Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EKOLOGI PERAIRAN

FAKTOR BIOLOGI, FISIK, DAN KIMIAWI

Disusun Oleh;
Nofridha Islami/1514140001
Nurul Hikmayani/1514141006
Ikbal/1514140003

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan yang paling penting bagi semua organisme yang ada
di dunia dan tidak terkecuali juga manusia. Air dikatakan tercemar apabila ada
pengaruh atau kontaminasi zat organik maupun anorganik ke dalam air. Hubungan ini
terkadang tidak seimbang karena setiap kebutuhan organisme berbeda-beda, ada yang
diuntungkan karena menyuburkan sehingga dapat berkembang dengan cepat
sementara organisme lain terdesak. Perkembangan organisme perairan secara
berlebihan merupakan gangguan dan dapat dikategorikan sebagai pencemaran, yang
merugikan organisme akuatik lainnya maupun manusia secara tidak langsung.
Pencemaran yang berupa penyuburan organisme tertentu disebut eutrofikasi yang
banyak di jumpai khususnya di perairan darat.
Lingkungan adalah suatu sistem yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan organisme. Artinya, tanpa adanya lingkungan, suatu organisme tidak
akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam hal ini, faktor lingkungan
memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup organisme.
Secara garis besar, faktor lingkungan terbagi atas dua, yaitu faktor biotik dan
abiotik. Faktor biotik terdiri atas manusia, hewan, tumbuhan dan mikroorganisme.
Sedangkan faktor-faktor abiotik contohnya adalah tanah, air, cahaya, udara, suhu,
kelembaban, curah hujan, dan lain-lain. Baik faktor biotik maupun abiotik
memberikan pengaruh yang sangat besar bagi suatu organisme. Sebagai contohnya
adalah air yang merupakan faktor lingkungan yang sangat penting bagi makhluk
hidup. Begitu juga dengan tanah, suhu, cahaya, udara, kelembaban, dan lain-lain.
Semuanya merupakan faktor lingkungan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk
hidup. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai faktor lingkungan sangat diperlukan.
Sehingga kita dapat mengetahui faktor-faktor lingkungan beserta peranannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Air menutupi dari 70% permukaan bumi. Sifat-sifat fisika dan kimia air
sangat penting dalam ekologi. Panas jenis, panas peleburan laten, serta panas
penguapan air latennya yang cukup tinggi berperan dalam pengaturan suhu
organisme. Air merupakan media pengangkutan yang ideal bagi molekul-molekul
melalui tubuh organism karena ia adalah pelarut yang kuat tanpa menjadi sangat aktif
secara kimia. Tegangan permukaan air yang tinggi menyebabkan pergerakan air
melalui organisme, dan juga bertanggung jawab bagi kenaikan tinggi air tanah.
Walaupun perairan tawar jumlahnya kecil sekali, tetapi macam atau bentuknya
banyak saekali sehingga penting dan menarik untuk dibicarakan. Pengertian air tawar
sering menjadi perdebatan, karena sulit untuk mendefinisikan dengan tegas. Hal ini
muncul karena ada perairan didaratan mengandung yang mengandung garam
(Ahmad, 2013).
Sungai tergolong dalam perairan umum, dan memiliki peranan penting bagi
manusia yaitu diantaranya sebagai sumber daya yang mampu mendukung
produktifitas sehari-hari, sebagai sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan akan
air minum, keperluan pemukiman, industri, pertanian, dan penunjang sarana rekreasi,
tempat yang baik dan murah untuk pembuangan limbah industri, dan merupakan
bottle neck (penyempitan) dalam siklus hidrologi (Soegianto, 1994).Salah satu
penyumbang kebutuhan akan air bersih yang ada di daerah Batu, Malang dan
sekitarnya diantaranya ialah Sungai Cangar yang masih berada di dalam ruang
lingkup Taman Hutan Raya R. Soerjo, Batu Malang. Perubahan lingkungan perairan
dapat diketahui dengan mengukur perubahan fisika, kimia dan biologi. Pengukuran
secara biologi dapat dilakukan dengan biomonitoring antara lain dapat menggunakan
hewan makrobenthos. Keberadaan makrobenthos pada suatu sungai sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik.Faktor
biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu
sumber makanan bagi makrobenthos.Sedangkan faktor abiotik adalah fisika-kimia air
yang diantaranya adalah suhu, arus, oksigen terlarut (DO), kedalaman air dan substrat
dasar (Allard dan Moreau, 1987). Hewan ini memegang beberapa peranan penting
dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik
yang memasuki perairan menurut Lind, 1985 dalam jurnal Rusdiana (2015).
Zona intertidal merupakan zona yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut
dengan luas area yag sempit antara daerah pasang tertinggi dan surut terendah. Pada
zona ini terdapat variasi faktor lingkungan yang cukup besar seperti fluktuasi suhu,
salinitas , kecerahan dan lain – lain. Variasi ini dapat terjadi pada daerah yang hanya
berjarak sangat dekat saja misalnya beberapa cm. Zona ini dihuni oleh organisme
yang keseluruhannya merupakan organisme bahari, salah satunya adalah algae
mikroskopis atau lebih dikenal dengan sebutan Fitoplankton. Fitoplankton memiliki
peranan yang paling penting karena berperan sebagai organisme autotrof yaitu
organisme yang mampu menghasilkan makanan sendiri. Kemampuan ini disebabkan
oleh kandungan klorofil pada fitoplankton, sehingga dengan bantuan cahaya matahari
fitoplankton mampu melakukan proses fotosintesis di dalam tubuhnya. Dengan kata
lain fitoplankton berperan sebagai produsen bagi konsumen yang hidup di lautan dan
sangat erat kaitannya dengan rantai makanan. Secara garis besar fitoplankton dapat
dibagi ke dalam empat golongan yaitu Diatom, Dinoflagelata, Trichodesmium dan
Kokolitoforid. Diatom merupakan golongan terpenting yang mendominasi
fitoplankton dan paling banyak ditemukan di laut terutama pada lokasi yang
melimpah akan nutrisi. Diatom digolongkan ke dalam kelas Bacillariophyceae, dapat
hidup sebagai sel tunggal ataupun berkoloni dengan kemampuan bereproduksi secara
seksual maupun aseksual. Golongan satu ini memiliki banyak sekali julukan karena
merupakan produsen primer yang sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan
hidup biota laut lainnya, salah satunya adalah “jewel of the sea”. Julukan ini diberikan
berdasarkan struktur morfologi dari diatom yakni mengandung silika (struktur utama
yang menyusun kaca), dengan berbagai variasi bentuk yang indah. Struktur khas
inilah yang membedakan diatom dengan golongan fitoplankton lainnya (Yudasmara,
2015).
Dalam setiap ekosistem terdapat komponen biotik dan abiotik yang saling
berinteraksi satu sama lain, begitu pula pada ekosistem pesisir. Komponen biotik
merupakan bagian dari ekosistem yang terdiri dari seluruh tingkatan makhluk yang
ada di wilayah ekosistem tersebut seperti tumbuhan, hewan, jamur dan bakteri.
Komponen biotik ini akan membentuk suatu hubungan memakan dan dimakan yang
disebut dengan rantai makanan. Sedangkan komponen abiotik adalah bagian dari
ekosistem yang terdiri atas unsur fisika dan kimia (non-hidup). Unsur fisika dan kimia
akan membentuk lingkungan. Lingkungan memegang peranan penting bagi
keberlangsungan hidup komponen biotik dalam suatu ekosistem. Faktorfaktor
lingkungan yang banyak mempengaruhi kehidupan dalam ekosistem pesisir antara
lain: gerakan air, salinitas, suhu, dan cahaya matahari (Yudasmara, 2015).
Plankton merupakan organisma air yang hidupnya melayang-layang dalam air
dan pergerakannya terutamadipargaruhi oleh pergerakan air (Schwoerbel, 1987).
Dikenal 2 jenis plankton yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah
organisma p lankton y ang bersi fat sebagai tumbuh-tumbuhan, sedangkan
zooplankton adalah organisma plankton yang bersifat hewan. Perbedaan diantara
keduanya terletak pada kemampuan fitoplankton dalam melakukan proses fotosintesis
dengan tersedianya klorofil dalam sel-sel organisma tersebut. Dalam rantai makanan
di suatu ekosistem air, fitoplankton termasuk ke dalam kelompok produsen karena
kemampuannya melakukan fotosintesis tersebut. Oleh karena itu keberadaan
fitoplankton di suatu ekosistem air menjadi sangat penting terutama dalam
mendukung kelangsungan hidup organisma air lainnya, seperti zooplankton, benthos
ikan dan sebagainya. Sebagai organisma air, plankton mempunyai kisaran toleransi
tertentu terhadap perubahan berbagai faktor lingkungan abiotik seperti temperatur air,
pH, kadaroksigen terlarut (DO) dan sebagainya. Sehingga perubahan nilai dari
berbagai faktor lingkungan abiotik tersebut secara langsung maupun tidak langsung
akan mempengaruhi keanekaragaman plankton (Barus, 2004).
BAB III
PEMBAHASAN

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk
hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi
mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus di tanamkan
pada segenap pengguna air.
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan
dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu dengan demikian, kualitas air akan
berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh: kualitas air untuk
keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air minum. Air yang
jernih bukan berarti air yang baik bagi ikan, karena jernih bukan satu-satunya sarat air
berkualitas bagi ikan. Sering dijumpai ikan hidup dan berkembang dengan “subur”
justru pada air yang bagi manusia menimbulkan kesan jorok. Ikan hidup dalam
lingkungan air dan melakukan interaksi aktif antara keduanya.
Ikan air boleh dikatakan sebagai suatu sistem terbuka dimana terjadi pertukaran
materi (dan energi), seperti oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), garam-garaman,
dan bahan buangan. pertukaran materi ini terjadi pada antar muka (Interface). Ikan-air
pada bahan berupa membran semipermeabel yang terdapat pada ikan. Kehadiran
bahan-bahan tertentu dalam jumlah tertentu akan mengganggu mekanisme kerja dari
membran tersebut, sehingga ikan pada akhirnya akan terganggu dan bisa
megakibatkan kematian.
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau
komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu
parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia
(pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi
(keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya)
Lima syarat utama kualitas air bagi kehidupan ikan adalah :
1. Rendah kadar amonia dan nitrit
2. Bersih secara kimiawi
3. Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang sesuai
4. Rendah kadar cemaran organik, dan
5. Stabil

I. Parameter Fisika
1. Suhu
Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh
vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur
perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di
akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air
pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya
perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan
gangguan kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres yang ditandai dengan
tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang
ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan terhadap infeksi fungi dan
bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah
memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah
menyebabkan menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat
berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen.
2. Kecerahan
Kecerahan merupakan ciri penentu untuk pencerahan, penglihatan
yang mana suatu sumber dilihat memancarkan sejumlah kandungan
cahaya.dalam kata lain kecerahan adalah pencerahan yang terhasil dari pada
kekilauan sasaran penglihatan, kecerahan merupakan suatu ukuran dimana
cahaya didalam air yang disebabkan oleh adanya partikel-partikel kaloid dan
suspensi dari suatu bahan pencemaran, antara lain bahan organik dari
buangan-buangan industri, rumah tangga, pertanian yang terkandung di
perairan ( Chakroff dalam Syukur, 2002).

3. Kedalaman
Kedalaman disuatu perairan saangat penting untuk diperahatikan, hal
ini dikarenakan kedalaman suatu perairan dapat mempengaruhi jumlah cahaya
yang akan masuk ke perairan dan ketersediaan oksigen diperairan tersebut,
jika disuatu perairan kekurangan cahaya masuk kedalamnya maka ikan
tersebut akan stress. Begitu juga halnya dengan kandungan oksigen, biasanya
diperairan dalam ketersediaan oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan
perairan dangkal.

II. Parameter Kimia

1. pH (Derajat Keasaman)
pH adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari sebuah contoh
cairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian besar persediaan
air memiliki pH antara 7,0-8,2 namun beberapa air memiliki pH di bawah 6,5
atau diatas 9,5. Air dengan kadar pH yang tinggi pada umumnya mempunyai
konsentrasi alkali karbonat yang lebih tinggi. Alkali karbonat menimbulkan
noda alkali dan meningkatkan farmasi pengapuran pada permukaan yang keras.
2. DO (Disolved Oxigent)

Oksigen adalah unsur vital yang di perlukan oleh semua organisme


untuk respirasi dan sebagai zat pembakar dalm proses metabolisme. Sumber
utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara
melalui kontak antara permukaan air dengan udara, dan dari proses
fotosintesis. Selanjutnya daur kehilangan oksigen melalui pelepasan dari
permukaan ke atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme.
Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan
musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan
(turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (effluent)
yang masuk ke dalam air (Effendi, 2003).

