Anda di halaman 1dari 18

TAFSIR AYAT

TENTANG PENEGAKAN HUKUM


[Q.S AL-MAIDAH(5):8]

Makalah Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat dan Hadis
Hukum
Dosen Pengampu : Mansur, S.Ag., M.Ag.

oleh:

Rafiqah Azkiya Nada Ishlah


(18103040002)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2018
PEMBAHASAN

TAFSIR AL- MAIDAH (5) : 8

1. Teks ayat dan terjemah Q.S Al-Maidah (5) : 8

a. Teks ayat

‫ﺂن َﻗ ْﻮم َﻋﻠَﻰ أَ ﱠ‬


ْ ُ‫ﻻ ﺗَ ْﻌ ِﺪﻟ‬ َ ُ‫ﻻ ﯾ ْ ﱠ‬ َ ‫ﯿﻦ ِﱢﷲ ُﺷ َﻬﺪَاء ﺑِ ْﺎﻟ ِﻘ ْﺴ ِﻂ َو‬ ْ ُ‫ﻮا ُﻛﻮﻧ‬
َ ‫ﻮا َﻗﻮﱠا ِﻣ‬ َ ‫ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬ‬
ْ ُ‫ﯾﻦ آ َﻣﻨ‬
‫ﻮا‬ ٍ ُ َ‫َﺠ ِﺮ َﻣﻨﻜ ْﻢ ﺷﻨ‬

َ ُ‫ﯿﺮ ﺑِ َﻤﺎ ﺗَ ْﻌ َﻤﻠ‬ ‫اﷲ إ ﱠن ﱠ‬


‫ُ ْ ﱠ‬ ْ َْ ْ ُ ْ
‫ﻮن‬ ٌ ِ‫اﷲ َﺧﺒ‬ ِ ‫اﻋ ِﺪﻟﻮا ُﻫ َﻮ أﻗ َﺮ ُب ﻟِﻠﺘﱠﻘ َﻮى َواﺗﱠﻘﻮا‬

b. Terjemah

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang

selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi

dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap

sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku

adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah

kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang

kamu kerjakan.”

2. Key word

‫ﺂن َﻗ ْﻮم َﻋﻠَﻰ أَ ﱠ‬


ْ ُ‫ﻻ ﺗَ ْﻌ ِﺪﻟ‬ َ ُ‫ﻻ ﯾ ْ ﱠ‬ َ ‫َو‬
● ‫ﻮا‬ ٍ ُ َ‫َﺠ ِﺮ َﻣﻨﻜ ْﻢ ﺷﻨ‬
Dan janganlah permusuhan dan kebencian kamu terhadap suatu kaum

mendorongmu untuk bersikap tidak adil terhadap mereka. Jadi,

ketika memberikan kesaksian harus berdasarkan kebenaran dan

bukan karena faktor kebencian atau persahabatan. sehinggan

menyimpang dari kebenaran ataupun keadilan

● Kata al-‘Adlu

Kata ‘adl adalah bentuk mashdar dari kata kerja ‘adala – ya‘dilu

َ ‫ﻻ – ﯾ َْﻌ ِﺪ ُل – َﻋﺪ‬
– ‘adlan – wa ‘udûlan – wa ‘adâlatan (‫َل‬ ً ‫–ﻋ ْﺪ‬
َ ‫ﻻ‬ً ‫) َو َﻋﺪاَﻟَ ًﺔ– َو ُﻋ ُﺪ ْو‬

. Kata kerja ini berakar pada huruf-huruf ‘ain (‫)ﻋﯿْﻦ‬,


َ dâl (‫)دَال‬, dan lâm (

ِ ْ َ‫ = ا‬keadaan
َ ), yang makna pokoknya adalah ‘al-istiwâ’’ (‫ﻻ ْﺳﺘِ َﻮاء‬
‫ﻻم‬

ِ ْ َ‫ = ا‬keadaan menyimpang). Jadi


lurus) dan ‘al-i‘wijâj’ (‫ﻻ ْﻋ ِﻮ َﺟﺎج‬

rangkaian huruf-huruf tersebut mengandung makna yang ber¬tolak

belakang, yakni ‘lurus’ dan ‘bengkok’ atau ‘berbeda’. Dari makna


1
pertama, kata ‘adl berarti ‘menetapkan hukum dengan benar’.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “adil” diartikan: (1)

tidak berat sebelah/tidak memihak, (2)berpihak kepada kebenaran, dan

(3) sepatutnya/tidak sewenang-wenang.

