Anda di halaman 1dari 9

NAMA : RIZQY RAMPEN

NIM : 20180610243
KELAS : G

RESUME
TERORISME. SEBUAH KONSPIRASI BESAR YAHUDI MENGUASAI DUNIA DAN
MENGHANCURKAN ISLAM

Bila dalam bab sebelumnya kita sudah membahas bahwa AS sering membuat aturan Hukum
Intemasional, tetapi juga sering kali melanggarnya sendiri. Maka pada bab ini akan kita bahas
salah satu bukti persoalan tersebut, yakni masalah terorisme. Terorisme adalah salah satu
persoalan yang sangat penting mengingat masalah ini berimplikasi pada beberapa aspek, yakni
aspek kejahatan] kekerasan, politik, juga aspek agama. Terorisme ternyata bukanlah persoalan
sederhana. Bagi AS terorisme merupakan pintu pembuka secara legal untuk dijadikan
justifikasi dalam memerangi Islam.
A. Sulitnya Mendefenisikan Terorisme
Membicarakan terorisme harus dimulai dengan memahami apa itu terorisme, sebab
munculnya, keterkaitannya dengan syari’at islam dan politik yang melingkupnya, terutama
politik internasional. Menghukumi sesuatu merupakan bagian dari pendeskripsiannya, karena
tidak mungkin menghukumi sesuatu, yang masi diperselisikan substansinya. Dengan posisi
yang sudah dijelaskan di atas tersebut akan menjadi sulit, mengingatv persoalan terorismme
ternyata belum mendapatkan satu defenisi yang bersifat komprehensif dan diterima secara
universal. Sehingga jika defenisikan dan pengertiannya berbeda, tentu pemahamannya juga
berbeda
Oleh karena itu dengan adanya kejadian terorisme mantan Presiden AS George Walker Bush
berani menyatakan/mengajak kepada masyarakat dunia dengan ucapannya yang terkenal. .
."either you're with us or with the terrorist”. Ajakan ini hanya memberikan dua pilihan, yakni
apakah kita bersama AS atau bersama teroris. Kalau bersama AS artinya kita harus mengikuti
cara-cara mereka, sedangkan kalau bersama teroris berarti kita justru menjadi musuh AS dan
berhadapan dengannya. Kondisi yang seperti inilah yang membuat posisi negara-negara
menjadi lemah dan serba salah. Sebab politik/kedaulatan suatu negara akan diselaraskan
dengan kemauan politik ala AS.

Berbeda dengan Hukum Tuhan yang jelas dijamin kebenarannya, maka hukum buatan manusia
sebenarnya adalah hasil kesepakatan manusia. Sementara manusia adalah mahluk yang lemah
dan terbatas akalnya. Oleh karena itu mendefinisikan hukum itu merupakan hal yang paling
sulit. Biasanya bahasa yang dipergunakan dalam peraturan undang-undang adalah
menjemukan dan kering“, Lebih sulit lagi Indonesia menganut Civil Law System yang
mengedepankan kepastian hukum. Apabila hukum dirumuskan secara pasti, keuntungannya
dapat diperoleh ”ketepatan arti”, namun akibatnya hukum tersebut terkesan kaku dan sangat
sulit menyesuaikan dengan perubahan zaman Sedangkan apabila dalam merumuskan hukum
digunakan kata' kata yang luwes dan longgar, hakim dapat memberikan penafsiran sesuai
dengan konteksnya, namun kepastian hukum tidak tercapai.” Dalam keadaan seperti ini maka
keadilanlah yang mestinya diutamakan.
Dalam hal ini, pendefinisian terorisme justru masih dipengaruhi oleh kepentingan politik dan
ideologi para pihak yang merumuskannya. Tidak jarang penggunaan kata-kata seperti
terorisme, radikalisme, fundamentalisme, Islam radikal, Islam moderat, Islam nasionalis
(nasionalis muslim) sangat sarat dengan kepentingan politik. Kata kata fundamentalisme dan
radikalisme itu mengandung makna negatif bagi pihak yang merumuskannya, namun belum
tentu demikian bagi pihak yang dituju/dituduh. Kata fundamental yang berarti ”dasar,
mendasar” justru bisa bermakna postif
Dalam kasus terorisme bagi pelakunya aksi teror tersebut diyakininya sebagai jihad fi sabililah
yang akan membawa pelakunya pada ”mati syahid" dan masuk surga yang dirindukannya,
tetapi bagi pihak yang tidak sepaham disebut sebagai kejahatan terorisme. Istilah ”Bom Bunuh
Diri” yang sering terdengar dan sudah dipahami oleh masyarakat saat ini (termasuk masyarakat
intemasional) ternyata tidak dipandang sebagai bunuh diri bagi pelakunya. Sang pelaku
mempunyai istilah lain yaitu "Bom Syahid”, aksi Bom Syahid ini disebut juga dengan istilah
"Istissyhadiyah".
Istilah "Bom Syahid" memang jarang digunakan masyarakat dalam percakapan sehari-hari
padahal istilah ini sudah lama digunakan di kalangan ulama Timur Tengah, juga Majelis Ulama
Indonesia pun sudah mengeluarkan fatwa yang membahas dan membedakan antara Bom
Syahid dengan Bom Bunuh Diri”. Bom bunuh diri dimaksudkan sebagai aksi peledakan bom
yang dililitkan di tubuh pelaku, tetapi aksi tersebut dilakukan di daerah yang damai (bukan
medan peperangan), Sementara Aksi Bom Syahid adalah amalan yang serupa dengan itu tetapi
dilakukan di medan Perang (misalnya Palestina). Sebagian besar ulama telah menyepakati
bahwa aksi bom syahid ini halal hukumnya, karena dilakukan di medan perang, terlebih lagi
para pemuda Palestina yang jarang memiliki senjata atau kalah persenjataan dengan tentara
Israel. maka mereka melakukan aksi ini dipandang sangat efektif. Si pelaku memang hancur
bersama bom yang diledakkannya, tetapi jumlah musuh yang terbunuh pun cukup banyak. Di
samping itu aksi yang mereka lakukan didasarkan pada niat untuk meninggikan Kalimat Allah,
bukan mati secara putus asa dan sia-sia.
james Petras dalam bukunya The Power of Israel in USA, Zioniga mencengkeram Amerika
dan Dunia memiliki alasan lain, bahwa tidak seimbangnya kekuatan dari pihak pelaku (yang
hampir tidak memiliki kekuatan sama sekali) dengan kekuatan musuh (yang sangat full power)
menyebabkan dilakukannya aksi tersebut. James Petras mengatakan sebagai berikut:
”Sejarah mengajarkan kepada kita bahwa selalu ada dan akan selalu ada individu yang
melakukan pengorbanan secara sendiri atau secara bersama (bangsa, masyarakat dan lain lain).
Mereka akan siap membela bangsa dan tanah air ketika berhadapan dengan pasukan yang lebih
kuat tanpa memperhatikan harga yang harus dibayar, Negara-negara (terutama negara
imperialis) dengan pasukan yang lebih kuat jarang mempraktikkan, baik secara individu
maupun bersama penggunaan tubuh manusia sebagai misil atau senjata. Pejuang Kamikaze
Jepang tidak digunakan menaklukkan China atau Filipina. Mereka hanya digunakan saat
Jepang berhadapan dengan kekuatan udara dan laut AS yang lebih kuat"
Pandangan/pendapat James Petras ini melengkapi data tentang sebab terjadinya aksi bom
bunuh diri atau yang disebut "Bom Syahid". Itu artinya aksi ini terjadi karena pihak pelaku
tidak memiliki cara lain kecuali harus melakukan hal tersebut sebagai satu-satunya perlawanan,
karena kondisinya yang tidak berdaya (kalah dalam kekuatan senjata). Lebih hebatnya lagi aksi
ini kemudian tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, tetapi juga oleh kaum perempuan.
Pada pagi hari 27 januari 2002, lebih dari seribu perempuan Palestina berbondong bondong
datang untuk mendengarkan pidato Yasser Arafat di kampnya di Ramallah. Pidato ia memang
ditujukan kepada mereka. Menurut Arafat wanita juga punya peran penting dalam intifadah
Kaum wanita diharapkan ikut berpartisipasi
dalam perlawanan bersenjata sebagaimana laki-laki. Kalian adalah pasukan mawarku yang
akan menghancurkan tank-tank Israel, demikian kata Arafat. Agaknya kata-kata Arafat ini
seperti menjadi mantra yang ajaib, sehingga pada siang harinya, hari itu juga Arafat mendapati
syahidah pertamanya, seorang wanita bernama Wafa Idris meledakkan dirinya hancur
berkeping-keping menyebabkan matinya seorang lelaki Israel dan melukai tak kurang dari 151
orang yang sedang lalu-lalang. Sejak saat itu datang silih berganti pelaku aksi bom syahid dari
wanita ini sehingga jumlah mereka hampir sebanding dengan jumlah pelaku laki-laki.

Dari paparan kasus bom syahid di atas tampak sekali bahwa aksi nekad tersebut dilakukan
dalam rangka perlawanan. Dan upaya perlawanan ini disebabkan oleh adanya kekejaman
tentara Israel kepada warga Palestina. Perlawanan berupa bom syahid dilakukan karena
minimnya senjata yang dimiliki warga Palestina menghadapi tentara Israel yang bersenjata
lengkap dan modern. Dengan melihat sebab dan fakta yang terjadi inilah semestinya kita
memahami persoalan terorisme.

Kembali kepada persoalan pendefinisian dan pemahaman tentang kejahatan terorisme, dalam
bidang lingustik memang sudah lama ada anggapan bahwa ada hubungan yang erat antara
bahasa, pikiran dan pengalaman. Bahasa memengaruhi cara berpikir seseorang dan selanjutnya
menentukan medan pengalaman kita. Hubungan antara bahasa dan pikiran ini dikemas dalam
teori Chomsky yang disebutnya ”Generative Grammar”, Noam Chomsky merasa prihatin
karena rasionalitas manusia telah dikendalikan oleh kekuatan raksasa. Pikiran manusia telah
dikontrol melalui penggunaan kata-kata dan pemberian makna tertentu. Sistem yang
mengontrol pikiran kita ini disebut Chomsky sebagai ”Due American ideological system”.
Noam Chomsky mengatakan bahwa inilah yang disebut “language game" yang digunakan AS
dan negara barat pada umumnya untuk memojokkan umat Islam yang ingin menegakkan ajaran
Islam secara sempurna (Kaffah). Nah dengan cara yang demikian itu, umat Islam pun dibagi
atas kelompok Islam Radikal (Islam Garis Keras), Islam Puritan, Islam Moderat, Islam
Abangan, Islam Tradisionalis, dan sebagainya. Akibatnya kita sesama umat Islam ini dapat
dipermainkan dan diadu domba hanya dengan language game tersebut.
B . Apa yang Menyebabkan terjadinya Terorisme?
Sebagian sarjana berpandangan bahwa terorisme disebabkan oleh adanya kemiskinan,
kebodohan dan ketidakadilan terutama ketidakadilan yang dialami di negara-negara yang
mayoritas penduduknya beragama Islam, baik yang disebabkan oleh penindasan negara-negara
Barat terhadap negara tersebut seperti yang terjadi di Pelestina, atau Irak atau penindasan dan
ketidakadilan yang disebabkan oleh pemerintahnya sendiri akibat pemerintah tersebut
mengikuti kehendak negara-negara Barat.

Alasan kemiskinan tidak selamanya benar, sebab di antara para aktor pelaku aksi teror
bukanlah orang-orang yang miskin dalam kehidupannya, misalnya Usamah bin Ladiin.
Demikian juga dengan alasan kedua (kebodohan), sebab banyak juga pelaku aksi teror iustru
orang intelektual yang tinggi pendidikannya misalnya Dr Azahari, juga Dr.Abdulah Azzam.
Nah alasan yang lebih mendekati kebenaran adalah alasan terjadinya ketidakadilan dan adanya
Penindasan negara-negara barat terhadap negara Islam (mayoritas penduduknya beragama
Islam) termasuk didalamnya dihalanginya penegakan syari’at Islam yang diinginkan oleh para
tersangka teroris.

Dua sebab terakhir inilah yang dominan, yaitu terjadinya ketidakadilan dan adanya penindasan
negara-negara Barat terhadap negara negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam
serta dihalanginya penegakan syariat Islam secara kaffah.

1. Barat menindas Negara-Negara Muslim

Kalaupun pada pembahasan sebelumnya kita belum menemukan satu definisi tunggal yang
berlaku universal tentang apa yang dimaksud dengan terorisme itu. Namun dapatlah dipahami
bahwa aksi terorisme yang diperspektifkan oleh barat (sebagai musuh Islam) adalah adanya
tindakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama. Wujud dari tindakan kekerasan itu
sendiri saat ini juga berkembang, bisa dengan cara pengeboman, pembunuhan pada aparat
penegak hukum (seperti polisi) atau tokoh penting dalam masyarakat (baik nasional maupun
internasional). Di antara kekerasan-kekerasan tersebut ada yang Populer seperti terjadinya
Tragedi WTC di AS dan Bom Bali di Indonesia. Yang menarik justru aksi-aksi teror selama
ini selalu ditujukan/dialamatkan kepada Islam, artinya pelaku teror adalah Orang Islam. Jika
demikian yang dikehendaki, maka tidak salah bila "perang melawan terorisme" sebenarnya
adalah ”Perang Melawan ISlam”. Maka jelaslah bahwa Barat memiliki agenda besar untuk
menghancurkan Islam dan umatnya dengan bersembunyi di balik iSu "Perang melawan
Terorisme".

2. Perlawanan Terhadap Tuntutan Tegaknya Syariat Islam.


Yang dimaksudkan dengan Perlawanan di dalam tulisan ini adalah Perlawanan yang dilakukan
oleh negara-negara barat terhadap negara-negara muslim yang menegakkan Syariat Islam,
selain itu juga perlawanan yang dilakukan oleh pemerintah negaranegara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam terhadap sebagian umat Islam, terutama para tersangka teroris
yang menginginkan ditegakkannya Syariat Islam secara kaffah.
Dalam kasus yang terjadi di Indonesia, sebab yang menonjol untuk terjadinya terorisme ini
sama dengan yang terjadi di negara-negara muslim lainnya, yakni adanya ketidakadilan dan
dihalanginya penegakan Syariat Islam yang dikehendaki oleh para tersangka teroris. penyebab
terjadinya terorisme adalah tindakan AS memerangi dan melakukan penindasan secara kejam
terhadap beberapa negara muslim di dunia, sehingga layaklah kalau AS dikatakan sebagai
teroris dunia yang telah melakukan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan di muka bumi
ini dengan dibungkus secara rapi dengan alasan memerangi terorisme. Padahal sebenarnya AS
sendirilah yang justru terorisnya.
Banyak pihak yang juga mengaitkan terjadinya terorisme ini dengan fatwa Usamah Bin Ladiin
tentang kebiadaban AS dan sekutunya yang menindas umat Islam di mana saja. Oleh karena
itu, umat Islam diharapkan untuk melakukan hijrah dan mengibarkan bendera jihad atas
kejahatan yang dilakukan tersebut. Berikut ini adalah Fatwa Usamah bin Ladiin.
FATWA USAMAH BIN LADIIN YANG BERPENGARUH PADA TERORIS
Sudah saatnya bangsa-bangsa muslim memahami bahwa negaranegara ini tidak lagi memiliki
kedaulatan. Musuh-musuh kita seenaknya sendiri keluar masuk di wilayah laut, darat dan udara
kita. Mereka menyerang tanpa pernah meminta kepada seorang pun. Penguasa yang ada jika
tidak terlibat dalam konspirasi, adalah penguasa yang tidak mampu melakukan aksi apa pun
untuk melawan penjajahan yang terang-terangan ini. Oleh karena itu kepada umat Islam,
khususnya para pemimpin dan ulamanya yang tulus, pedagang yang ikhlas dan para pemuka
suku,
Hendaknya berhijrah di jalan Allah dan mencari tempat untuk mengangkat bendera jihad dan
mendorong umat untuk membela agama dan dunianya. karena jika tidak semuanya akan
musnah dari mereka”.
“.. .Dan ketahuilah bahwasanya membunuh orang-orang Amerika dan Yahudi di mana saja
termasuk kewajiban yang paling agung dan ibadah kepada Allah yang paling utama”ibadah
kepada Allah yang paling utama "
Dengan melihat pernyataan-pernyataan dari kedua tersangka teroris di atas jelaslah bahwa
penyebab utama terorisme adalah penindasan, kedzaliman dan tekanan AS dan sekutunya
terhadap negeri-negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan tuntutan dari para
tersangka teroris untuk tegaknya syari'at Islam di dalam negara tersebut. Oleh karena itu,
terorisme tidak akan lenyap di bumi ini bila dua sebab tersebut dihilangkan.

c. Deradikalisasi dan Polik Negara-Negara Barel Mengerdilkan Ajaran Islam.


Yang dimaksud ”deradikalisasi" adalah sebuah langkah untuk mengubah sikap dan cara
pandang yang dianggap keras menjadi lunak; toleran, pluralis, moderat dan liberal.. Jika
definisi terorisme yang tunggal masih belum tercapai, maka dapat dipastikan program
deradikalisasi juga terjadi pro dan kontra. Menurut Soleman B. Ponto ada 9 (sembilan) unsur
pembentuk terorisme yaitu: 1. Pemimpin, 2. Tempat latihan, 3. Network (Jaringan), 4.
Dukungan Logistik, 5. Dukungan Keuangan, 6. Training atau Pelatihan, 7. Komando dan
Pengendalian, 8. Rekruitmen, 9, Cohetionforce atau daya pemersatu. Deradikalisasi tidak
termasuk dalam unsur pembentuk Terorisme. Dengan demikian bila ingin menghilangkan
terorisme cukup dengan menghilangkan salah gatu unsur di atas. Dapat dikatakan program
deradikalisasi adalah Program yang mubazir. Soleman juga mengatakan bahwa jika ingin
menghancurkan guatu organisasi, hancurkan terlebih dahulu daya pemersatunya. Jika
pemerintah saat ini melakukan deradikalisasi, pada dasarnya adalah untuk melemahkan daya
pemersatu dengan mengubah perilaku mereka agar dapat menaati peraturan perundangan yang
berlaku. Seorang teroris yang ditakuti bukan karena mereka berpaham radikal tetapi karena
mereka memiliki bom yang dapat diledakkan sewaktu-waktu. Akan tetapi, bila mereka
berpaham radikal, perlu disadarkan, tetapi persoalan tersebut lebih bijaksana bila diserahkan
kepada para pemuka agama.
Dalam dokumen Rand Corporation (RC) memang mengatakan bahwa perang terhadap
terorisme ini bukan perang terhadap seluruh umat Islam, namun hanya terhadap kelompok-
kelompok radikal, ekstremis dan militant. Salah satu ciri mereka adalah ideologi jihad dalam
artian perang bersenjata melawan musuh-musuh Islam untuk mendirikan Negara Islam.
Apabila demikian yang dimaksudkan oleh Rand Corporation, itu berarti bahwa RC ingin
meniadakan ideologi jihad. Padahal ideologi jihad itu bagian paling penting dalam ajaran
Islam. Inilah mengapa Ar-Rahmah mengartikan bahwa hal itu artinya sama saja memerangi
Islam.
Menurut Pemerintah AS sejak peristiwa 11 September 2001 kategori perilaku tindak kekerasan
semakin meningkat di bawah label "ViolentExtremism”. Pemerintah AS mendefinisikan
ViolentExtremism ini sebagai setiap orang yang mendukung kekerasan yang bermotifkan
ideologi untuk mendapatkan tujuan-tujuan politiknya70 Sedangkan menurut Pemerintah
Inggris kata ViolentExtremism dipakai untuk menggambarkan kegiatan-kegiatan dari individu
yang memainkan peranan penting tidak hanya dalam membuat orang lain menjadi radikal,
tetapi juga mendorongnya untuk berperan serta aktif di dalam tindak kekerasan yang
dimaksudkan sebagai jihad.71 Secara umum dapat dikatakan bawa mereka tidak melibatkan
dirinya secara langsung dalam kekerasan, tetapi katakata dan tindakannya sangat berpengaruh
pada orang lain. Bila pengertian seperti ini yang dimaksudkan, tidak heran apabila di Indonesia
ustadz Abu Bakar Baasyir dipandang sebagai teroris, bukan karena dia melakukan aksi
kekerasan, tetapi ucapannya, atau dapat dikatakan bahwa dakwahnya dikuatirkan akan sangat
memengaruhi orang-orang yang mendengarkannya yang
Tujuh tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 6 November 2010 telah diadakan Halaqah
penanggulangan terorisme di Kantor Pusat Majelis Ulama Indonesia. Didalamhalaqah tersebut
terdapat naskah yang membahas tentang beberapa faham para tersangka teroris yang perlu
diluruskan. Hasil dari pembahasan itu pun telah ditanggapi oleh MUI Surakarta dengan
mengeluarkan buku putih berjudul ”Kritik Evaluasi dan Dekonstruksi Gerakan Deradikalisasi
Aqidah Muslimin di Indonesia. Ada beberapa hal yang dibahas dalam Halaqah
Penanggulangan terorisme itu, dan di bawah ini disampaikan beberapa hal dari bahasan halaqah
itu dan tanggapan MUI Solo dalam buku putih tersebut.
Pertama, tentang pengertian terorisme dalam halaqah disebutkan bahwa sekalipun belum ada
definisi tunggal tetang terorisme itu namun setidaknya ada definisi yang dirumuskan dalam
Konvensi PBB Tahun 1937 dan dalam UU Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Nomor
15 Tahun 2003.
Pengertian Terorisme dalam Konvensi PBB Tahun 1937. Terorisme adalah segala bentuk
tindak kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan bentuk
teror terhadap orang-orang tertentu atau kelompok orang atau masyarakat luas. Sedangkan
pengertian terorisme dalam UU Nomor 15 Tahun 2003 sbebagai berikut: Setiap orang yang
dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana
terror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat
massa dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain,
atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang strategis atau
lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional dipidana dengan pidana mati
atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun.
Dengan adanya definisi tersebut MUI Solo berpendapat bahwa:
”Kalau belum ada definisi yang baku sudah berani mengatakan sebagai "Kejahatan Luar
Biasa”, lalu apa dan bagaimana luar biasanya juga sudah dapat dipastikan tidak jelas. Yang
terjadi kemudian adalah penggunaan istilah itu untuk mendiskreditkan, stigmatisasi terhadap
siapa saja yang kebetulan tidak disenangi, sebagaimana terjadi dan berlangsung selama ini.
Kemudian kalau yang dipakai adalah Konvensi PBB Tahun 1937 yang tidak jelas itu, maka
yang dinamakan teroris adalah para pengikut RMS dan mereka yang memperjuangkan
kemerdekaan Papua (Irian Barat) dan berusaha melepaskan diri dari Indonesia. Kalau yang
dipakai adalah UU No.15 Tahun 2003, maka apa bedanya dengan penyergapan, penyerangan,
penangkapan dan pembunuhan yang dilakukan Densus 88 terhadap orang-orang tak bersalah,
bahkan sampai ada yang dibunuh (peristiwa Cawang). Bukankah itu termasuk tindakan teror
juga?
Dalam halaqah juga disebutkan bahwa khusus di Indonesia Radikalisme agama dilakukan
dengan cara: mengubah ideologi negara, rekrutmen, doktrin, pelatihan (I'dad), rencana aksi dan
aksi yang meliputi pengeboman, fa'i, propaganda negatif melalui buku, dan sebagainya.
MUI solo kemudian menanggapi, Bahwa Radikal itu dari bahasa Latin ”Radix” yang artinya
akar. Jadi radikal artinya bersifat mengakar, maka radikalisme agama adalah menjalankan
agama secara mendasar dan mengakar. Sikap demikian ini justru merupakan sikap yang
seharusnya diharapkan keberadaannya, bukan dimusuhi atau ditiadakan. Sedang tentang
ideologi negara, karena masalah politik, tentunya akan berlangsung sesuai kemauan
pemerintah yang sedang berkuasa. Perubahan ideologi suatu negara sah sah saja dilakukan dan
banyak tergantung pada kondisi politik saat itu. Bahwa akan ada orang yang akan mengubah
ideologi negara menjadi ideology Islam juga sah aja. Justru yang perlu ditanyakan adalah
adanya orang yang mengaku beragama Islam yang islamophobia, anti Islam. Padahal seorang
yang mau dan mengaku tunduk kepada UUD 45 tentunya harus menghargai hak orang lain
untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya-dalam hal ini menjalankan ajaran Islam
sepenuhnya, tanpa mengebirinya dari urusan politik atau lainnya. Halaqah juga menggunakan
kata”Ideologi teroris”
Dalam hal ini MUI Solo kemudian menanyakan juga apa sebenarnya yang dimaksudkan
dengan ideologi teroris itu. Sebab, sebagaimana istilah teroris sendiri yang tidak jelas, maka
istilah ideology teroris ini juga semakin tidak jelas, selain kecenderungan untuk
mendiskreditkan kalangan orang Islam yang aktif memperjuangkan Islam, meskipun cara yang
dilakukan tidak melanggar hukum yang berlaku. Berkaitan dengan I'dad (latihan militer)
terutama yang dituduhkan kepada Abu Bakar Baasyir juga sebenarnya ada dasar hukumnya
dalam ajaran Islam, dalam surat al-Anfal ayat 60.
Ayat-ayat yang sering dipakai sebagai justifikasi dalam persoalan terorisme, yang sekiranya
perlu dicarikan Penafsiran dan pemaknaan yang tepat oleh para pemuka agama, agar supaya
umat Islam tidak dirugikan dengan adanya terorisme yaitu Surat al-Baqarah ayat 120, Surat
al-Baqarah 190-191, surat at-Taubah ayat 12, surat at-Taubah ayat 14-15,surat al-Anfal ayat
60, surat al-anfal ayat 73, dan surat an-Nisa ayat 74.

1. Siapa Sebenarnya Yahudi itu?


Yahudi adalah sebuah kata yang ditujukan kepada para pengikut syari'at Taurat. Kitab suci
yang dibawa oleh nabi Musa as Nasab Yahudi yang pertama memang tersambung kepada Nabi
Ya'qub (Israil) bin Ishaq bin Ibrahim. Ini Yahudi yang asli sebelum nasab mereka bercampur
dan menyatu dengan suku-suku atau dengan ras-ras lainnya.
Adapun Yahudi sebagai sebuah agama, baru diturunkan Allah kepada Nabi Musa. Ketika itu
orang-orang Yahudi bertaubat dan kembali kepada agama Musa, setelah sebelumnya mereka
menyembah patung anak sapi, Orang yahudi juga sering disebut dengan nama ”Israil" atau
”Bani Israil” dan kadang juga disebut ”Bangsa Ibrani”, dikarenakan nama bahasa mereka
adalah bahasa Ibrani, Israil adalah nama kedua untuk Ya'qub dan kepada Ya'qub inilah Bani
Israil atau bangsa Israel bernasab. Arti israil sendiri adalah ”Pilihan Allah” atau ”Hamba
Allah".
Adapun secara etimologis, makna harfiah dari Israil adalah orang yang bergulat dengan Tuhan.
Di dalam bahasa mereka, Isra artinya bergulat, sedangkan ”el" artinya Tuhan. Diartikan
demikian karena orang-orang Yahudi meyakini, seperti tertera dalam Kitab Taurat mereka
bahwa Ya'qub pernah bergulat melawan Allah dan berhasil mengalahkanNya. Maha Suci Allah
dari anggapan seperti Padahal Ya'qub bukan pemeluk Yahudi, sebab Taurat diturum kan
setelah masa Ya'qub. Yang benar Ya'qub adalah pemeluk agama Hanifiyah (agama yang lurus)
atau penganut tauhid mumi, Yaitu agama Nabi Ibrahim." Kaum Yahudi meyakini Ibrahim
(Abraham) sebagai Yahudi pertama. Ini merupakan kebohongan besar. Allah membantah dusta
mereka itu dalam al-Qur'an Surat Ali Imraan ayat 65. Kemudian dalam surat yang sama ayat
67 Allah menjawab kebohongan itu dan menjelaskan
Menurut sejarahnya, juga menurut al-Qur'an, Ya'qub hidup bersama keluarganya di pedalaman
(Gurun Naqab) di selatan Palestina dekat Semenanjung Sinai. Bapaknya Ishaq, dan pamannya
Ismail, lahir di Palestina. Akan tetapi, keduanya adalah pendatang. Kemudian Ya'qub dan
keluarganya berangkat ke Mesir tatkala putranya Yusuf menjadi penguasa Mesir. Akhirnya,
hijrah mereka berakhir di Palestina ini. Bisakah Yahudi kemudian mengklaim bahwa Palestina
merupakan tumpah darah hanya karena Ya'qub pernah tinggal di sana? Apalagi ternyata
manusia tertua di Palestina adalah orang-orang Kan'an dan muria.
Adapun asal-usul nama Yahudi ada tiga pendapat sebagai berikut:
1. Menurut Abu Amr bin al-Ula, mereka disebut Yahudi karena sering bergerak-gerak
(yatahawwadu) ketika membaca Kitab Taurat;
2. Pendapat lain mengatakan bahwa nama Yahudi diambil dari kata ”tahawwud" yang artinya
bertaubat, yaitu bertaubat dari tradisi menyembah patung anak sapi. Hal ini seperti difirmankan
oleh Allah dalam surat al-Araf [7] ayat 156 :
3. Pendapat ketiga mengatakan bahwa Yahudi ini dinisbatkan kepada Yehudza, yakni nama
salah satu suku dari dua belas suku yang dinisbatkan kepada putra keempat Ya'qub, Kemudian
setelah Bani Israil terbelah menjadi dua kerajaan besar, maka nama itu disematkan kepada
Kerajaan Selatan (sehingga kerajaan ini disebut dengan kerajaan Yehudza), untuk
membedakan diri dari kerajaan utara?"

