3/Mei/2017
3
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Penerbit Citra Aditya,
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Dr. Flora P. Kalalo, Bandung, 1995, hal 71
4
SH, MH; Dr. Theodorus H. W. Lumenon, SH, MH Tim Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Manado, Hukum dan Perancangan Kontrak, Manado,
13071101592 2007,hlm 1
91
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017
Sistem pengaturan terbuka (open system). bahwa dengan adanya pengangkutan baik
Artinya bahwa setiap orang bebas untuk pengangkutan darat, laut dan udara sangat
mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur membantu penumpang sebagai pemakai jasa
maupun yang belum diatur di dalam undang- transportasi tersebut.
undang. jika disimpulkan dari ketentuan yang Tanggung gugat dalam pengangkutan juga
tercantum dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH didasarkan pada Pancasila yaitu, sila ke-5 (lima)
Perdata, yang berbunyi : “semua perjanjian yang menyebutkan keadilan sosial bagi seluruh
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang- rakyat Indonesia, maka jelas Negara menjamin
undang bagi mereka yang membuatnya”. keadilan bagi seluruh rakyat termasuk
Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata penumpang dan pengangkut sebagai pelaku
memberikan kebebasan kepada para pihak usaha untuk mendapatkan keadailan dan
untuk : kesetaraan. Penumpang mendapatkan keadilan
1. membuat atau tidak membuat perjanjian dalam bentuk pertanggungjawaban akibat
2. mengadakan perjanjian dengan siapapun resiko atau kerugian yang di timbulkan akibat
3. menetukan isi perjanjian, pelaksanaan, dari kelalaian pengangkut (human error)
dan persyaratannya, dan sedangkan pengangkut dalam keadaan diluar
4. menentukan bentuknya perjanjian, yaitu kendali manusia dan bersifat darurat (force
tertulis atau lisan5 majuere) yang menyebabkan keterlambatan
Adapun teori objektif diisyaratkan bahwa dan/atau pembatalan penerbangan diberikan
perbuatan bersangkutan sesuai dengan kebebasan untuk membayar ganti kerugian dari
letter/surat daripada undang-undang adalah penumpang.
bertentangan dengan tujuan tertentu, hal ini Pada Pasal 28D ayat 1Undang-Undang Dasar
merupakan maksud dan tujuan daripada orang 1945 disebutkan bahwa “Setiap orang berhak
yang bersangkutan agar ia dapat berangkapan atas pengakuan, jaminan perlindungan dan
secara etikad baik bahwa apa dilakukannya kepastian hukum yang adil dan perlakukan yang
tidak melanggar undang-undang sama dihadapan hukum”.8 Jadi jika disimpulkan
bersangkutan.6 Jika disimpulkan bahwa teori bahwa seharusnya Negara turut serta mengatur
subjektif yang menganut pendirian subjektif, dan mengawasi perlindungan hukum bagi
meletakkan titik berat pada yang bersangkutan, konsumen khususnya pengguna jasa angkutan
diisyaratkan bahwa ia ini harus mempunyai niat udara (penumpang), maka peran Negara
siasat untuk mendengari berdasarkan berfungsi untuk mengatur perekonomian
letter/surat dari pada undang-undang yang menuju kesejahteraan rakyat.
melakukan perbuatan-perbuatan bersangkutan.
Dalam pengangkutan dikenal ada 3 macam B. Rumusan Masalah
bentuk pengangkutan yaitu pengangkutan 1. Bagaimana bentuk tanggung gugat
melalui darat, pengangkutan melalui darat perusahaan penerbangan?
dibagi menjadi dua yaitu pengangkutan diatas 2. Bagaimana proses tanggung jawab
rel (kereta api) dan pengangkutan melalui jalan pengangkut perusahaan penerbangan
raya, pengangkutan melalui laut dan terhadap kehilangan barang bagasi
pengangkutan melalui udara. Di dalam hukum penumpang?
pengangkutan udara, alat angkut yang
digunakan adalah pesawat udara. Berdasarkan C. Metode Penulisan
Undang-Undang 15 Tahun 1992 tentang Penelitian terhadap penulisan ini dilakukan
penerbangan, pesawat diartikan sebagai setiap dengan mempergunakan metode yuridis
alat yang dapat terbang di atmosfir karena daya normatif. Pendekatan yuridis normatif
angkat dari reaksi udara.7 Jika disimpulkan dipergunakan dalam usaha mengalisis bahan
hukum dengan mengacu kepada norma-norma
hukum yang dituangkan dalam peraturan
5
Ibid.,hlm 14
6
Tim Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi
8
Manado, Hukum Perdata Internasional, Manado, 2007, Tanggung Gugat Pengangkut Berdasarkan Peraturan
hlm 54 Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang
7
Rahayu Hartini, Hukum Pengangkutan, Penerbit UMM Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara, lembaran
Press, Malang, 2007, hlm 191 302 Iuskajian hukum dan keadilan
92
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017
93
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017
membahas tentang perjanjian, karena adanya b. Tidak dapat dibatalkan sepihak; karena
tanggung gugat berawal dari sebuah perjanjian, perjanjian adalah persetujuan kedua
sebab dalam perjanjian menimbulkan hak dan belah pihak, jika harus dibatalkan harus
kewajiban masing-masing pihak. Selain itu juga dengan persetujuan kedua belah pihak
tangung gugat timbul karena sebuah resiko. juga.
Dalam praktik istilah kontrak atau perjanjian c. Pelaksanaan dengan itikad baik; yang
terkadang masih dipahami secara rancu. dimaksud dengan itikad baik dalam Pasal
Banyak pelaku bisnis mencampur adukkan 1338 KUHPerdata adalah ukuran objektif
kedua istilah tersebut seolah merupakan untuk menilai pelaksanaan perjanjian,
pengertian yang berbeda.12 Jika disimpulkan apakah pelaksanaan perjanjian
bahwa antara perjanjian dan kontrak sebenarya mengindahkan norma-norma kepatutan
sama saja karena ketika dilakukan kontrak dan kesusilaan serta apakah pelaksanaan
disitu ada unsur perperjanjian atau prestasi perjanjian itu telah berjalan diatas rel
yang dilakukan oleh kedua belah pihak. yang benar.
Menurut Subekti, dapat dikatakan bahwa Perbuatan melawan hukum mulai
dua perkataan (perjanjian atau persetujuan) itu diperhitungkan sebagai sebuah bidang hukum
adalah sama artinya. Perkataan ‘kontrak’ tersendiri, baik dinegara-negara Eropa
adalah lebih sempit karena ditujukan kepada Kontinental, misalnya di Belanda dengan istilah
perjanjian atau persetujuan yang tertulis.13 onrechtmatige daad, atau di Negara-negara
Lebih jauh Abdul Kadir Muhammad Anglo Saxon, dengan istilah tort. Menurut Pasal
menawarkan sebuah konsep perumusan 1365 KUHPerdata, maka yang dimaksud dengan
perjanjian yakni : “perjanjian adalah perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan
persetujuan dengan mana dua pihak atau lebih yang melanggar hukum yang dilakukan oleh
saling mengikatkan diri untuk melaksanakan seseorang yang karena salahnya telah
suatu hal yang bersifat kebendaan di bidang menimbulkan kerugian bagi orang lain.15 Jika
harta kekayaan. Rumusan perjanjian tersebut disimpulkan bahwa memang dengan adanya
menunjukkan telah terjadi persetujuan antara pelanggaran dari suatu perjanjian maka yang
pihak yang satu dengan pihak yang lain untuk melanggar dari suatu unsur perjanjian disebut
melaksanakan suatu hal yang bersifat dengan perbuatan melawan hukum karena
kebendaan sebagai objek perjanjian; objek menggingkari kesepakatan yang dibuat oleh
perjanjian tersebut dibidang harta kekayaan kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian
yang dapat dinilai dengan uang.14 Menurut atau prestasi.