Menurut penelitian Quraish Shihab bahwa ada empat makna keadilan,

yaitu :

1. ‘Adl dalam arti sama

2. ‘Adl dalam arti seimbang

1
​Muhamad Shofa Zainuddin, “Keadilan Dalam Al-qur’an”, dalam ​http://www.1.bp.blogspot.com​ .
19 september 2018, jam 20.00 WIB
3. ‘Adl dalam arti perhatian terhadap hak-hak individu dan

memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya, dan

lawannya adalah kezaliman

4. ‘Adl dalam arti yang dinisbatkan kepada Allah (rahmat dan


2
kebaikan Allah ).

● Kata al-Qisthu

Kata Al-Qisth mengandung pengertian ​al-Nasib (bagian). Dari

pengertian tersebut muncul dua makna pokok yang bertentangan,

​ keadilan dan ​al-Qasth​= kecurangan.


yakni ​al-Qisthu=

Dalam ensiklopedi al-Qur’an lafadz al-Qisthu dalam al-Qur’an

secara umum mempunyai beberapa makna di antaranya:

1. Al-Qisthu dalam arti berbicara mengenai keadilan, terutama pada

aspek terselenggaranya hak-hak yang menjadi milik seseorang

secara proporsional

2. Al-Qisthu dalam arti kecurangan dan kekufuraan, terdapat pada

surat al-Jin 14 dan 15. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa

sebagian di antara mereka ada yang senantiasa berserah diri

kepada Allah dan adapula yang curang daan menyimpang dari

kebenaran.

2
M. Quraish Shihab dkk, Ensiklopedi al-Qur’an 1, Jakarta, Lentera Hati,2007, h 5-7
3. Al-Qisthu dalam arti berbicara tentang keadilan yang berkaitan

dengan penempatan sesuatu secara proporsional. Karenanya

keadilan yang diungkap dengan istilah itu menyangkut berbagai

konteks yang bervariasi. Contoh bahwa Allah sebagai penegak

keadilan (Ali Imran 18), allah menempatkan timbangan pada hari

kiamat dengan seadil-adilnya (al-Anbiya 47), setiap orang akan

mendapatkan balasan sesuai dengan amalnya(Yunus 4, 47, 54),

seorang anak menisbatkan kepada bapak biologisnya bukan pada

bapak angkatnya (al-Ahzab 33), dalam hal utang piutang

sebaiknya hutang itu dicatat dengan baik al-Baqarah 282

4. Al-Qisthu dalam arti berkaitan dengan keadilan yang berdimensi

formal, yakni pemenuhan hak-hak yang telah diatur secara saah

oleh aturan-aturan hukum yang bersifat operasional. Contoh

menegakkan keadilan berdasarkan al-Qur’an (al-Hadid 25)

5. Al-Qisthu dalam arti berlaku adil di dalam berbagai aktifitas

kehidupan kemasyarakatan tanpa membedakan agama, kedudukan

dll. Contoh yang lemah seperti anak yatim juga harus diayomi

(al-Nisa 127).

6. Al-Qisthu dalam arti berlaku adil ketikaa bertindak sebagai hakim

(al-Maidah 42), maupun ketika menjadi saksi (al-Nisa 135 dan

al-Maidah 8)
7. Al-Qisthu dalam arti berlaku adil dan larangan berlaku curang

dalam hubungan sosial dan ekonomi, karenanya takaran dan

timbangan serta alat ukur apapun harus mencerminkan keadilan

(al-An’am 152, Hud 85, al-Rahman 9)

Dari beberapa makna di atas, istilah al-Qisthu yang dinyatakan

dalam al-Qur’an, memberikan petunjuk untuk secara aktif berupaya

mewujudkan keadilan di dalam berbagai aspek kehidupan


3
bermasyarakat.
4
3. Asbab Al-Nuzul

Sebab turunnya ayat tersebut diatas, berkenaan dengan diri Usman

bin Thalhah bin Abu Thalhah ketika peristiwa Fathu Makkah

(Penaklukan Makkah).

