Anda di halaman 1dari 19

Pekanbaru, 16 Maret 2020

PENGUKURAN FAKTOR-FAKTOR FISIKA-KIMIA

DI LINGKUNGAN AKUATIK

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

OLEH :

NAMA : NABILATUL FIRDAUSIN NADA


NIM : 1903155544
KELAS : C
ASISTEN : ALDO ALDAFI
NIM : 1703110181

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Di alam terdapat berbagai komponen hayati dan non hayati yang saling

mempengaruhi dan tidak terpisahkan satu sama lain. Komponen-komponen

tersebut membentuk suatu sistem ekologi atau ekosistem. Dalam sistem

ekologi,suatu organisme tidak dapat berdiri sendiri. Untuk kelangsungan

hidupnya,suatu organisme akan bergantung pada kehadiran organisme lain dan

sumber daya alam disekitarnya (Effendi, 2017).

Pada ekosistem perairan terdapat berbagai jenis biota akuatik. Mereka selalu

hidup berkelompok membentuk komunitas yang saling berhubungan secara

kompleks dan memiliki respon yang berbeda terhadap lingkungan. Biota akuatik

merupakan kelompok biota,baik hewan maupun tumbuhan yang sebagian atau

seluruh hidupnya berada diperairan (Sastrawijaya, 2000).

Untuk mencari spesies tertentu, maka kita harus mengetahui tempat hidupnya

khususnya spesies yang hidup di perairan dapat digolongkan menurut bentuk

kehidupan atau kebiasaan hidupnya,yaitu nekton ,organisme yang berena-renang

aktif di dalam air dan gerakannya kurang lebih tergantung pada arus contohnya

seperti ikan . Benthos dan plankton adalah organisme yang melekat atau sedang

beristirahat pada dasar perairan atau yang hidup di dalam sedimen di dasar

perairan sedangkan neuston adalah organisme yang berenang diatas permukaan air

contohnya adalah itik,bebek danburung-burung lainya (Barus, 2004).

Melalui praktikum ini, kita dapat menentukan faktor-faktor fisika dan kimia

apa saja yang mempengaruhi suatu perairan dan mempelajari beberapa parameter-

parameter yang dapat digunakan untuk mengukur faktor-faktor tersebut, yang


dilakukan melalui pengamatan pengaruh faktor abiotik terhadap perairan dan

kehidupan organisme serta vegetasi di sekitarnya (Fardiaz, 2016)

I.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum Pengukuran Faktor-Faktor Fisika-Kimia di

Lingkungan Akuatik ini adalah mengenali penggunaan beberapa teknik dan

metode dasar untuk mengukur berbagai faktor fisiko-kimia perairan, dan

pencuplikan (“sampling”) komponen biotik hewaninya khususnya yang berupa

palnkton dan benthos.

I.3 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum Pengukuran Faktor-Faktor Fisika-Kimia di

Lingkungan Akuatik ini adalah memudahkan kita untuk mengetahui tata cara

melakukan pengukuran dan pencuplikan komponen biotik hewaninya khusunya

yang berupa plankton dan bentos dan membantu untuk mengetahui bagaimana

cara megukur variasi: suhu, PH, kadar O2 terlarut, kadar CO2-bebas

terlarut,alkalinitas total pada berbagai bagian perairan( variasi menurut ruang)

ataupun waktu-waktu yang berbeda.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Air permukaan yang ada seperti sungai dan danau banyak dimanfaatkan

untuk keperluan manusia seperti tempat penampungan air, alat transportasi,

mengairi sawah dan keperluan peternakan, keperluan industri, perumahan, sebagai

daerah tangkapan air, pengendali banjir,ketersediaan air, irigasi, tempat

memelihara ikan dan juga sebagai tempat rekreasi.Dilihat dari fungsinya sebagai

tempat penampungan air maka sungai mempunyaikapasitas tertentu dan dapat

berubah karena kondisi alami maupun antropogenik (Hendrawan, 2005).

Faktor fisika dan kimia air merupakan parameter untuk menentukan kualitas

suatu perairan. Parameter fisika berupa suhu, kecerahan, kecepatan

arus,kekeruhan, tekstur substrat dan parameter kimia berupa DO, BOD, pH, NO3,

NH3, PO4, Kalium (K+) dan bahan organik (C) substrat. Secara alami

keberadaan dan distribusi biota di perairan sungai dipengaruhi oleh aktivitas

manusia, terutama yang menyebabkan perubahan faktor fisika dan kimia air,

polusi dan pemasukan spesies baru ke dalam badan air sungai. Suatu ekosistem

dikatakan baik jika faktor biotik dan abiotiknya saling mendukung [CITATION

Sas17 \l 1057 ].

Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika,dan kimia perairan. Suhu

juga berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik

memiliki kisaran suhu tertentu untuk pertumbuhannya perubahan suhu akan

menimbulkan beberapa dampak diataranya adalah (1) jumlah oksigen terlarut

dalam air menurun, (2) kecepatan reaksi kimia meningkat, (3) kehidupan ikan dan

organisme air lainnya akan terganggu,(4) menyebabkan kepunahan biota akuatik

yang sensitif terhadap suhu yang tinggi.Peningkatan suhu perairan sebesar 10oC
menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik

sekitar 2 – 3 kali lipat yang diikuti dengan penurunan kadar oksigen terlarut suhu

akan mempengaruhi tingkat ketersediaan oksigen dan nutrien dalam air.

Perubahan suhu akan berpengaruh pula terhadap pola kehidupan dan aktivitas

biologi dalam air, termasuk pengaruhnya terhadap penyebaran biota menurut

batas kisaran toleransinya (Nurul, 2015).

Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang diamati secara visual

dengan menggunakan keping Secchi. Kecerahan perairan dipengaruhi oleh

kandungan bahan-bahan halus yang terdapat dalam air baik berupa bahan organik

seperti plankton,jasad renik, detritus maupun bahan anorganik seperti partikel

pasir dan lumpur. Prinsip penentuan kecerahan air dengan keping Secchi adalah

berdasarkan batas pandangan kedalam air untuk melihat warna putih yang berada

didalam air. Semakin keruh suatu badan air akan semakin dekat batas pandangan,

sebaliknya apabila semakin jernih suatu badan air maka batas pandangan akan

semakin jauh (Agustina, 2009)

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan

banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat

dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang

tersuspensi dan terlarut, maupun bahan organik dan anorganik berupa plankton

dan mikroorganisme lain. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan

terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya proses respirasi dan daya lihat

organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air

(Fardiaz, 2016).
Kecepatan arus badan air sangat berpengaruh terhadap kemapuan badan air

untuk mengasimilasi dan mengangkut bahan pencemar. Kecepatan arus digunakan

untuk memperkirakan waktu suatu bahan pencemar akan mencapai suatu lokasi

tertentu .Kecepatan arus air dari suatu badan air ikut menentukan penyebaran

organisme dan sumber makanan yang terdapat di perairan (Ningsih, 2016).

Substrat dasar perairan merupakan salah satu faktor ekologis utama

yang akan mempengaruhi struktur komunitas makrozoobenthos.substrat dasar

merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan organisme.

Karakteristik substrat dapat mempengaruhi struktur komunitas makrozoobenthos.

Keadaan substrat di perairan penting untuk diketahui. Kehidupan organisme air

juga bergantung pada bahan dan ukuran partikel dasar badan air. Organisme yang

hidup pada substrat dasar suatu ekosistem air sangat tergantung pada tipe substrat

dan kandungan bahan organik yang terdapat dalam substrat tersebut. Oleh karena

itu analisis terhadap substrat baik berupa tipe maupun terhadap kandungan bahan

organik penting untuk dilakukan (Kartini, 2016).[ CITATION Agu09 \l 1057 ]

[ CITATION Agu09 \l 1057 ]

Sebagian besar organisme akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan

menyukai pH sekitar 6,5 sampai 8. Nilai pH sangat mempengaruhi proses

biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi yang akan berakhir pada pH yang

rendah (Effendi, 2003). Organisme akuatik dapat hidup dalam suatu perairan yang

mempunyai nilai pH netral, dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai

basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya

terdapat antara 7 – 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat

basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan


menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Kenaikan pH di

atas netral akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang bersifat sangat toksik

bagi organisme (Agustina, 2009).

Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam

ekosistem air, yaitu untuk respirasi sebagian besar organisme air. Kelarutan

oksigen di dalam air sangat dipengaruhi temperatur, dimana kelarutan maksimum

oksigen di dalam air pada temperatur 0 oC sebesar 14,16 mg/l O2, kelarutan ini

akan menurun jika temperatur air meningkat. Nilai oksigen terlarut di perairan

sebaiknya berkisar antara 6 sampai 8 mg/l \ (Kartini, 2016).

Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian, musiman,

pencampuran masa air, pergerakan masa air, aktifitas fotosintesis, respirasi dan

limbah yang masuk ke badan air.Oksigen diperlukan dalam proses oksidasi

berbagai senyawa kimia dan respirasi berbagai organisme akuatik [ CITATION

Hid17 \l 1057 ]

Nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) menyatakan jumlah oksigen yang

dibutuhkan oleh mikroorganisme aerob dalam pr roses penguraian senyawa

organik yang diukur pada suhu 20oC (Barus, 2004). semakin tinggi kandungan

BOD dalam perairan mengindikasikan bahwa perairan tersebut telah tercemar.

Kandungan BOD dikatakan masih rendah dan dapat dikategorikan sebagai

perairan yang baik apabila berkisar antara 0 – 10 mg/l (Hendrawan, 2015).

Nitrat merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Keberadaan

nitrat di perairan sangat dipengaruhi oleh buangan yang berasal dari industri dan

pemupukan dari daerah pertanian. Secara alamiah, kadar nitrat biasanya rendah

namun kadar nitrat. dalam air dapat menjadi tinggi di daerah yang terdapat
aktivitas pemupukan yang mengandung nitrogen.Nitrat dapat digunakan untuk

mengklasifikasikan tingkat kesuburan perairan. Kadar nitrat pada perairan

oligotrofik berkisar 0 – 1 mg/l, perairan mesotrofik berkisar 1 – 5 mg/l, dan

perairan eutrofik berkisar 5 – 50 mg/l (Nurul, 2015).

Adanya amoniak merupakan indikator masuknya buangan permukiman.

Amoniak dalam air permukaan berasal dari air seni, tinja dan oksidasi zat organik

secara mikrobiologis yang berasal dari buangan pemukiman penduduk keberadaan

amoniak sangat tergantung pada kondisi pH dan suhu perairan. Pada pH < 7

sebagian besar amoniak akan mengalami ionisasi sedangkan pada pH > 7 amoniak

tidak terionisasi sehingga bersifat toksik. Fosfat (PO4) Kandungan fosfat dalam

perairan umumnya tidak lebih dari 0,1 mg/l, kecuali pada perairan yang menerima

limbah dari aktivitas rumah tangga dan industri tertentu serta dari daerah pertanian

yang mendapat pemupukan fosfat. Oleh karena itu, perairan yang mengandung

kadar fosfat yang tinggi akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi (Sastrawijaya,

2000)

Kalium termasuk unsur yang esensial bagi pertumbuhan tanaman dan hewan.

Di perairan, kalium terdapat dalam bentuk ion atau berikatan dengan ion lain

membentuk garam yang mudah larut. Kadar kalium pada perairan tawar alami

biasanya kurang dari 10 mg/l. Rasio kadar kalium dan natrium yang terdapat di

perairan alami adalah 1 : 2 hingga 1 : 3. Kadar kalium yang terlalu tinggi melebihi

2000 mg/l akan berbahaya bagi makhluk hidup ion kalium yang tidak diserap oleh

tumbuhan akan tetap dalam larutan atau berperan dalam reaksi pertukaran ion

dengan sedimen. Konsentrasi kalium di perairan alami biasanya berkisar antara

0,5 sampai 10 mg/l. Bahan Organik (C) Substrat. Bahan organik utama yang
terdapat di dalam air adalah asam amino, protein,karbohidrat dan lemak.

Komponen lain seperti asam organik, hidrokarbon, vitamin dan hormon juga

ditemukan di perairan, tetapi hanya 10 % dari material organik tersebut yang

mengendap sebagai substrat ke dasar perairan. Kadar bahan organik adalah satu

hal yang sangat berpengaruh pada kehidupan makrozoobenthos, dimana kadar

bahan organik ini adalah sebagai nutrisi bagi makrozoobenthos tersebut.

Tingginya kadar bahan organik pada suatu perairan umumnya akan

mengakibatkan meningkatnya jumlah populasi hewan benthos. Sebagai organisme

dasar, benthos menyukai substrat yang kaya akan bahan organik. Maka pada

perairan yang kaya bahan organik, umumnya terjadi peningkatan populasi hewan

benthos (Barus, 2004)


II. METODE

II.1 Waktu dan Tempat

Pada praktikum ekologi acara 1 ini dilakukan pengamatan karateristik tanah

mengenai profil tanah dan tekstur tanah yang dilakasanakan pada hari Minggu,

tanggal Maret 2020, pukul 07.30 WIB bertempat di Arboretum Universitas Riau,

Pekanbaru.

II.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum kareteristik tanah ini adalah

termometer, PH meter ,secchi disk DO- meter , dan botol gelap. Bahan yang

digunakan adalah sampel air yang akan dikuku faktor fisika kimianya.

II.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran derajat keaasaman (pH) air

a. pH meter dikalibrasi dengan akuades untuk menstabilisasi juga

mensterilkan.

b. pH meter dicelupkan ujungnya pada air sungai dan dicatat hasilnya.

2. Penentuan kadar O2Terlarut (DO meter)

a. DO meter dikalibrasi dengan akuades terlebih dahulu,

b. Bagian ujungnya kemudian di celupkan ke dalam air sungai, dan

c. Air sungai dihitung kandungan oksigennya.

3. Pengukuran Suhu Air

a. Thermometer raksa di sediakan.


b. Dengan menggunakan termometer, suhu air diukur secara langsung

pada bagian permukaan perairan.

4. Pengukuran Kecerahan Air (Secchi Disk)

a. Dengan menggunakan secchi disk pengukuran dilakukan di ruang

terbuka,

b. Pada keping secchi disk diberi pemberat,

c. Secchi disk diturunkan kedalam air,

d. Kedalaman tali yang masuk ke dalam air diukur pada saat warna putih

tidak dapat dibedakan lagi dengan warna hitam,

e. Keping shecci disk diturun kan lagi lebih dalam lalu ditarik secara

perlahan tepat pada saat warna putih timbul, kedalamannya dihitung

kembali, dan

f. Dua angka yang didapat,dicari rata-ratanya dalam satuan cm.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil

Pengukuran
  T1 T2 T3 T4
pH 7,53 12,2 7,29 7,69
Suhu 28 28 34 34
o2 terlarut 9,3 8,2 6 7,3
Kecerahan 29,5 29,5 29,5 29,5
Tabel 3.1.1 Tabel Pengukuran Faktor Fisika-Kimia di Habitat Ternaungi dan
Terbuka Pada transek 1.

Pengukuran
  1 2 3 4
pH 7,67 7,5 7,64 7,4
Suhu 27 28 29 39
o2 terlarut 9,4 1,8 6,4 7,5
Kecerahan 24 24 24 24
Tabel 3.1.2 Tabel Pengukuran Faktor Fisika-Kimia di Habitat Ternaungi dan
Terbuka Pada transek 2.

40
35
30
25 pH
20 Suhu
o2 terlarut
15
Kecerahan
10
5
0
1 2 3 4
Grafik 3.1.3 Grafik Pengukuran Faktor Fisika-Kimia di Habitat Ternaungi dan
Terbuka Pada transek1.
45
40
35
30 pH
25
Suhu
20
15 o2 terlarut
10 Kecerahan
5
0
1 2 3 4
Grafik 3.1.4 Grafik Pengukuran Faktor Fisika-Kimia di Habitat Ternaungi dan
Terbuka Pada transek 2.

III.2 Pembahasan

Pada percobaan faktor fisiko-kimia lingkungan akuatik ini dilakukan uji

pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui status ekologis dari suatu habitat

perairan digunakan pendekatan fisika-kimia perairan, yakni ,derajat keasaman

(pH), mengukur suhu, derajat kecerahan, dan kadar O2 terlarut.

Dimana tinggi rendahnya suhu suatu perairan sangat ditentukan oleh beberapa

faktor yaitu intensitas cahaya matahari yang menembus suatu

perairan.Pengukuran suhu dilakukan dengan cara mencelupkan thermometer

kedalam perairan. Thermometer akan diikat pada bagian pangkal (bukan ujung air

raksa),kemudian thermometer digantung pada permukaan perairan dan dilakukan

pencatatan pengukuran pada waktu yang telah ditentukan yaitu di jam 08.00 –

16.00 tiga subhabitat bedapula,selama beberapa menit dan suhu dibaca setelah

thermometer menunjukkan angka konstan. Hasil yang digunakan adalah rata-rata

dari suhu pada ketiga lahan tersebut dari transek 1 dan transek 2 yang kemudian

dijumlahkan dan dibagi dua. Dimana suhu yang diperoleh secara keseluruhan

memiliki rata-rata 28,53o C.Temperatur sangat berperan dalam mengendalikan

kondisi ekosistem perairan. Organisme perairaan memiliki kisaran temperatur

tertentu yang disukai bagi pertumbuhannya, misaalnya algae dari filum

Chlorophyta akan tumbuh dengan baik pada kisaran temperatur 20°C sampai

dengan 30°C. Hal ini dikarenakan Kadar oksigen di perairan lotik umumnya

cukup tinggi.Pengukuran ini dilakukan pada pagi, siang dan sore hari sehingga
suhu air bisa naik ataupun turun, hasil pengukuran ini bisa saja berubah apabila

pengukuran dilakukan pada jam-jam yang berbeda.

Pada pengukuran derajat keasaman (pH) air digunakan alat pH-meter dimana

pengukuran dilakukan secara langsung pada permukaan perairan. Didapatkan

hasil pH dari perairan 1 berkisar antara 7,53 dan pada perairan 2 didapatkan hasil

7,5 yang apabila ditinjau dari  pH normal air murni yakni 7, data tersebut sudah

menunjukan pH yang hampir menyamai air murni tetapi masih agak sedikit basa.

Walaupun air tersebut tidak sesuai dengan pH normal air atau berada diatas

standar pH normal. dalam sistem biologi basa cukup penting karena dapat

mengendalikan kadar asam yang berada di air.

Pada pengukuran kadar O2 terlarut digunakan alat DO-meter (Dissolved

Oxygen-meter) dengan pengukuran secara langsung pada permukaan perairan.

Didapatkan kadar O2 pada perairan 1 dan 2 sebesar 8,2 mg/L yang berarti jumlah

oksigen yang terdapat pada perairan sangat cukup. Sehingga banyak organisme

yang hidup pada perairan tersebut.

Organisme air yang kecil biasanya memperoleh oksigen secara difusi dari

lingkungannya ke dalam jaringan tubuh. Dengan difusi organisme air yang kecil

sudah memperoleh oksigen yang cukup, namun tidak demikian dengan organisme

yang besar. Jarak antara permukaan tubuh dengan bagian tubuh yang dalam

terlalu jauh untuk difusi. Oksigen biasanya banyak terdapat pada permukaan air

dan konsentrasi ini menurun sesuai dengan kedalaman air.

Kecerahan adalah suatu ukuran untuk menentukan daya penetrasi cahaya

matahari yang masuk kedalam perairan. Dimana hal ini berbanding terbalik
dengan kekeruhan. Secara teoritis, Kecerahan yang produktif adalah 20-40 cm

dari permukaan air. Dan pada pengamatan yang elah kami lakukan kecerahan air

yang didapatkan adalah perairan 1= 29,5 dan perairan transek 2= 24 hal ini dxapat

diartikan kecerahan air yang diamati merupakan kecerahan yanng cukup baik

Tinggi rendahnya tingkat kecerahan perairan dapat mempengaruhi pertumbuhan

fitoplankton yanga ada didalamnya.

Pada pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan keping secchi disk.

Keping secchi disk adalah keping bulat yang terbuat dari logam plexiglass

dengan bagian atasnya terbagi empat sektor yang sama dan diberi warna putih

dan hitam berselang seling.

Dari hasil yang didapatkan,setelah pengukuran sebanyak dua kali yaitu

pengukuran sampai warna keping mulai tidak terlihat dengan pengukuran sampai

warna keping tidak terlihat sama sekali. Dimana tujuan diadakannya

penghitungan dua kali ini adalah agar hasil yang didapat menjadi lebih akurat

dan kita bisa melihat perbandingan besar perbedaan antara saat keping mulai

tidak terlihat dengan saat keping benar-benar tidak terlihat lagi.


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan

Untuk mengukur faktor fisika kimia perairan dilakukan dengan mengukur suhu

air, PH air , kecerahan air dan kadar O2 terlarut. Dari pengukuran yang telah

dilakukan dapat diketahui bahwa untuk pengamatan suhu, tingkat keasaman PH,

kadar O2 terlarut juga kecerahan air perairaan tersebut masih dalam kondisi wajar

untuk jenis perairan lentik (perairan yang diam). Akan tetapi kurangnya kadar

oksigen pada perairan tersebut mengakibatkan kurangnya organisme yang hidup.

Berdasarkan cara hidupnya, biota hewan akuatik dibedakan menjadi Plankton,

Periphyton, Benthos, Nekton, dan Neuston.

IV.2 Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya sebaiknya kepada praktikan diharapkan

lebih teliti lagi membaca diktat, agar sewaktu dilapangan tidak lagi bertanya

banyak kepada asisten dan menyita banyak waktu dalam praktikum. Kemudian

praktikan harus lebih teliti dalam mengukur serta membaca thermometer dan lux

meter agar tidak terjadi kesalahan dalam penulisan data pengamatan sehingga data

yaqng didapatkanpun lebih akurat bedasarkan fakta hqasil pengamatan Juga,

semua praktikan harus bekerja dan bergerak. Jangan hanya beberapa praktikan

saja yang mengerjakannya karena praktikum ini dilakukan dengan berkelompok.


DAFTAR PUSTAKA

Agustina,2009.Kajian Sifat Fisika dan Kimia Berbagai Penggunaan Lahan Dalam


Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi Tanah.Jurnal Pertanian APETA
12 (2) : 72 – 144
Barus, 2016. Dasar-Dasar Ilmu Ekologi PT. Raja Grafindo Persada.Yogyakarta.
Effendi, 2017. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada.
Yogyakarta.
Frdiaz, 2016.“Status Kesuburan Tanah Di Bawah Tegakan Eucalyptus Pellita
F.Mueii: Studi Kasus Di Hphti Pt. Arara Abadi, Riau (Soil fertility
ander Eucalyptus pellita F.Mu ell standsz Case study in PT. Arara
Ahadi, Riau)”. Landasan Penelitina Dasar-Dasar Tanah di Lapang.
Jurnal Manusia Dan Lingkungan 20 (l) :22-34.
Hendrawan,2015.Ilmu Kimia-Fisika. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
Hidayah,2017. Perbedaan Sifat Biologi Kimia Pada Berbagai Tipe Penggunaan
Lahan di ekosistem peraiaran, Inceptisol, dan Vertisol.Jurnal
Agroekoteknologi Tropika 2 (4) :32- 54.
Kartini,2016.Dasar-Dasar Ilmu Ekologi.Penerbit Akademika Pressindo.
Jakarta.
Ningsih,2017.Perbedaan Sifat Biologi Kimia Pada Berbagai Tipe Penggunaan
Lahan ekositem perairan, Inceptisol, dan Vertisol. Jurnal
Agroekoteknologi Tropika 2 (4) : 22-34.

Nurul,2015.Analisis Sifat Fisik Kimia dan Kesuburan Pada Lokasi RencanaHutan


Tanaman Industri PT Prima Multibuwana. Jurnal Hutan Tropis Borneo
10 ( 27):54-76.
Sastrawijaya,2000. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya : Penerbit Universias
Airlangga Press.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur kerja praktikum pengukuran faktor faktor fisiko kimia di
lingkungsn akuatik

Gambar 1.1. Pengukuran Suhu Air Gambar 1.2 Pengukuran Kecerahan


Air

Gambar 1.3 Pengukuran pH Air

Anda mungkin juga menyukai