Anda di halaman 1dari 20

ROSIHAN ANWAR

Makalah Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Kajian Kitab Ulumul Qur’an Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Oleh:

NURFADILLAH
NIM. 03181049

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


(IAIN) BONE
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga makalah yang berjudul “Perkembangan Islam Pada Priode
Modern” dapat tersusun hingga selesai, dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang kami miliki,


kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Watampone, Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2

A. Biografi Rosihan Anwar ................................................................ 3


B. Isi Buku atau Uraian Singkat ......................................................... 4
C. Analisis dari Aqsam Al-Qur’an ..................................................... 8

BAB III PENUTUP .................................................................................. 16

A. Kesimpulan ................................................................................... 16
B. Saran .............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur`an adalah sumber dari segala sumber ajaran Islam. Kitab suci
menempati posisi sentral bukan saja dalam perkembangan dan pengembangan
ilmu-ilmu ke Islaman tetapi juga merupakan inspirator dan pemandu gerakan-
gerakan umat Islam sepanjang empat belas abad lebih sejarah pergerakan umat
ini.Al-Qur`an ibarat lautan yang amat luas, dalam dan tidak bertepi, penuh dengan
keajaiban dan keunikan tidak akan pernah sirna dan lekang di telan masa dan
waktu. Maka untuk mengetahui dan memahami betapa dalam isi kandungan al-
Qur`an diperlukan tafsir.
Penafsiran terhadap al-Qur`an mempunyai peranan yang sangat besar dan
penting bagi kemajuan dan perkembangan umat Islam. Oleh karena itu sangat
besar perhatian para ulama untuk menggali dan memahami makna-makna yang
terkandung dalam kitab suci ini. Sehingga lahirlah bermacam-macam tafsir
dengan corak dan metode penafsiran yang beraneka ragam pula, dan dalam
penafsiran itu nampak dengan jelas sebagai suatu cermin perkembangan
penafsiran al-Qur`an serta corak pemikiran para penafsirnya sendiri. Dalam
makalah yang singkat ini penulis berusaha membahas tentang pengertian tafsir,
sejarah perkembangan tafsir, bentuk metode corak tafsir, kitab-kitab tafsir
berbahasa indonesia syarat-syarat seorang mufassir.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian i’jaz Al-Qur’an?
2. Apa pengertian rams Al-Qur’an?
3. Apa pengertian Qashash (kisah-kisah) Al-Qur’an?
4. apa pengertian amtsal (perumpamaan-perumpamaan) Al-Qur’an?
5. mengetahui pengertian, unsur-unsur, macam-macam aqsam dalam Al-
qur’an?
6. mengetahui macam-macam tafsir berdasarkan sumber-sumbernya?
7. Apa Qawa’id At-tafsi?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Rosihan Anwar

Rosihan Anwar (1922-2011) merupakan wartawan senior, juga sejarawan


dan sastrawan yang produktif. Ia telah menulis puluhan buku dan ratusan tulisan
di berbagai media utama di Indonesia dan di beberapa penerbitan asing. Bahkan
menjelang akhir hayatnya Ia masih menyiapkan memoar kehidupan cintanya
dengan sang istri yang lebih dulu meninggal dunia, dengan judul yang sudah
disiapkan Belahan Jiwa, Memoar Rosihan Anwar dengan Siti Zuraida.
Rosihan Anwar lahir di Kubang Nan Duo, Kabupaten Solok, Sumatera
Barat pada 10 Mei 1922 dan meninggal di Jakarta pada 14 April 2011. Anak
keempat dari sepuluh bersaudara putra Anwar Maharaja Sutan, seorang demang di
Padang, Sumatera Barat, ini menyelesaikan sekolah rakyat (HIS) dan SMP
(MULO) di Padang. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke AMS di
Yogyakarta sampai tahun 1942. Dari sana Rosihan mengikuti berbagai workshop
di dalam dan di luar negeri, termasuk di Yale University dan School of Journalism
di Columbia University, New York, Amerika Serikat.
Rosihan memulai karier jurnalistiknya sebagai reporter Asia Raya di masa
pendudukan Jepang tahun 1943 hingga menjadi pemimpin redaksi Siasat (1947-
1957) dan Pedoman (1948-1961). Selama enam tahun, sejak 1968, ia menjabat
Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Bersama Usmar Ismail, pada
1950 ia mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perfini). Dalam film
pertamanya, Darah dan Doa, ia sekaligus menjadi figuran. Dilanjutkan sebagai
produser film Terimalah Laguku. Sejak akhir 1981, aktivitasnya di film adalah
mempromosikan film Indonesia di luar negeri dan tetap menjadi kritikus film
sampai sekarang.
Pada tahun 2007, Rosihan Anwar dan Herawati Diah, yang ikut
mendirikan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Surakarta pada 1946
mendapat penghargaan 'Life Time Achievement' atau 'Prestasi Sepanjang Hayat'
dari PWI Pusat.