Nama asli abu thalhah ayah usman ini ialah Abdullah bin Abdul

Uzza bin Usman Abdid Daar bin Qushai bin Kilab Al Quraisy

Al-Atbari. Ia merupakan juru kunci (hajib) yang mulia.

Menurut Ibnu Katsir, sebab turun ayat ini adalah ketika Rasulullah

SAW meminta kunci Ka’bah darinya (Usman) sewaktu penaklukan

Mekah lalu menyerahkannya kembali kepadanya.

3
Lorong hukum keluarga
islam,​https://loronghki.blogspot.com/2017/02/keadil=an-perspektif-surat-almaidah-ayat.html​ , di
akses pada 19 september 2018. Pukul : 20:36 WIB
4
Rasiyam
Hidayat,​http://www.rasiyambumen.com/2017/01/asbabun-nuzul-surat-al-maidah-ayat-8.html​ di
akses pada 19 september 2018, Pukul 21.20 WIB
Kisah selanjutnya, Ali Bin Abu Thalib juga memohon kepada Nabi

Saw agar kunci diserahkan kepadanya. Namun Nabi Muhammad

SAW menyerahkan kepadanya Usman Bin Thalhah bin Abu thalhah.

Begitu pula Ibnu Marduwaih meriwayatkan dari jalan Thoriq

Al-Kalabi dari Abu Sholih dari Ibnu Abbas, ketika terjadi fathu mekah

Rasulullah saw memanggil usman bin thalhah bin abi thalhah untuk

menyerahkan kunci ka’bah. Ketika usman bin thalhah hendak

menyerahkan kunci trsebut, Abbas berdiri kemudian berkata kepada

Rasul agar menyerahkan kunci itu kepadanya.

Mendengar perkataan Abbas tersebut, Usman bin thalhah urung

menyerahkan kunci tersebut kepada Rasulullah Saw. Lantas

Rasulullah meminta kembali kepada usman ketika usman hendak

menyerahkan. Abbas kembali berdiri dan berkata seperti perkataan

semula. Usman pun urung menyerahkan kunci tersebut. Kejadian ini

berulang sampai tiga kali. Rasulullah saw bersabda : “hai usman, jika

kamu beriman kepada Allah dan hari akhir, serahkanlah kunci itu

kepadaku”. Mendengar Rasulullah berkata demikian usman pun

menyerahkan kunci tersebut. Setelah Rasulullah menerima kunci

Rasul masuk kedalam ka’bah dan melihat gambar nabi Ibrahim

tersebut Rasulullah meminta air dan membersihkan gambar tersebut.

Setelah itu beliau melakukan thawaf, namun, baru sekitar satu atau

dua putaran malaikat jibril turun dan menyampaikan ayat tersebut.


4. Munasabah al-Ayat

Surah Al- Maidah ini membahas tentang perintah untuk orang

mukmin untuk menegakkan kebenaran hanya karena Allah. Selain itu,

ayat ini juga menyeru untuk berbuat adil, tanpa pandang bulu.

Ada surah –surah lain maupun ayat di Al-Qur’an yang mempunyai

kolerasi dengan surah ini , yaitu surat An-Nisa ayat 135.

ٰۚ‫ْﻦ‬ َ ْ ‫ٰى أَْﻧ ُﻔ ِﺴ ُﻜ ْﻢ أَو ْاﻟ َﻮاﻟِ َﺪﯾْﻦ َو‬


َ ‫اﻷ ْﻗ َﺮﺑِﯿ‬ ّٰ ِ‫ْﻦ ﺑِ ْﺎﻟ ِﻘ ْﺴ ِﻂ ُﺷ َﻬﺪَا َء ﻟ‬
‫ﻞ ِه َوﻟَ ْﻮ َﻋﻞ‬ َ ‫ٰ َﻣﻨُ ْﻮا ُﻛ ْﻮﻧُ ْﻮا َﻗﻮﱠا ِﻣﯿ‬ َ ‫أَﯾﱡ َﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﯾ‬
‫ْﻦ ا‬
ِ ِ
ُ ‫ٰى أَ ْن ﺗَ ْﻌ ِﺪﻟُ ْﻮاۚ َوإِ ْن ﺗَْﻠﻮا أَ ْو ﺗُ ْﻌ ِﺮ‬
‫ﺿ ْﻮا َﻓﺈِ ﱠن‬ ‫ۗ َﻓ َﻼ ﺗَﺘﱠﺒِﻌُﻮا ْاﻟ َﻬﻮ‬ ‫ٰﻫﺄَ ْول‬
‫ٰىﺒِ ِﻬ َﻤﺎ‬ ُ ‫ﺎﻟﻞ‬ ً ‫ﺎ أَ ْو َﻓ ِﻘﯿ‬‫ﱠﻜ ْﻦ َﻏﻨِﯿ‬
ّ ‫ْﺮا َﻓ‬ ُ ‫إ ْن ﯾ‬
ِ

ً ‫ﺎن ﺑِ َﻤﺎ ﺗَ ْﻌ َﻤﻠُ ْﻮ َن َﺧﺒِﯿ‬


‫ْﺮا‬ ّٰ
َ ‫اﻟﻞ َه َﻛ‬

Kesamaannya yaitu menerangkan tentang seseorang yang berlaku

adil dan jujur dalam persaksian. Adapun di dua ayat tersebut juga

memiliki perbedaan yaitu pada An-Nisa ayat 135 di terangkan

kewajiban untuk berlaku adil dan jujur dalam kesaksian walaupun

merugikan diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan pada Al-Maidah

ayat 8 diterangkan bahwa kebencian terhadap suatu kaum tidak boleh

mendorong seseorang memberikan persaksian tidak adil dan tidak

jujur, walaupun terhadap lawan.

Selain itu juga ada ayat-ayat lain yang memiliki kolerasi dengan

ayat ini, yaitu An-Nisa 58

‫ْﻦ اﻟﻨﱠﺎس أَ ْن ﺗَ ْﺤ ُﻜﻤُﻮا ﺑ ْﺎﻟ َﻌ ْﺪ ِلۚ إ ﱠن ﱠ‬


ۗ‫اﷲَ ﻧِ ِﻌﻤﱠﺎ ﯾَ ِﻌ ُﻈ ُﻜ ْﻢ ﺑِ ِﻪ‬ َ ‫ٰ أَ ْﻫﻠِ َﻬﺎ َوإِ َذا َﺣ َﻜ ْﻤﺘُ ْﻢ ﺑَﯿ‬
‫ﺎت إِﻟَﻰ‬ َ ْ ‫ُﺮ ُﻛ ْﻢ أَ ْن ﺗُ َﺆ ﱡدوا‬
ِ َ‫اﻷ َﻣﺎﻧ‬ ُ ‫اﷲَ ﯾ َْﺄﻣ‬
‫إ ﱠن ﱠ‬
ِ ِ ِ ِ

‫ﯿﺮا‬
ً ‫َﺼ‬
ِ ‫ﺎن َﺳ ِﻤﯿﻌًﺎ ﺑ‬ ‫إ ﱠن ﱠ‬
َ ‫اﷲَ َﻛ‬ ِ
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila

menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan

dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang

sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha

mendengar lagi Maha Melihat.”

Ayat ini sama-sama menyuruh untuk berlaku adil, dalam menetapkan hukum. Dan

untuk An-nisa 58 ini juga di suruh untuk menyampaikan amanat ke

orang yang memang harus menerima

Lalu juga ada Al-Hujurat 9

‫ٰ َﻓ َﻘﺎﺗِﻠُﻮا‬ ُْ ‫َاﻫ َﻤﺎ َﻋﻠَﻰ‬


‫اﻷ ْﺧ َﺮى‬ ْ َ‫ﯿﻦ ْاﻗﺘَﺘَﻠُﻮا َﻓﺄ‬
ُ ‫ﺻﻠِ ُﺤﻮا ﺑَ ْﯿﻨَ ُﻬ َﻤﺎۖ َﻓﺈِ ْن ﺑَ َﻐ ْﺖ إِ ْﺣﺪ‬ ْ ‫ﺎن ِﻣ َﻦ ْاﻟﻤ‬ َ
َ ِ‫ُﺆ ِﻣﻨ‬ ِ َ‫َوإِ ْن ﻃﺎﺋِ َﻔﺘ‬

ْ َ‫اﷲِۚ َﻓﺈِ ْن َﻓﺎ َء ْت َﻓﺄ‬


‫ﺻﻠِ ُﺤﻮا ﺑَ ْﯿﻨَ ُﻬ َﻤﺎ ﺑِ ْﺎﻟ َﻌ ْﺪ ِل‬ ‫ٰ أَ ْﻣﺮ ﱠ‬َ ‫اﻟﱠﺘِﻲ ﺗَ ْﺒ ِﻐﻲ َﺣﺘﱠﻰ‬
ِ ‫ٰ ﺗَ ِﻔﻲ َء إِﻟﻰ‬

‫ﯿﻦ‬ ْ ‫ُﺤ ﱡﺐ ْاﻟﻤ‬


َ ‫ُﻘ ِﺴ ِﻄ‬ ‫َوأَ ْﻗ ِﺴ ُﻄﻮاۖ إ ﱠن ﱠ‬
ِ ‫اﷲَ ﯾ‬ ِ

“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah

kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar

perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian

itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia

Telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan

hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai

orang-orang yang berlaku adil”


Sama seperti surah yang diatas, surah ini juga membahas tentang keadilan atau

penegakan hukum. Namun, untuk surah Al-hujurat ini juga membahas

mengenai, jika ada pertikaian, hendaknya kita mendamaikannya.

5. Tafsir al-Ayat

Banyak tafsir yang menjelaskan tentang surah al-maidah ayat 8 ini.

Beberapa akan saya tuangkan dalam makalah ini.Yang pertama adalah

yang terdapat dalam tafsir Al-maraghi yaitu :

Hai orang orang beriman, hendaklah menjadikan adat kebiasaan

mu untuk menegakkan kebenaran pada dirimu, disertai rasa ikhlas

kepada Allah dalam segala hal yang kamu lakukan, baik perkara

agama maupun perkara dunia. Yakni, apabila kamu beramal

hendaklah yang kamu kehendaki itu kebaikan dan menerapi

kebenaran, tanpa menganiaya orang lain.

Juga, tegakkan lah kebenaran itu terhadap orang lain dengan cara

menyuruh mereka melakukan yang ma’ruf dan mencegah dari

kemunkaran, dalam rangka mencari ridha Allah.

Asy-syahadah disini yang dimaksud ialah menyatakan kebenaran

kepada hakim, supaya dia putuskan hukum berdasarkan kebenaran itu.

Atau, hakim itulah yang menyatakan kebenaran dengan memutuskan

atau mengakuinya bagi yang melakukan kebenaran. Jadi pada


dasarnya ialah berlaku adil tanpa berat sebelah, baik terhadap orang

yang disaksikan maupun peristiwa yang disaksikan

Tak boleh berat sebelah, baik karena kerabat, harta ataupun

pangkat dan tak boleh meninggalkan keadilan, baik karena kefakiran

atau kemiskinan.

Jadi keadilan adalah neraca kebenaran. Sebab, manakala terjadi

ketidak adilan pada suatu saat nanti, apapun sebabnya maka akan

lenyap kepercayaan umum. Santer sebar lah berbagai macam

kerusakan dan terpecah belah ya segala hubungan dalam masyarakat .

Sejak itu, tak lama lagi Allah pasti menimpakan atas umat itu –

termasuk beberapa hamba-Nya yang paling dekat kepada keadilan

sekali pun tetap ikut merasakan – bencana dan hukuman Tuhan.

Memang begitu Sunnatu 'Ilah , baik terhadap bangsa bangsa kini

maupun dahulu . Tetapi manusia rupanya tak mau mengerti.

Dan janganlah permusuhan dan kebencian kamu terhadap suatu

kaum mendorong mu untuk bersikap tidak adil terhadap mereka . Jadi,

terhadap mereka pun kamu harus tetap memberi kesaksian sesuatu

dengan hak yang patut mereka terima apabila mereka memang patut

menerimanya. Juga, putusilah mereka sesuai dengan kebenaran.

Karena orgmu'min mesti mengutamakan keadilan daripada berlaku

aniaya dan berat sebelah . Keadilan harus ditempatkan diatas hawa


nafsu dan kepentingan-kepentingan pribadi, dan di atas rasa cinta dan

permusuhan, apa pun sebabnya.

Pentingnya soal keadilan untuk di perhatikan. Bahwa keadilan itu

adalah suatu kewajiban yang harus ditunaikan tanpa pandang bulu.

Karena, keadilan itulah yang lebih dekat kepada takwa kepada allah,

dan terhindar dari murka-Nya. Meninggalkan keadilan adalah

termasuk dosa besar, karena bisa menimbulkan berbagai kerusakan

hingga robeklah segala aturan dalam masyarakat dan putuskan segala

hubungan antar individu. Dan menjadi tegang lah pergaulan sesama

mereka.

Dan peliharaan dirimu dari murka Allah dan hukumannya , karena

tidak ada sesuatu pun dari amalmu yang tersembunyi bagi Allah, baik

amal lahiriyah maupun batiniyah dan hati-hatilah terhadap balasan

Allah terhadapmu, dengan adil , bila kamu meninggalkan keadilan.

Karena, Sunnatu ilah pada makhluk-Nya telah berlaku, bahwa

meninggalkan keadilan , balasannya didunia ialah kehinaan dan

kenistaan, baik itu dilakukan oleh bangsa atau individu, sedang di


5
akhirat ialah kesengsaraan pada hari hisab

5
Ahmad Mustafa Al-Maragi,Tafsir Al-Maragi,PT Karya Toha Putra Semarang,Semarang,cet.
Ke-1,1987,cet. Ke-2,1993,hal.127
Lalu pada tafsir Fi Zhilalil-Qur’an dijelaskan bahwa di antara

perjanjian Allah dengan umat islam ialah untuk menegakkan keadilan

pada manusia. Keadilan yang mutlak, yang neracanya tidak pernah

miring sebelah karena pengaruh cinta dan benci, keekatan hubungan,

kepantingan, atau hawa nafsu. Keadilan yang bersumber dari

pelaksanaan ketaatan kepada Allah, yang bebas dari segala pengaruh

dan bersumber dari perasaan dan kesadaran terhadap pengawasan

Allah. Karena itu, dikumandangkan lah surah ini.

Sebelumnya, Allah telah melarang orang-orang yang beriman, agar

jangan sampai kebencian mereka kepada orang-orang yang telah

menghalang-halangi mereka masuk ke Masjid Haram itu menjadikan

mereka melakukan tindakan-tindakan pelanggaran ataupun melampaui

batas. Ini merupakan suatu puncak tertinggi di dalammengendalikan

jiwa dan toleransi, yang Allah mengangkat mereka ke puncak itu

dengan manhaj tarbiah Rabbaniyah yang lurus.

Manhaj tatbiyah yang bijaksana ini sudah mengukur bahwa untuk

mencapai tingkatan ini memang sukar. Karena itu, diawalilah

penugasan ini dengansesuatu yang dapat membantunya,

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang

yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah…”


Disudahi dengan hal yang dapat membantunya melakukan keadilan itu

pula,

“…bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Jiwa manusia tidak akan mencapai tingkatan ini, kecuali kalau di

dalamurusan ini dia bermuamalah dengan Allah. Yakni, ketika ia

menegakkan kebenaran karena Allah. Juga ketika ia merasaka

ketakwaan kepada-Nya, dan menyadari segala sesuatu yang kita

lakukan diawasi oleh-Nya.

Berbuat adil ini menjadi kewajiban bagi para pemeluk islam,

meskipun mereka menjumpai kebencian dan ketidaksenangan dari


6
orang lain.

6. Tahlil al-Tafsir

Ayat ini memberikan perintah kepada orang-orang mukmin untuk

menegakkan kebenaran yaitu dengan berlaku adil, dengan niat hanya

karena Allah .baik untuk mereka yang merupakan penegak hukum,

saksi ataupun hanya orang biasa. Kita mempunyai keharusan untuk

berlaku adil dalam setiap hal, dan dalam kondisi apapun. baik

6
Sayyid Qutb, Fi Zhilal al-Qur’an Jilid 3, Darus Syuruq, Beirut, 1992, hal .182
pekerjaan yang bertalian dengan urusan agama maupun pekerjaan

yang berkaitan dengan urusan kehidupan duniawi

Dan juga apabila orang yang kita adili itu adalah musuh kita, orang

yang kita benci. Meskipun juga orang tersebut merupakan teman

ataupun keluarga kita. Janganlah karena hal tersebut membuat kita

berlaku tidak adil. Kita harus tetap adil tanpa pandang bulu, siapa pun

mereka. Adil itu dekat dengan takwa. Sehingga kita harus berlaku

adil. Karena semua amal perbuatan kita dilihat oleh Allah.

Banyak sekali kasus di Indonesia yang berkaitan dengan masalah

keadilan ini. Contohnya saja Bagi masyarakat kalangan bawah

perlakuan ketidakadilan sudah biasa terjadi. Namun bagi masyarakat

kalangan atas atau pejabat yang punya kekuasaan sulit rasanya

menjerat mereka dengan tuntutan hukum. seperti kasus pada tahun

2009 tentang seorang nenek yang mencuri kakao. Sangat mudah

menjerat hukum terhadap Nenek Minah. Memang hal yang

dilakukannya salah .Namun, jika dibandingkan dengan kasus

penanganan hukum seperti korupsi, rasanya sangat sulit dan sangat

berbelit-belit ketika akan menjerat para koruptor dan pejabat yang

tersandung masalah hukum di negeri ini. Ini terlihat sangat

diskriminatif. Setiap orang harusnya memiliki kedudukan dan

perlakuan hukum yang sama tanpa terkecuali. Persis seperti apa yang
dikemukakan ayat ini. Bahwa jangan sampai kebencianmu, atau

sebaliknya membuat kita tidak menegakkan kebenaran. dan tidak

berlaku adil. Sehingga penting sekali bagi kita untuk memahami dan

menerapkan apa yang terkandung dalam surah ini. Yang tentu saja hal

itu akan berguna bagi penegakan hukum di Indonesia dan juga

member manfaat, yaitu mendekatkan kita takwa kepada Allah swt.

Hati-hatilah dalam berbuat sesuatu, karena Allah Maha Mengetahui

segala hal yang kita lakukan.

KESIMPULAN
Dalam surah Al-Maidah ayat 8 kita diperintahkan untuk

menegakkan kebenaran dan keadilan dalam berbagai hal dan

melakukannya dengan niat hanya karena Allah. Jangan sampai

kebencian terhadap suatu kaum mendorong untuk tidak berlaku adil.

Dan dengan berlaku adil itulah, kita akan lebih dekat dengan takwa

kepada allah, dan terhindar dari murka-Nya. Karena Allah mengetahui

segala hal yang kita lakukan.

Ada beberapa ayat yaitu An-Nisa ayat 58 dan 153, dan juga

Al-Hujurat ayat 9 yang memiliki kolerasi dengan ayat ini yang

memiliki satu tema yaitu keadilan. Dengan begitu makin kuatlah

kiranya perintah untuk berlaku adil dan pentingnya menegakkan

keadilan guna penegakkan hukum.


DAFTAR PUSTAKA

Muhamad Shofa Zainuddin, “Keadilan Dalam Al-qur’an”, dalam

http://www.1.bp.blogspot.com​ .

M. Quraish Shihab dkk, 2007,Ensiklopedi al-Qur’an 1, Jakarta, Lentera

Hati

lorong hukum keluarga islam,

https://loronghki.blogspot.com/2017/02/keadil=an-perspektif-surat-almaidah-ayat.

html​ , di akses pada 19 september 2018. Pukul : 20:36 WIB

Rasiyam

Hidayat,​http://www.rasiyambumen.com/2017/01/asbabun-nuzul-surat-al-maidah-

ayat-8.html​ di akses pada 19 september 2018, Pukul 21.20 WIB

Al-Maragi , Ahmad Mustafa, 1987,Tafsir Al-Maragi,PT Karya Toha Putra

Semarang,Semarang,

Qutb, Sayyid, Fi Zhilal al-Qur’an Jilid 3, 1992,Darus Syuruq, Beirut

Anda mungkin juga menyukai