta Sebaran Klorofil-a Banjir Kanal Barat

Gambar 3. Peta Sebaran Klorofil-a Banjir Kanal Barat

4.1.2. Tabel Sebaran Klorofil-a Banjir Kanal Barat


Tabel 3. Sebaran Klorofil-a Banjir Kanal Barat
4.1.3. Peta Sebaran Klorofil-a Banjir Kanal Timur

Gambar 4. Peta Sebaran Klorofil-a Banjir Kanal Timur

4.1.4. Tabel Sebaran Klorofil-a Banjir Kanal Timur


Tabel 4. Sebaran Klorofil-a Banjir Kanal Timur
4.2.Pembahasan
4.2.1. Perbandingan antar Sampel setiap Stasiun
Berdasarkan praktikum yang yang telah dilakukan, pengamatan konsentrasi klorofil
dilakukan di 8 stasiun yang berbeda pada setiap daerah. Pengambilan sampel dilakukan pada
Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Dari sampel-sampel tersebut, diperoleh
konsentrasi klorofil-a yang berbeda-beda. Pada lokasi banjir kanal timur diperoleh nilai
konsentrasi klorofil dari stasiun 1 hingga 8 berturut-turut 0.0411 mg/L, 0.0151 mg/L, 0.0086
mg/L, 0.0380 mg/L, 0.0162 mg/L, 0.0092 mg/L, 0.0038 mg/L, 0.0132 mg/L. pada lokasi kedua
yaitubanjir kanal barat diambil 8 stasiun dengan nilai konsentrasi berturut-turut yaitu 0.0637
mg/L, 0.0299 mg/L, 0.0101 mg/L, 0.0178 mg/L, 0.0107 mg/L, 0.0152 mg/L, 0.0053 mg/L,
0.0031 mg/L.
Berdasarkan hasil perhitungan konsentrasi klorofil-a kedua lokasi tersebut diketahui
bahwa pada banjir kanal timur konsentrasi tinggi didapatkan pada stasiun 1 yaitu sebesar
0.0411 mg/L dan konsentrasi paling rendah yaitu di stasiun 7 dengan nilai 0.0038 mg/L.
Perbedaan kedua nilai tersebut tinggi karena jika ditinjau dari lokasi pengambilan sampel
lokasi stasiun 1 dekat dengan daratan dan lokasi stasiun 7 jauh. Pada lokasi kedua nilai
konsentrasi tinggi ditemukan pada stasiun 1 dan terendah pada stasiun 8 dengan nilai berturut-
turut 0.0637 mg/L dan 0.0031 mg/L. Pada kedua lokasi tersebut nilai konsentrasi pada banjir
kanal barat lebih besar dari nilai konsentrasi klorofil di banjir kanal barat. Lokasi akan
mempengaruhi nilai karena sumber nutrien datang dari daratan, nutrien sendiri akan
menstimulasi adanya klorofil-a di perairan. Kondisi ini merupakan hasil dari ketersediaan daya
dukung lingkungan berupa nutrien dan intensitas cahaya, sehingga fitoplankton yang ada di
perairan tersebut dapat melakukan fotosintesis secara optimal. Selain itu arus juga
mempengaruhi perbedaan nilai dan pola sebaran klorofil, lokasi yang jauh dari daratan selain
tidak dekat dengan sumber juga akan mengalami proses pencamuran karena arus yang ada di
perairan. Perbedaan nilai konsentrasi klorofil-a ini dipengaruhi oleh kandungan nutrien di
masing-masing stasiun. Selain kandungan nutrient, tingkat konsentrasi klorofil-a juga
dipengaruhi oleh faKtor hidro-oseanorgrafi seperti Suhu, salinitas, DO, kecerahan dan pH.
Apabila suhu cukup rendah dibandingkan dengan kecerahan yang tinggi dapat menyebabkan
nilai konsentrasi klorofil a yang tinggi. Selain itu sirkulasi massa air mempengaruhi tinggi
rendahnya konsentrasi klorofil a di laut.
4.2.2. Perbandingan antar Sampel Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur
Perbedaan nilai konsentrasi pada stasiun 1 dan stasiun 7 pada setiap Banjir Kanal Barat
dan Banjir Kanal Timur tersebut tinggi karena jika ditinjau dari lokasi pengambilan sampel
lokasi stasiun 1 dekat dengan daratan dan lokasi stasiun 7 jauh. Pada lokasi kedua nilai
konsentrasi tinggi ditemukan pada stasiun 1 dan terendah pada stasiun 8 dengan nilai berturut-
turut 0.0637 mg/L dan 0.0031 mg/L. Pada kedua lokasi tersebut nilai konsentrasi pada banjir
kanal barat lebih besar dari nilai konsentrasi klorofil di banjir kanal barat. Lokasi akan
mempengaruhi nilai karena sumber nutrien datang dari daratan, nutrien sendiri akan
menstimulasi adanya klorofil-a di perairan. Kondisi ini merupakan hasil dari ketersediaan daya
dukung lingkungan berupa nutrien dan intensitas cahaya, sehingga fitoplankton yang ada di
perairan tersebut dapat melakukan fotosintesis secara optimal. Selain itu arus juga
mempengaruhi perbedaan nilai dan pola sebaran klorofil, lokasi yang jauh dari daratan selain
tidak dekat dengan sumber juga akan mengalami proses pencamuran karena arus yang ada di
perairan. Perbedaan nilai konsentrasi klorofil-a ini dipengaruhi oleh kandungan nutrien di
masing-masing stasiun. Selain kandungan nutrient, tingkat konsentrasi klorofil-a juga
dipengaruhi oleh faKtor hidro-oseanorgrafi seperti Suhu, salinitas, DO, kecerahan dan pH.
Apabila suhu cukup rendah dibandingkan dengan kecerahan yang tinggi dapat menyebabkan
nilai konsentrasi klorofil a yang tinggi. Selain itu sirkulasi massa air mempengaruhi tinggi
rendahnya konsentrasi klorofil a di laut.
Pada perairan banjir kanal timur sedang terdapat proyek pembangunan normalisasi banjir
kanal timur. Proyek normalisasi ini digunakan untuk menanggulangi banjir di musim
penghujan. Proyek ini dilakukakn di daerah tahap 1 Yakni 6,7 kilometer mulai dari jembatan
majapahit hingga ke hilir yakni kawasan tambak lorok. Sementara tahap kedua, dimulai dari
jembatan majapahit sampai pucang gading dengan panjang 7,9 kilometer sehingga jika ditotal
normalisasi banjir kanal timur capai 14,6 kilometer. Proyek ini bias mempengaruhi keadaan
klorofil-a pada perairan tersebut.

