Anda di halaman 1dari 22

2

KATA PENGANTAR

‫بسم هلال الرحمن الرحيم‬

Puji sukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya , Karna berkat rahmat dan hidayahnya lah kami bisa
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang tanpa adanya kendala yang begitu
berarti,penulisan makalah ini merupakan tugas kelompok untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Agama, jurusan D3-Sanitasi yang kemudian kami satukan
dalam satu bentuk makalah.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.oleh
karena itu kritik dan saran dari pihak yang bersifat membangun selalu kami terima
dan kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah yang kami buat tentang konsep
pernikahan dalam islam ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi kita
kita semua.Terima kasih.

Padang, 20 Oktober 2022

Kelompok 8

1
BAB l

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Pernikahan adalah suatu hal yang membahagiakan. Karena dua insan yang
saling mencintai dapat berdampingan untuk membangun keluarga yang Sakinah,
melalui Mawaddah dan Warahmah. Bahkan tidak sedikit yang berjuang keras agar
bisa menikah dengan orang yang dicintainya. Selain itu, pernikahan juga dapat
menyambung tali silaturrahim antara kedua pasangan tersebut.

Suatu perkawinan tentunya dibangun dengan tujuan untuk mewujudkan


keluarga yang bahagia, kekal, dan harmonis.Sebagaimana yang tercantum dalam
Kompilasi Hukum Islam pasal 3 yang berebunyi bahwa “tujuan perkawinan
adalah mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah”.

Tujuan menurut hukum adat berbeda dengan menurut perundangan.


Tujuan perkawinan bagi masyarakat hukum adat yang bersifat kekerabatan,
adalah untuk mempertahankan dan meneruskan keturunan menurut garis
kebapakan atau keibuan atau keibu-bapakan, untuk kebahagiaan rumah tangga
keluarga/kerabat, untuk memperoleh nilai-nilai adat budaya dan kedamaian, dan
untuk mempertahankan kewarisan. Hukum Perkawinan Indonesia, Berbeda lagi
tujuan menurut agama. Tujuan perkawinan adalah untuk menegakkan agama
Allah SWT, dalam arti mentaati perintah dan larangan Allah.

Pernikahan pada masa kini sepertinya tidak lagi menjadi suatu hal yang
sakral. Tujuan pernikahan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah,
dan warahmah seakan-akan menjadi hal yang langka. Banyak terjadi perceraian
dengan berbagai alasan, bahkan itu dianggap wajar.

2
B. RUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam


makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Pengertian pernikahan

2. Hukum pernikahan dalam islam

3. Tujuan dan hikmah dalam pernikahan

4. Hak dan kewajiban suami istri

5. Pembinaan keluarga sakinah dan sejahtera

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian pernikahan

2. Untuk mengetahi apa saja pernikahan dalam islam

3. Untuk mengetahui Tujuan dan hikmah dalam pernikahan

4. Untuk mengetagui hak dan kewajiban suami istri

5. Untuk mengetahui pembinaan keluarga sakinah dan sejahtera

6. Untuk mengetahuitugas mata kuliah Pendidikan Agama

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pernikahan

Perkataan nikah berasal dari bahasa arab nakaha yankihu nikahan yang
berarti berkumpul atau bersetubuh.Kata ini dalam bahasa Indonesia sering di sebut
juga dengan perkataan kawin atau perkawinan.Kata kawin adalah terjemahan kata
nikah dalam bahasa Indonesia.Kata menikah berarti mengawini dan menikahkan
sama dengan kata mengawinkan yang berarti menjadikan bersuami.Dengan
demikian istilah pernikahan mempunyai arti yang sama dengan kata
perkawinan.Perkataan nikah dan kawin keduanya sama terkenal dikalangan
masyarakat Indonesia.Dalam fiqih islam perkataan yang sering dipakai adalah
nikah atau ziwaj yang juga banyak terdapat dalam al quran, keduanya kata
tersebut mempunyai persamaan yaitu sama sama berarti berkumpul.

Pengertian nikah atau ziwaj secara bahasa syariah mempunyai pengertian


secara hakiki dan pengertian secara majasi.Pengertian nikah atau ziwaj secara
hakiki adalah bersenggama (wathi’) sedangkan majsinya adalah akad, kedua
pengertian tersebut diperselisihkan oleh kalangan ulama fiqih karena hal tersebut
berimplikasi pada penetapan hukum peristiwa yang lain, misalnya tentang anak
hasil perzinaan namun pengertian yang lebih umum yang dipergunakan adalah
pengertian bahasa secara majasi, yaitu akad. Al-Qadhli Husain mengatakan bahwa
arti tesrsebut adalah yang paling shahih.Ada yang mengatakan bahwa pengertian
bahasa dari kata nikah dan ziwaj adalah musytarak (mengandung dua makna )
antara wathi’ dan akad dan keduanya merupakan makna hakiki.

Pengertian nikah atau perkawinan secara fiqhiyah atau istilah syar’iyyah


terdapat beberapa macam pandangan

1.Menurut sebagian fuqoha’ pengertian nikah atau ziwaj adalah ;

Artinya : “Suatu akad (perjanjian) yang berimplikasi kebolehan


bertimta’ (bersenang-senang) antara dua orang yang berakat dengan tuntunan
yang telah di tentukan oleh syara’.

4
2.Mahmud Yunus memberikan pengertian bahwa perkawinan adalah akad
antara calon laki-laki dengan perempuan untuk memenuhi hajat jenisnya menurut
yang di atur oleh syariat agama.

3.Muhammad Abu Zahrah dalam kitapnya Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah


memberikan pengertian nikah dengan

Artinya: “akad yang memberikan faedah hukum kebolehan mengadakan


hubungan keluarga(suami-istri)antara pria dan wanita mengadakan tolong
menolong dan memberikan batas hak bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban
bagi masing-masing.

4.Hasby Ash-Shiddiqie memberikan pengertian,bahwa perkawinan adalah


melakukan akad antara laki-laki dengan perempuan atas kerelaan dan kesukaan
kedua belah pihak oleh seseorang wali dari pihak perempuan menurut sifat yang
di tetapkan syara’untuk menghalalkan cara perempuan antara keduanya dan untuk
mejadikan yang seorang condong kepada seorang lagi dan mejadikan masing-
masing dari padanya sekutu (teman hidup) bagi yang lain.

5.Menurut Idris Ramulya, perkawinan menurut islam adalah suatu


perjanjian suci yang kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara
sorang laki-laki dengan perempuan membentuk keluarga yang kekal,santun
menyantuni,kasih mengasihi,aman,tentram,bahagia yang kekal.

6.Prof. Subekti, SH. Memberikan pengertian perkawinan sebagai pertalian


yang sah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama.1

B. Makna Pernikahan dalam Islam


Munafakat berarti perkawinan atau pernikahan. Pernikahan berasal dari
kata dasar nikah. Kata nikah berasal dari bahasa Arab yang berarti (aljam’u)
atau”bertemu, berkumpul”. Menurut istilah, nikah ialah suatu ikatan lahir
batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam
suatu rumah tangga melalui akad yang dilakukan menurut hukum syariat
Islam.
1
Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, hlm.79

5
Dalam kompilasi hukum Islam (KHI) dijelaskan bahwa perkawinan adalah
pernikahan, yaitu akad yang kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk mentaati
perintah Allah Swt. dan melaksanakannya merupakan ritual ibadah. Sementara
itu, menurut Undang-undang No.1 Tahun 1974,tentang Perkawinan Pasal 1
dijelaskan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
yang kekal dan bahagia berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa.

C. Hukum Nikah

Menurut sebagian besar ulama, hukum asal nikah adalah mubah, artinya boleh
dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Meskipun demikian ditinjau dari segi
kondisi orang yang akan melakukan pernikahan, hukum nikah dapat berubah
menjadi wajib, sunat, makruh dan haram. Adapun penjelasannya adalah sebagi
berikut :

a) Mubah, yaitu boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan artinya setiap orang
yang memenuhi syarat-syarat tertentu boleh menikah dengan calon
pasangannya.

b) Wajib, yaitu orang yang telah mempunyai kemampuan lahir dan batin atau
sanggup menikah sedangkan bila tidak menikah khawatir akan terjerumus ke
dalam perzinaan.

c) Sunnah, yaitu orang yang telah memenuhi syarat-syarat pernikahan dan


berkeinginan untuk menikah, namun masih sanggup mengendalikan dirinya
dari godaan yang menjurus kepada perzinaan. Walaupun tidak segera atau
bagi orang yang berkeinginan menikah serta cukup sandang pangan.

d) Makruh, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan dan telah memiliki
keinginan atau hasrat tetapi ia belum mempunyai bekal untuk memberikan
nafkah tanggungan-nya. 2

e) Haram, yaitu orang yang akan melakukan perkawinan tetapi ia mempunyai


niat yang buruk, seperti niat menyakiti perempuan atau menikahi pasangan
yang masih mahram
2
Sudarsono, Hukum Keluarga Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, hlm. 62

6
D. Tujuan Nikah

Secara umum tujuan pernikahan menurut Islam adalah untuk memenuhi


hajat manusia (pria terhadap wanita atau sebaliknya) dalam rangka
mewujudkan rumah tangga yang bahagia, sesuai dengan ketentuan-ketentuan
agama Islam. Secara umum tujuan pernikahan dalam Islam dalam diuraikan
sebagai berikut:

a) Untuk memperoleh kebahagiaandan ketenangan hidup (sakinah).


Ketentraman dan kebahagiaan adalah idaman setiap orang. Nikah merupakan
salah satu cara supaya hidup menjadi bahagia dan tentram. Allah SWT
berfirman yang Artinya:” Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya. “.(Ar-Rum : 21)

b) Membina rasa cinta dan kasih sayang. Nikah merupakan salah satu cara
untuk membina kasih sayang antara suami, istri dan anak. ( QS. Ar- Rum : 21
yang Artinya :”Dan Ia menjadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. “)

c) Untuk memenuhi kebutuhan seksual yang syah dan diridhai Allah SWT

d) Melaksanakan Perintah Allah swt. Karena melaksanakan perintah


Allah swt maka menikah akan dicatat sebagai ibadah. Allah swt., berfirman
yang Artinya :" Maka nikahilah perempuan-perempuan yang kamu sukai".
(An-Nisa' : 3)

e) Untuk memperoleh keturunan yang sah, dimana Allah SWT berfirman


yang Artinya: “Harta dan anak anak adalah perhiasan kehidyupan dunia” (Al-
Kahfi : 46)

f) Mengikuti Sunah Rasulullah saw. Rasulullah saw., mencela orang yang


hidup membujang dan beliau menganjurkan umatnya untuk menikah.
Sebagaimana sabda beliau dalam hadist nya yang Artinya : “Nikah itu adalah
sunahku, barang siapa yang tidak senang dengan sunahku, maka buka
golonganku (HR, Bukhori dan muslim).

E. Rukun Nikah dan Syaratnya

7
Rukun dan Syarat-Syarat

a. Calon Suami

1. Beragama Islam

2. Atas kehendak sendiri (tidak terpaksa atau dipaksa)

3. Bukan muhrimnya wanita

4. Tidak sedang ihrom haji

b. Calon Istri

1. Beragama Islam

2. Tidak terpaksa atau dipaksa

3. Bukan muhrim

4. Tidak bersuami

5. Tidak sedang dalam masa idah

6. Tidak sedang ihrom haji atau umroh

c. Adanya Wali

1. Mukallaf (Islam, dewasa, sehat akal)

2. Laki-laki merdeka

3. Tidak fasiq

4. Tidak sedang ihrom haji atau umroh

d. Adanya dua orang saksi

1. Islam,

2. Baligh,

3. Berakal,

4. Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak terlalu banyak melakukan
dosa-dosa kecil)

8
5. Hadir dalam akad nikah.

e. Adanya Ijab dan Qabul

1. Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran

2. Tidak secara taklik (Tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab dan qabul
dilafalkan)

3. Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah (Seperti nikah kontrak)

4. Diucapkan oleh wali atau wakilnya (Ijab)

5. Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya

F. Wali Nikah

Wali nikah dalam satu pernikahan dibagi menjadi dua:

a. Wali nasab yaitu wali yang mempunyai pertalian darah dengan mempelaI
wanita yang akan dinikahkan. Adapun susunan urutan wali nasab adalah sebagai
berikut:

a) Ayah kandung, (ayah tiri tidak sah jadi wali)

b) Kakek (ayah dari ayah mempelai perempuan) dan seterusnya ke atas

c) Saudara laki-laki sekandung

d) Saudara laki-laki seayah

e) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung

f) Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah

g) Saudara laki-laki ayah yang seayah dengan ayah

h) Anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah yang sekandung dengan ayah

i) Anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah yang seayah dengan ayah3

3
Al-Imam Taqi al-Din Abi Bakr bin Muhammad al-Husaini al-Damsyiqi alSyafi’i, Kifayah al-Akhyar fi
Halli Ghayat al-Ikhtishar, Semarang: Usaha Keluarga, t.th., Juz 2, hlm. 36

9
b. Wali Hakim, yaitu seorang kepala negara yang beragama Islam. Di Indonesia,
wewenang Presiden sebagai wali hakim dilimpahkan kepada pembantunya, yaitu
Mentri Agama. Kemudian Mentri Agama mengangkat pembantunya untuk
bertindak sebagai wali hakim, yaitu Kepala Kantor Urusan Agama Islam yang
berada di setiap kecamatan. Wali Hakim bertindak sebagai wali nikah apabila
memenuhi kondisi sebagai berikut:

1) Wali nasab benar-benar tidak ada.

2) Wali yang lebih dekat (aqrab) tidak memenuhi syarat dan waliyang lebih jauh
(ab’ad) tidak ada.

3) Wali aqrab bepergian jauh dan tidak memberi kuasa kepada walinasab urutan
berikutnya untuk berindak sebagai wali nikah.

4) Wali nasab sedang berikhram haji atau umroh.

5) Wali nasab menolak bertindak sebagi wali nikah.

6) Wali yang lebih dekat masuk penjara sehingga tidak dapatberintak sebagai wali
nikah. 7) Wali yang lebih dekat hilang sehingga tidak diketahui tempattinggalnya.

8) Wali hakim berhak untuk bertindak sebagai wali nikah, sesuaidengan sabda
Rasulullah Saw. yang artinya :”Dari Aisah r.a. berkata,Rasulullah Saw. bersabda :
Tidak sah nikah seseorang kecuali denganwali dan dua orang saksi yang adil, jika
wali-wali itu menolak jadiwali nikah maka sulthan (wali hakim) bertindak sebagai
wali bagiorang yang tidak mempunyai wali”.(HR. Darulquthni)

G. Mahram

Menurut pengertian bahasa muhrim berarti yang diharamkan. Menurut Istilah


dalam ilmu fiqh muhrim adalah wanita yang haram dinikahi. Penyebab wanita
yang haram dinikahi ada 3 macam :

a. Wanita yang haram dinikahi karena keturunan

1) Ibu kandung dan seterusnya ke atas (nenek dari ibu dan nenek dari ayah).

2) Anak perempuan kandung dan seterusnya ke bawah (cucu dan seterusnya).

10
3) Saudara perempuan sekandung (sekandung, sebapak atau seibu).

4) Saudara perempuan dari bapak.

5) Saudara perempuan dari ibu.

6) Anak perempuan dari saudara laki-laki dan seterusnya ke bawah.

7) Anak perempuan dari saudara perempuan dan seterusnya ke bawah.

b. Wanita yang haram dinikahi karena hubungan sesusuan

1) Ibu yang menyusui.

2) Saudara perempuan sesusuan

c. Wanita yang haram dinikahi karena perkawainan

) Ibu dari istri (mertua)

2) Anak tiri (anak dari istri dengan suami lain), apabila suami sudah kumpul
dengan ibunya.

3) Ibu tiri (istri dari ayah), baik sudah di cerai atau belum.

4) Menantu (istri dari anak laki-laki), baik sudah dicerai maupun belum.

5) Wanita yang haram dinikahi karena mempunyai pertalian muhrim dengan istri.
Misalnya haram melakukan poligami (memperistri sekaligus) terhadap dua orang
bersaudara, terhadap perempuan dengan bibinya, terhadap seorang perempuan
dengan kemenakannya. (lihat An-Nisa : 23)

H. Kewajiban Suami dan Istri

a.Kewajiban Suami

1) Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal kepada istri dan anak-anaknya
sesuai dengan kemampuan yang diusahakan,

2) Menggauli istri secara makruf, yaitu dengan cara yang layak dan patut misalnya
dengan kasih sayang, menghargai, memperhatikan dan sebagainya.

11
3) Memimpin keluarga, dengan cara membimbing, memelihara semua anggota
keluarga dengan penuh tanggung jawab.

4) Membantu istri dalam tugas sehari-hari, terutama dalam mengasuh dan


mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang saleh.

b. Kewajiban Istri

1) Patuh dan taat pada suami dalam batas yang sesuai dengan ajaran Islam.
perintah suami yang bertentangan dengan ajaran islam tidak wajib ditaati oleh
seorang istri.

2) Memelihara dan menjaga kehormatan diri dan keluarga serta harta benda
suami.

3) Mengatur rumah tangga dengan baik sesuai dengan fungsi ibu sebagai kepala
rumah tangga,

4) Memelihara dan mendidik anak terutama pendidikan agama. Allah swt,


berfirman yang Artinya :"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka". (At-Tahrim : 6) 5) Bersikap hemat, cermat, ridha
dan syukur serta bijaksana pada suami

I. Hikmah Pernikahan

a. Pernikahan merupakan jalan keluar yang paling baik untuk memenuhi


kebutuhan seksual.

b. Pernikahan merupakan jalan terbaik untuk memuliakan anak, memperbanyak


keturunan, melestarikan hidup manusia, serta memelihara nasab.

c. Pernikahan menumbuhkan naluri kebapakan dan keibuan yang menumbuhkan


pula perasaan cinta dan kasih sayang.

d. Pernikahan menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam bekerja


karena adanya rasa tanggung jawab terhadap keluarganya.

e. Pernikahan akan mempererat tali kekeluargaan yang dilandasi rasa saling


menyayangi sebagai modal kehidupan masyarakat yang aman dan sejahtera.

12
J. Talak

a.Pengertian Di dalam islam, talak atau penceraian merupakan sesuatu yang tidak
disukai oleh islam tetapi dibolehkan dengan alasan dan sebab-sebab tertentu.
Menurutbahasa talak berarti melepaskan ikatan. Menurut istilah talak ialah
lepasnya ikatan pernikahan dengan lafal talak. Asal hukum talak adalah makruh,
sebabmerupakan perbuatan halal tetapi sangat dibenci oleh Allah swt.
NabiMuhammad saw, bersabda:

َ‫ح َل ِهلل ْ ِعهلنَد َ الِهل الط َل ُق (رواه ابوداود) ْ ْب َغ ُض ال َ أ‬

"Artinya :"Perbuatan halal tetapi paling dibenci oleh Allah adalah talak .(HR.
AbuDaud) Hal-hal yang harus dipenuhi dalam talak ( rukun talak) ada 3
macam:

1. Yang menjatuhkan talak(suami), syaratnya: baligh, berakal dan kehendak


sendiri. 2. Yang dijatuhi talak adalah istrinya.

3. Ucapan talak, baik dengan cara sharih (tegas) maupun dengan cara kinayah
(sindiran). Cara sharih: misalnya “saya talak engkau!” atau “saya cerai
engkau!”. Ucapan talak dengan cara sharih tidak memerlukan niat. Jadi kalau
suami mentalak istrinya dengan cara sharih, maka jatuhlah talaknya walupun
tidak berniat mentalaknya. Cara kinayah: misalnya “Pulanglah engkau pada
orang tuamu!”, atau “Kawinlah engkau dengan orang lain, saya sudah tidak
butuh lagi kepadamu!”, Ucapan talak cara kinayah memerlukan niat. Jadi
kalau suami mentalak istrinya dengan cara kinayah, padahal sebenarnya tidak
berniat mentalaknya, maka talaknya tidak jatuh.

b. Lafal dan Bilangan Talak Lafal talak dapat diucapkan/dituliskan dengan kata-
kata yang jelas atau dengan kata-kata sindiran. Adapun bilangan talak maksimal
tiga kali talak satu dan talak dua masih boleh rujuk (kembali) sebelum habis masa
Iddahnya dan apabila masa Iddahnya telah habis harus dilakukan akad nikah lagi.
(baca Al-Baqarah/2 : 229). Pada talak tiga suami tidak boleh rujuk dan tidak boleh

13
4
nikah lagi sebelum istrinya itu menikah dengan laki-laki lain dan sudah digauli
serta telah ditalak oleh suami keduanya itu”.

c. Macam-Macam Talak. Talak dibagi menjadi dua macam yaitu :

1) Talak Raj’i, yaitu talak ketika suami boleh rujuk tanpa harus dengan akad
nikah lagi. Talak raj’i ini dijatuhkan suami kepada istrinya untuk pertama
kalinya atau kedua kalinya dan suami boleh rujuk kepada istri yang telah
ditalaknya selama masi hdalam masa Iddah.

2) Talak Bain. Talak bain dibagi menjadi dua macam yaitu talak bain sughra
dan talak bain kubra.

a. Talak bain sughrayaitu talak yang dijatuhkan kepada istri yang belum
dicampuri dan talak khuluk (karena permintaan istrim masa Iddah maupun
sudah habis masa Iddahnya). Suami istri boleh rujuk dengan cara akad nikah
lagi, baik masih dalam masa idah atau sudah habis masa idahnya.

b. Talak bain kubro, yaitu talak yang dijatuhkan suami sebanyak tiga kali
(talak tiga) dalam waktu yang berbeda. Dalam talak ini suami tidak boleh
rujuk atau menikah dengan bekas istri kecuali dengan syarat:

1) Bekas istri telah menikah lagi dengan laki-laki lain.

2) Telah dicampuri dengan suami yang baru.

3) Telah dicerai dengan suami yang baru.

4) Telah selesai masa idahnya setelah dicerai suami yang baru.

d. Macam - Macam Sebab Talak Talak bisa terjadi karena :

1. Ila’ yaitu sumpah seorang suami bahwa ia tidak akan mencampuri istrinya.
Ila’ merupakan adat arab jahiliyah. Masa tunggunya adalah 4 bulan. Jika
sebelum 4 bulan sudah kembali maka suami harus membayar denda sumpah.

4
Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, Beirut: Dar al-Fikr, 1986, Jilid IV, hlm. 212.

14
Bila sampai 4 bulan lebih hakim berhak memutuskan untuk memilih
membayar sumpah atau mentalaknya.

2. Lian, yaitu sumpah seorang suami yang menuduh istrinya berbuat zina.
Sumpah itu diucapkan 4 kali dan yang kelia dinyatakan dengan kata-kata :
“Laknat Allah swt atas diriku jika tuduhanku itu dusta”. Istri juga dapat
menolak dengan sumpah 4 kali dan yang kelima dengan kata-kata : “Murka
Allah swt atas diriku bila tuduhan benar”.

3. Dzihar, yaitu ucapan suami kepada istrinya yang berisi penyerupaan istrinya
dengan ibunya seperti : “Engkau seperti punggung ibuku”. Dzihar merupakan
adat jahiliyah yang dilarang Islam sebab dianggap salah satu cara menceraikan
istri.

4. Khulu’ (talak tebus) yaitu talak yang diucapkan oleh suami dengan cara istri
membayar kepada suami. Talak tebus biasanya atas kemauan istri. Penyebab
talak antara lain :

a) Istri sangat benci kepada suami.

b) Suami tidak dapat memberi nafkah.

c) Suami tidak dapat membahagiakan istri.

5. Fasakh, ialah rusaknya ikatan perkawinan karena sebab-sebab tertentu yaitu


Karena rusaknya akad nikah seperti :

a. Diketahui bahwa istri adalah mahram suami.

b. Salah seorang suami/istri keluar dari ajaran islam.

c. Semula suami/istri musyrik kemudian salah satunya masuk islam.

d. Karena rusak nya tujuan pernikahan,

6. Hadhonah, artinya mengasuh dan mendidik anak yang masih kecil. Jika
suami/istri bercerai maka yang berhak mengasuh anaknya adalah :

a. Ketika masih kecil adalah ibunya dan biaya tanggungan ayahnya.

b. Jika si ibu telah menikah lagi maka hak mengasuh adalah ayahnya.

15
K. Iddah

Secara bahasa iddah berarti ketentuan. Menurut istilah iddah ialah masa
menunggu bagi seorang wanita yang sudah dicerai suaminya sebelum ia menikah
dengan laki-laki lain. Masa iddah dimaksudkan untuk member kesempatan kepada
bekas suaminya apakah dia akan rujuk atau tidak.

a. Lamanya Masa Iddah

1. Wanita yang sedang hamil masa iddahnya sampai melahirkan anaknya


(LihatQS.At-Talak : 4).

2. Wanita yang tidakhamil, ia ditinggal mati suaminya makama saiddahnya 4


bulan 1 hari (Lihat QS Al-Baqarah : 234).

3. Wanita yang dicerai suaminya sedang ia sedang salam keadaan haid maka masa
iddahnya selama tiga bulan (Lihat QS AtTalak : 4).

4. Wanita yang dicerai sebelum dicampuri suaminya maka baginya tidak adam
asaiddah (Lihat QS Al-Ahzab : 49).

b. Hak perempuan dalam masa iddah

1. Perempuan yang taat dalam iddahraj’iyyah (dapatrujuk) berhak mendapat dari


suami yang mentalaknya :tempattinggal, pakaian, uangbelanja. Sedangkanwanita
yang durhaka tidak berhak menerim apa-apa.

2. Wanita dalam iddahbain (iddah talak 3 atau khuluk) hanya berhakatas tempat
tinggal saja (Lihat QS At-Talaq : 6)

3. Wanita dalam iddah wafat tidak mempunyai hak apapun, tetapi mereka dan
anaknya berhak mendapat harta waris suaminya

L. Rujuk

Rujuk artinya kembali. Maksudnya ialah kembalinya suami istri pada ikatan
perkawinan setelah terjadi talakraj’Idan masih dalam masaiddah. Dasar hukum
rujuk adalah QS Al-Baqarah : 229, yang artinya sebagai berikut : “Dan suami-
suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami)
menghendaki rujuk.

16
a. Hukum Rujuk

1. Mubah, adalah asal hukum rujuk.

2. Haram, apabilasi istri dirugikan serta lebih menderita disbanding sebelum


rujuk.

3. Makruh, bila diketahui meneruskan perceraian lebih bermanfaat.

4. Sunat, bila diketahui rujuk lebih bermanfaat disbanding meneruskan perceraian.

5. Wajib, khusus bagi laki-laki yang beristri lebih dari satu.

b. Rukun Rujuk

1. Istri, syaratnya : pernah digauli, talaknya talakraj’Idan masih dalam iddah.

2. Suami, syaratnya : Islam, berakal sehat dan tidak terpaksa.

3. Sighat (lafal rujuk).

4. Saksi, yaitu 2 orang laki-laki yang adil5

M. Perkawinan Menurut UU No 1 tahun 1974

a. Garis besar Isi UU No 1 tahun 1974 UU No 1 tahun 1974 tentang perkawinan


terdiri dari 14 Bab dan 67 Pasal.

b. Pencatatan Perkawinan Dalam pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa : “Tiap-tiap


perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
Ketentuan tentang pelaksanaan pencatatan perkawinan ini tercantum dalam PP No
: 9 Tahun 1975 Bab II pasal 2 sampai 9.

c. Syahnya Perkawinan Dalam pasal 2 ayat 1 ditegaskan bahwa “Perkawinan


adalah syah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaan itu”.

5
BUKU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.BUKU AJAR AGAMA ISLAM UNTUK MAHASISWA
PERGURUAN TINGGI. H.SUHADA S.Ag.,M.Pd.I Ruli SUPRIATI,S.Kom.,M.T.I.

17
d. Tujuan Perkawinan Dalam pasal 1 ayat 1dijelaskan bahwa tujuan perkawinan
adalah untuk membentuk keluarga (rumahtangga) yang bahagia dankekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

e. Talak Dalam Ban VIII pasal 29 ayat 1 dijelaskan bahwa “Perceraian hanya
dapat dilakukan didepan siding pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan
berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

f. Batasan Dalam Berpoligami

1. Dalam pasal 3 ayat 1 dijelaskan bahwa “Pada dasarnya dalam suatu perkawinan
seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri. Seorang wanita hanya boleh
mempunyai seorang suami”

2. Dalam pasal 4 dan 5 ditegaskan bahwa dalam hal seorang suami akan beristri
lebih dari seorang ia wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan di daerah
tempat tinggalnya.

3. Pengadilan hanya member ijin berpoligami apabila :

a. Istri tidak dapatmenjalankan kewajibannya sebagai istri.

b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak bisa disembukan.

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.

d. Dalam pengajuan berpoligami harus dipenuhi syaratsyarat

- Adanya persetujuan dari istri.

- Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan
anak-anak mereka.

- Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-
anak mereka.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pandangan Islam perkawinan merupakan sebuah ikatan lahir batin yang
kukuh antara dua insan manusia laki-laki dan perempuan. Berdasarkan penjelasan
pasal 2 ayat (1) Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan di anggap sah apabila dilaksanakan menurut agama dan kepercayaan
masing masing.
Berdasarkan pada penjelasan dari bab I sampai dengan bab III dapat
disimpulkan bahwa Hukum nikah adalah mubah, artinya boleh dikerjakan dan
boleh ditinggalkan. Tujuan pernikahan adalah untuk memperoleh kebahagiaan dan
ketenangan, membina rasa cinta dan kasih sayang, melaksanakan perintah Allah
SWT, dan untuk memperoleh keturunan.
Adapun kewajiban suami yang harus istri ketahui yaitu memberi nafkah,
memimpin keluarga dan membantu tugas istri dalam sehari hari. Rukun nikah nya
yaitu: Sighat (akad), Wali (wali si perempuan), Dua orang saksi dan Calon
pengantin. Pernikahan merupakan penyambungan silaturahmi antara umat
manusia, Memalingkan pandangan yang liar dan membebaskan umat manusia dari
perbuatan maksiat atau perzinahan ”dimana Nikah adalah suatu akad yang
menyebabkan kebolehan bergaul antara seorang laki-laki dengan seorang wanita
dan saling menolong diantara keduanya serta menentukan batas hak dan
kewajiban diantara keduanya”.

B. Saran

Penulis merekomendasikan beberapa saran kepada masyarakat, diharapkan


hendaknya senantiasa selalu berpedoman kepada aturan Islam sebagai pedoman
dalam menjalani kehidupan, seperti dalam proses dalam menuju pernikahan, dan
hendaklah meninggalkan dan tidak mengamalkan tradisi yang bertentangan
dengan hukum Islam itu sendiri.

19
DAFTAR PUSTAKA

BUKU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.BUKU AJAR AGAMA ISLAM


UNTUK MAHASISWA PERGURUAN TINGGI. H.SUHADA S.Ag.,M.Pd.I
Ruli SUPRIATI,S.Kom.,M.T.I.

BUKU MASAILAH FIQHIYAH AL-HADITSAH.Sudarto,M.Pd.I

BUKU FIKIH MUNAKAHAT.Sudarto,M.Pd.I

40 BEKAL WANITA SEBELUM MENIKAH Detail Ketebalan : 184


halaman Dimensi : 21 x 14 cm Penerbit : SEMESTA HIKMAH Penulis : WIWID
PRASETYO & SITI NING RAHAYU

Buku Pernikahan Dalam Islam dan Tanya Jawab Makna Hukum Syarat
Hikmah Talak dll Al Abror Media, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih
al-'Utsaimin ,Penerjemah: Fathul Mujib , Ukuran: 14 x 20.5 cm ,Halaman: 140
hlm. , Cover Glossy, Bending, Shrink.

PANDUAN PRAKTIS MENIKAH UNTUK WANITA MENURUT AL-


QURAN DAN AS-SUNNAH Penulis : Nur 'aisyah Albantany Penerbit : Sealova
Media Tebal Halaman : -50

Buku Ajar Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia,pengarang hamdi ukuran


14x20 cm halaman 194 ,tahun terbit 2018
http://etheses.uin-malang.ac.id/1955/5/07210019_Bab_1.pdf

http://repository.unissula.ac.id/8926/4/BAB%20I%20Rev%20Revisi.pdf

https://www.studocu.com/id/document/smk-negeri-1batam/agama/pernikahan-
dalam-islam/21338307

20

Anda mungkin juga menyukai