Abdul Kadir Muhammad, akibat hukum Adapun Teori aanprakelijkheid atau dalam
perjanjian adalah : bahasa Indonesia dapat disebut denganm teori
a. Berlaku sebagai undang-undang; artinya “tanggung gugat” adalah teori untuk
perjanjian mempunyai kekuatan menentukan siapa yang harus menerima
mengikat dan memaksa serta memberi gugatan karena adanya suatu perbuatan
kepastian hukum kepada pihak-pihak melawan hukum. Pada umumnya, tetapi tidak
yang membuatnya. Pihak-pihak wajib selamnya, jadi jika disimpulkan bahwa yang
menaati perjanjian itu sama dengan harus digugat atau menerima tangung gugat
menaati undang-undang. Apabila ada jika terjadi suatu perbuatan melawan hukum
pihak yang melanggar perjanjian yang adalah pihak pelaku perbuatan melawan
mereka buat, dianggap sama dengan hukum itu sendiri. Artinya, dialah yang harus
melanggar undang-undang sehingga digugat ke pengadilan dan dia pulalah yang
diberi akibat hukum tertentu, yaitu harus membayar ganti rugi sesuai putusan
sanksi hukum. pengadilan. Akan tetapi, ada kalanya si A yang
melakukan perbuatan melawan hukum tetapi si
12
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian, Asas B yang harus digugat dan
Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Penerbit mempertanggungjawabkan atas perbuatan
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm 13
13
Subekti, Hukum Perjanjian, Penerbit Intermasa, Jakarta,
tersebut. Terhadap tanggung gugat atas
1974, hlm 1
14 15
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum, Penerbit PT
Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010, hlm 290 Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2005, hlm 16
94
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4e6e6e4b79
43d/ketentuan-ganti-kerugian-jika-bagasi-hilang-atau-
16
E. Saefullah Wiradipradja. Op.cit, hlm 73 rusak-di-pesawat, diakses 14 mei 2016
95
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017
penumpang.18 Dalam pengangkutan udara secara hukum jika ada unsur kesalahan yang
bahwa pengangkut bertanggung jawab atas dilakukannya. Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
kerusakan dan kehilangan bagasi namun limit Hukum Perdata, jika disimpulkan bahwa
penggantian yang di tentukan peraturan ini memang ketika melakukan perjanjian dan
sudah sama sekali tidak sesuai dengan keadaan perjanjian itu diingkari maka seseorang
yang ada. tersebut telah melakukan unsur perbuatan
Adapun prinsip tanggung jawab merupakan melawan hukum atau wanprestasi atas
perihal yang sangat penting di dalam hukum perbuatan yang di ingkari yang lazim dikenal
perlindungan konsumen. Dalam kasus sebagai pasal tentang perbuatan melawan
pelanggaran hak konsumen. Jika disimpulkan hukum, mengharuskan terpenuhinya empat
bahwa diperlukan kehati-hatian dalam unsur pokok yaitu:
menganalisis siapa yang harus bertanggung 1. Adanya perbuatan;
jawab dan seberapa jauh tanggung jawab dapat 2. Adanya unsur kesalahan ;
dibebankan kepada pihak-pihak terkait. Secara 3. Adanya kerugian yang diderita;
umum, prinsip-prinsip tanggung jawab dalam 4. Adanya hubungan kausalitas antara
hukum dapat dibedakan sebagai berikut : kesalahan dan kerugian.21
a. Kesalahan (liability based on fault) ; Pada bagian ini jelas tertulis bahwa jika
b. Praduga selalu bertanggung jawab pengangkut setuju untuk mengangkut barang
(presumption of liability); berharga tersebut. Tetapi juga jelas tertulis
c. Praduga selalu tidak bertanggung jawab bahwa maskapai tidak menyetujui untuk
(presumption of nonliability) mengangkut ke dalam bagasi barang berharga