4.2.3. Pengaruh Kualitas Perairan Terhadap Konsentrasi Klorofil-a di Banjir Kanal


Barat
Besarnya konsentrasi klorofil-a kesuburan produktivitas suatu perairan. Besarnya
konsentrasi klorofil-a umumnya sebanding dengan kualitas perairan dimana apabila kualitas
perairannya bagus maka kandungan klorofil-a nya besar. Sebaliknya apabila suatu perairan
memiliki jumlah klorofil-a yang tinggi maka dapat dikatakan bahwa kuaitas perairan tersebut
baik. Kandungan klorofil-a lebih banyak ditemukan pada lapisan permukaan di dekat
permukaan karena pada permukaan intensitas cahanya tinggi sehigga fotosintesis yang terjadi
juga tinggi yang mengakibatkan kandugan klorofil-a dipermukaan juga tinggi.
Kualitas perairan seperti suhu, DO dan ph juga mempengaruhi konsentrasi Klorofil-a
pada setiap stasiun. Konsentrasi Klorofil-a yang banyak akan menyebabkan kualitas perairan
tersebut menjadi subur, namun jika konsentrasi klorofil terlalu banyak maka akan terjadi
blooming alga dan hal tersebut buruk bagi suatu perairan. Kondisi kadar dissolved oxygen (DO)
yang banyak ini merupakan salah satu akibat banyaknya konsentrasi Klorofil-a, dimana pada
peraira yang mempunyai DO yang tinggi akan mempunyai konsentrasi klorofil yang banyak
pula. Hal ini dikarenakan hasil fotosintesis dari Klorofil-a adalah salah satunya oksigen.
Sehingga kualitas fotosintesis yang semakin bagus maka kadar DO juga akan meningkat.
Pada praktikum yang telah dilakukan nilai konsentrasi yang paling besar adalah pada BKB1
dengan konsentrasi 0.063, BKB2 dengan konsentrasi sebesar 0.029 mg/l, BKB3 dengan
konsentrasi sebesar 0.0101 mg/L, BKB4 dengan konsentrasi sebesar 0.0178 mg/L, BKB5
dengan konsentrasi sebesar 0.0107 mg/L, BKB6 dengan konsentrasi sebesar 0.0152 mg/L,
BKB7 dengan konsentrasi sebesar 0.0053 mg/L, BKB8 dengan konsentrasi sebesar 0.0031
mg/L. Bila disesuaikan dengan baku mutu yang ada maka kualitas perairan tersebut tidak cukup
baik. Karena nilai konsentrasi klorofil-a dibawah 1 µg/l maka kualitas perairan Banjir Kanal
Barat kurang baik tidak sesuai baku mutu.

4.2.4. Pengaruh Kualitas Perairan Terhadap Konsentrasi Klorofil-a di Banjir Kanal


Timur
Keberadaan kandungan klorofil-a pada suatu perairan menandakan bahwa suatu
perairan tersebut subur atau tidak. Ketika kandungan klorofil-a < 1 µg maka perairan tersebut
dapat dikatakan tidak produktif dan pada daerah tersebut juga terdapat sedikit fitoplankton.
Bila pada perairan terkandung 1 µg – 20 µg maka perairan tersebut dapat dikatakan cukup baik,
dan bila kandungan klorofil-a sebesar >20µg maka dikatakan sangat baik.
Pada praktikum yang telah dilakukan nilai konsentrasi Pada lokasi banjir kanal timur diperoleh
nilai konsentrasi klorofil dari stasiun 1 hingga 8 berturut-turut 0.0411 mg/L, 0.0151 mg/L,
0.0086 mg/L, 0.0380 mg/L, 0.0162 mg/L, 0.0092 mg/L, 0.0038 mg/L, 0.0132 mg/L. Bila
disesuaikan dengan baku mutu yang ada maka kualitas perairan tersebut tidak cukup baik.
Karena nilai konsentrasi klorofil-a dibawah 1 µg/l maka kualitas perairan Banjir Kanal Barat
kurang baik tidak sesuai baku mutu.
Konsentrasi klorofil-a di perairan diduga dipengaruhi oleh arus laut dan parameter
fisika kimia perairan seperti suhu, salinitas, kandungan oksigen terlarut (DO), derajat keasaman
(pH) kecerahan serta kedalaman perairan. Konsentrasi klorofil-a di stasiun ini sudah mulai
menurun dikarenakan suplai nutrien yang digunakan oleh klorofil-a untuk melakukan
fotosintesis sudah sangat berkurang. Mengingat letak stasiun semakin jauh dari muara sungai
maupun daratan yang banyak terdapat aktivitas manusia, suplai nutrien akan semakin menurun.
Suplai nutrien yang minim juga diakibatkan karena tingginya nilai salinitas yang menyebabkan
konsentrasi klorofil-a juga rendah. Selain itu, faktor suhu juga mempengaruhi sebaran
konsentrasi klorofil-a, konsentrasi klorofil-a berbanding lurus dengan nilai suhu di perairan
tersebut. Konsentrasi klorofil-a bergerak ke arah mengikuti pola arus. Semakin ke arah laut
lepas maka konsentrasi kandungan klorofil-a akan semakin rendah. Pergerakan arus laut
memiliki peran dalam penyebaran konsentrasi. Kondisi ini dapat mempengaruhi sebaran
konsentrasi klorofil-a di perairan.
Nilai DO di perairan dekat darat dan yang berada jauh dari pantai memiliki perbedaan.
Nilai DO akan semakin tinggi ketika berada di laut lepas karena oksigen terlarut di laut lepas
tidak mendapat pengaruh limbah aktivitas manusia yang banyak terdapat di daratan. Salinitas
akan semakin tinggi dan konstan ketika berada menjauh dari muara sungai menuju laut lepas.
Nilai suhu tertinggi terletak pada stasiun yang letaknya tepat di muara sungai yang menerima
langsung pengaruh dari daratan, sedangkan nilai terendah suhu yaitu yang letaknya jauh dari
pantai. Hal ini disebabkan karena semakin jauh dari pantai semakin sedikit pengaruh dari
daratan yang dapat menyebabkan tingginya suhu.

4.2.5. Pengaruh Faktor Hidro-Oseanografi Terhadap Sebaran Klorofil-a di Banjir Kanal


Barat
Konsentrasi klorofil-a dapat diketahui melalui kelimpahan fitoplankton di perairan.
Konsentrasi klorofil-a dan kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diantaranya pasang surut dan arus. Kelimpahan fitoplankton di Banjir Kanal Barat lebih
rendah pada saat pasang daripada saat surut. Hal ini dikarenakan pasang terjadi pada dini hari,
sedangkan surut terjadi pada pagi sampai siang hari. Kondisi tersebut berkaitan dengan adanya
cahaya matahari pada pagi hari yang sangat diperlukan oleh fitoplankton untuk melakukan
fotosintesis, sehingga fitoplankton akan naik ke permukaan dan kelimpahannya sangat tingi
pada saat surut. Fitoplankton naik ke permukaan untuk mendapatkan cahaya guna proses
fotosintesis sekaligus menyerap zat-zat nutrien seperti nitrat, sulfat dan fosfat.
4.2.6. Pengaruh Faktor Hidro-Oseanografi Terhadap Sebaran Klorofil-a di Banjir Kanal
Barat
Arus memiliki peran utama sebagai transport nutrient dalam perairan dapat terdistribusi
secara horizintal maupun vertikal. Fenomena upwelling yang terjadi wilayah pantai umumnya
dipicu oleh intensitas angin yang besar yang berhembus sepanjang pantai sehingga
menyebabkan massa air laut di permukaan akan bergerak ke arah laut lepas. Akibatnya, terjadi
pengangkatan massa air yang juga membawa fitoplankton yang melayang layang di kolom air.
Persebaran klorofil-a di perairan bergantung pada kondisi suhu permukaan air laut. Hal ini
dikarenakan suhu permukaan digunakan untuk untuk perkembangan plankton khususnya
fitoplankton yang melakukan fotosintesis sehingga mendapatkan hasil klorofil-a. Fitoplankton
membutuhkan suhu yang stabil dan suhu normal untuk melakukan fotosintesis dengan
baik.Maka daripada itu suhu mempengaruhi persebaran klorofil-a di laut. Arus Upwelling juga
berpengaruh terhadap persebaran klorofil-a karena sifat dari Arus Upwelling ini menguraikan
dan menyebarkan klorofil-a yang ada di permukaan air laut.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Dalam mengukur konsentrasi klorofil – a dapat digunakan metode spektofotogrameter dan
diperoleh nilai absorbansinya untuk mencari kadar klorofil. Panjang gelombang yang
digunakan untuk mencari nilai absorbansi pada klorofil yaitu 664,647,630,dan 750. Pada
lokasi banjir kanal timur diperoleh nilai konsentrasi klorofil dari stasiun 1 hingga 8
berturut-turut 0.0411 mg/L, 0.0151 mg/L, 0.0086 mg/L, 0.0380 mg/L, 0.0162 mg/L,
0.0092 mg/L, 0.0038 mg/L, 0.0132 mg/L. pada lokasi kedua yaitubanjir kanal barat
diambil 8 stasiun dengan nilai konsentrasi berturut-turut yaitu 0.0637 mg/L, 0.0299 mg/L,
0.0101 mg/L, 0.0178 mg/L, 0.0107 mg/L, 0.0152 mg/L, 0.0053 mg/L, 0.0031 mg/L.
2. Semakin tinggi konsentrasi klorofil – a, maka perairan semakin subur karena produktivitas
primernya semakin tinggi.

5.1 Saran
1. Untuk kedepannya lebih baik diberikan modul dahulu supaya tidak membingungkan saat
menuliskan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Adani, Nabila Ghassani et.al. 2013. Kesuburan Perairan Ditinjau dari Kandungan Klorofil-a
Fitoplankton : Studi Kasus di Sungai Wedung , Demak. Diponegoro Jurnal of
Maquares, vol.2(4).

Diyat, Jayanti Wahyuning;Sri Yulina Wulandari Dan Muslim.2015. Sebaran Kandungan


Total Fosfat Dan Karbon Organik Di Perairan Muara Sungai Banjir Kanal Timur,
Semarang. Jurnal Oseanografi. Volume 4. Nomor 1. Halaman 55 – 63.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
Harsono, Eko. 2010. Evaluasi Kemampuan Pulih Diri Oksigen Terlarut Air Sungai Citarum
Hulu. LIMNOTEK. 17(1) : 17-36.
Monk, K.A., Yance De Fretes, Gayatri, Reksodihardjo, Lilley. 2000. Ekologi Nusa Tenggara
dan Maluku. Seri Ekologi Ind. Buku V. Jakarta: Prenhallindo.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Penerjemah: M.Eidman,
Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukarjo. PT. Gramedia. Jakarta.
Oktaviani, Anisa; Muh. Yusuf Dan Lilik Maslukah.2015. Sebaran Konsentrasi Nitrat Dan
Fosfat Di Perairan Muara Sungai Banjir Kanal Barat, Semarang. Jurnal Oseanografi.
Volume 4. No 1. 85-92.
Sihombing, R.F., et al. 2013. Kandungan Klorofil-a Fitoplankton di Sekitar Perairan Desa
Sungsang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Vol. 5 (1). Hal. 34-39. ISSN:
2087-0558.
Wulandari,Sri Yulina.2012. Status Perairan Banjir Kanal Timur Semarang Ditinjau Dari
Kadar Logam Berat Chromium Dalam Air, Sedimen Dan Jaringan Lunak Kerang Darah
(Anadara Granossa). Buletin Oseanografi Marina. Vol. 1 1 – 7.
Zulfiandi; Muhammad Zainuri Dan Ita Widowati.2014. Kajian Distribusi/Sebaran
Fitoplankton Dan Zooplankton Di Perairan Dan Estuaria Banjir Kanal Barat Kota
Semarang Jawa Tengah. Seminar Nasional Kelautan IX.

Anda mungkin juga menyukai