III. Parameter Biologi

1. Jenis-Jenis Plankton
Plankton adalah organisme yang berkuran kecil yang hidupnya
terombang-ambing oleh arus. Mereka terdiri dari makhluk yang hidupnya
sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton).
Zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan fitoplankton
terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta
mampu berfotosintesis (Dianthani, 2003).
Karena organisme planktonik biasanya ditangkap dengan
menggunakan jaring-jaring yang mempunyai ukuran mata jarring yang
berbeda, maka penggolongoan plankton dapat pula dilakukan berdasarkan
ukuran plankton. Penggolongan ini tidak membedakan fitoplankton dari
zooplankton, dan dengan cara ini dikenal lima golongan plankton, yaitu :
megaplankton ialah organisme plaktonik yang besarnya lebih dari 2.0 mm;
yang berukuran antara 0.2 mm-2.0 mm termasuk golongan makroplankton;
sedangkan mikroplankton berukuran antara 20 µm-0.2 mm. Ketiga golongan
inilah yang biasanya tertangkap oleh jaring-jaring plankton baku. Dua
golongan yang lainnya: nanoplankton adalah organisme planktonik yang
sangat kecil, yang berukuran 2 µm-0.2 mm; organisme planktonik yang
berukuran kurang dari 2 µm termasuk golongan ultraplankton. Nanoplankton
dan ultraplankton tidak dapat ditangkap oleh jaring-jaring plankton
baku.Untuk dapat menjaringnya diperlukan mata jaring yang sangat kecil.

2. Ikan
Ikan adalah makhluk hidup perairan dan juga ikan merupakan
parameter biologi yang dapat digunakan untuk meneliti parameter kualitas air
disuatu perairan. Jika disuatu perairan memiliki jenis ikan tertentu dalam
jumlah yang sedikit ini menunjukkan bahwa perairan itu tercemar atau kurang
baik untuk dilakukannya budidaya ikan, begitu pula sebaliknya, jika suatu
perairan jumlahnya yang terdapat didalamnya jumlah yang banyak dan
beragam jenisnya, maka hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut tidak
mengalami pencemaran dan cocok untuk pembudidayaan.

Plankton dan interaksinya


Plankton merupakan organisme air yang hidupnya melayang-layang dalam air
dan pergerakannya terutamadipargaruhi oleh pergerakan air (Schwoerbel, 1987).
Dikenal 2 jenis plankton yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah
organisma p lankton y ang bersi fat sebagai tumbuh-tumbuhan, sedangkan
zooplankton adalah organisma plankton yang bersifat hewan. Perbedaan diantara
keduanya terletak pada kemampuan fitoplankton dalam melakukan proses fotosintesis
dengan tersedianya klorofil dalam sel-sel organisma tersebut. Dalam rantai makanan
di suatu ekosistem air, fitoplankton termasuk ke dalam kelompok produsen karena
kemampuannya melakukan fotosintesis tersebut. Oleh karena itu keberadaan
fitoplankton di suatu ekosistem air menjadi sangat penting terutama dalam
mendukung kelangsungan hidup organisma air lainnya, seperti zooplankton, benthos
ikan dan sebagainya. Sebagai organisma air, plankton mempunyai kisaran toleransi
tertentu terhadap perubahan berbagai faktor lingkungan abiotik seperti temperatur air,
pH, kadaroksigen terlarut (DO) dan sebagainya. Sehingga perubahan nilai dari
berbagai faktor lingkungan abiotik tersebut secara langsung maupun tidak langsung
akan mempengaruhi keanekaragaman plankton (Barus, 2004).
Massa air dari lapisan bawah yang naik ke permukaan ini kaya nutrien yang
berperan penting dalam proses penyuburan perairan sebagai indikasi adanya
kelimpahan partikel tersuspensi berupa plankton (Nontji, 2007). Rahman (2008)
menyatakan bahwa pertumbuhan dan keberadaan plankton dipengaruhi oleh beberapa
faktor fisika, kimia, biologi (kesuburan perairan), antara lain; intensitas cahaya,
oksigen terlarut, suhu, salinitas dan ketersediaan unsur hara. Keberadaan plankton di
suatu perairan dapat memberikan informasi mengenai kondisi perairan tersebut
(Fachrul, 2005), dan sebagai jaring-jaring makanan di laut (Danielsdottir et al., 2007;
Smith et al., 2008). Samudera Hindia memiliki potensi perikanan dan kelautan yang
sangat besar ditinjau dari kelimpahan biotanya maupun cakupan besaran wilayahnya
(Dipo et al., 2011). Namun sayangnya masih sangat sedikit penelitian yang
dilakukan di kawasan ini, salah satu penelitian yang pernah dilaporkan antara lain
tentang suhu, salinitas, densitas dan kedalaman di Samudera Hindia bagian timur
(Rudi dan Muchlisin, 2005), sedangkan di bagian barat daya belum ada laporan baik
tentang faktor fisika dan kimia, maupun biologinya. Kesuburan perairan maupun
informasi mengenai potensi dan kondisi perairan dapat diketahui berdasarkan
kelimpahan plankton dan parameter fisika-kimia perairan. Melihat kedua hal tersebut
memiliki keterkaitan yang sangat penting dan dari segi keterbatasan penelitian
mengenai keterkaitan parameter fisika kimia dengan kelimpahan plankton belum
banyak dilakukan khususnya di Perairan Samudera Hindia bagian barat daya, maka
perlu untuk meneliti tentang keterkaitan antara kelimpahan plankton dengan
parameter fisika kimia di Perairan Samudera Hindia bagian barat daya (Novia, 2016).
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Istilah "ekosistem" dikenal cukup lama yang sekarang merupakan bagian dari
mainstream ilmu ekologi. Sebuah ekosistem didefinisikan sebagai sebuah unit spasial
eksplisit bumi yang mencakup semua organisme, bersama dengan semua komponen
lingkungan abiotik dalam batas-batasnya. Ekosistem di perairan mengandung
berbagai detritus, ratusan jenis organism termasuk bakteri, fitoplankton, zooplankton,
ikan, mamalia, burung, dll. Semua komponen ini terhubung dalam rantai makanan
yang kompleks dengan interaksi yang berkembang. Sampai saat ini, pengelolaan
perikanan telah banyak berdasarkan pendekatan spesies tunggal. Namun, pengelolaan
ekosistem merupakan pergeseran paradigma, serta sikap baru terhadap eksploitasi
sumber daya laut terbarukan. Selama ini dipahami bahwa ekosisitem diperairan
memiliki tingkat keterkaitan yang sangat tinggi (ekosistem mangrove, terumbu
karang dan padang lamun). Tingkat keterkaitannya dipengaruhi oleh bebagai hal
diantaranya oleh faktor fisik, biologi dan kimia. Salah satu dari berbagai hal yang
dapat dijadikan indikator kualitas ekosisitem yakni adanya asosiasi diantara
organisme dengan ekosistem.
DAFTAR PUSTAKA

Novia Rani, Adnan, Irwan Ramadhan Ritonga. 2016. Hubungan Parameter Fisika-
Kimia Perairan Dengan Kelimpahan Plankton Di Samudera Hindia
Bagian Barat Daya. ISSN Cetak: 2089-7790.

Rusdiana Puspa Ayu, Bambang Irawan, Noer Moehammadi, Thin Soedarti. 2015.
Kajian Distribusi Dan Keberadaan Makrobenthos Dalam Hubungannya
Dengan Suhu Di Aliran Sungai Air Panas Cangar Kota Batu

Yudasmara Gede Ari. 2015. Analisis Keanekaragaman Dan Kemelimpahan Relatif


Algae Mikroskopis Di Berbagai Ekosistem Pada Kawasan Intertidal Pulau
Menjangan Bali Barat. ISSN: 2303-3142 Vol. 4, No. 1.

Barus Ternala Alexander. 2004. Faktor-Faktor Lingkungan Abiotik Dan


Keanekaragaman Plankton Sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau
Toba. Manusia dan Lingkungan, Vol. XI, No. 2, Juli 2004, hal. 64-72.

Anda mungkin juga menyukai