Oleh :
1B KEWIRAUSAHAAN
PRODI KEWIRAUSAHAAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Alloh SWT yang telah memberikan
segala bentuk nikmat kepada kita semua. Dan atas berkat-Nya Alhamdulillah kita bisa
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Pernikahan dan Harta Peninggalan”.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Rosululloh Muhammad SAW
beserta keluarga. Aamiin.
1. Bapak Dr. Syarip Hidayat, M.A,. M.Pd. dan bapak Anggi Maulana, Lc, M.A. selaku
dosen pengampu mata kuliah pelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Orang tua yang selalu mendukung dari segi moral dan materi.
3. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis rincikan satu per satu dalam menuliskan
makalah ini.
Akhirul kalam, menulis menyadari bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan .
oleh karena itu, penulis sangat berharap kritik dan saran konstuktifdemi
penyempurnaan makalah ini. Harapannya semoga makalah ini dapat bermanfaat serta
memenuhi harapan berbagai pihak. Aamiin.
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. Pernikahan
1. Pengertian, tujuan, hikmah pernikahan
a. Pengertian nikah
Nikah menurut bahasa artinya akad dan mengumpulkan. Adapun menurut istilah
nikah adalah ijab qobul (akad nikah) yang menghalalkan antara laki-laki dan perempuan
dengan akad menikahkan atau mengawinkan. Sedangkan pengertian nikah menurut Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara laki-laki
dan perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 Ayat 1).
“Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi
mereka” (QS. Al-Baqoroh/2 : 187)
Pakaian adalah penutup aurat. Sedangkan makna aurat adalah sesuatu yang
memalukan. Karena memalukan maka harus ditutup. Dengan demikian seharusnya
pasangan suami istri harus saling menutupi kekurangan dan bersinergi untuk
mempersembahkan yang terbaik.
1) Menguatkan Ibadah
Menikah merupakan Ibadah dan separuh dari agama. Bahkan menikah bisa
menjadi sarana menanggenapi sisi keagamaan seseorang.
3) Mendapatkan Keturunan
Salah satu tujuan dari pernikahan adalah mempunyai keturunan.
Rasululloh SAW memuntutkan agar menikahi wanita yang penuh kasih
sayang dan bisa melahirkan banyak keturunan.
Anak adalah investasi akhirat. Dengan memiliki anak yang shalih dan
shalihah bisa memberi kesempatan kepada orang tua untuk mendapatkan
surga di akhirat. Rasululloh SAW bersabda :
“Di hari kiamat nanti orang-orang disuruh masuk ke dalam surga, namun
mereka berkata :Wahai Tuhan kami, kami akan masuk setelah ayah ibu
kami masuk lebih dulu. Kemudian ayah ibu mereka datang. Maka Alloh
berfirman : Kenapa mereka masih belum masuk ke dalam surga, masuklah
kamu semua ke dalam surga. Mereka menjawab : Wahai Tuhan kami,
bagaimana nasib ayah dan ibu kami? Kemudian Alloh menjawab :
Masuklah kamu dan orang tuamu ke dalam surga”. (HR. Imam Ahmad)
4) Menyalurkan Fitrah
Diantara fitrah manusia adalah berpasangan, bahwa laki-laki dan
perempuan diciptakan untuk menjadi pasangan agar saling melengkapi.
Manusia juga memiliki fitrah kebapakan dan keibuan. Laki-laki perlu
menyalurkan fitrah kebapakan dan perempuan perlu menyalurkan fitrah
keibuan dengan jalan yang benar, yaitu menikah dan memiliki keturunan.
Menikah adalah jalan yang terhormat untuk menyalurkan berbagai fitrah
kemanusiaan tersebut.
5) Membentuk Peradaban
Menikah menyebabkan munculnya keteraturan hidup dalam
masyarakat. Muncullah keluarga sebagai basis pendidikan dan penanaman
nilai-nilai kebaikan. Lahirlah keluarga-keluarga sebagai pondasi
kehidupan.
Peradaban yang kuat akan lahir dari keluarga yang kuat. Maka
menikahlah untuk membentuk keluarga yang kuat. Dengan demikian kita
sudah berkontribusi menciptakan lahirnya peradaban yang kuat serta
bermartabat.
2. Langkah-langkah menuju pernikahan
a. Persiapan menuju pernikahan
Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Dari Abdulloh bin Mas’ud, ia berkata : Rosululloh bersabda kepada kami :
“Hai kaum muda, apabila diantara kamu kuasa untuk kawin, hendaklah ia
kawin, sebab kawin itu lebih kuasa untuk menjaga mata dan kemaluan; dan
barang siapa tidak kuasa, hendaklah ia berpuasa, sebab puasa itu penjaga
baginya”.
Istitha’ah (kuasa atau kemampuan) yang dimaksud hadist adalah adanya kesiapan
untuk memasuki jenjang pernikahan. Kesiapan-kesiapan tersebut antara lain :
1) Kesiapan Fisik
Orang yang akan menikah hendaknya mempunyai kesiapan fisik-biologis, karena
salah satu fungsi pernikahan adalah mempunyai keturunan. Kesiapan fisik secara
alamiah dapat dilihat dengan telah dialaminya haid pada perempuan dan mimpi (wet
dream) pada laki-laki.
2) Kesiapan Mental/Psikologis
3) Kesiapan Ekonomis
4) Kesiapan Sosial
5) Kesiapan Agama
b. Menentukan Pilihan Pendamping Hidup
Mengenal calon pasangan merupakan upaya untuk mengenal lebih dekat dan
pertimbangan untuk memilih atau mempertibangkan siapa yang akan menjadi suami atau
istri. Tuntunan Nabi SAW memilih pasangan diungkapkan dalam hadist :
Masa pra nikah dalam islam disebut khitbah (Di Indonesia sering disebut masa
lamaran atau pertunangan). Masa ini diisi dengan ta’aruf, yaitu mengenal lebih jauh tentang
hal ihwal calon pasangan serta mempertimbangkan secara matang sebelum keputusan untuk
menikah.
Rukun nikah adalah unsur pokok yang harus dipenuhi untuk menjadi sahnya suatu
pernikahan. Rukun nikah adalah sebagai berikut :
1. Calon suami
2. Calon istri
Islam hanya membolehkan laki-laki menikah dengan perempuan,
pernikahan sesama jenis diharamkan apapun alasannya.
3. Wali
Wali yaitu laki-laki yang bertanggung jawab untuk menikahkan calon
pengantin perempuan. Tidaklah sah akad nikah tanpa wali.
Seorang wali harus memilikisyarat-syarat sebagai berikut :
1) Merdeka (mempunyai kebebasan)
2) Berakal
3) Balig
4) Islam
Secara garis besar wali nikah terbagi menjadi 2 macam, yaitu wali
nashab dan wali hakim. Wali nashab adalah wali yang ada hubungan darah
dengan perempuan yang akan dinikahkan. Urutan status orang yang menjadi
wali bagi perempuan, sebagai berikut : ayah kandung, kakek dari ayah,
saudara laki-laki seibu dan seayah, saudara laki-laki seayah, anak laki-laki dari
saudara laki-laki seibu seayah, anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah,
saudara laki-laki seibu seayah dari ayah, saudara laki-laki seayah dari ayah,
anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu seayah dari ayah, dan anak laki-laki
dari saudara laki-laki seayah dari ayah.
Setelah pernikahan terjadi, maka suami istri memiliki hak dan tanggung jawab
masinh-masing. Suami bertanggung jawab menjadi pemimpin keluarga. Firman
Alloh: “Kaum laki-laki (suami) adalah pemimpin bagi kaum wanita(istri)” (QS. An-
Nisa/4:34)
1. Istri
2. Anak perempuan sampai ke bawah selama masih tetap pada garis laki-laki
3. Cucu perempuan dari anak laki-laki sampai ke atas selama masih dalam
garis laki-laki
4. Ibu
5. Nenek (ibu dari ibu sampai ke atas selama tidak terselang dengan garis
laki-laki)
6. Nenek (ibu dari bapak)
7. Saudara perempuan kandung
8. Saudara perempuan seayah
9. Saudara perempuan seibu
10. Orang perempuan yang memerdekakan
Jika seluruh ahli waris perempuan ini ada semuanya ada maka yang
mendapat bagian harta warisan adalah 1) Istri, 2) anak perempuan, 3) cucu
perempuan dari anak laki-laki, 4) ibu, 5) saudara perempuan kandung.
Sedangkan yang lainnya terhalang.
Selanjutnya jika seluruh ahli waris tersebut ada maka yang berhak
menerima harta peninggalan adalah :
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pernikahan atau perkawinan ialah akad yang menghalalkan pergaulan dan
membatasi hak dan kewajiban antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang
bukan mahram. Perkawinan dianggap sah bila terpenuhi syarat dan rukunnya.
Tujuan pernikahan yang sejati dalam islam adalah pembinaan akhlak manusia
dan memanusiakan manusia sehingga hubungan yang terjadi antara dua gender yang
berbeda dapat membangun kehidupan baru secara sosial dan cultural.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya pembahasan ini bisa bermanfaat untuk semua orang.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hanyalah manusia biasa yang luput dari
salah dan lupa, oleh sebab itu penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat harapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak terutama dari dosen yang bersangkutan, agar kedepannya dapat
membuat yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Abd. Majid, M.A. 2017. Pendidikan Agama Islam Bandung: Departemen
Pendidikan Umum Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan
Indonesia.
TEAM GURU BINA PAI MADRASAH ALIYAH 2018. Modul Hikmah Membina
Kreaifitas dan Prestasi.
Sumber Internet
http://khinzhue18.blogspot.com/2014/12/makalah-pernikahan-dan-hukum-waris.html?m=1