Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH HORTIKULTURA

Tanaman Umbi Kayu (Manihot esculenta) dan


Kentang (Solanum tuberosum L.)

Disusun oleh:

NOFRIDHA ISLAMI

1514140001

BIOLOGI SAINS

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2019

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Di antara
kebutuhan yang lainnya, pangan merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang dapat terjamin. Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang yang dulu hingga sekarang
masih terkenal dengan mata pencaharian penduduknya sebagia petani atau
bercocok tanam. Luas lahan pertanianpun tidak diragukan lagi. Namun,
dewasa ini Indonesia justru menghadapi masalah serius dalam situasi
pangan di mana yang menjadi kebutuhan pokok semua orang.
Kentang (Solanum tuberosum L.) dan ubi kayu (Manihot
esculenta) merupakan umbi-umbian yang banyak digunakan sebagai
sumber karbohidrat atau makanan pokok bagi masyarakat dunia setelah
gandum, jagung dan beras. Sebagai umbi-umbian, kentang cukup
menonjol dalam kandungan zat gizinya. Perbandingan protein terhadap
karbohidrat yang terdapat di dalam umbi kentang lebih tinggi dari pada biji
serealia dan umbi lainnya. Kandungan asam amino umbi kentang juga
seimbang sehingga sangat baik bagi kesehatan (Niederhauser 1993).
Ubi kayu (cassava), adalah tanaman umbi-umbian berasal dari
Amerika Latin, yang sekarang sudah tersebar ke seluruh dunia.
Perbanyakan tanaman ubi kayu dapat dilakukan dengan cara generatif
(biji) dan vegetatif. Secara generatif (biji) biasanya dilakukan pada skala
penelitian (pemuliaan tanaman) yang bertujuan untuk menghasilkan
varietas baru. Ubi kayu lazimnya diperbanyak dengan cara vegetatif / stek
batang (Sosrosoedirdjo, 1992).
Potensi ubi kayu sebagai bahan pangan yang penting di dunia
ditunjukkan dengan fakta bahwa tiap 300 juta ton umbi-umbian dihasilkan
dunia dan dijadikan bahan makanan oleh sepertiga penduduk Negara
bagian tropis. Di samping itu, sekitar 45% dari total produksi umbi-
umbian dunia langsung dikonsumsi oleh produsen sebagai sumber kalori
di beberapa Negara. Untuk Provinsi Lampung sendiri produksi umbi setiap
tahunnya mengalami peningkatan.
Ubi kayu merupakan sumber karbohidrat yang cukup potensial dan
nilai gizinya juga cukup berarti bila diolah menjadi makanan ringan
berupa kue, tepung tapioka, tape, makanan ternak, gaplek, keripik
singkong dan sebagainya. Hasil olahan ubi berupa tepung dan gaplek
dalam bentuk chips, pellet, ataupun lainnya, yang telah lama menjadi
komoditi ekspor yang sangat penting dalam menyumbang pendapatan
devisa, karenanya merupakan asset yang sangat berharga dan perlu dijaga
kelestariannya sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekspor
pada masa-masa selanjutnya (Rukmana, 1997).
Umbi kentang mengandung sedikit lemak dan kolesterol, namun
mengandung karbohidrat, sodium, serat diet, protein, vitamin C, kalsium,
zat besi dan vitamin B6 yang cukup tinggi (Kolasa 1993).
Menurut Burlingame et al. (2009), selain sebagai sumber energi,
kentang juga mengandung serat makanan (sampai 3,3%), asam askorbat
(sampai 42 mg/100 g), kalium (sampai 693,8 mg/100 g), karotenoid total
(sampai dengan 2700 mcg/100 g), dan fenol antioksidan seperti asam
klorogenat (hingga 1570 mcg/100 g) dan polimer, dan anti-nutrisi seperti
α-solanin (0,001- 47,2 mg/100 g), dan jumlah protein yang lebih rendah
(0,85-4,2%), asam amino, mineral dan vitamin lain, dan komponen
bioaktif. Komposisi tersebut mempengaruhi kualitas produk (Simek 1980).
Kentang mempunyai laju respirasi dan laju produksi etilen yang
sangat rendah, sehingga mengindikasikan bahwa umbi kentang memiliki
daya simpan yang cukup lama. Namun demikian seiring dengan lamanya
waktu penyimpanan kentang dapat berakibat pada kerusakan baik secara
fisik, kimia, dan mikrobiologis.
Penanaman benih kentang bermutu, tepat waktu dan tepat umur
fisiologis adalah faktor utama penentu keberhasilan produksi kentang
(Wattimena, 2000). Sektor perbenihan merupakan salah satu pendukung
utama dalam program pembangunan pertanian karenanya perbenihan
merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian utama dalam
memenuhi kebutuhan benih berkualitas di Indonesia.
Khan et al. (2011) mengemukakan bahwa faktor yang berpengaruh
pada pertumbuhan tanaman kentang yang dapat dikontrol oleh petani yaitu
varietas kentang, nutrisi dan pengendalian hama dan penyakit. Selain itu,
kendala yang dihadapi pengembangan kentang di dataran medium adalah
suhu tanah yang relatif lebih tinggi dibandingkan di dataran tinggi yang
mengakibatkan gangguan bagi tanaman untuk berproduksi. Hasil
penelitian Rykaczewka (2015) mendapatkan bahwa selain produksi
mengalami hambatan, suhu yang tinggi menyebabkan tuberisasi sekunder
dan cacat fisiologis umbi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan budidaya tanaman jenis umbi di Indonesia?
2. Bagaimana teknik budidaya tanaman kentang dan ubi kayu?
3. Faktor apa saja yang menjadi syarat tumbuh dalam penanaman
tanaman kentang dan ubi kayu?
4. Bagaimana kandungan gizi yang terdapat pada kentang dan ubi kayu?
5. Apa saja manfaat yang dapat diperoleh dari tanaman jenis umbi?
C. Tujuan Penelitian
1. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan budidaya tanaman jenis
umbi di Indonesia
2. Mahasiswa dapat menguasai teknik budidaya tanaman kentang dan ubi
kayu?
3. Mahasiswa dapat mengetahui syarat tumbuh dalam penanaman
tanaman kentang dan ubi kayu?
4. Mahasiswa dapat mengenal jenis kandungan gizi yang terdapat pada
kentang dan ubi kayu
5. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat mengonsumsi umbi dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB III
PENUTUP

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas sayuran bernilai


ekonomi yang banyak dibudiusahakan petani setelah cabai dan bawang merah.
Kentang selain digunakan sebagai bahan makanan juga digunakan sebagai bahan
industri dan berpotensi untuk biofarmaka (Wattimena, 2008). Salah satu sentra
produksi kentang di Indonesia untuk daerah Jawa Barat adalah Pangalengan. Di
daerah Pangalengan terdapat beberapa pertanian kentang, hal ini didukung oleh
keadaan iklim yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan kentang.
Tanaman kentang sebagai objek biologi perlu dikembangkan produksinya
dalam hal ini fisiologi yang berperan, jadi diperlukan berpikir yang sibernatik dan
komprehensif. Komoditas kentang merupakan salah satu komoditas dari tanaman
hortikultura yang memiliki prospek yang cukup cerah, mengingat produksi
kentang memiliki peranan yang sangat penting yakni dapat menambah gizi bagi
masyarakat, dapat memenuhi permintaan untuk kebutuhan konsumsi hotel-hotel
dan restoran, sedangkan bagi petani dapat meningkatkan pendapatannya dan dari
segi penyediaan input (penjualan) mendapat keuntungan (Novary, 1997).
Secara umum petani memperoleh benih dengan menyisihkan sebagian ubi
dari hasil panen yang berukuran kecil tanpa melakukan seleksi benih, atau dari
petani lain berupa benih lokal yang tidak diketahui asal-usul benih tersebut
(Gunarto, 2003). Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Barat (2014) bahwa potensi
produksi kentang di Jawa Barat dapat mencapai 30 ton/ha, namun produksi
kentang mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 220,155 ton dengan luas
lahan panen 11,327 ha, pada tahun 2012 produksi kentang sebanyak 261,966 ton
dengan luas lahan panen 13,627 ha dan pada tahun 2013 produksi sebanyak
258,716 dengan luas lahan panen 13,820 ha. Produktivitas kentang berturut-turut
adalah 19,44ton/ha, 19,22 ton/ha, dan 18,72 ton/ha walaupun luas lahan panen
terus meningkat. Produksi ini masih dikatakan rendah karena jika dibandingkan
dengan potensi hasilnya yang diusahakan secara intensif yaitu sebesar 30 ton/ha.
Data tersebut menyatakan bahwa produktivitas kentang dari tahun 2011-2013
masih mengalami penurunan sehingga perlu ada upaya untuk meningkatkan hasil
produktivitas kentang, ditambah dengan konsumsi dalam negeri dan permintaan
pasar yang terus meningkat, peningkatan ini tidak lepas dari perubahan konsumsi
kentang saat ini.
Prospek serapan untuk konsumsi dan permintaan pasar terhadap komoditas
umbi-umbian termasuk ubi kayu dan kentang dapat dilihat dari jumlah penduduk
dan peningkatannya dari tahun ke tahun, karena kebutuhan untuk konsumsi
pangan meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk (Samadi, 2007).
Pertumbuhan dan perkembangan ditentukan oleh tingkat fotosintesis yang
berlangsung dengan air sebagai bahannya pokoknya, Subandi (2012)
menyebutkan “it is unavoidable to think of the important roles of water”; Subandi
dan Abdelwahab (2014) menyatakan “water is prerequisite of agriculture
activities”. Setelah air ada, perlu substansi lain, yaitu pupuk. Penggunaan pupuk
anorganik yang terus menerus sehingga mengakibatkan kerusakan pada
lingkungan, sehingga pemakaian pupuk organik menjadi solusi terbaik untuk
memperbaiki lingkungan terutama pada tanah, sehingga dengan penggunaan
kompos batang pisang yang merupakan limbah batang pisang sebagai limbah
organik bila digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos dimungkinkan
sekali akan sangat membantu di sektor pertanian sebagai penambah unsur hara
bagi tanaman, dapat memperbaiki sifat-sifat tanah yang sekaligus bisa pula
dijadikan sebagai sumber penghasilan tambahan bagi yang mau mengelolanya dan
sebagai sarana pemberdayaan bagi masyarakat luas (Riyanto, 2009).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Tanaman


Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari daerah tropika yaitu
dataran tinggi Andes Amerika. Daerah yang cocok untuk budidaya kentang adalah
dataran tinggi atau penggunungan dengan ketinggian 1000-1300 m di atas
permukaan laut, curah hujan 1500ml, suhu rata-rata harian 18-21 , serta
kelembaban udara 80-98% (Dinar, 2010).
Kentang merupakan tanaman bersifat menjalar. Batangnya berbentuk segi
empat, panjangnya biasa mencapai 50–120 cm. Batang dan daun berwarna hijau
kemerah–merahan. Bunga berwarna kuning keputihan atau ungu. Benang sarinya
berwarna kekuning-kuningan. Akarnya menjalar dan berukuran sangat kecil
bahkan sangat halus. Akar ini berwarna keputih-putihan.Varietas dapat
digolongkan dalam tiga golongan berdasarkan warna umbinya yaitu:
1) Kentang kuning, umbi kentang ini berkulit dan berdaging kuning
2) Kentang putih, kulit dan daging umbi kentang ini berwarna putih
3) Kentang merah, kulit dan umbinya kemerah-merahan
2.1.1 Sistematika tumbuhan
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genum : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum

2.1.2 Teknik Budidaya Tanaman Kentang


Teknik budi daya yang baik adalah dengan penggunaan bibit yang
berkualitas baik, pelaksanaan pemeliharaan tepat waktu, penggunaan pupuk dan
pestisida yang tepat. Penggunaan bibit yang berkualitas rendah perlu dihindari
karena akan menyebabkan tanaman menjadi layu dan saat pemanenan akan
banyak umbi yang menjadi busuk. Iklim juga menjadi penentu tingkat
keberhasilan saat pemanenan karena apabila curah hujan sangat tinggi maka
keadaan tanah akan menjadi lembab.
Pertumbuhan tanaman kentang terbagi menjadi tiga stadium yaitu stadium
awal pertumbuhan, stadium pertumbuhan tertinggi, dan stadium penyempurnaan
umbi (Sulaeman, 1997). Pertumbuhan awal tanaman sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan air, kesiapan tunas, dan gangguan hama dan penyakit tanaman.
Perkembangan tunas yang prima akan membentuk organ tumbuh lainnya seperti
batang, daun, stolon, dan umbi. Sejak bibit ditanam sampai muncul tunas ke
permukaan tanah memerlukan waktu antara 10 sampai 14 HST.

A. Syarat Pertumbuhan
Beberapa faktor lingkungan yang dijadikan syarat tumbuh tanaman kentang yaitu:
a) Iklim
Curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran 9-10 jam/hari, suhu
optimal 18-21 °C, kelembaban 80-90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m
dpl.
b) Media Tanam
Struktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase
baik dan memiliki lapisan olah yang dalam dan pH antara 5,8-7,0. 1.
Kelembapan tanah yang cocok untuk umbi kentang adalah 70%. Kelembapan
tanah yang lebih dari ini menyebabkan kentang mudah diserang oleh penyakit
busuk batang.
B. Pedoman Teknis Budidaya
I. Pembibitan
 Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram, umur
150-180 hari, tidak cacat, dan varitas unggul. Pilih umbi berukuran
sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai generasi keempat
saja. Setelah tunas + 2 cm, siap ditanam.
 Bila membeli bibit (usahakan bibit yang bersertifikat), berat antara 30-
45 gram dengan 3-5 mata tunas. Penanaman dapat dilakukan
tanpa/dengan pembelahan. Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4
potong menurut mata tunas yang ada.

Pengolahan Media Tanam


Lahan dibajak sedalam 30-40 cm dan biarkan selama 2 minggu sebelum
dibuat bedengan dengan lebar 70 cm (1 jalur tanaman)/140 cm (2 jalur tanaman),
tinggi 30 cm dan buat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.

Teknik Penanaman
1. Cara Penanaman
Jarak tanaman tergantung varietas, 80 cm x 40 cm atau 70 x 30 cm dengan
kebutuhan bibit + 1.300-1.700 kg/ha (bobot umbi 30-45 gr). Waktu tanam
diakhir musim hujan (April-Juni).
2. Pemeliharaan Tanaman
 Penyulaman: Penyulaman untuk mengganti tanaman yang tidak
tumbuh/tumbuhnya jelek dilakukan 15 hari semenjak tumbuh.
 Penyiangan: Penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa
penanaman 2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan
dan penggemburan.
3. Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah
terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara.
4. Pengairan
Pengairan 7 hari sekali secara rutin dengan di gembor, Power Sprayer atau
dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 15-20 menit).

Pengelolaan Hama dan Penyakit


a. Hama
 Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat menyerang daun hingga habis daunnya. Pengendalian: (1)
memangkas daun yang telah ditempeli telur; (2) penyemprotan Natural Vitura
dan sanitasi lingkungan.
 Kutu daun (Aphis Sp)
Gejala: kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga
dapat menularkan virus. Pengendalian: memotong dan membakar daun
yang terinfeksi, serta penyemprotan Pestona atau BVR.
 Orong-orong (Gryllotalpa Sp)
Gejala: menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman
muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri.
Pengendalian: Pengocoran Pestona.
 Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)
Gejala: daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti benang
berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang
terserang bila dibelah, terlihat lubang-lubang karena sebagian umbi
telah dimakan. Pengendalian : Pengocoran Pestona.
 Hama trip ( Thrips tabaci )
Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih, berubah
menjadi abu-abu perak dan mengering. Serangan dimulai dari ujung-
ujung daun yang masih muda.
Pengendalian:
(1) memangkas bagian daun yang terserang;
(2) mengunakan Pestona atau BVR.

b. Penyakit
 Penyakit busuk daun
Penyebab: jamur Phytopthora infestans.
Gejala: timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak
basah hingga warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan
bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium dan daun
membusuk/mati. Pengendalian: sanitasi kebun.
 Penyakit layu bakteri
Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum.
Gejala: beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua,
daun bagian bawah menguning. Pengendalian: sanitasi kebun,
pergiliran tanaman. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada
sebelum atau awal tanam.
 Penyakit busuk umbi
Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes.
Gejala: daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian
tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak berwarna
coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk.
Pengendalian: pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan bibit
yang baik.
 Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium sp.
Gejala: busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga
menyerang kentang di gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui
luka-luka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis. Pengendalian:
menghindari terjadinya luka pada saat penyiangan dan pendangiran.
Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal
tanam.
 Penyakit bercak kering (Early Blight)
Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman sakit
dan berkembang di daerah kering. Gejala: daun berbercak kecil tersebar
tidak teratur, warna coklat tua, meluas ke daun muda. Permukaan kulit
umbi berbercak gelap tidak beraturan, kering, berkerut dan keras.
Pengendalian: pergiliran tanaman.
 Penyakit karena virus Virus yang menyerang adalah:
(1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun menggulung;
(2) Potato Virus X (PVX) menyebabkan mosaik laten pada daun;
(3) Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal;
(4) Potato Virus A (PVA) menyebabkan mosaik lunak;
(5) Potato Virus M (PVM) menyebabkan mosaik menggulung;
(6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik lemas.
Gejala: akibat serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan
umbi kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun menguning dan
jaringan mati. Penyebaran virus dilakukan oleh peralatan pertanian,
kutu daun Aphis spiraecola, A. gossypii dan Myzus persicae, kumbang
Epilachna dan Coccinella dan nematoda.
Pengendalian: tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus,
pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan menanam bibit bebas
virus, membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman
sakit, mengendalikan vektor dengan Pestona atau BVR dan melakukan
pergiliran tanaman.

Gambar 1. (a) Trips, (b) kutudaun, (c) gejala serangan tungau, dan (d)
ulat grayak

Pemanenan
Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung
varietas tanaman. Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen jika daunnya
telah berwarna kekuning-kuningan atau coklat dan layu yang bukan disebabkan
serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna kekuningan (agak mengering)
dan kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat
mengelupas bila digosok dengan jari.
a. Teknik pemanenan:
 Hentikan penyiraman dan biarkan mereka kering di dalam tanah selama
sekitar satu minggu.
 Gali gundukannya dengan hati-hati, pastikan Anda tidak merusak
kentangnya, dan tarik kentang yang matang ketika Anda
menemukannya.
 Keringkan kentangnya. Kentang yang matang harus dikeringkan selama
beberapa hari sebelum Anda menyimpannya. Ini akan memberi waktu
kepada kentang untuk mengembangkan kulit yang keras yang akan
melindungi mereka dari pembusukan selama berbulan-bulan.
 Biarkan kentang yang baru dipanen terhampar di permukaan tanah
untuk satu atau dua hari agar kering di bawah sinar matahari. Jangan
mencucinya sebelum kering.
 Jika terjadi hujan, keringkan kentang di dalam ruangan selama beberapa
hari sebagai gantinya.
 Cuci kentang Anda dan simpan di tempat yang sejuk dan kering.

2.2 Produktivitas Tanaman Kentang


Permasalahan yang sering dihadapi dalam produksi kentang nasional adalah
hasil yang berfluktuatif. Salah satu penyebabnya terjadi saat kegiatan budidaya
dilaksanakan yaitu perlakuan pembumbunan. Pembumbunan sangat berpengaruh
terhadap hasil yang akan didapatkan. Keadaan bumbunan yang baik dan ideal
sangat diharapkan yaitu bumbunan yang tidak terlalu pendek ataupun terlalu
tinggi (Setiadi dan Nurulhuda, 2008). Bumbunan yang terlalu pendek akan
membuat umbi muncul ke permukaan dan terkena sinar matahari sehingga umbi
berwarna hijau, sedangkan bumbunan yang terlalu tinggi akan menyebabkan umbi
lebih mudah terserang penyakit (Cortbaoui, 1997). Kenyataan di lapangan,
pembuatan bumbunan seringkali tidak seragam tergantung dari pekerja yang
membuat bumbunan tersebut sehingga akan didapatkan tinggi bumbunan yang
berbeda-beda.
Alternatif menangani masalah ini adalah dengan melakukan pembumbunan
dengan ketinggian yang ideal sejak awal penanaman. Pembumbunan dengan
ketinggian yang ideal sejak awal penanaman diharapkan dapat mengurangi
permasalahan yang terjadi dari pembumbunan yang tidak sesuai. Tujuan akhir dari
pembumbunan ideal ini adalah mendapatkan produksi kentang yang tinggi.
Masalah produktivitas kentang umumnya antara lain adalah serangan
penyakit yang sangat tinggi akibat dari cuaca yang ekstrim yaitu hujan yang terus-
menerus. Penyakit yang merugikan bagi pertanaman diantaranya layu bakteri
(Ralstoniasolanacearum), busuk daun (Phytopthora infestans), dan penyakit kudis
(Streptomyces scabies). Masalah budi daya yang sering terjadi yaitu pada saat
penyiangan gulma yang tidak bersih, masih banyak akar dan umbi gulma yang
tertinggal sehingga gulma dapat tumbuh kembali.

2.1.3 Kandungan gizi


Kentang selain sebagai sumber karbohidrat, kentang juga memiliki
kandungan nutrisi lain yang cukup tinggi, diantaranya protein dan beberapa
vitamin seperti vitamin A, vitamin B komplek serta vitamin C. Perbandingan
protein terhadap karbohidrat yang terdapat di dalam ubi kentang lebih tinggi
daripada biji serealia dan ubi lainnya.
Tabel 2.1. Kandungan gizi kentang
Kandungan gizi Jumlah
Energi 83,00 kal
Karbohidrat 19,10 g
Protein 200 g
Lemak 0,10 g
Kalsium 11,00 mg
Fosfor 56,00 g
Besi 0,70 g
Vitamin A 00,0 RE
Vitamin B1 0,09 mg
Vitamin B2 0,03 mg
Vitamin C 16,00 mg
Niacin 1,40 mg

2.1.4 Manfaat Kentang


Kentang termasuk keluarga umbi-umbian yang berasal dari Amerika, dan
sudah dibudidayakan pada negara-negara lain termasuk Indonesia. Pada negara
asalnya sendiri, kentang sudah dijadikan makanan pokok bagi penduduknya.
Tidak mengherankan karena kentang merupakan salah satu penghasil karbohidrat
sebagai sumber energi. Pada kandungan sebuah kentang, tersimpan manfaat yang
baik bagi tubuh.

