الر ِح ْي ِم
َّ الر ْح َم ِن
َّ ِ ّللا
ب ِ ْس ِم ه
Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT sebab kerena
dengan judul “perkawinan dibawah umur’’ ini. Shalawat serta salam tidak lupa
kita kirimkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW sebagai king of the
king, king of the world yang telah menggulung tikar-tikar kejahilihan dan mampu
sang Pencipta yaitu Allah SWT yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Selanjutnya dengan rendah hati kami memohon kritik dan saran dari
pembaca apabila terdapat hal yang ganjil, agar selanjutnya dapat kami revisi
kembali. Karena kami menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik sang Pencipta
setiap pihak yang telah mendukung serta membatu kami selama proses
yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
Dan bernilai ibadah disisi Allah SWT. Wallahul Muaffieq Ila Aqwamith Thariq.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pernikahan 3
A. Simpulan 19
B. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan harus dapat dipertahankan
oleh kedua belah pihak agar dapat mencapai tujuan dari pernikahan tersebut. Dengan
demikian, perlu adanya kesiapan-kesiapan dari kedua belah pihak baik secara mental
dasar dan syarat yang harus dipenuhi dalam perkawinan. Salah satunya yaitu yang
tercantum dalam 1 Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang
Perkawinan yang berbunyi : “Perkawinan hanya diizinkan apabilah pria dan wanita sudah
mencapai umur 19 tahun.” Ketentuan ini diadakan ialah untuk menjaga kesehatan suami
istri dan keturunannya, karena itu dipandang perlu diterangkan batas umur untuk
perkawinan dalam Undang-undang Perkawinan. Salah satu asas atau prinsip perkawinan
yang ditentukan dalam Undang-undang Perkawinan adalah bahwa calon suami isteri itu
harus telah masak jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan, agar dapat
mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat
keturunan yang baik dan sehat. Untuk itu harus dicegah adanya perkawinan yang masih
kependudukan. Ternyata batas umur yang lebih rendah bagi seorang wanita untuk kawin,
mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan batas umur
1
Pasal (7) Undang-Undang nomor 16 tahun 2019
1
Dalam konteks hak anak, sangatlah jelas seperti yang tercantum dalam Pasal 26
ayat 1 butir c UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa
orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya perkawinan di
usia anak-anak. Pada prespektif hak anak pencantuman kalimat tersebut merupakan
keharusan yang harus menjadi perhatian bersama, hal ini disebabkan anak-anak yang
terpaksa menikah dalam usia yang masih tergolong anak dilihat dari aspek hak anak,
mereka akan terampas hak-haknya, seperti hak bermain, hak pendidikan, hak untuk
tumbuh berkembang sesuai dengan usianya dan pada akhirnya adanya keterpaksaan
menjadi dewasa.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pernikahan
1. Pengertian pernikahan
Secara etimologi kata nikah (kawin) mempunyai beberapa arti yaitu berkumpul,
bersatu, bersetubuh, dan akad. Adapun kata nikah secara terminology, menurut imam
syafi‟i nikah yaitu akad yang dennganya menjadikan halal hubungan seksual antara
pria dengan wanita . menurut imam Hanafi ni kah yaitu akad yang menjadikan halal
hubungan seksual sebagai suami antara seorang pria dengan wanita. Menurut imam
malik nikah adalah akad yang yang mengandung ketentuan hukum semata-mata untuk
dalam diri wanita ang boleh menikah denganya . menurut imam hanafi nikah adalah
akad dengan menggunkan lafaz nikah atau tazwij untuk membolehkan manfaat,
bersenang-senang dengan wanita .2 Pernikahan juga di bahas dan diatur oleh undang-
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan yang Maha Esa.3 Dan pernikahan menurut KHI adalah akad yang sangat
atau miitsaaqan gholiidhan untuk untuk menaati perintah Allah dan melaksanakan
ibadah yang bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,
bahwa pernikahan adalah akad yang sangat kuat yang mengadung ketentuanketentuan
2
Undang-undang no 1 tahun 1947 pasal 1
3
Kompilasi hukum islam pasal 2
3
hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafadz nikah dan katakata yang semakna
dengan untuk membina rumah tangga yang sakinah dan untuk menaati perintah Allah
2. Syarat Perkawinan
mendapatkkan keturunan yang sah bagi melanjutkan generasi yang akan datang dan
untuk mendapatkan keluarga bahagia yang penuh ketenangan hidup dan rasa kasih
sayang. Selain tujuan perkawinan, perkawinan memiliki hikmah yang bisa kita
temukan yaitu menghalangi mata dari melihat kepada hal-hal yang tidak diizinkan
syara‟ dan menjaga kehormatan diri dari terjatuh pada kerusakan seksual.Untuk
melaksanakan perkawinan harus memenuhi syarat dan rukun yang di tetapkan baik
secara agama maupun negara. Rukun dan syarat menentukan suatu perbuatan hukum,
terutama yang menyangkut dengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi
hukum. Kedua kata tersebut mengandung arti yang sama dalam hal bahwa keduanya
sakῑnah, mawaddah dan wᾱrahmah. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan
Dan syarat perkawinan ini diatur dalam Pasal 6 sampai Pasal 12 Undang-
4
Undang-undang nomor 1 tahun 1974 pasal 6
4
3. Ada izin dari kedua orang tua atau walinya bagi calon mempelai yang belum
berumur 21 tahun
3. Pernikahan dini
penikahan dini atau pernikahan di bawah umur, istilah ini muncul setelah adanya
diterangkang bahwa perkawinan hanya di izinkan jika pihak pria dan wanita berumur
apabila salah satu atau kedua calon mempelai berusia di bawah 19 tahun, pernikahan
di bawah umur ini di bolehkan oleh Negara dengan syarat dan ketentuan
menikah dengan usia yang masih sangat muda yaitu sangat di awal waktu tertentu,
dalam artian masih dalam kadaan kehidupanya yang belum mapan secara sikis dan
psikologi. Bahwa dalam masyarakat yang majemuk yang tingkat pendidikanya belum
memadai, terutama masyarakat pedesaan, tidak heran kalau sebagian besar masyarakat
masih berpegang pada tradisi, kebiasaan lama oleh leluhur masih kental dipegangnya
anatara lain ingin cepat mengawinkan anaknya. Dan di dalam undang-undang sendiri
juga tidak menutup total celah untuk melangsungkan pernikahan akan tetapi undang-
dispensasi nikah oleh pengadilan, dizinkan atau tidaknya tergantung pada hati nurani
5
Undang-undang nomor 16 tahun 2019.
5
hakim yang memeriksa dan memutus di pengadilan. Begitu pula dengan fiqih
membangun keluarga atau rumah tangga yang harmonis atau sakinah mawaddah dan
warahmah, untuk bisa menciptkan semua itu perlu banyak faktor pendukung dalam
pernikahan salah satunya adalah usia, dimana usia juga ikut andil dalam menciptakan
keluarga yang harmonis karena dalam melakukan pernikahan harus siap baik dari sikis
dan psikis, Batas usia dalam melaksanakan perkawinan sangatlah penting karena
yang sukses sering ditandai dengan kesiapan memikul tanggung jawab. Penentuan
umum undang-undang perkawinan dinyatakan bahwa calon suami istri itu harus telah
masak jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan agar suapaya dapat
keturunan yang sehat. Selain pembatasan umur dalam pasal 6 ayat 2 UU perkawinan
mencantumkan ketentuan yang mengahruskan setiap orang pria wanita yang belum
mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun, mendapatkan izin kedua orang tua untuk
melangsungkan pernikahan, apabila izin tidak dapat diperoleh oleh orang tua,
pengadilan dapat memberikan izin tersebut. Pernikahan yang dilakuan diusia muda
6
atau seorang remaja secara teori sangat rawan dengan permaslahan karena dalam diri
remaja masih sangat labil dalam bertindak, karena emosi dalam diri remaja belum
orang dewasa. Selain dari sudut pandang emosional dari sudut pandang kesehatan pun
juga mempunyi pengaruh untuk pernikahan yang di lakukan di usia remaja, masalah
menikah muda kemungkinan akan terjadi kehamilan di usia remaja yang menjadi
masalah pokok karena memiliki resiko tinggi saat melahirkan, kecacatan bayi, bahkan
kematian ibu atau anak.. Jadi secra teori orang bisa dianggap dewasa minimal berusia
21 tahun karena dalam diri orang dewasa umumnya menunjukan kematagan jasmani
dan rohani. Orang telah memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap, telah
menerjunkan diri kedalam masyarakat.6 Mengutip dari anjuran BKKBN bahwa usia
yang ideal utuk melangsungkan pernikahan yaitu 20-25 untuk perempuan dan 25-30
untuk pria, jika merujuk dari anjuran itu secara teori kemungkinan. untuk
membentuk keluarga yang harmonis bisa tercapai karena dari segi usia udah dewasa,
kematangan berfikir itu sudah bisa terpenuhi, akan teapi lain halnya dengan undang-
19 tahun bagi laki-laki dan perempuan tetapi di kelanjutan pasalnya berbunyi jika usia
tahun . meminta ijin kepada orang tua, jadi secara tidak langsung jika usai belum 21
tahun itu belum dianggap dewasa maka dari itu harus meminta ijin orang tua. Jadi
6
http://m.republika.ac.id/berita/nasional/umum/17/03/06/omduca359-bkkbn-usia-
pernikahanideal-berkisar-2125-tahun
7
alangkah baiknya usia ideal untuk melakukan pernikan jika sudah dewasa karena
administrasi dan mengatur pernikahan yang dilakukan di suatu Negara tersebut, begitu
pula dengan Indonesia mempunyai aturan atau undangundang yang mengatur tentang
pernikahan dan itu dijadikan dasar hukum pernikahan menururt hukum positif, adapun
1. Buku I dari kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu Bab IV sampai dengan
tahun 1947 pasal 7 tentang pernikahan bahwah perkawinan hanya diizinkan jika
disebutkan bahwa:
8
perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria dan wanita sudah mencapai umur
19 tahun (sembilan belas tahun).
Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas usia pernikahan tersebut
tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan, hal ini dimaksudkan agar
kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari segi pisik dan mental untuk
berlaku di Indonesia.
bagi warga Negara Indonesia adalah dimaksudkan agar orang yang akan
kekuatan fisik yang cukup memadai, yang penting dapat tercapai aspek
yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Setiap
anak mempunyai hak dan kewajiban seperti yang tertuang dalam Pasal 4 UU No. 23
“setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipsi
secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan 16 diskriminasi”.7
7
Pasal 7 ayat 1 No.23 Tahun 2002
8
Pasal 13 ayat 1 UU No. 23 Tahun 2002
9
setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain maupun yang
bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:
diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman,
kekerasan dan penganiayaan, ketidak adilan, perlakuan salah lainnya.9
terhadap anak seperti yang tertulis di Pasal 26 ayat 1 UU No. 23 Tahun 2002: orang
minatnya
Definisi usia anak menurut Konvensi Internasionl Tahun 1989 adalah “Anak
adalah setiap orang yang berumur kurang dari 18 tahun”. Hukum Negara Indonesia
juga telah menentukan bahwa masa anak dimulai sejak anak dalam kandungan sampai
umur 18 tahun.10 Aturan ini ditulis dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002
anak-anak yang pada gilirannya akan berdampak pula pada situasi masyarakat secara
“standar Internasional tentang batas usia kedewasaan telah diadopsi oleh hukum
perkawinan anak dalam hal ini anak perempuan yang belum mencapai 18 tahun. Pada
9
Pasal 26 ayat 1 UU No. 23 Tahun 2002
10
Pasal 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlidungan Anak
10
hal usia kedewasaan jika seseorang sudah usia 18 tahun sesuai dengan Pasal 131 ayat
(2) UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Undang-undang Negara kita telah
mengatur batas usia perkawinan, pemerintah mengganggap Pasal 7 ayat (1) UU No.16
Tahun 2019 tentang Perkawinan yang mengatur batas usia perkawinan sebagai
namun secara umum disebutkan akil baligh yang meliputi lima prinsip yaitu
Peradilan Anak.
“Apabila seorang yang di bawah umur dituntut karena melakukan tindak pidana ketika
umurnya belum cukup 16 tahun, hakim boleh memerintahkan supaya anak tersebut
dikembalikan kepada orang tunya, walinya atau pemeliharaannya dengan tidak
dikenakan suatu hukuman. Hal ini berarti usia 16 tahun masih dianggap usia anak dan
belum pantas dikenakan hukum pidana, dan juga berarti belum umur 16 tahun belum
pantas untuk menikah”.
di atas hampir diseluruh tanah air, batas usia perkawinan lebih rendah bagi seorang
cepat, terutama di Jawa Barat. Atas dasar itu Undang-undang perkawinan bagi laki-
laki usia 19 tahun dan perempuan 16 tahun. Pembatasan ini hakekatnya mencegah
lainnya seperti12 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak sebagaimana telah
11
Pasal 45 KUHP
12
UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak
11
disebutkan yang menentukan batas usia anak 18 memang dimungkinkan. Sebab
undangan terkait perbedaan batas usia ini disesuaikan materi muatan yang akan diatur.
Oleh karena itu menurutnya pemerintah beranggapan pemohon bahwa frasa “16
adilan adalah keliru. Justru menurut Mualimin, diberikan pengaturan batas umur
b. Asas-asas Pernikahan
Dalamm perkawinan diatur pula adanya suatu ketentuan yang menjadi dasar atau
adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami istri
3. Sebagai asas yang fundamental ialah suatu perkawinan sah bila dilakukan
13
http://ilmu-arqura.blogspot.co.id/pengertian-pernikahan-tujuan-hikmahdan.html?m=1
25 2.
12
4. Asas yang tidak kalah pentinya Undang-undang perkawinan ini menganut
asas bahwa calon ssuami istri itu harus telah matang jiwa raganya untuk dapat
6. Sebagai asa perkawinan yang tidak boleh dikesampingkan ialah hak dan
kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukann suami, baik
dibawah umur
pengadilan
budaya Barat secara mentah-mentah, tanpa melihat dahulu mana yang baik dan
berguna serta mana yang buruk dan menghancurkan generasi muda seperti gaya
berpacaran anak muda zaman sekarang. Pacaran sudah menjadi gaya hidup remaja.
Jika tidak berpacaran takut dianggap kuno. seperti inilah yang dapat membuat anak
yang belum cukup umur dapat hamil terlebih dahulu dan perkawinanlah satu-satunya
jalan keluar demi menutup aib keluarga serta masa depan si calon bayi yang
13
dikandung. Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya perkawinan bagi seorang
anak yang belum cukup usia untuk melakukan perkawinan. Bagi perempuan yang
belum cukup usia untuk melakukan perkawinan memang tidak diperbolehkan tetapi
jika telah terjadi hal seperti hamil terlebih dahulu maka ini merupakan hal yang
sangat kasuistis yang sangat mendesak atau keadaan darurat yang harus segera
dikawinkan. Kasus seperti ini, hakim tidak kuasa menolak untuk memberikan
dispensasi kawin karena mempunyai dampak yang cukup serius ke depan apalagi
dari pihak wanita dan keluarganya, karena dari pihak wanitalah yang paling banyak
menanggung akibatnya.
1. Syarat utama:
dari KUA
c. Membawa Kartu keluarga, buku nikah bagi kedua orang tua, dan akte
kelahiran anak.
Tidak ada halangan untuk menikah Bagi calon mempelai, baik calon istri atau
calon suami yang akan melangsungkan perkawinan terdapat halangan untuk me nikah
atau tidak menurut hukum agama Islam, 14sebagaimana yang diatur dalam Undang-
14
Undang-undang nomor 1 tahun 1974 pasal 8
14
a. berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke atas
antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara
neneknya
c. berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri menantu dan ibu/bapak tiri;
d. berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan dan
bibi/paman susuan;
e. berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari
f. mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku,
dilarang kawin.
seorang laki-laki yang dianggap mampu dlam segi ekonomi, kesulitan ekonomi
menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya pernikahan dini, keluarga yang
yang masih muda, pernikahan ini diharapkan menjadi solusi kesulitan ekonomi
yang dialami oleh keluarga, dengan menikah diharapkan akan mengurangi beban
ekonomi keluarga.
2. Faktor perjodohan
15
Walaupun orang tua mempunyai untuk memilihkan jodoh kepada anaknya
akan tetapi tidak bisa semena-mena karena pernikahan harus sesuai dengan hati
tidak boleh ada paksaan dan juga harus memperhitungankan usia anak.
3. Faktor pendidikan
pendidikan yang rendah sehingga mendorong untuk cepat menikah. Karena mereka
akan tetapi banyak tanggung jawab yang harus di pikul oleh orang tua. Karena
hukum pernikahan sendiri itu bergai macam nikah tidak hanya berhukum wajib
bahkan ada yang haram, jadi faktor prndidikan sangat penting khususnya
pendidikan agama untuk mempelajari hal seperti itu dan mengenai batasanbatasan
laki-laki dan perempuan , dan pendidikan akan sebagai benteng untuk memjga diri
dari pergaulan yang buruk. Maka peran pendidikan juga sangat penting dalam
pada anak muda. Hal ini dikatakan bebas karena melanggar batas norma yang ada,
ehingga pergaulan bebas ini adalah momok tersendiri bagi orang tua karena cemas
akan pengauh itu terjadi pada anak meraka. Dorongan seks yang tinggi dan rasa
penasaran yang dialami oleh remaja menyebabkan banyak remaja yang terjerumus
pada pergaulan bebas. Terjadinya hamil di luar nikah, karena anak-anak melakukan
hubungan yang melanggar norma memaksa mereka untuk pernikahan dini guna
memperjelas anak yang dikandung pernikahan ini memaksa mereka untuk menikah
dan bertanggung jawab untuk berperan sebagai suami istri serta menjadi ayah dan
16
ibu, dan ini akan berdampak penuaan dini karena mereka belum siap lahir dan
batin. Dari bebrapa faktor pernikahan di bawah umur yang tertera diatas, yang
lemahnya pengawasan orang tua sehingga terjadilah suatu keadaan yang tidak
diinginkan yaitu hamil diluar nikah hampir sebagian besar meraka menikah karena
bawah umur .
kasus pernikahan di bawah umur dalam kurun waktu lima tahun belakang
ini, yaitu : Pertama pasangan MR dengan US mereka adalah warga desa tadang palie
, meraka menikah tahun 2013 pada usia yang laki-laki berusia 18 tahun dan
mengatakan bahwa ‘’bukan tanpa alasan saya menikahkan anak saya ,Lebih baik
saya nikahkan anak saya sekarang dari pada terlambat akan membuat saya malu’’
priadan wanita belum memenuhi syarat menikah, banyak dari mereka yang tidak
itu dengan cara h ’’dicurikan umur’’ dalam artian bahwa ditambahkan usianya
kedua calon mempelai agar pernikahan itu dapat berlangsung. mereka tidak tau
berkas,hal ini bisa di perkarakan dijalur hukum .jika dihubungkan dengan Undang-
undang nomor 16 tahun 2019 apakah diterapkan dengan baik atau tidak jelas
bahwasanya aturan itu tidak menjadi tolak ukur apakah bagi mansyarakat dalam
menikahkan anaknya di usia muda karena adanya banyak faktor salah satunya yaitu
17
Dispensasi kawin yang diajukan di Pengadilan Agama penyebabnya yaitu
ada karena hamil diluar nikah dan khawatir akan timbulnya fitnah. Akan tetapi
hampir sebagian dispensasi kawin yang adalah sebab hamil diluar nikah.
18
BAB III
PENUTUP
A.kesimpulan
1. Secara etimologi kata nikah (kawin) mempunyai beberapa arti yaitu berkumpul,
bersatu, bersetubuh, dan akad. Adapun kata nikah secara terminology, menurut
imam syafi‟i nikah yaitu akad yang dennganya menjadikan halal hubungan
seksual antara pria dengan wanita. menurut imam hanafi nikah adalah akad
menerangkan perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan
pendidikan
sebagai berikut:
c. Ada izin dari kedua orang tua atau walinya bagi calon mempelai yang belum
berumur 21 tahun
19
e. Berlaku asas monogamy
B.Saran
Dari makalah yang kami susun, kami sangat menyarangkan agar kiranya
dalam membacanya agar bisa fokus. Karena tidak menutup kemungkinan, dalam
makalah yang sudah kami buat ini terdapat kekurangan-kekurangan. Maka dari
itu, Kami meminta kritik beserta saran yang bersifat membangun. Agar pada
20
DAFTAR PUSTAKA
Pasal 45 KUHP
UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak
http://ilmu-arqura.blogspot.co.id/pengertian-pernikahan-tujuan-
hikmahdan.html?m=1 25 2
21