d. Tanggung jawab mutlak (stich liability) milik penumpang tersebut. Jika terjadi
e. Pembatasan tanggung jawab (limitation kehilangan tersebut tetap terjadi, maka dasar
of liability).19 penyelesaiannya adalah dengan menerapkan
Adapun beberapa-berapa peraturan yang cara nilai yang sebenarnya dikurangi dengan
dikeluarkan oleh Konvensi Warsawa, nilai penyusutan barang yang serupa, sejenis
ketentuan-ketentuan lain yang mengatur dan semodel. Pengangkut boleh memilih opsi
tentang pengangkutan udara internasional membayar ongkos perbaikan, sebagaimna oleh
terdapat pula terdapat pada : pengangkut. Nilai penyusutan harga yang
1. Konvensi Warsawa 1929 tentang ditentukan oleh penanggung/pengangkut
Unifikasi Ketentuan-Ketentuan seperti tertera dalam ikhtiar polis.22 Jika
Tertentu Sehungan dengan disimpulkan bahwa polis ialah surat yang di
Pengangkutan Udara Internasional keluarkan oleh penanggung sebagai bukti
2. Konvensi Roma 1952 tentang Tanggung bahwa seorang atau suatu perusahaan sebagai
Jawab Operator Pesawat Terbang Asing badan hukum yang telah menutup
kepada Pihak Ketiga di Darat pertanggungan dengan perusahaan asuransi
3. Protokol The Haque 1955 tentang atau pertanggungan.
Amandemen Konvensi Warsawa 1929 Perjanjian mengenai angkutan udara yang
4. Konvensi Guadalajara 1961 tentang dilaksanakan oleh pihak yang bukan pihak yang
Tambahan Konvensi Warsawa 1929 mengadakan perjanjian pengangkutan. Dalam
untuk Unifikasi Aturan Tertentu hal ini perjanjian memberikan definisi-difinisi
Berkaitan dengan Pengangkutan Udara bagi Contracting Carrier dan actual carrier
Internasional yang dilakukan oleh pihak sebagai berikut :
selain Contracting Carrier.20 1. Contracting Carrier adalah seorang yang
Pada prinsip ini menyatakan seseorang sebagai salah satu pihak yang membuat
baru dimintakan pertanggungjawabannya suatu perjanjian pengangkutan dengan
seorang penumpang atau pengirim
barang dengan seorang yang bertindak
18
Diederiks-Verschoor, Hukum Udara dan Hukum Luar
Angkasa, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1991, hlm 21
19
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, Penerbit
21
Grasindo, Jakarta, 2000, hlm 59 Ibid., hlm 94
20 22
Martono, Hukum Angkutan Udara, Penerbit Raja C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang
Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm 233 Indonesia, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm 120
96
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017
atsa nama penumpang atau pengirim c. hak atas informasi yang benar, jelas dan
barang. jujur mengenai kondisi dan jaminan
2. actual carrier adalah kuasa dari barang dan/jasa.25
Contracting Carrier yang melaksanakan Adapun yang dimaksud dengan
seluruh atau sebagian dari pengangkutan perlindungan hukum adalah segala upaya yang
udara berdasarkan suatu perjanjian menjamin adanya kepastian hukum untuk
antara Contracting Carrier dengan memberi perlindungan dalam hal ini bagi
penumpang atau pengrim barang.23 penumpang pesawat udara. Upaya
Kegiatan pengangkuta udara terdapat dua perlindungan hukum itu tampak dalam
pihak seperti yaitu, pihak pertama adalah Undang-Undang Perlindungan Konsumen,
perusahaan maskapai penerbangan sebagai dimana penumpang memiliki hak untuk
pelaku usaha dan penumpang sebagai mendapatkan hak advokasi atau perlindungan
konsumen. Para pihak tersebut terikat oleh di dalam hukum dan juga hak untuk
suatu perjanjian, yaitu perjanjian mendapatkan konpensasi atau ganti rugi
pengangkutan. Sebaimana layaknya suatu bilamana penumpang melaksanakan
26
perjanjian yang merupakan suatu bentuk dari kewajibannya.
hubungan hukum yang bersifat keperdataan Pada prinsipnya kegiatan pengangkutan
maka didalamnya terkandung hak dan udara merupakan hubungan hukum yang
kewajiban yang harus dilaksanakan dan bersifat perdata akan tetapi mengingat
dipenuhi.24 Jika disimpulkan bahwa hubungan transportasi udara telah menjadi kebutuhan
hukum antara pelaku usaha dengan konsumen masyarakat secara luas maka diperlukan
ini terdapat suatu ketidakseimbangan dalam campur tangan pemerintah dalam kegiatan
posisi sebagai penumpang bahwa posisi pengangkutan udara yaitu menentukan
konsumen yang lemah maka ia harus dilindungi kebijakan-kebijakan atau regulasi berhubungan
oleh hukum. Salah satu sifat, tujuan hukum itu dengan kegiatan pengangkutan udara sehingga
adalah memberikan perlindungan atau kepentingan konsumen pengguna jasa
pengayoman kepada masyarakat. transportasi udara terlindungi. Meskipun
Kedudukan konsumen sebagai penumpang perjanjian pengangkutan pada hakekatnya
tidak seimbang dibandingkan dengan sudah harus tunduk pada pasal-pasal dari
kedudukan pengusaha maka posisi konsumen bagian umum dari hukum perjanjian KUH
yang lemah inilah perlu mendapatkan Perdata.27 Jika disimpulkan bahwa oleh undang-
perlindungan hukum agar mendapat kepastian undang telah ditetapkan berbagai peraturan
hukum atas hak-hak selaku konsumen. khusus yang bertujuan untuk kepentingan
Perlindungan hukum terhadap konsumen yang umum membatasi kebebasan dalam hal
dimaksud adalah segala upaya yang menjamin membuat perjanjian pengangkutan yaitu
adanya kepastian hukum untuk memberi meletakkan kewajiban khusus kepada pihak
kepada konsumen sebaimana diatur dalam pengangkut yang tidak boleh disingkirkan
pasal 1 angka 1 Undang-undang Perlindungan dalam perjanjian.
Konsumen. Dalam Pasal 4 Undang-undang Secara teoritis hubungan hukum
Perlindungan Konsumen, hak konsumen menghendaki adanya kesetaraan diantara para
meliputi : pihak, akan tetapi dalam prakteknya hubungan
a. hak atas kenyamanan, keamanan dan hukum tersebut sering berjalan tidak seimbang
keselamatan dalam mengkonsumsi terutama dalam hubungan hukum antara
barang dan /atau jasa; produsen dan konsumen, hal ini pun terjadi
b. hak untuk memilih barang dan/jasa serta dalam hubungan hukum antara konsumen atau
mendapatkan barang dan/atau jasa penumpang tidak mendapatkan hak-haknya
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
25
kondisi serta jaminan yang dijanjikan; Nasution, Konsumen dan hukum, Penerbit Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1995, hlm 65
26
Endang Sri Wahyuni, Aspek Hukum Sertifikasi dan
23
E. Suherman. Op.cit, hlm 16 Keterkaitannya dengan Perlindungan Konsumen, Penerbit
24
Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Pt Citra
27
Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2006, R. Subekti, Aneka Perjanjian, Penerbit PT. Citra Aditya,
hlm 11 Bandung, 1995, hlm 71
97
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017
98
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017
Mochtar Kusumaatmadja., 1970, Fungsi dan Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar
Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan Grafika, Jakarta
Nasional, Sinar Grafika, Bandung Jeremy Bentham., 2006, Teori Perundang-
Felix Hadi Mulyatno., 1999, Ground Handling Tata Undangan, Prinsip-Prinsip Lagislasi Hukum
Operasi Darat, Gramedia Pustaka, Jakarta Perdata dan Hukum Pidana, Nusamedia dan
bdulkadir Muhammad., 1998 , hukum Pengangkutan Nuansa, Bandung
Niaga, PT Citra Aditya bakti, Bandung B. Peraturan Perundang-Undangan
Martono., 1987, Hukum Udara, Angkutan Udara Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
dan Hukum Angkasa, Alumni, Bandung Undang-undang nomor 1 tahun 2009 tentang
Edi Wardojo., 2006, Airline Passenger Aviation, penerbangan
Eviexena Mediatama, Bekasi Undang-undang nomor 8 Tahun 1999 tentang
Abdul Kadir Muhammad., 1994, Hukum Perlindungan Konsumen
Pengangkutan Darat, Laut dan Udara, PT Citra Undang-undang dasar 1945 dan ketetapan MPR
Aditya bakti, Bandung Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77
Kartasapoetra dan Ny. E . Roekasih., 1982, Segi-Segi Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab
Hukum dalam Charter & Asuransi Angkutan Pengangkut Angkutan Udara
Udara, Armiko, Bandung C. Internet
Ketut Surendra., 2004, Asuransi Jiwa Unit Link www.suluttoday.com/tag/kehilangan-bagasi-
Dalam Konsep dan Penerapannya, Bayu Indra lion-air
Grafika, Yogyakarta www.hukumonline.com/klinik/detail/cl5934/ap
Wirjono Prodjodikoro., 1986 , Hukum Asuransi a-arti-tanggung-gugat
Indonesia, Intermasa, Jakarta https://id.wikipedia.org/wiki/Asuransi_tanggun
Mehr & Cammack –A. Hasyimi., 1981, Dasar-Dasar g_gugat
Asuransi, Balai Angkasa, Jakarta https://necel.wordpress.com
Emmy Pangaribuan Simanjuntak., 1997, beberapa http://fhukum.unpatti.ac.id/artikel/korupsi/253
aspek hukum Dagang di Indonesia, Bina Cipta, -analisis-tentang-tanggung-gugat-dalam-
Jakarta kontrak-pengadaan-barang-dan-jasa
Herman Darmawi., 2000, Manajemen Resiko, Bumi http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4
Aksara, Jakarta e6e6e4b7943d/ketentuan-ganti-kerugian-
Tatiek Sri Djatmiati., 2010, Tanggung Jawab Pribadi jika-bagasi-hilang-atau-rusak-di-pesawat
dan Tanggung Jawab Jabatan, Alumni www.psychologymania.com/2013/06/pengertia
Universitas Trisakti, Jakarta n-penumpang.html
Chidir Ali., 1991, Badan Hukum, Alumni bandung,
Bandung
Agus Yudha Hernoko., 2010, Hukum Perjanjian, Asas
Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Subekti., 1974, Hukum Perjanjian, intermasa, Jakarta
Abdul Kadir Muhammad., 2010, Hukum Perdata
Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung
Munir Fuady., 2005, Perbuatan Melawan Hukum,
Citra Aditya Bakti, Bandung
Djojodirdjo. M.A.Moegni., 1979, PerbuatanMelawan
Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta
Patricia Ruri Wahyu., 2010, Tanggung gugat atas
Perbuatan Melawan Hukum, Pradnya Paramita,
Jakarta
Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi., 2003,
Perikatan Yang Lahir Dari Undang-Undang, Raja
Grafindo, Jakarta
Martono dan Amad Sudiro., 2010, Hukum Angkutan
Udara Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2009, Rajawali Pers, Jakarta
Ahmadi Miru dan Sutarman., Hukum Perlindungan
Konsumen, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Yahya Harahap., 2006, Hukum Acara Perdata,
Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
99