2
Pada 9 Februari 2010, komunitas Hari Pers Nasional (HPN) yang terdiri
atas Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Dewan Pers, Serikat Penerbit Surat
Kabar (SPS), Ikatan Juranlis Televisi Indonesia (IJTI), Serikat Grafika Pers
(SGP), Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional (PRSSNI), Persatuan Perusahaan
Periklanan Indonesia (PPPI), Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI), dan
Asossiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI) sepakat menganugerahi Spirit
Jurnalisme bagi Rosihan Anwar.
Di masa perjuangan, Rosihan pernah disekap oleh penjajah Belanda di
Bukitduri, Jakarta Selatan. Kemudian di masa Presiden Soekarno koran
miliknya, Pedoman pada 1961 ditutup oleh rezim saat itu. Namun di masa
peralihan pemerintah Orde Baru, Rosihan mendapat anugerah sebagai wartawan
sejak sebelum Revolusi Indonesia dengan mendapatkan anugerah Bintang
Mahaputra III, bersama tokoh pers Jakob Oetama. Sayangnya, kurang dari
setahun setelah itu, pemerintah pun menutup lagi Pedoman pada tahun 1974.
Tulisan-tulisan Rosihan Anwar bertemakan jurnalistik, agama, sejarah,
novel, dan politik, hingga tulisan yang menyangkut kisah perjalanan serta kisah
hidup orang-orang yang pernah dikenal atau dikaguminya.. Diantaranya
berjudul: India dari Dekat (1954); Dapat Panggilan Nabi Ibrahim (1959); Islam
dan Anda (1962); novel Raja Kecil (1967); Ihwal Jurnalistik (1974); Kisah-kisah
Zaman Revolusi (1975); Profil Wartawan Indonesia (1977); Kisah-kisah Jakarta
Setelah Proklamasi (1977); Jakarta Menjelang Clash ke-I (1978); Sukarno,
Tentara, PKI : Segitiga Kekuasaan sebelum Prahara Politik 1961-
1965 (1981), Menulis Dalam Air, Sebuah Autobiografi (1983); Musim
Berganti (1985); Perkisahan Nusa (1986); Singa dan Banteng: Sejarah Hubungan
Belanda-Indonesia 1945-1950 (1997), Sejarah Kecil "Petite Histoire"
Indonesia (2004), dan masih banyak lagi.
S. Tasrif, S.H menjuluki Rosihan Anwar sebagai “A footnote of history”
(sebuah catatan kaki dalam sejarah). Dimasa tuanya, setiap pagi Rosihan berjalan
40 menit. Ia juga tidak bisa melepaskan kebiasaannya menghisap cerutu bermerek
Schimmel Penning, “Saya isap lima batang satu hari,” katanya. “Pagi, siang,

3
waktu minum teh di sore hari, malam dan ketika menjelang tidur,” Ia menikah
dengan Siti Zuraidah Binti Moh. Sanawi dan dikaruniai tiga orang anak.

B. Isi buku atau Uraian singkat


1. I’jaz Al-Qur’an
Kata i’jaz di ambil dari kata kerja a’jaza-i’jaz yang berarti
melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Ini sejalan dengan firman Allah
AWT. Yang artinya;

“mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat
menguburkan mayat saudaraku ini.”(QS. Al-maidah(5):31)
Pelakunya( yang melehmahkan) di namai mu’jiz. Bila kemapuannya
melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam
lawan, ia di namai mukjizat. Tambahan ta’marbhuthah pada akhir kata itu
mengandung makna mubaligah (superlatif).
Mukjizat didefenisikan oleh pakar agama islam, antara lain sebagai
suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku
nabi, sebagai bukti kenabiannya sebagai tantangan bagi orang yang ragu,
untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, tetapi tidak melayani
tantangan itu. Dengan edaksi yang berbeda, mukjizat didefenisikan pula
sebagai suatu luar biasa yang diperlihatkan Allah SWT. Melalui para nabi dan
rasul-nya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan
kerasulannya.
2. Rasm Al-Qur’an
Rasm berasal dari kata rasama-yarsamu, berarti menggambar atau
melukis. Yang di maksud dalam pembahasan ini adalah melukis kalimat
dengan merangkai huruf-huruf hija’iyyah. Dengan kata lain, rasm al-qur’an
adalah tata cara menulis al-qur’an.
Proses penulisan al-qur’an telah di mulai semenjak zaman nabi.
Kerinduan nabi terhadap kedatangan wahyu tidak saja diekspresikan dalam
bentuk hafalan, tetapi jiga dalam bentuk tulisan. Nabi sendiri memiliki
sekretaris pribadi yang khusus bertugas mencatat wahyu, yaitu Abu Bakar,

4
Umar, Utsman, Ali, Abban bin Sa’ib, Khalid bin Said, Khalid bin Walid, dan
Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Penulisan Al-qur’an pada masa nabi masih
dilakukan secara sederhana, yaitu di atas lontaran kayu, pelepah korma,
tulang dan batu.
3. Qashash ( kisah-kisah) Al-Qur’an
Kata Qashash berasal dari bahasa arab yang merupakan bentuk jamak
dari kata qishash yang berarti tatabbu al-atsar (napak tilas/mengulang kembali
masa lalu). Arti inidiperoleh ari uraian al-qur’an pada surah al-kahfi(18):64
yang artiya: “lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula secara
etimologi (bahasa), al-qashash juga berarti urusan (al-amr), berita (khabar),
dan keadaan (hal). Dalam bahasa indonesia, dalam kata itu diterjemahkan
dengan kisah yang berarti kejadian (riwayat,dan sebagai-nya).
Adapun yang dimaksud dengan qashash al-quran adalah “pemberitaan
mengenai keadaan umat terdahulu, nabi-nabi terdahulu, dan perisiwa yang
pernah terjadi.
Kisah-kisah al-quran pada umumnya menganung unsur pelaku (as-
sakhsiyyat), peristiwa(ahdats), dan dialog (al-hiwar). Ketiga unsur ini trdapat
pada hampir seluruh kisah al-qur’an seperti lazimnya kisah-kisah biasa.
Hanya saja peran ketiga unsur itu tidaklah sama, sebab boleh jadi salah
satunya pengecualian ialah kisah nabi yusuf, yang mengandung ketiga unsur
itu dan terbagi menurut teknik kisah biasa. Cara semacam ini tidak ditemui
kisah lain. Hal ini karena kish al-qur’an pada umumnya bersifat pendek
(uqshush).
4. Amtsal (perumpamaan-perumpamaan) Al-Qur’an
Amtsal adalah bentuk jamak dari kata matsal (perumpamaan) atau
mitsil (serupa) matsil, sama halnya dengan kata syabah atau syabih. Karena
itu dalam ilmu balaghah, pembahasan yang sama ini lebih dikenal dengn
istilah tasybih, bukan amtsal. Dalampengertian bahasa (etimologi), amtsal
menurut ibnu al-farits adalah persamaan dan perbandingan sesuatu dengan
sesuatu yang lain. Atau menurut al-asfahani, amtsal berasal dari kata al-

5
mutsul, yakni al-intishab (asal, bagian). Matsal berarti mengungkapkan
perumpamaan.
Macam-macam amtsal Al-Qur’an menurut Al-qaththan, amtasa al-
qur’an dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu berikut ini
a. Amtsal musharrohah
b. Amtsal kaminah
c. Amtsal mursalah
5. Aqsam (sumpah-sumpah) Qur’an
Aqsam adalah bentuk jamak dari kata qasam (sumpah). Para pakar
gramatika bahasa arab mengartikan qasam denagan kalimat yang berfungsi
menguatkan berita, sedangkan menurut manna Al-Qaththan, qasam semakna
denagan hilf dan yamin, tetapi muatan makna kata qasam lebih tegas. Dalam
kamus umum bahasa indonesia, sumpah(qasam) didefenisikan dengan
pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau
sesuatu yang dianggap suci bahwa apa yang dikatakan atau dijamjikan itu
benar.
Unsur-unsur Aqsam dan Ungkapannya yaitu:
a. Fi’il (kata kerja) transitif dengan hruf ba’
b. Muhkam bih adalah sesuatu yang dijadikan sumpah oleh Allah
c. Muqsam Alaih (jawab Qasam)
6. Tafsil Al-Qur’an
Kata tafsir diambil dari kata fassarah-yufassiru-tafsiran yang berarti
keterangan atau uraian, Al-Jurjani berpendapat bahwa kata tafsir menurut
pengertian bahasa adalah al-kasyf wa al-izhar yang artinya menyingkap
(membuka) dan melahirkan.
Pada dasarny, pengertian tafsir berdasarkan bahasa tidak akan lepas
dari kandungan makna al-idhah (menjelaskan), al-bayan (menerangkan), al-
kasyf (mengungkapkan), dan al-izhar (menampakkan), dan al-ibanah
(menjelaskan). Adapun mengenai pengertian tafsir berdasarkan istilah, para
ulama mengemukakannya dengan redaksi yang berbeda-beda
a. Menurut al-kilabi dalam at-tashil:

6
‫َارتِ ِه اَ ْو نَحْ ًوا‬
َ ‫َص ِه اَ ْواِش‬
ِ ‫ض ْي ِه ِبن‬ َ ‫الت َّ ْف ِسي ُْر ش َْر ُح اْلقُ ْرا َ ِن َوبَيَانُ َم ْعنَاهُ َوا ِال ْف‬
ِ ‫صا ُح بِ َما يَ ْق‬
Artinya: “Tafsir adalah uraian yang menjelaskan Al-Qur’an
,menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki dengan
nash, isyaroh,atau tujuannya “.[2]
b. Menurut seykh Al-jazairi dalam Shahib At-tanjih
ِ ‫اَلت َّ ْف ِسي ُْر ِفي اْل َح ِق ْيقَ ِة اِنَّ َما ُه َو ش َْر ُح الَّل ْف ِظ اْلم ْست َ ِل‬
َ ‫ف ِع ْندَ الس َِّميْىعِ ِب َما ه َُو ا َ ْف‬
‫ص ُح ِع ْندَهُ ِب َما يُراَ ِد فُهُ اَ ْو‬
.‫ق الد َِاللَ ِة‬
ِ ‫ط ُر‬ُ ‫علَ ْي ِه بِ ِاحْ دَى‬َ ‫اربُهُ ا َ ْولَهُ د َِاللَة‬ ِ َ‫يُق‬
Artinya:” Tafsir pada hakikatnya menjelaskan lafadz yang sukar
dipahami oleh pendengar dengan menegemukakan lafadz sinonimnya
atau makna yang mendekatinya atau dengan jalan menegemukakan salah
satu dilalah lafadz tersebut”.3
c. Menurut Abu Hayyan
Tafsir dalah ilmu mengenai cara pengucapan lafadz-
lafazd Al_Qur’an serta cara mengungkapkan petunjuk,kandungan –
kandungan hukum ,dan makna-makna yang terkandung didalamnya”.
d. Menurut Az-zarkasyi
Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan
menjelaskan makna-makna kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi-
Nya Nabi Muhammad SAW ,serta menyimpulkan hukum-hukum dan
hikmahnya”.[3]
Berdasarkan beberapa rumusan tafsir dapat disimpulkan bahwa
tafsir adalah suatu hasil usaha tanggapan,penalaran , dan ijtihad manusia
untuk menyingkapkan nilai-nilai samawi yang terdapat di Al-Qur’an.
Macam-macam tafsir berdasarkan sumber-sumbernya
a. Tafsir bi Al-Ma’tsur
b. Tafsir bi Ar-Ra’yi
7. Qawa’id Al-Tafsir
a. Pengertian metodologi tafsir
Metodologi tafsir adalah ilmu tentang metode penafsiran Al-
Qur’an. Dapar di bedakan antara metode tafsir dan metodologi tafsir.
Metode tafsir adalah cara-cara menafsirkan Al-Qur’an, sedangkan

7
metodologi tas]fsir adalah ilmu tentang cara penafsiran Al-Qur’an.
Pembahasan teoretis dan ilmia mengenai mengenai metode
muqarin(perbandingan), umpamanya disebut analisis metodologis.
Namun, jika pembahasan itu berkaitan dengan cara penerapan metode
itu terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, hal itu disebut pembahasan metodik.
b. Penyusun Propisal Baru
1. Proposal penelitian tafsir
2. Proposal penyusunan tafsir
c. Model penyusunan tafsir
1. Metode tahlili
2. Metode ijmali
3. Metode muqarim (perbandingan)

C. Analisis dari Aqsam Al-Qur’an


1. Pengertian Aqsam Al-Qur’an
Aqsam adalah bentuk jamak dari kata qasam (sumpah). Para pakar
gramatika bahasa arab mengartikan qasam denagan kalimat yang berfungsi
menguatkan berita, sedangkan menurut manna Al-Qaththan, qasam semakna
denagan hilf dan yamin, tetapi muatan makna kata qasam lebih tegas. Dalam
kamus umum bahasa indonesia, sumpah(qasam) didefenisikan dengan
pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau
sesuatu yang dianggap suci bahwa apa yang dikatakan atau dijamjikan itu
benar.
Qasam dalam defenisi manna Al-Qaththan adalah:
“Mengikat atau meyakinkan jiwa (seseorang) untuk menolak atau
menerima sesuatu. Bagi yang bersumpah, sesuatu yang karenanya ia
bersumpah merupakan sesuatu yang agung”
Atau:
“memperluas maksud dengan disertai penyebutan sesuatu yang
memiliki kedudukan lebih tinggi dengan mengfungsikan huruf wawu atau
alat lainnya”

8
2. Unsur-unsur Aqsam dan Ungkapannya
a. Fi’il(kata kerja) transitif dengan huruf ba’
Bentuk asal aqsam fi’il aqsama atau ahlaha yang transitif dengan
ba’ kemudian disusul dengan muqsam bih dan muqsam alah yang
dinamakan juga jawab qasam,
Misalnya:

‫ت ۚ ب َ ل َ ٰى َو عْ د ً ا‬
ُ ‫ث ّللاَّ ُ َم ْن ي َ ُم و‬ ُ َ ‫َو أ َقْ سَ ُم وا ب ِ اَّللَّ ِ َج ْه د َ أ َي ْ َم ا ن ِ ِه ْم ۙ َال ي َ بْ ع‬
ِ َّ ‫عَ ل َ يْ ِه َح ق ًّ ا َو ٰل َ ِك َّن أ َكْ ث َ َر ا ل ن‬
‫اس َال ي َ عْ ل َ ُم و َن‬

“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-


sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati". (Tidak
demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji
yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui”(QS. An-Nahl(16):38)
Selanjutnya, huruf qasam ba’ diganti wawu apabila muqasam-nya
terdiri atas isim dhamir (kata ganti). Kadangkala huruf ba’ diganti oleh huruf
ta’ apabila muqasam-nya lafazh jalalah, contohnya dalam surah
yusuf(12):73:

ِ ‫ق َ ا ل ُوا ت َاَّللَّ ِ ل َ ق َ د ْ عَ ل ِ ْم ت ُ ْم َم ا ِج ئ ْ ن َا ل ِ ن ُ فْ ِس د َ ف ِ ي ا ْْل َ ْر‬


ِ َ‫ض َو َم ا ك ُ ن َّ ا س‬
‫ار ق ِ ي َن‬

”Saudara-saudara Yusuf menjawab "Demi Allah sesungguhnya kamu


mengetahui bahwa kami datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri
(ini) dan kami bukanlah para pencuri".(QS. Yusuf(12):73)
b. Muhkam bih adalah sesuatu yang dijadikan sumpah oleh Allah
Didalam Al-qur’an, Allah terkadang bersumpah dengan diri-Nya
sendiri dan terkadang pula dengan sifat-sifat-nya. Sumpah-nya dengan
sebagai makhluk-nya menunjukkan bahwa makhluk itu merupakan salah
satu dari keagungan-nya. Di dalam Al-qur’an, Allah bersumpah dengan
diri-nya sendiri pada tujuh tempat berikur.
1. Surah Adz-Dzariyah (15) ayat 23:

9
ِ ْ ‫ق ِم ث ْ َل َم ا أ َن َّ ك ُ ْم ت َن‬
‫ط ق ُون‬ ِ ‫اْل َ ْر‬
ٌّ ‫ض إ ِ ن َّ ه ُ ل َ َح‬ ْ ‫ف َ َو َر ب ِ ال س َّ َم ا ِء َو‬
“Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang
dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti
perkataan yang kamu ucapkan.”
2. Surah yunus(10) ayat 53:

‫ق ۖ َو َم ا أ َن ْ ت ُ ْم ب ِ ُم ع ْ ِج ِز ي َن‬ ٌّ ‫ك أ َ َح‬
ٌّ ‫ق ه ُ َو ۖ ق ُ ْل إ ِ ي َو َر ب ِ ي إ ِ ن َّ ه ُ ل َ َح‬ َ َ ‫َو ي َ سْ ت َنْ ب ِ ئ ُو ن‬
“Dan mereka menanyakan kepadamu: "Benarkah (azab
yang dijanjikan) itu? Katakanlah: "Ya, demi Tuhanku,
sesungguhnya azab itu adalah benar dan kamu sekali-kali
tidak bisa luput (daripadanya)".
3. Surah At-Taghabun (64) ayat 7:

َّ‫زَ ع َ َم ال َّ ِذ ي َن كَ ف َ ُر وا أ َ ْن ل َ ْن ي ُ بْ ع َ ث ُوا ۚ ق ُ ْل ب َ ل َ ٰى َو َر ب ِ ي ل َ ت ُب ْ ع َ ث ُ َّن ث ُم‬


‫ك عَ ل َ ى ّللاَّ ِ ي َ ِس ير‬ َ ِ‫ل َ ت ُن َ ب َّ ُؤ َّن ب ِ َم ا ع َ ِم ل ْ ت ُ ْم ۚ َو ذٰ َ ل‬
“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-
kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi
Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian
akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".
Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
4. Surah Maryam (19) ayat 68:

ِ ‫ط ي َن ث ُمَّ ل َ ن ُ ْح‬
‫ض َر ن َّ هُ ْم َح ْو َل َج هَ ن َّ َم ِج ث ِ ي ًّا‬ ِ ‫ك ل َ ن َ ْح ش ُ َر ن َّ هُ ْم َو ال ش َّ ي َ ا‬
َ ِ ‫ف َ َو َر ب‬
”Demi Tuhanmu, sesungguhnya akan Kami bangkitkan
mereka bersama syaitan, kemudian akan Kami datangkan
mereka ke sekeliling Jahannam dengan berlutut.”
5. Surah Al-Hijr (15) ayat 92:

‫ك ل َ ن َ سْأ َل َ ن َّ هُ ْم أ َ ْج َم ِع ي َن‬
َ ِ ‫ف َ َو َر ب‬
“Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka
semua,”
6. Surah An-Nisa (4) ayat 65:

10
‫ك ف ِ ي َم ا شَ َج َر ب َ يْ ن َ هُ ْم ث ُمَّ َال‬ َ ‫ك َال ي ُ ْؤ ِم ن ُ و َن َح ت َّ ٰى ي ُ َح كِ ُم و‬ َ ِ ‫ف َ ََل َو َر ب‬
‫ت َو ي ُ س َ ل ِ ُم وا ت َسْ لِ ي ًم ا‬َ ْ‫ض ي‬ ً ‫ي َ ِج د ُوا ف ِ ي أ َنْ ف ُ ِس ِه ْم َح َر‬
َ َ ‫ج ا ِم َّم ا ق‬

”Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman


hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang
mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”

7. Surah Al-Ma’arij (70) ayat 40:

ِ ‫ق َو ال ْ َم غ‬
‫َار بِ إ ِ ن َّ ا ل َ ق َ ا ِد ُر و َن‬ ِ ‫ف َ ََل أ ُقْ ِس مُ ب ِ َر ب ِ ال ْ َم ش‬
ِ ‫َار‬
“Maka aku bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan
barat, sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.”
Allah juga bersumpah dengan mahluk-mahluk-Nya. Contoh:
QS. At-Takwir 81:15
ُ ْ ‫ف َ ََل أ ُقْ ِس مُ ب ِ ال‬
‫خ ن َّ ِس‬
Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang,

Terhadap pertnyaan “mengapa Allah bersumpah dengan menyebut


makhluk-makhluknya, padahal ada larangan untuk bersumpah dengan
menyebut selain Allah” as-suyuthi mengemukakan jawaban berikut ini.

a. Orang-orang arab biasa mengungkapkan benda itu dan menjadikannya


sumpah. Karena itu Al-Qur’an pun turun dengan ungkapan sumpah
yang mereka kenal
b. Sumpah dilakukan dengan menyebut sesuatu yang diagungkan dan
dimuliakan kedudukannya berada diatas orang yang bersumpah,
sedangkan bagi Allah tdak ada sesuatupun yang kedudukannya lebih
mulia. Karena itu, ia terkadang bersumpah dengan menyebut nama-
namanya sendiri, dan terkadang pula menyebut nama ciptaannya

11
Ibn Hatim mengeluarkan sebuah riwayat dari al-Hasan yang
menegaskan bahwa Allah dapat saja bersumpah yang menyebut namanya
sesuai dengan kehendak makhluknya, tetapi manusia hanya boleh
bersumpah dengan menyebut nama Allah.
Para ulama menututkan bahwa Allah bersumpah pula dengan
menyebut nabi pada firmannya:”demi umurmu(Muhammad)” agar orang-
orang mengetahui keagunngan nabi muhammad SAW disisi Allah.
Ibn Mardawiyah pun mengelurkan sebuah riwayat dari ibnu abbas
yang menegaskan bahwa Allah tidak pernah memuliakan mahkluknya
melebihi nabi Muhammad. Tiak pernah mendengar pula bahwa Allah
bersumpah dengan menyebut seseorang selain nabi Muhammad SAW.
Dalam firmannya
QS. Al-Hijr 15:72

‫ك إ ِ ن َّ هُ ْم ل َ ف ِ ي سَ كْ َر ت ِ ِه ْم ي َ ع ْ َم هُ و َن‬
َ ‫ل َ ع َ ْم ُر‬
(Allah berfirman): "Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya
mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)".
Ibn Abi Al-Ashna “menuturkan dalam asrar Al-fawatih bahwa
bersumpah dengan mahkluk berarti juga bersumpah dengan penciptanya
(khalik) ebab menuturkan objek dengan sendirinya berarti menuturkan
subjek. Mustahil keberadaan objek tapa keberadaan subjek
c. Muqsam Alaih (jawab qasam)
Muqsam alaih yaitu sesutu yang dilakukan sumpah atau kata lain
terhadapnya, sesutu yang di perkuat dengan sumpah. Untuk itu tidak tepat
difungsikan, kecuali menyangkut hal-hal berikut
 Hendaklah yang disumpah atasanya memiliki kepentingan
tersendiri.
 Hendaklah lawan bicara berada dalam kondisi meragukan
ini pembicaraan
 Lawan bicara tidak percaya terhadap ini pembicaraan

12
Didalam Al-quran secara garis besar, Allah bersumpah tentang hal-
hal sebagai berikut cotohnya: ketauhidan seperti dalam surah ash-
shoffat(37:1-4)
Artinya:
Demi rombongan yang ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya dan
demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari
perbuatan-perbuatan maksiat), dan demi (rombongan yang membacakan
pembelajaran). Sesungguhnya tuhanmu benar-benar esa.
Vareasi muqsam alaih ( jawab qasam) yang terdapat dalam Al-
qur’an dapat dijelaskan sebagai berikut:
Jawab qasam terkadang disebutkan dan ini yang umumnya terjadi
terkadang pula dibuang, sebagaimana halnya jawab lau syarat yang sering
pula dibuang.
Fi’il nadhi ( bentuk lampau) mutsbit (tidak didahului huruf lain)
dan mutasharrif (yang dapat diderivasi) yang tidak mendahului ma’mul-
nya, apabila menjadi jawab qasam, harus disertai dengan lam dan qad
(laqad).
Macam macam qasam (aqsam)
Manna Al-Qaththan membagi qasam menjadi dua bagian, yaitu:
a. Qasam Dzahir, yaitu qasam yang fi’il qasam dan muqsam bih-nya
jelas terlihat dan disebutkan; atau qasam yang fi’il qasam-nya tidak
disebutkan, tetapi diganti dengan huruf qasam, yaitu ba, ta, da
wawu.
b. Qasam mudmar, yaitu qasam yang fi’il qasam dan muqsam bih-nya
tidak jelas dan tidak di jelas dan tidak disebutkan, tetapi
keberadaannya ditunjukka oleh lam mu’akkidah (lam yang
berfungsi untuk menguatkan isi pembicaraan) yang terletak pada
jawab qasam.
3. Faedah penggunaan aqsam (di dalam) Al-Qur’an
a. Memperkuat imformasi yang hendak disampaikan
b. Menyempurnakan hujjah (argumen)

13
4. Hubungan qasam dengan pemahaman Al-qur’an
Abu al- qasim al-qusyairi menjelaskan bahwa jika Allah bersumpah
dengan menyebut sesuatu berarti sesuatu itu memiliki manfaat atau
memiliki keutamaan tertentu. Di antara benda yang dijadikan sumpah
oleh Allah dan memiliki keutamaan adalah bukit sinai, sedangkan yang
memiliki manfat adalah buah tin dan zaitun ( ketiganya disebut dalam
surah at-tin (95).
Atas dasar paparan al-qusyairi, seorang mufassir dapat memahami
alasan yang menyebabkan sesuatu digunakan sebaigai objek sumpah
oleh Allah. Pada gilirannya nanti, ia dapat membangun sebuah
penafsiran yang komperehensif. Berkenan dengan sisi manfaat yang
terdapat pada benda yang dijadikan objek sumpah oleh Allah, misalnya
buah tin dan zaitun, seorang mufassir dapat meneliti manfaat-manfaat
apa saja yang dapat diperoleh dari dua buah itu. Danpada gilirannya
nanti pemahaman terhadap ayat ini akan menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat pula bagi manusia.
5. Hikmah sumpa dalam Al-Qur’an
Sebelum ketentuan yang benar tentang cara bersumpah yang benar
datang, orang bersumpah dengan menyebut nama yang mereka kenal
tak jarang mereka bersumpah dengan menyebut sesuatung yang
diyakininya memiliki keagungan dan kemuliaan, yaitu nenek moyang
yang dan berhala0halanya. Itulah sebabnya rasulullahn SAW, perna
bersabda yang artinya;
“jany\ganlah kalian bersumpah dengan menyebut nenek moyang atau
thaghut. Bila diantara ada yang bersumpah maka sebutlah nama
Allah.”
Penetapan ketentuan sumpah dari Allah sebenarnya untuk
menghapus tradisi supah seperti di atas dengan adanya sumpah
didalam Al-Qur’an, berarti ketentuan sumpah mengikat-terutama
orang-orang islam- sehingga mereka akan memperoleh rahasia-rahasia
dirinya. Al-bukhari, dalam bukunya mahasiin al-islam wasyara’i at-

14
islam, telah menuturkan rahasia-rahasia dibalik penyebutan nama
Allah dalam bersumpah, berikut ini;”melalui sumpah seseorang
mengekspresikan pemuliaan hatinya terhadap Allah dengan menyebut
nama-nya. Ia tidak mungkin mencintai sesuatu melebihi cintanya
kepada Allah karna khawatir akan merusak kemuliaan nama-nya.
Melalui sumpah pula, perselisiahan antara sesama manusia dapat
diselesaikan. Siapapun dilaramh bersumpah dengan menyebut selain
nama Allah, sebagaimana larangan menyembah selainnya. Bersumpah
dengan menyebut selain nama Allah, baik berupa nama seseorang
ataupun nama benda, dikhawatirkan akan menyebabkan kekufuran.

15
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologis Tafsir berarti penjelasan, sedangkan secara terminologis
tafsir adalah keterangan dan penjelasan tentang arti dan maksud ayat-ayat Al-
Qur’an sekalipun tidak diungkapkan secara eksplisit dalam definisi, tentu saja
Abu Hayyan dan Az-Zarkasyi akan sepakat dengan Az-Zarqani bahwa keterangan
dan penjelasan tentang maksud firman Allah SWT tersebut sebatas kemampuan
manusia.
Usaha menafsirkan Al-Qur’an sudah dimulai semenjak zaman para
sahabat Nabi sendiri. Ali ibn Abi Thalib, Abdullah ibn Abbas, Abdullah
IbnMas’ud dan Ubay ibn Ka’ab adalah diantara para sahabat yang terkenal banyak
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dibandingkan dengan sahabat-sahabat yang lain.

16
17

Anda mungkin juga menyukai