Manfaat Kentang Untuk Kesehatan


1. Pencegahan kanker
Vitamin B6 pada kentang ampuh melawan terjadinya pembentukan tumor
dalam tubuh yang sangat memicu kanker, dalam hal ini adalah kanker
prostat pada pria dan kanker rahim pada wanita. Mengkonsumsi kentang
akan mencegah tumbuhnya sel kanker dalam tubuh dan telah banyak studi
yang membuktikannya.
2. Mengurangi kadar kolesterol
Manfaat kentang dalam mengurangi kadar kolesterol berasal dari
kandungan zat potasium yang cukup banyak dalam dirinya. Seperti yang
dapat kita temui pada manfaat pisang, zat potasium membantu
menghalangi penumpukan kolesterol dalam darah. Kalori yang rendah
pada kentang, dapat menjadi menu diet rendah kolesterol anda, tentu saja
tanpa di goreng.
3. Mengurangi resiko batu ginjal
Memang pada kentang kandungan kalsium dan zat besi dapat memicu
pembentukan batu ginjal, namun magnesium yang kaya pada kentang
dapat menolak kalsium yang ada pada jaringan ginjal. Pada orang-orang
penderita batu ginjal, kentang bukan merupakan makanan yang ‘haram’
bahkan beberapa menu diet juga melibatkan kentang.
4. Kesehatan Tulang
Kentang sangat baik untuk tulang, kandungan zat besi yang terdapat pada
kentang memastikan ia sangat membantu pertumbuhan dan kesehatan
tulang secara keseluruhan. Zat Besi, kalsium, fosfor, magnesium, dan seng
yang ada dalam kentang merupakan kombinasi sempurna untuk
membangun dan membentuk struktur serta kekuatan tulang.
5. Menurunkan Tekanan Darah Tinggi
Asupan natrium harus dikurangi agar dapat membantu dalam hal
menurunkan tekanan darah, namun meningkatkan asupan kalium cukup
penting untuk menurunkan tekanan darah ini. Sumber zat lain seperti
kalium, magnesium, dan kalsium merupakan zat yang dipercaya dapat
menurunkan anda yang memiliki tekanan darah tinggi.
6. Kesehatan Jantung
Ada banyak zat gizi yang terdapat di dalam sebuah kentang yang dapat
mendukung kinerja jantung yang sehat, Serat, kalium, vitamin C dan
vitamin B-6 adalah beberapa diantaranya. Kentang juga tidak memiliki
kandungan kolesterol yang tinggi semuanya sangat baik untuk Jantung.
7. Membangun dan pembentukan sel
Sebagian besar protein dan asam amino membutuhkan vitamin B6 untuk
sintesis dalam pembentukan DNA dalam tubuh. Untuk itu vitamin B6 ini
juga dibutuhkan untuk pembuatan sel sel baru dalam tubuh kita.
8. Kesehatan Otak & Saraf
Kandungan vitamin B6 yang tinggi juga sangat membantu kesehatan otak
dan membantu dalam proses transmisi yang dilakukan dalam saraf.
2.2 Ubi Kayu
2.2.1. Morfologi
Morfologi Tanaman Ubi Kayu
a. Akar
Ubi kayu mempunyai sistem perakaran tunggang, sehingga penyebaran
pertumbuhan akarnya dapat mencapai diameter > 30 cm, menyesuaikan
dengan diameter tajuk daunnya. Akar ubi kayu selain berfungsi sebagai
penyerapan mineral dan unsur hara, juga berfungsi sebagai penyimpan
cadangan makanan berupa glukosa (pati). Pada akar lateral muda mula-
mula mengembung dan terus terisi oleh glukosa yang dihasilkan dari
proses fotosintesa daun, kemudian bertambah besar menjadi umbi, yang
disebut ketela.
b. Batang
Ubi kayu memiliki batang yang berkambium dan pertumbuhannya
bercabang. Terdapat mata tunas dibagian atas disetiap berkas pembuluh
daun. Kadang-kadang terlihat lentisel yang cukup lebar pada permukaan
batangnya.
c. Daun
Daun ubi kayu berwarna hijau tua dengan sistem pertulangan menjari.
Daun mayoritas berjumlah ganjil, dengan memiliki tangkai daun yang
panjang. Daun berbentuk menjari akan menambah luasan paparan sinar
matahari, sehingga proses fotosintesis berjalan maksimal.
2.2.2 Teknik Budidaya Ubi kayu
a. Pengolahan Tanah

Tujuan utama pengolahan tanah adalah;


 Memperbaiki struktur tanah.
 Menekan pertumbuhan gulma.
 Menerapkan konservasi tanah untuk memperkecil peluang
terjadinya erosi.
Pengolahan tanah berdasarkan jenis tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
1. Tanah ringan atau gembur : tanah cukup dibajak atau dicangkul satu kali,
kemudian diratakan dan dapat langsung ditanami.
2. Tanah agak berat : tanah dibajak atau dicangkul 1-2 kali, kemudian
diratakan dan dibuat bedengan atau guludan, untuk selanjutnya ditanami.
3. Tanah berat dan berair: tanah dibajak atau dicangkul sebanyak dua kali
atau lebih, kemudian dibuat bedengan atau guludan sekaligus sebagai
saluran drainase. Penanaman dilakukan di atas guludan (Wargiono, 1979).
Pada lahan miring atau peka terhadap erosi, penolahan tanah harus dikelola
dengan sistem konservasi, yaitu:
1. Tanpa olah tanah.
2. Pengolahan tanah minimal adalah pengolahan tanah secara larik atau
individual. Pengolahan tanah ini efektif untuk mengendalikan erosi, tetapi
hasil ubi kayu pada umumnya rendah.
3. Pengolahan tanah sempurna dengan sistem guludan kontur. Pengolahan
tanah sempurna didasarkan pada pencapaian hasil yang tinggi, biaya
pengolahan tanah dan pengendalian gulma rendah serta tingkat erosi
minimal. Dalam hal ini tanah dibajak dengan traktor 3-7 singkal piring
atau secara tradisional (dengan ternak) sebanyak 2 kali atau satu kali yang
diikuti dengan pembuatan guludan. Untuk lahan peka erosi, guludan juga
berperan sebagai pengendali erosi, sehingga guludan dibuat searah kontur
(Wargiono et al., 2006).
b. Persiapan Bibit
Tanaman ubi kayu dibudidayakan dengan menggunakan stek batang.
Perkecambahan stek tergantung pada kondisi varietas, umur tanaman,
penyimpanan dan lingkungan. Teknik pengambilan stek:
1. Stek diambil dari batang bagian tengah tanaman ubi kayu yang berumur 8-
12 bulan.
2. Batang dapat digunakan sebagai stek apabila masa penyimpanannya
kurang dari 30 hari setelah panen, masa simpan stek selama 15 hari setelah
panen.
3. Penyimpanan stek yang baik adalah dengan cara posisi batang tegak,
disimpan di bawah naungan.
4. Panjang stek optimum adalah 20-25 cm, dengan jumlah mata tunas paling
sedikit 10 mata.
5. Sebelum tanam, stek dapat diperlakukan dengan insektisida dan fungisida
untuk mencegah serangan hama dan penyakit (Anonim, 2003).
Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, maka stek harus dipilih
dari tanaman yang sehat, diameter stek antara 2-3 cm dan umurnya seragam.
Pada saat memotong stek, diusahakan kulit batang tidak terkelupas supaya tidak
mudah kering dan daya tumbuhnya baik.
c. Pola Tanam
Ubi kayu dapat ditanam secara monokultur maupun tumpangsari. Pola
monokultur umumnya dikembangkan dalam usaha tani komersial atau
usahatani
alternatif pada lahan marjinal, di mana komoditas lain tidak produktif atau
usahatani dengan input minimal bagi petani yang modalnya terbatas. Pola
tumpangsari diusahakan oleh petani berlahan sempit, baik secara komersial
maupun subsisten.
 Pola monokulturJarak tanam yang digunakan dalam pola monokultur
ada beberapa macam, diantaranya adalah :
1. 1 m x 1 m (10.000 tanaman/ha),
2. 1 m x 0,8 m (12.500 tanaman/ha),
3. 1 m x 0,75 m (13.333 tanaman/ha),
4. 1 m x 0,5 m (20.000 tanaman/ha),
5. 0,8 m x 0,7 m (17.850 tanaman/ha), dan
6. 1 m x 0,7 m (14.285 tanaman/ha).
Pemilihan jarak tanam ini tergantung dari jenis varietas yang digunakan dan
tingkat kesuburan tanah. Untuk tanah-tanah yang subur digunakan jarak tanam 1
m x 1m; 1 m x 0,8 m; 1 m x 0,75 m maupun 1 m x 0,7 m. Sedangkan untuk tanah-
tanah miskin digunakan jarak tanam rapat yaitu 1 m x 0,5 m, 0,8 m x 0,7 m.
 Pola tumpangsari
Pola tumpangsari dilakukan dengan mengatur jarak tanam ubi kayu sedemikian
rupa sehingga ruang diantara barisan ubi kayu dapat ditanami dengan tanaman
lain (kacang-kacangan, jagung maupun padi gogo). Pengaturan jarak tanam ubi
kayu diistilahkan dengan double row (baris ganda).
d. Pemupukan
Penanaman ubi kayu baik pada pola monokultur maupun tumpangsari
dapat dilakukan segera setelah bibit dan lahan siap. Pada pola tumpangsari, ubi
kayu ditumpangsarikan dengan jagung dan tanaman kacang-kacangan seperti
dengan kedelai maupun kacang tanah. Pada pola tanam ini, ubi kayu ditanam
bersamaan atau sehari sesudahnya. Namun sekarang tersedia beberapa teknik
budidaya dengan pola tumpangsari, antara lain tanaman kacang-kacangan ditanam
1-2 minggu sebelum atau sesudah tanam ubi kayu.
Ubi kayu merupakan tanaman yang mampu berproduksi tinggi, tetapi juga
cepat menguruskan tanah. Untuk mendapatkan hasil yang tinggi, diperlukan
penambahan hara yang cukup tinggi juga, tergantung pada tingkat kesuburan
tanahnya. Untuk tanah-tanah berat perlu ditambahkan pupuk organik yang
ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.
Untuk pola tanam monokultur, pupuk yang dianjurkan adalah 200 kg Urea +
100 kg KCl + 100 kg SP-36/ha. Pemupukan dilakukan dua tahap, tahap pertama
diberikan pada umur 1 bulan dengan dosis 100 kg Urea + 50 kg KCL + 100 kg
SP-
36/ha, sedangkan sisanya diberikan pada tahap kedua yaitu pada umur 3 bulan.
Untuk pola tanam tumpangsari, dosis pupuk yang dianjurkan berbeda, yaitu:
Ubi kayu : 200 kg Urea/ha + 100 kg SP36/ha + 100 kg KCl/ha
Jagung : 300 kg Urea/ha + 100 kg SP36/ha + 100 kg KCl/ha
Kacang tanah, kedelai, kacang hijau: Acuan dosis pemupukan seperti pada
budidaya
monokultur (50 kg urea, 100 kg SP36, 50 kg KCl per ha). Pemupukan diberikan
saat
tanam. Untuk lahan masam dapat ditambah dolomit 500 kg/ha. Pemupukan
dilakukan
dengan cara ditugal pada jarak 5-20 cm dari pangkal batang.
e. Pemeliharaan
Untuk mendapatkan pertanaman ubi kayu yang sehat, baik, seragam dan
berproduksi tinggi, harus dilakukan pemeliharaan, meliputi penyulaman,
penyiangan, pembumbuhan dan pemberantasan hama dan penyakit.
 Penyulaman
Penyulaman dilakukan segera setelah diketahui adanya tanaman yang
tidak tumbuh, paling lambat 1 minggu setelah tanam.
 Penyiangan
Kelemahan ubi kayu adalah pada fase pertumbuhan awal tidak mampu
berkompetisi dengan gulma. Periode kritis atau periode tanaman harus
bebas gangguan gulma adalah antara 5-10 minggu setelah tanam. Bila
pengendalian gulma tidak dilakukan selama periode kritis tersebut,
produktivitas dapat turun sampai 75% dibandingkan kondisi bebas
gulma (Wargiono, 2007). Oleh karena itu, pengendalian gulma
dilakukan pada 2 tahap, yaitu pada umur 4-5 minggu setelah tanam dan
8 minggu setelah tanam (Anonim, 2007).
 Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan untuk menggemburkan tanah.
Pembumbunan dilakukan pada umur 2-4 bulan (De Silva, 2007). Pada
umur ini tanaman ubi kayu mulai melakukan pembentukan umbi,
sehingga dibutuhkan tekstur tanah yang gembur untuk untuk
perkembangan umbinya.
 Pemberantasan hama dan penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan apabila terjadi serangan.
Hama yang biasa dijumpai pada tanaman ubi kayu adalah hama tungau
merah yang muncul pada musim kemarau. Pemberantasan terhadap
hama ini dilakukan dengan cara fumigasi menggunakan larutan
belerang dicampur dengan larutan sabun. Untuk penyakit yang biasa
dijumpai adalah Xanthomonas manihotis (jenis bakteri), gejala
serangan: daun mengalami bercak-bercak seperti terkena air panas.
Pemberantasan dilakukan dengan menggunakan bakterisida dan
penyakit bercak daun (Cercospora henningsii) yang sering dijumpai
menyerang daun yang sudah tua.
f. Panen
Panen tergantung dari umur masing-masing varietas. Varietas ubi kayu yang
berumur genjah panen dapat dilakukan pada umur 6-8 bulan, sedangkan varietas
berumur dalam dilakukan pada umur 9-12 bulan. Namun secara umum, panen
dilakukan pada umur antara 8-12 bulan.
2.2.3 Syarat Tumbuh
Ubi kayu merupakan salah satu tanaman pangan yang dapat tumbuh dan
berproduksi pada lingkungan dimana tanaman pangan yang lain seperti padi dan
jagung tidak dapat. Meskipun demikian, untuk dapat tumbuh, berkembang dan
menghasilkan umbi dengan baik, ubi kayu menghendaki kondisi lingkungan
tertentu, baik kondisi lingkungan di atas permukaan tanah (iklim) maupun di
bawah permukaan tanah.
a. Iklim
Ubi kayu merupakan tanaman tropis. Wilayah pengembangan ubi kayu
berada pada 30o LU dan 30o LS. Namun demikian, untuk dapat tumbuh,
berkembang dan berproduksi, tanaman ubi kayu menghendaki persyaratan
iklim tertentu
b. Suhu Tanaman
Ubi kayu menghendaki suhu antara 18℃ -35℃. Pada suhu di bawah 10℃
pertumbuhan tanaman ubi kayu akan terhambat. Kelembaban udara yang
dibutuhkan ubi kayu adalah 65% (Suharno et al., 1999). Namun demikian,
untuk berproduksi secara maksimum tanaman ubi kayu membutuhkan
kondisi tertentu, yaitu pada dataran rendah tropis, dengan ketinggian 150
m di atas permukaan laut (dpl), dengan suhu rata-rata antara 25-27℃,
tetapi beberapa varietas dapat tumbuh pada ketinggian di atas 1500 m dpl.
c. Curah hujan
Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik apabila curah hujan cukup,
tetapi tanaman ini juga dapat tumbuh pada curah hujan rendah (< 500
mm), ataupun tinggi (5000 mm). Curah hujan optimum untuk ubi kayu
berkisar antara 760-1015 mm per tahun. Curah hujan terlalu tinggi
mengakibatkan terjadinya serangan jamur dan bakteri pada batang, daun
dan umbi apabila drainase kurang baik (Suharno et al., 1999).
d. Tanah
Ubi kayu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Pada daerah di mana
jagung dan padi tumbuh kurang baik, ubi kayu masih dapat tumbuh
dengan baik dan mampu berproduksi tinggi apabila ditanam dan dipupuk
tepat pada waktunya. Sebagian besar pertanaman ubi kayu terdapat di
daerah dengan jenis tanah Aluvial, Latosol, Podsolik dan sebagian kecil
terdapat di daerah dengan jenis tanah Mediteran, Grumusol dan Andosol.
Tingkat kemasaman tanah (pH) untuk tanaman ubi kayu minimum 5.
Tanaman ubi kayu memerlukan struktur tanah yang gembur untuk
pembentukan dan perkembangan umbi. Pada tanah yang berat, perlu
ditambahkan pupuk organik (Wargijono, 1979).

2.2.4 Kandungan Gizi dan Manfaat Ubi Kayu

Kandung
Jenis Nutrisi / Gizi an AKG%
150kcal
Kalori (Energi) (670 kJ) 8%
Karbohidrat 38,1g 29%
Air 60g –
Protein 1,4g 2,5%
Gula 1,7g –
Serat 1,8g 4.0%
Lemak 0,3g 1%
Vitamin A 13UI <1%
Vitamin C 20,6mg 25%
Vitamin D – –
Vitamin E 0,19mg 1%
Vitamin K 1,9µg 1,5%
Vitamin B1 (Thiamine) 0,087mg 8%
Vitamin B2 (Riboflavin) 0,048mg 4%
Vitamin B3 (Niacin) 0,854mg 6%
Vitamin B6 0,088mg 7%
Vitamin B9 (Folat) 27µg 7%
Kalsium 16mg 2%
Zat Besi 0,27mg 2%
Magnesium 21mg 6%
Fosfor 27mg 4%
Potassium (Kalium) 271g 6%
Sodium 14mg 1%
Seng (Zinc) 0,34mg 4%
Tabel.2 Jumlah AKG per 100 gram

Selain dapat dijadikan makanan pokok yang kaya dengan karbohidrat dan Kalori,
Ubi kayu juga memiliki beberapa manfaat bagi orang yang mengkonsumsinya.
Berikut ini adalah beberapa manfaatnya bagi kesehatan kita.
1. Menjaga Kesehatan Jantung
Ubi kayu dapat membantu menurunkan Kolesterol LDL yaitu kadar
kolesterol sering dianggap sebagai Kolesterol Jahat. Selain itu, juga dapat
membantu menurunkan kadar Trigliserida karena kandungan serat
makanannya yang tinggi.
2. Mengendalikan Tekanan Darah
Potassium atau Kalium dalam Ubi Kayu berperan sebagai komponen
penting dari sel dan cairan tubuh yang membantu mengatur detak jantung
dan tekanan darah. Potassium atau Kalium juga merupakan vasodilator
yang membantu memperlebar pembuluh darah sehingga mengurangi
tekanan darah.
3. Membantu Menurunkan Berat Badan
Ubi Kayu mengandung Amilosa yang merupakan sumber karbohidrat
kompleks utama yang secara perlahan dipecah oleh tubuh dan dapat
meningkatkan rasa kenyang. Serat juga dapat membantu dalam
menurunkan berat badan dengan mempertahankan rasa kenyang pada
waktu yang relatif lama.
4. Mengurangi Risiko Penyakit Kanker
Ubi kayu mengandung beberapa antioksidan seperti Vitamin C, Beta
Karoten, dan Saponin yang memainkan peranan penting dalam mencegah
radikal bebas masuk ke tubuh. Radikal Bebas dipercayai sebagai penyebab
terbentuknya sel kanker. Antioksidan tersebut diketahui membantu tubuh
melindungi sel-sel Anda dari kerusakan oleh radikal bebas dan
memperbaiki DNA yang rusak. Sebuah studi tentang Fitoterapia dilakukan
oleh para ilmuwan dari Universitas Tianjin menemukan bahwa Saponin
yang terkandung oleh tanaman dapat membantu mencegah kanker.
5. Membantu Meringankan Kecemasan dan Stres
Vitamin dan mineral yang terkandung dalam umbi juga diketahui dapat
membantu tubuh dalam mengurangi kecemasan dan stress dengan cara
meningkatkan perasaan dan suasana hati yang baik serta menyenangkan.
Magnesium yang dikandung oleh ubi dikenal sebagai penghilang stres dan
berperan dalam menenangkan sistem saraf.
6. Mencegah Anemia
Zat Besi atau Iron yang terkandung dalam Ubi Kayu ini dapat membantu
tubuh untuk membentuk dua protein penting yaitu Hemoglobin (molekul
protein dalam sel darah merah) dan Mioglobin (protein yang ditemukan di
jantung dan otot) yang berfungsi untuk membantu membawa oksigen ke
seluruh jaringan tubuh. Dengan dua protein penting ini, konsumsi ubi kayu
dapat membantu mencegah tubuh dari kekurangan zat besi yang
menyebabkan anemia dan membantu proses dalam memperbarui sel darah
merah.
7. Membantu Memperlancar Sistem Pencernaan
Singkong mengandung Serat yang memainkan peranan dalam membantu
meningkatkan sistem pencernaan kita dengan cara menyerap semua racun
dari usus dan memungkinkan pengurangan peradangan. Oleh karena itu,
mengkonsumsi ubi dapat menjadikan kita lebih sehat dan jauh dari
masalah gastrointestinal.

*Sumber referensi : Data-data Kandungan Gizi Singkong dikutip dari United


States Department of Agriculture, Agricultural Research Service, USDA Food
Composition Databases. Sedangkan manfaat Singkong bagi kesehatan ini
dirangkum dari berbagai sumber.
DAFTAR PUSTAKA

BPS Provinsi Jawa Barat.2014. Permasalahan Produktivitas Kentang di Jawa

Barat.

Burlingame, B, Mouille, B, Charrondiere, R 2009, ‘Nutrients, bioactive non-

nutrients and anti-nutrients in potatoes’, J. Food Composition and

Analysis, vol. 22, no. 6, pp. 494-502.

Cortbaoui, R. 1997. Menanam Kentang, Edisi Buletin. Priatna, E., penerjemah.

Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Terjemah dari: Planting

Potato, Technical Information Buletin.

Coursey.D.G. 1974.Cassava as Food ; Toxicityand Technology.London:Proc. Of

Interdiciplinary Workshop.pp. 27 – 36.

De Silva, 2007. Cassava: Manihot esculenta.

Gunarto, A. 2003.Pengaruh Penggunaan Ukuran Benih Terhadap

Pertumbuhan,Produksi Dan Mutu Ubi Kentang Benih G 4 (Solanum

tuberosum). Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 5:173-179.

Khan, A.A., M.S. Jilani, M.Q. Khan, M. Zubair. 2011. Effect of seasonal variation

on tuber bulking rate of potato. J. Animal Plant Sci. 21(1): 31- 37.

Niederhauser, JS 1993, ‘International cooperation and the role of the potato in

feeding the world’, Am. Potato. J., vol. 70, no. 5, pp. 385-403. Kolasa, KM

1993, The potato and human nutrition. Am. Potato J., vol. 70, no. 5, pp.

375-83.
Novary, E. W. 1997. Penanganan dan Pengolahan Sayur Segar.Penebar Swadaya.

Jakarta.

Nurulhuda, S.F. 2008. Kentang : Varietas dan Pembudidayaan. Jakarta (ID):

Penebar Swadaya.

Riyanto, A. 2009.Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan.Dilengkapi Uji

Validitas dan Reliabilitas serta Aplikasi Program SPSS. Nuha Medika.

Rykaczewska, K. 2015. The effect of high temperature occurring in subsequent

stages of plant development on potato yield and tuber physiological

defects. American J. Potato Research. 92(3): 339-349.

Samadi, B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Samadi, B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Simek, J 1980, ‘Effect of potato composition on the quality of french fried

potatoes and chips and crisps’, Vedeche Prace Vyzkumneko Ustavu

Bramborarskeko Havlickove Brode, vol. 5, pp. 75-82. Vyzkummy intav

bramborasky. Havlikuv Brod, Czechoslavakia

Subandi, M . and Abdelwahab M. Mahmoud. 2014. Science As A Subject of

Learning in Islamic University. Jurnal Pendidikan Islam. . Vol. 1, No. 2

Subandi, M. (2012). Developing Islamic Economic Production. Sci., Tech. and

Dev., 31 (4): 348-358.

Sulaeman, E.R., W. Wintarasa, Sumarna, N. 1997. Perbanyakan Bib it Kentang

Berkualitas Tinggi Bebas Penyakit. Bandung (ID): Balai Benih Induk.

Wattimena, G. A. 2000. Pengembangan Propagul Kentang Bermutu dan Kultivar

Anda mungkin juga menyukai