I. Intervals! dan Keiahaiun As (Yahudi) dan Sekuiunyn Terhadap Negara-Negura Islam


Terorisme bukan kejahatan biasa, melainkan sebuah kejahatan yang dirancang secara cermat
oleh AS dan negara negara sekutunya dengan tujuan untuk dapat menghancurkan Islam dan
umat Islam dari segala arah. Sebab seperti yang sudah kita bahas pada bab sebelumnya bahwa
AS memiliki dan menguasai segalanya. Kekuatan ekonomi, kekuatan senjata, kekuatan politik
dan hukum dan kekuatan media massa. Dengan segala kekuatannya itu AS juga melakukan
konspirasi, kebohongan-kebohongan yang dikemas dengan rapat dengan Hukum Internasional.
Padahal dibalik semua itu AS justru berani melakukan pelanggaran-pEIanggaran terhadap
Hukum Internasional secara terang-terangan.
Contoh nyata yang sudah terbongkar dan diketahui oleh masyarakat internasional adalah
masalah tuduhan AS terhadap Irak; bahwa Irak menyimpan senjata pemusnah massal
(WeaponofmassDestruction). Nah dengan alasan inilah AS kemudian melakukan intervensi
militer di Irak dengan tujuan menangkap teroris dunia Saddam Husein. Banyak penentangan
yang dilakukan oleh negaranegara lain tentang sikap AS ini. Meskipun demikian, AS tetap saja
mengikuti hawa nafsunya sendiri untuk dapat menangkap Saddam Husein, Dalam
kenyataannya Saddam Husein bukanlah teroris dan tidak ditemukan sama sekali bukti bahwa
Irak menyimpan Senjata Pemusnah Massal. Padahal Saddam Husein sudah dihukum mati dan
Irak hancur berantakan.
Suatu pagi saat sekitar pukul 06.10 tanggal 30 Desember 2006, Saddam Hussein
menghembuskan napas terakhirnya di tiang gantungan, Pada waktu itu kaum muslimin hendak
menjalankan sholat Idul Adha. Bagi rakyat Palestina juga rakyat Irak pendukung Saddam
kematian ini begitu menyedihkan. Mereka kehilangan pahlawan. Saddam selama ini dianggap
pahlawan bagi mereka. Salah seorang warga tepi barat mengatakan: ”kami sudah mendengar
kesyahidannya, itu sangat mengguncang jiwa kami. Belum pernah ada orang yang gigih
membela kami seperti Saddam. "Semasa hidupnya Saddam tidak pemah lelah membantu rakyat
Palestina, salah satunya melalui dukungannya terhadap Gerakan ' Perlawanan Rakyat Palestina.
Sementara Hamas mengatakan bahwa eksekusi Saddam merupakan pembunuhan politik yang
melanggar Hukum Internasional."
Di Kuala Lumpur, Malaysia mantan Perdana Menteri Mahathir Muhammad mengatakan
bahwa hukuman mati tak lebih dari perbuatan barbar. Bahkan, di AS sendiri muncul kecaman
atas eksekusi mati Saddam. Human RightsWatch menolak hukumn mati atas Saddam.

Anda mungkin juga menyukai