Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“HIKMAH PERNIKAHAN DALAM ISLAM”


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Sekolah

Disusun Oleh :

KELOMPOK IV
1. ALYA NURAIN THALIB
2. DHEIS SINTHA MUHARAM
3. FRANSISKA BAKUE
4. MOH FAJAR RAMADAN

SMAN 1 MANANGGU

KABUPATEN BOALEMO
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi saya kekuatan dan
petunjuk untuk mneyelesaikan tugas kelompok ini. Tanpa pertolongan –
Nya saya tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun berdasarkan tugas dari proses pembelajaran.


Makalah ini disusun dengan menghadapi berbagai rintangan, namun
dengan penuh kesabaran saya mencoba untuk menyelesaikan makalah
ini.

Makalah ini memuat tentang “Hikmah Pernikahan Dalam Islam” tema yang
akan dibahas dimakalah ini sengaja dipilih oleh Guru pengampuh untuk
saya pelajari lebih dalam. Butuh waktu yang cukup panjang untuk
mendalami materi ini sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.

Saya selaku penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen


yang telah membantu dalam proses penyelesaian maalah ini. Semoga
makalah yang saya buat ini dapat dinilai dengan baik dan dihargai oleh
pembaca. Meski makalah ini masih mempunyai kekurangan, saya selaku
penyusun mohon kritik dan sarannya. Terima kasih.

Gorontalo, September 2022


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tidak ada yang paling bahagia dalam sebuah kehidupan di dunia, kecuali
jika seseorang telah menemukan tambalan hatinya, mahligai rumah tangga yang
bahagia, kekal penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang. Seorang laki-laki tidak
pantas terus-menerus membujang, sementra ia sudah memiliki kemampuan secara
ekonomis maupun biologis (kemantapan batiniah dan lahiriyah), demikian
seorang wanita hendaknya tidak mununda-menunda waktu perkawinan karna
ketika usia semakin tua maka semakin banyak kemungkinan keturunan akan
sedikit.
Lalu, ketika seseorang telah berniat untuk menikah dengan seseorang
gadis idamaNR apakah kemudian kehidupannya akan lancar selancar tiupan angin
di laut? Kenyatan tidak selamanya demikian. Untuk membangun rumah tangga
diperlukan ilmu yang mumpuni baik tentang ilmu rumah tangga maupun ilmu
yang lainnya, sehingga ketika suami istri yang sedang berlayar di samudra lepas
tidak mudah tergoyang oleh ombak samudra maupun tertabrak batu karang.
B.     Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan nikah?
2. Apasajakah tujuan dari sebuah pernikahan?
3. Apakah hikmah dari sebuah pernikahan?
C.    Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan nikah?
2. Untuk mengetahui apasajakah tujuan dari sebuah pernikahan?
3. Untuk mengetahui apakah hikmah dari sebuah pernikahan?
D.    Manfaat Makalah
1. Memberikan informasi sekilas bagi yang belum mengetahui tentang Nikah,
dan mengajak sedikit mengingat bagi yang telah mengetahui tentang Nikah.
BAB II
PENGERTIAN, TUJUAN, DAN HIKMAH NIKAH

A.    Pengertian
Anwar Harjo (1987:220) mengatakan bahwa perkawinan adalah bahasa
(Indonesia) yang umum dipakai dalam pengertian yang sama
dengan Nikah atau Zawaj dalam istilah fiqih. Para fuqoha’ dalam mazhab empat
sepakat bahwa makna Nikah atau Zawaj adalah suatu akad atau suatu perjanjian
yang mengandung arti tentang sahnya hubungan intim.
Menurut bahasa kata “Nikah” berarti adh-dhammu wattadaakhul (bertindak
dan menasukan). Dalam kitab lain kata “Nikah” diartikan dengan adh-dhammu 
wa al-jm’u (bertindih dan berkumpul). Oleh karna itu kebiasaan orang Arab,
pergesekan bambu akibat tiupan angin diartikan dengan istilah tanakahatil
asyjar (rumput pohon itu sedang kawin), karna tiupan angin itu menyebabkan
terjadinya pergesekan dan masuknya rumpun satu ke ruangan yang lain.
Menurut istilah imu fiqih, “Nikah” berarti suatu akad (perjanjian) yang
mengandung kebolehan untuk melakukan hubungan seksual dengan memakai
lafazh Nikah atau Zawaj.
Pengertian perkawinan sebagai mana di jelaskan oleh Slamet Abidin dan
Aminudin (1999:10) terdiri atas beberapa definisi yaitu sebagai berikut:
1. Ulam’ Hanafi mendifinisikan pernikahan atau perkawinan sebagai suatu akad
yang berguna memiliki mut’h dengan sengaja. Artinya seorang laki-laki dapat
menguwasai perempuan dengan seluruh anggota badannya untuk
mendapatkan kesenangan dan kepuasan;
2. Ulama’ Syafi’i mengatakan bahwa perkawinan adalah suatu akad dengan
menggunakan lafazh Nikah atau Zawaj yang menyimpan arti memiliki.
Artinya dengan pernikahan seseorang dapat memiliki atau mendapatkan
kesenangan dari pasangannya;
3. Ulama’ Maliki menyebut bahwa perkawinan adalah suatu akad yang
mengandung arti mut’ah untuk mencapai kepuasan dengan tidak mewajibkan
adanya harga;
4. Ulama’ Hambali mengatakan bahwa perkawinan adalah akad dengan
menggunakan lafazh Nikah atau Zawaj untuk mendapatkan kepuasan, artinya
seorang laki-laki dapat memperoleh kepuasan dari seorang perempuan dan
sebaliknya. Dalam pengetian di atas terdapak kata-kata milik yang
mengandung pengertian hak untuk memiliki melalui akad nikah. Oleh karena
itu suami suami istri dapat saling mengambil manfaat untuk mencapai
kehidupan dalam rumah tangganya yang bertujuan membentuk keluarga
sakinah mawaddah warahmah di dunia.
Menurut pendapat yang sahih, pengertian dari nikah adalah akadnya,
sedangkan secara majas menunjukkan ma’na wathi’ (persetubuhan).
B.     Tujuan
Secara material, sebagaimana dikatakan oleh Sulaiman Rasyid, tujuan
pernikahan yang dipahami oleh kebanyakan pemuda dari dahulu sampai sekarang,
antaranya:
1. Mengharapkan harta benda,
2. Mengharapkan nasabnya,
3. Ingin melihat kecantikannya,
4. Agama dan budi pekertinya yang baik,
Tujuan yang pertama  HARTA, kehendak ini datang dari pihak laki-laki
baik pihak perempuan. Misalnya ingin menikah dengan seorang hartawan,
sekalipun dia tahu bahwa pernikahan itu tidak akan sesuai dengan kehendak
dirinya dan kehendak masyarakat. Pandangan ini bukanlah pandangan yang sehat,
terlebih kalau hal ini terjadi pada pihak laki-laki, sebab hal itu sudah tentu akan
menjadikan dirinya jatuh di bawah pengaruh perempuan dengan hartanya.
Tujuan yang kedua  NASAB, menikahi wanita yang nasibah, yakni wanita
yang dikenal sebagai wanita berketurunan baik karena berkaitan dengan ulama-
ulama dan orang-orang shaleh, seperti anak dari seseorang Kyai lebih utama dari
pada mengawini yang lainnya.
Tujuan yang ketiga  CANTIK, menikahi wanita yang cantik adalah lebih
baik karena ada hadits yang mengatakan, “sebaik-baik wanita ialah wanita yang
menyenangkanmu bila kamu pandang”
C.    Hikmah
Rahmad Hakim (2000:27-30) memaparkan bahwa hikmah Nikah adalah
sebagai berikut:
1. Menyambung Silaturahim
Pada awalnya Tuhan hanya menciptakan seorang manusia, yaitu Nabi Adam
a.s. kemudian Tuhan menciptakan Siti Hawa sebagai pasangan Nabi Adam a.s.
setelah itu manusia berkembangbiak menjadi berbagai kelompok yang tersebar
keseluruh alam karena desakan habitat yang menyempit serta sikam keingin
tahuan manusia akan isi dari alam semesta. Mereka makain menjauh dari lokasi
asal dan nenek moyangnya, membentuk kelompok sendiri yang menyebabkan
terjadinya perubahan, peradapan, bangsa, dan warna kulit hingga akhir mereka
tidak mengenal satu sama lain. Datangnya Islam dengan pernikahan memberi
peluang menyambung kembali tali silaturahim tali kasih sayang yang telah lama
terputus.
Mengapa pernikahan merupakan bentuk silaturahim yang penting dalam
membentuk struktur masyarakat? Karna setelah terjadi pernikahan akan terjadi
beberapa hal berikut:
a. Terbentuknya hubungan darah antara suami dan istri
b. Terbentuknya hubungan darah antara orangtua dan anak
c. Terbentuknya hubungan kekeluargaan dari pihak suami-istri
d. Terbentuknya hubungan kerabat antara anak-anak dari orang tua
suami-istri (mertua)
e. Terbentuknya hubungan waris-mewarisi
f. Terbangunnya rasa solidaritas sosial diantara sesama keturunan
g. Terbentuknya persaudaraan yang panjang hingga akhir hayat
h. Terbentuknya masyarakat yang berprinsip kepada sikap yang satu,
yakni satu ciptaan, satu darah, dan satu umat di mat Allah SWT sang
maha pencipta.
2. Mengendalikan Nafsu Syahwat yang Liar
Seseorang yang belum berkeluarga belum memiliki ketetapan hati dan
pikiranpun masih labil. Dia tidak memiliki pegangan dan tempat untuk
menyalurkan hati dan melepaskan kerinduan serta gejolak nafsu syahwatnya.
Dengan pernikahan sifat-sifat seperti itu dapat dikendalikan walaupun tidak
seluruhnya dengan baik dan benar menurut syariat Islam dan nilai-nilai
kemanusiaan.
3. Menghindari Diri Dari Perzinaan
Karena dengan menikah berarti kita telah menemukan tempat yang halal untuk
kita menuangkan segala rasa hawa nafsu yang telah bergejolak.
4. Estafet Amal Manusia
Untuk melanjutkan amal serta cita-cita yang terbengkalai, di perlukan seorang
penerus yang mampu meneruskan amal dan cita-cita tersebut. Anak sebagai
pelanjut cita-cita dan penambah amal orang tuanya.
5. Keindahan Kehidupan
Pada umumnya manusi memiliki sifat materialistis. Manusia selalu
menghendki perhiasan yang banyak dan bagus, baik itu emas, permata, kendaraan,
dan rumah mewah alat-alat elektronik, maaupun perhiasan yang imaterial, seperti
titel dan pangkat. Menurut ajaran Islam istri yang shalehah adalah perhiasan yang
terbaik diantara perhiasan duniawi, seperti sabda Nabi Muhammad SAW, “Dunia
adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan adalah istri yang sholehah”.
Wanita yang sholehah tidak didapati di dunia yang hitam walaupun disana
terlihat berkeliaran wanita yang cantik dan indah. Wanita yang shalehah hanya
dapt ditemukan melalui lembaga pernikahan jadi pernikahanya dilakukan bukan
karena dari segi fisik saja tetapi juga karena sikap hidup dan akhlaq yang baik.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Perkawinan/pernikahan merupakan bagian dari ajaran islam. barang siapa
menghindari perkawinan/pernikahan, bearti ia telah meningglakan sebagian dari
ajaran agamanya. di samping itu. pernikahan dapat menghindarkan diri dari
perbuatan maksiat atau/zina  perkawinan bertujuan untuk mewujud kan ke
hidupan rumah tangga yang sakinah .
Rumusan ini berdasar kan  Al Quran dalam surah Ar Rum  ayat 21
Yang artinya:  di antara ke kekuasaa-Nya dia menciptakan untuk mu isteri
isteri dari jenis mu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram ke
padanya dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih sayanng sesungguh nya,
pada yang sedemikian itu benar benar terdapat  tanda tanda ke pada mereka kaum-
kaum yang berfikir
B.     Pesan dan saran
Karena makalah ini tidk seindah seperti apa yang teman-teman harapkan
maka carilah referensi yang lebih dari apa yang ada pada makalah ini tentang
berbagai penjelasan mengenai Nikah.
Segeralah menikah bagi yang sudah mampu, dan berusahalah untuk
menjadi mampu bagi yang belum merasa mampu untuk mengejar pangeran atau
ratu Idaman.
C.    Pengakhir Makalah
Demikianlah makalah yang dapat kami buat dengan sebisa-bisanya, yang
didorong oleh nikmat Allah SWT baik sehat, sempat maupun nikamat dapat
melihatnya tersenyum,
Sekian dari kami Wallahul Muwafieq Ilaa Aqwamith Tharieq
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
DAFTAR PUSTAKA

Beni Ahmad Saebani, 2001, Fiqih Munakahat, Pustaka Setia, Bandung.

Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Magribi Aal-Fannani, 2011, Terjemahan fat-hul


Mu’in 2, Sinar Baru Algensindo, Bandung.

Ahmad Saebani Beni, Fiqih Munakahat, Bandung: Pustaka Setia

Huzaimah Tahido Yanggo, 2005, Masail Fiqhiyah, Angkasa, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai