Anda di halaman 1dari 11

HUKUM

PENGANGKUTAN
UDARA
B Y : C I N DY F. S I M A N G U N S O N G
1. DASAR HUKUM
UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 2009 TENTANG
PENERBANGAN.
Pengangkutan udara adalah orang atau badan hukum
yang mengadakan perjanjian angkutan untuk
mengangkut penumpang dengan pesawat terbang dan
dengan menerima suatu imbalan.Pengaturan
pengangkutan udara terdapat dalam undang-undang
no.1tahun 2009 tentang penerbangan. Selain itu juga
terdapat dalam ordonansi pengangkutan udara (OPU)
tahun 1939 yang sebagian besar aturan-aturan
tersebut mengacu pada konvensi warsawa tahun 1929.
2. Dokumen Pengangkutan
Dokumen pengangkutan sama sekali tidak ada hubungannya
dengan lahirnya pengangkutan. Namun dokumen pengangkutan ini
berfungsi sebagai alat bukti yang mempunyai kekuatan hukum serta
penjelasan atas hak dan kewajiban pihak. Dokumen pengangkutan
diatur dalam Ordonansi Pengangkutan Udara 1939.Dokumen
pengangkutan dalam pengangkutan udara terdiri dari : (Pasal150 UU
No. 1/09)
a. tiket penumpang pesawat udara
b. pas masuk pesawat udara (boarding pass)
c. tanda pengenal bagasi (baggage identification/claim tag); dan
d. surat muatan udara (airway bill)
3. Perjanjian Pengangkutan Udara
Dalam Ordonansi Pengangkutan Udara juga dalam Undang-undang No. 1 tahun 2009 tidak
ada ketentuan yang mengatur tentang perjanjian baik mengenai pengertiannya ataupun mengenai
cara-cara mengadakan serta sahnya perjanjian pengangkutan udara. Perjanjian pengangkutan
merujuk pada syarat-syarat sahnya perjanjian pengangkutan, dengan demikian perjanjian
pengangkutan udara mempunyai sifat consensus artinya adanya kata sepakat antara para pihak
perjanjian pengangkutan dianggap ada dan lahir.
Perjanjian ini mengikat pihak pengangkut (misal; maskapai penerbangan) dan pihak
terangkut (penumpang maupun benda). Biasanya perjanjian pengangkutan udara berupa standart
contract, dimana klausula atau aturan-aturan telah dibuat oleh pihak pengangkut.
4. Perlindungan Hukum Bagi Pengguna Jasa
Pengangkutan Udara
Berbicara mengenai perlindungan hukum, maka
berbicara sejauh mana hukum serta aturan yang ada
menegaskan dilaksanakannya tanggung jawab masing-
masing pihak. Oleh karenannya secara teoritis terdapat
aturan yang mengatur mengenai batasan tanggung jawab
khususnya bagi pelaku usaha pengangkutan udara, namun
bukan berarti mengesampingkan hak mereka sebagai pelaku
usaha. Dalam hal ini tetap mengutamakan keseimbangan
hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan pengguna jasa
sesuai dengan Asas keseimbangan, keserasian dan
keselarasan yang tersebut dalam UU No. 1 tahun 2009
tentang Penerbangan.
5. Tanggung Jawab Dalam Pengangkutan Udara

• Liability Based on Fault Principle

• Rebuttable Presumption of Liability Principle

• Strict Liability
6. PENGGUNAAN PRINSIP TANGGUNG JAWAB
Undang-undang No 1 tahun 2009 pasal 141 – 147 tentang tanggung jawab pengangkut.
Pasal 141
(1) Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap,
atau luka-luka yang diakibatkan kejadian angkutan udara di dalam pesawat dan/atau naik turun
pesawat udara.
(2) Apabila kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) timbul karena tindakan sengaja atau
kesalahan dari pengangkut atau orang yang dipekerjakannya, pengangkut bertanggung jawab atas
kerugian yang timbul dan tidak dapat mempergunakan ketentuan dalam undang-undang ini untuk
membatasi tanggung jawabnya.
7. KERUGIAN YANG TIDAK DITANGGUNG PENGANGKUT
Pengangkut tidak akan mengganti rugi , apabila ;
1. ia dapat membuktikan bahwa ia dan semua buruhnya telah
mengambil segala tindakan yang perlu untuk menghindarkan
kerugian;
2. ia dapat membuktikan bahwa ia tidak mungkin mengambil tindakan
pencegahan itu;
3. kerugian itu disebabkan oleh kesalahan yang menderita itu sendiri;
4. kesalahan penderita kerugian membantu terjadinya kerugian itu.
KESIMPULAN

Sesuai dengan pengangkutan udara yang telah diatur oleh Undang-undang , bahwa
setiap pihak memiliki hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing yang dilindungi
dan diakui dimata hukum apabila terdapat bukti tertulis. Resiko akan ditanggung oleh pihak
yang dimana kriterianya dikategorikan melalui prinsip tanggung jawab, hak, kewajiban dan
tanggung jawab memiliki kekuatan hukum, dimana apabila ada salah satu pihak yang wan
prestasi, maka pihk yang lain berhak mengklaim atau menuntut dengan ganti rugi.
Perjanjian memang perjanjian privat yang dibuat oleh pihak pengangkut dan disetujui opeh
pengguna jasa angkut, namun terdapat pihak ketiga yaitu pemerintah yang menjembatani
hubungan diantara keduanya dengan membentuk Undang-undang tentang pengangkutan
udara, agar terjadi hubungan keseimbangan antara pihak pengangkut dan pengguna jasa
pengangkutan. Disini terbukti dengan adanya klausula yang terdapat dalam dokumen
pengangkutan adalah bersumber dari Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
SARAN
Bagi pengangkut ataupun penumpang sebaiknya mengerti serta
mengaplikasikan arti tanggungjawab dengan baik karena selama
ini penumpang maupun pengangkut masih sering tidak
mengaplikasikan arti tanggungjawab.Misalnya bagi penumpang
tidak boleh menyalakan telepon genggam dan bagi pengangkut
sebaiknya dapat memberi ganti rugi yang wajar terhadap
keterlambatan penerbangan yang selama ini masih kerap terjadi.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai