KATA PENGANTAR
Puji sukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya , Karna berkat rahmat dan hidayahnya lah kami bisa
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang tanpa adanya kendala yang begitu
berarti,penulisan makalah ini merupakan tugas kelompok untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Agama, jurusan D3-Sanitasi yang kemudian kami satukan
dalam satu bentuk makalah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.oleh
karena itu kritik dan saran dari pihak yang bersifat membangun selalu kami terima
dan kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah yang kami buat tentang konsep
pernikahan dalam islam ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi kita
kita semua.Terima kasih.
Kelompok 8
1
BAB l
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pernikahan adalah suatu hal yang membahagiakan. Karena dua insan yang
saling mencintai dapat berdampingan untuk membangun keluarga yang Sakinah,
melalui Mawaddah dan Warahmah. Bahkan tidak sedikit yang berjuang keras agar
bisa menikah dengan orang yang dicintainya. Selain itu, pernikahan juga dapat
menyambung tali silaturrahim antara kedua pasangan tersebut.
Pernikahan pada masa kini sepertinya tidak lagi menjadi suatu hal yang
sakral. Tujuan pernikahan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah,
dan warahmah seakan-akan menjadi hal yang langka. Banyak terjadi perceraian
dengan berbagai alasan, bahkan itu dianggap wajar.
2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian pernikahan
C. TUJUAN PENULISAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pernikahan
Perkataan nikah berasal dari bahasa arab nakaha yankihu nikahan yang
berarti berkumpul atau bersetubuh.Kata ini dalam bahasa Indonesia sering di sebut
juga dengan perkataan kawin atau perkawinan.Kata kawin adalah terjemahan kata
nikah dalam bahasa Indonesia.Kata menikah berarti mengawini dan menikahkan
sama dengan kata mengawinkan yang berarti menjadikan bersuami.Dengan
demikian istilah pernikahan mempunyai arti yang sama dengan kata
perkawinan.Perkataan nikah dan kawin keduanya sama terkenal dikalangan
masyarakat Indonesia.Dalam fiqih islam perkataan yang sering dipakai adalah
nikah atau ziwaj yang juga banyak terdapat dalam al quran, keduanya kata
tersebut mempunyai persamaan yaitu sama sama berarti berkumpul.
4
2.Mahmud Yunus memberikan pengertian bahwa perkawinan adalah akad
antara calon laki-laki dengan perempuan untuk memenuhi hajat jenisnya menurut
yang di atur oleh syariat agama.
5
Dalam kompilasi hukum Islam (KHI) dijelaskan bahwa perkawinan adalah
pernikahan, yaitu akad yang kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk mentaati
perintah Allah Swt. dan melaksanakannya merupakan ritual ibadah. Sementara
itu, menurut Undang-undang No.1 Tahun 1974,tentang Perkawinan Pasal 1
dijelaskan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
yang kekal dan bahagia berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa.
C. Hukum Nikah
Menurut sebagian besar ulama, hukum asal nikah adalah mubah, artinya boleh
dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Meskipun demikian ditinjau dari segi
kondisi orang yang akan melakukan pernikahan, hukum nikah dapat berubah
menjadi wajib, sunat, makruh dan haram. Adapun penjelasannya adalah sebagi
berikut :
a) Mubah, yaitu boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan artinya setiap orang
yang memenuhi syarat-syarat tertentu boleh menikah dengan calon
pasangannya.
b) Wajib, yaitu orang yang telah mempunyai kemampuan lahir dan batin atau
sanggup menikah sedangkan bila tidak menikah khawatir akan terjerumus ke
dalam perzinaan.
d) Makruh, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan dan telah memiliki
keinginan atau hasrat tetapi ia belum mempunyai bekal untuk memberikan
nafkah tanggungan-nya. 2
6
D. Tujuan Nikah
b) Membina rasa cinta dan kasih sayang. Nikah merupakan salah satu cara
untuk membina kasih sayang antara suami, istri dan anak. ( QS. Ar- Rum : 21
yang Artinya :”Dan Ia menjadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. “)
c) Untuk memenuhi kebutuhan seksual yang syah dan diridhai Allah SWT
7
Rukun dan Syarat-Syarat
a. Calon Suami
1. Beragama Islam
b. Calon Istri
1. Beragama Islam
3. Bukan muhrim
4. Tidak bersuami
c. Adanya Wali
2. Laki-laki merdeka
3. Tidak fasiq
1. Islam,
2. Baligh,
3. Berakal,
4. Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak terlalu banyak melakukan
dosa-dosa kecil)
8
5. Hadir dalam akad nikah.
2. Tidak secara taklik (Tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab dan qabul
dilafalkan)
3. Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah (Seperti nikah kontrak)
F. Wali Nikah
a. Wali nasab yaitu wali yang mempunyai pertalian darah dengan mempelaI
wanita yang akan dinikahkan. Adapun susunan urutan wali nasab adalah sebagai
berikut:
h) Anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah yang sekandung dengan ayah
i) Anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah yang seayah dengan ayah3
3
Al-Imam Taqi al-Din Abi Bakr bin Muhammad al-Husaini al-Damsyiqi alSyafi’i, Kifayah al-Akhyar fi
Halli Ghayat al-Ikhtishar, Semarang: Usaha Keluarga, t.th., Juz 2, hlm. 36
9
b. Wali Hakim, yaitu seorang kepala negara yang beragama Islam. Di Indonesia,
wewenang Presiden sebagai wali hakim dilimpahkan kepada pembantunya, yaitu
Mentri Agama. Kemudian Mentri Agama mengangkat pembantunya untuk
bertindak sebagai wali hakim, yaitu Kepala Kantor Urusan Agama Islam yang
berada di setiap kecamatan. Wali Hakim bertindak sebagai wali nikah apabila
memenuhi kondisi sebagai berikut:
2) Wali yang lebih dekat (aqrab) tidak memenuhi syarat dan waliyang lebih jauh
(ab’ad) tidak ada.
3) Wali aqrab bepergian jauh dan tidak memberi kuasa kepada walinasab urutan
berikutnya untuk berindak sebagai wali nikah.
6) Wali yang lebih dekat masuk penjara sehingga tidak dapatberintak sebagai wali
nikah. 7) Wali yang lebih dekat hilang sehingga tidak diketahui tempattinggalnya.
8) Wali hakim berhak untuk bertindak sebagai wali nikah, sesuaidengan sabda
Rasulullah Saw. yang artinya :”Dari Aisah r.a. berkata,Rasulullah Saw. bersabda :
Tidak sah nikah seseorang kecuali denganwali dan dua orang saksi yang adil, jika
wali-wali itu menolak jadiwali nikah maka sulthan (wali hakim) bertindak sebagai
wali bagiorang yang tidak mempunyai wali”.(HR. Darulquthni)
G. Mahram
1) Ibu kandung dan seterusnya ke atas (nenek dari ibu dan nenek dari ayah).
10
3) Saudara perempuan sekandung (sekandung, sebapak atau seibu).
2) Anak tiri (anak dari istri dengan suami lain), apabila suami sudah kumpul
dengan ibunya.
3) Ibu tiri (istri dari ayah), baik sudah di cerai atau belum.
4) Menantu (istri dari anak laki-laki), baik sudah dicerai maupun belum.
5) Wanita yang haram dinikahi karena mempunyai pertalian muhrim dengan istri.
Misalnya haram melakukan poligami (memperistri sekaligus) terhadap dua orang
bersaudara, terhadap perempuan dengan bibinya, terhadap seorang perempuan
dengan kemenakannya. (lihat An-Nisa : 23)
a.Kewajiban Suami
1) Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal kepada istri dan anak-anaknya
sesuai dengan kemampuan yang diusahakan,
2) Menggauli istri secara makruf, yaitu dengan cara yang layak dan patut misalnya
dengan kasih sayang, menghargai, memperhatikan dan sebagainya.
11
3) Memimpin keluarga, dengan cara membimbing, memelihara semua anggota
keluarga dengan penuh tanggung jawab.
b. Kewajiban Istri
1) Patuh dan taat pada suami dalam batas yang sesuai dengan ajaran Islam.
perintah suami yang bertentangan dengan ajaran islam tidak wajib ditaati oleh
seorang istri.
2) Memelihara dan menjaga kehormatan diri dan keluarga serta harta benda
suami.
3) Mengatur rumah tangga dengan baik sesuai dengan fungsi ibu sebagai kepala
rumah tangga,
I. Hikmah Pernikahan
12
J. Talak
a.Pengertian Di dalam islam, talak atau penceraian merupakan sesuatu yang tidak
disukai oleh islam tetapi dibolehkan dengan alasan dan sebab-sebab tertentu.
Menurutbahasa talak berarti melepaskan ikatan. Menurut istilah talak ialah
lepasnya ikatan pernikahan dengan lafal talak. Asal hukum talak adalah makruh,
sebabmerupakan perbuatan halal tetapi sangat dibenci oleh Allah swt.
NabiMuhammad saw, bersabda:
"Artinya :"Perbuatan halal tetapi paling dibenci oleh Allah adalah talak .(HR.
AbuDaud) Hal-hal yang harus dipenuhi dalam talak ( rukun talak) ada 3
macam:
3. Ucapan talak, baik dengan cara sharih (tegas) maupun dengan cara kinayah
(sindiran). Cara sharih: misalnya “saya talak engkau!” atau “saya cerai
engkau!”. Ucapan talak dengan cara sharih tidak memerlukan niat. Jadi kalau
suami mentalak istrinya dengan cara sharih, maka jatuhlah talaknya walupun
tidak berniat mentalaknya. Cara kinayah: misalnya “Pulanglah engkau pada
orang tuamu!”, atau “Kawinlah engkau dengan orang lain, saya sudah tidak
butuh lagi kepadamu!”, Ucapan talak cara kinayah memerlukan niat. Jadi
kalau suami mentalak istrinya dengan cara kinayah, padahal sebenarnya tidak
berniat mentalaknya, maka talaknya tidak jatuh.
b. Lafal dan Bilangan Talak Lafal talak dapat diucapkan/dituliskan dengan kata-
kata yang jelas atau dengan kata-kata sindiran. Adapun bilangan talak maksimal
tiga kali talak satu dan talak dua masih boleh rujuk (kembali) sebelum habis masa
Iddahnya dan apabila masa Iddahnya telah habis harus dilakukan akad nikah lagi.
(baca Al-Baqarah/2 : 229). Pada talak tiga suami tidak boleh rujuk dan tidak boleh
13
4
nikah lagi sebelum istrinya itu menikah dengan laki-laki lain dan sudah digauli
serta telah ditalak oleh suami keduanya itu”.
1) Talak Raj’i, yaitu talak ketika suami boleh rujuk tanpa harus dengan akad
nikah lagi. Talak raj’i ini dijatuhkan suami kepada istrinya untuk pertama
kalinya atau kedua kalinya dan suami boleh rujuk kepada istri yang telah
ditalaknya selama masi hdalam masa Iddah.
2) Talak Bain. Talak bain dibagi menjadi dua macam yaitu talak bain sughra
dan talak bain kubra.
a. Talak bain sughrayaitu talak yang dijatuhkan kepada istri yang belum
dicampuri dan talak khuluk (karena permintaan istrim masa Iddah maupun
sudah habis masa Iddahnya). Suami istri boleh rujuk dengan cara akad nikah
lagi, baik masih dalam masa idah atau sudah habis masa idahnya.
b. Talak bain kubro, yaitu talak yang dijatuhkan suami sebanyak tiga kali
(talak tiga) dalam waktu yang berbeda. Dalam talak ini suami tidak boleh
rujuk atau menikah dengan bekas istri kecuali dengan syarat:
1. Ila’ yaitu sumpah seorang suami bahwa ia tidak akan mencampuri istrinya.
Ila’ merupakan adat arab jahiliyah. Masa tunggunya adalah 4 bulan. Jika
sebelum 4 bulan sudah kembali maka suami harus membayar denda sumpah.
4
Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, Beirut: Dar al-Fikr, 1986, Jilid IV, hlm. 212.
14
Bila sampai 4 bulan lebih hakim berhak memutuskan untuk memilih
membayar sumpah atau mentalaknya.
2. Lian, yaitu sumpah seorang suami yang menuduh istrinya berbuat zina.
Sumpah itu diucapkan 4 kali dan yang kelia dinyatakan dengan kata-kata :
“Laknat Allah swt atas diriku jika tuduhanku itu dusta”. Istri juga dapat
menolak dengan sumpah 4 kali dan yang kelima dengan kata-kata : “Murka
Allah swt atas diriku bila tuduhan benar”.
3. Dzihar, yaitu ucapan suami kepada istrinya yang berisi penyerupaan istrinya
dengan ibunya seperti : “Engkau seperti punggung ibuku”. Dzihar merupakan
adat jahiliyah yang dilarang Islam sebab dianggap salah satu cara menceraikan
istri.
4. Khulu’ (talak tebus) yaitu talak yang diucapkan oleh suami dengan cara istri
membayar kepada suami. Talak tebus biasanya atas kemauan istri. Penyebab
talak antara lain :
6. Hadhonah, artinya mengasuh dan mendidik anak yang masih kecil. Jika
suami/istri bercerai maka yang berhak mengasuh anaknya adalah :
b. Jika si ibu telah menikah lagi maka hak mengasuh adalah ayahnya.
15
K. Iddah
Secara bahasa iddah berarti ketentuan. Menurut istilah iddah ialah masa
menunggu bagi seorang wanita yang sudah dicerai suaminya sebelum ia menikah
dengan laki-laki lain. Masa iddah dimaksudkan untuk member kesempatan kepada
bekas suaminya apakah dia akan rujuk atau tidak.
3. Wanita yang dicerai suaminya sedang ia sedang salam keadaan haid maka masa
iddahnya selama tiga bulan (Lihat QS AtTalak : 4).
4. Wanita yang dicerai sebelum dicampuri suaminya maka baginya tidak adam
asaiddah (Lihat QS Al-Ahzab : 49).
2. Wanita dalam iddahbain (iddah talak 3 atau khuluk) hanya berhakatas tempat
tinggal saja (Lihat QS At-Talaq : 6)
3. Wanita dalam iddah wafat tidak mempunyai hak apapun, tetapi mereka dan
anaknya berhak mendapat harta waris suaminya
L. Rujuk
Rujuk artinya kembali. Maksudnya ialah kembalinya suami istri pada ikatan
perkawinan setelah terjadi talakraj’Idan masih dalam masaiddah. Dasar hukum
rujuk adalah QS Al-Baqarah : 229, yang artinya sebagai berikut : “Dan suami-
suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami)
menghendaki rujuk.
16
a. Hukum Rujuk
b. Rukun Rujuk
5
BUKU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.BUKU AJAR AGAMA ISLAM UNTUK MAHASISWA
PERGURUAN TINGGI. H.SUHADA S.Ag.,M.Pd.I Ruli SUPRIATI,S.Kom.,M.T.I.
17
d. Tujuan Perkawinan Dalam pasal 1 ayat 1dijelaskan bahwa tujuan perkawinan
adalah untuk membentuk keluarga (rumahtangga) yang bahagia dankekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
e. Talak Dalam Ban VIII pasal 29 ayat 1 dijelaskan bahwa “Perceraian hanya
dapat dilakukan didepan siding pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan
berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.
1. Dalam pasal 3 ayat 1 dijelaskan bahwa “Pada dasarnya dalam suatu perkawinan
seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri. Seorang wanita hanya boleh
mempunyai seorang suami”
2. Dalam pasal 4 dan 5 ditegaskan bahwa dalam hal seorang suami akan beristri
lebih dari seorang ia wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan di daerah
tempat tinggalnya.
b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak bisa disembukan.
- Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan
anak-anak mereka.
- Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-
anak mereka.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pandangan Islam perkawinan merupakan sebuah ikatan lahir batin yang
kukuh antara dua insan manusia laki-laki dan perempuan. Berdasarkan penjelasan
pasal 2 ayat (1) Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan di anggap sah apabila dilaksanakan menurut agama dan kepercayaan
masing masing.
Berdasarkan pada penjelasan dari bab I sampai dengan bab III dapat
disimpulkan bahwa Hukum nikah adalah mubah, artinya boleh dikerjakan dan
boleh ditinggalkan. Tujuan pernikahan adalah untuk memperoleh kebahagiaan dan
ketenangan, membina rasa cinta dan kasih sayang, melaksanakan perintah Allah
SWT, dan untuk memperoleh keturunan.
Adapun kewajiban suami yang harus istri ketahui yaitu memberi nafkah,
memimpin keluarga dan membantu tugas istri dalam sehari hari. Rukun nikah nya
yaitu: Sighat (akad), Wali (wali si perempuan), Dua orang saksi dan Calon
pengantin. Pernikahan merupakan penyambungan silaturahmi antara umat
manusia, Memalingkan pandangan yang liar dan membebaskan umat manusia dari
perbuatan maksiat atau perzinahan ”dimana Nikah adalah suatu akad yang
menyebabkan kebolehan bergaul antara seorang laki-laki dengan seorang wanita
dan saling menolong diantara keduanya serta menentukan batas hak dan
kewajiban diantara keduanya”.
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Buku Pernikahan Dalam Islam dan Tanya Jawab Makna Hukum Syarat
Hikmah Talak dll Al Abror Media, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih
al-'Utsaimin ,Penerjemah: Fathul Mujib , Ukuran: 14 x 20.5 cm ,Halaman: 140
hlm. , Cover Glossy, Bending, Shrink.
http://repository.unissula.ac.id/8926/4/BAB%20I%20Rev%20Revisi.pdf
https://www.studocu.com/id/document/smk-negeri-1batam/agama/pernikahan-
dalam-islam/21338307
20