Anda di halaman 1dari 9

Lex et Societatis, Vol. V/No.

3/Mei/2017

TANGGUNG GUGAT PERUSAHAAN PENDAHULUAN


PENERBANGAN TERHADAP KEHILANGAN A. Latar Belakang Masalah
BARANG BAGASI PENUMPANG1 Prinsipnya kegiatan pengangkutan udara
Oleh: Deny Pala’langan2 merupakan hubungan hukum yang bersifat
perdata akan tetapi mengingat transportasi
ABSTRAK udara telah menjadi kebutuhan masyarakat
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk secara luas maka diperlukan campur tangan
mengetahui bagaimana bentuk tanggung gugat pemerintah dalam kegiatan pengangkutan
perusahaan penerbangan dan bagaimana udara yaitu menentukan kebijakan-kebijakan
proses tanggung jawab pengangkut perusahaan atau regulasi yang berhubungan dengan
penerbangan terhadap kehilangan barang kegiatan pengangkutan udara sehingga
bagasi penumpang. Dengan menggunakan kepentingan konsumen pengguna jasa
metode penelitian yuridis normatif, transportasi udara terlindungi. Meskipun
disimpulkan: 1. Timbulnya bentuk tanggung perjanjian pengangkutan pada hakekatnya
gugat perusahaan penerbangan ketika adanya sudah harus tunduk oleh undang-undang yang
unsur perjanjian (wanprestasi), kewajiban telah ditetapkan berbagai peraturan khusus
perusahaan penerbangan mengganti kerugian yaitu meletakkan berbagai kewajiban khusus
hanya terhadap pihak lawan atau antara pihak kepada pihak pengangkut yang tidak boleh
perusahaan penerbangan dengan penumpang disingkirkan dalam perjanjian.3 Jika disimpulkan
dari suatu perjanjian, unsur wanprestasi diatur bahwa dengan adanya hukum pengangkutan
dalam Pasal 1243 KUHPerdata/BW bahwa maka perusahaan penerbangan harus
perikatan itu tidak bertujuan untuk tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan undang-
berbuat sesuatu, maka pihak mana pun yang undang yang berlaku dan melaksanakan tugas
berbuat bertentangan dengan perikatan itu dan kewajiannya sebagai subjek hukum.
karena melakukan pelanggaran itu saja, Istilah kontrak dimaksudkan sebagai hukum
diwajibkan untuk menganti biaya kerugian yang yang mengatur tentang perjanjian-perjanjian
di alami penumpang. Adapun unsur perbuatan yang tertulis yang umumnya digunakan dalam
melawan hukum yang diatur dalam Pasal 1365 dunia bisnis, misalnya dalam kontrak bisnis
KUHPerdata/BW bahwa perbuatan melanggar atau kontrak antar perusahaan nasional dan
hukum yang dilakukan karena adanya unsur perusahaan multinasional. Istilah perjanjian
kesalahan yang dapat menimbulkan kerugian seperti yang dirumuskan dalam pasal 1313 ayat
bagi orang lain oleh karena itu perusahaan (1) KUHperdata yang berbunyi : ‘perjanjian
penerbangan mengganti kerugian hanya adalah suatu perbuatan yang dimana seseorang
terhadap pihak yang dirugikan. 2. Adanya atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
proses tanggung jawab pengangkut perusahaan orang atau lebih’.4 Jika disimpulkan bahwa
penerbangan terhadap kehilangan barang perjanjian tersebut berbeda dengan pengertian
bagasi penumpang diatur dalam Pasal 144 kontrak, maka Perjanjian dapat saja berubah
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang jika perjanjian sepihak atau lebih tergantung
penerbangan bahwa pengangkut bertanggung dari jumlah orang yang melakukan perbuatan
jawab atas kerugian yang diderita oleh hukum tersebut, karena itu perjanjian dapat
penumpang karena barang bagasi hilang, saja sepihak, para pihak atau bersegi banyak.
musnah atau rusak yang diakibatkan oleh Sebagai contoh dari perbuatan sepihak adalah
kegiatan angkutan udara selama barang bagasi perjanjian hibah dan perjanjian wasiat, selain
berada dalam pengawasan pengangkut. itu tidak dengan jelas diisyaratkan harus tertulis
Kata kunci: Tanggung gugat, perusahaan jadi perjanjian tersebut dapat saja dibuat
penerbangan, kehilangan barang bagasi, secara lisan.
penumpang.

3
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Penerbit Citra Aditya,
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Dr. Flora P. Kalalo, Bandung, 1995, hal 71
4
SH, MH; Dr. Theodorus H. W. Lumenon, SH, MH Tim Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Manado, Hukum dan Perancangan Kontrak, Manado,
13071101592 2007,hlm 1

91
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

Sistem pengaturan terbuka (open system). bahwa dengan adanya pengangkutan baik
Artinya bahwa setiap orang bebas untuk pengangkutan darat, laut dan udara sangat
mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur membantu penumpang sebagai pemakai jasa
maupun yang belum diatur di dalam undang- transportasi tersebut.
undang. jika disimpulkan dari ketentuan yang Tanggung gugat dalam pengangkutan juga
tercantum dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH didasarkan pada Pancasila yaitu, sila ke-5 (lima)
Perdata, yang berbunyi : “semua perjanjian yang menyebutkan keadilan sosial bagi seluruh
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang- rakyat Indonesia, maka jelas Negara menjamin
undang bagi mereka yang membuatnya”. keadilan bagi seluruh rakyat termasuk
Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata penumpang dan pengangkut sebagai pelaku
memberikan kebebasan kepada para pihak usaha untuk mendapatkan keadailan dan
untuk : kesetaraan. Penumpang mendapatkan keadilan
1. membuat atau tidak membuat perjanjian dalam bentuk pertanggungjawaban akibat
2. mengadakan perjanjian dengan siapapun resiko atau kerugian yang di timbulkan akibat
3. menetukan isi perjanjian, pelaksanaan, dari kelalaian pengangkut (human error)
dan persyaratannya, dan sedangkan pengangkut dalam keadaan diluar
4. menentukan bentuknya perjanjian, yaitu kendali manusia dan bersifat darurat (force
tertulis atau lisan5 majuere) yang menyebabkan keterlambatan
Adapun teori objektif diisyaratkan bahwa dan/atau pembatalan penerbangan diberikan
perbuatan bersangkutan sesuai dengan kebebasan untuk membayar ganti kerugian dari
letter/surat daripada undang-undang adalah penumpang.
bertentangan dengan tujuan tertentu, hal ini Pada Pasal 28D ayat 1Undang-Undang Dasar
merupakan maksud dan tujuan daripada orang 1945 disebutkan bahwa “Setiap orang berhak
yang bersangkutan agar ia dapat berangkapan atas pengakuan, jaminan perlindungan dan
secara etikad baik bahwa apa dilakukannya kepastian hukum yang adil dan perlakukan yang
tidak melanggar undang-undang sama dihadapan hukum”.8 Jadi jika disimpulkan
bersangkutan.6 Jika disimpulkan bahwa teori bahwa seharusnya Negara turut serta mengatur
subjektif yang menganut pendirian subjektif, dan mengawasi perlindungan hukum bagi
meletakkan titik berat pada yang bersangkutan, konsumen khususnya pengguna jasa angkutan
diisyaratkan bahwa ia ini harus mempunyai niat udara (penumpang), maka peran Negara
siasat untuk mendengari berdasarkan berfungsi untuk mengatur perekonomian
letter/surat dari pada undang-undang yang menuju kesejahteraan rakyat.
melakukan perbuatan-perbuatan bersangkutan.
Dalam pengangkutan dikenal ada 3 macam B. Rumusan Masalah
bentuk pengangkutan yaitu pengangkutan 1. Bagaimana bentuk tanggung gugat
melalui darat, pengangkutan melalui darat perusahaan penerbangan?
dibagi menjadi dua yaitu pengangkutan diatas 2. Bagaimana proses tanggung jawab
rel (kereta api) dan pengangkutan melalui jalan pengangkut perusahaan penerbangan
raya, pengangkutan melalui laut dan terhadap kehilangan barang bagasi
pengangkutan melalui udara. Di dalam hukum penumpang?
pengangkutan udara, alat angkut yang
digunakan adalah pesawat udara. Berdasarkan C. Metode Penulisan
Undang-Undang 15 Tahun 1992 tentang Penelitian terhadap penulisan ini dilakukan
penerbangan, pesawat diartikan sebagai setiap dengan mempergunakan metode yuridis
alat yang dapat terbang di atmosfir karena daya normatif. Pendekatan yuridis normatif
angkat dari reaksi udara.7 Jika disimpulkan dipergunakan dalam usaha mengalisis bahan
hukum dengan mengacu kepada norma-norma
hukum yang dituangkan dalam peraturan
5
Ibid.,hlm 14
6
Tim Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi
8
Manado, Hukum Perdata Internasional, Manado, 2007, Tanggung Gugat Pengangkut Berdasarkan Peraturan
hlm 54 Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang
7
Rahayu Hartini, Hukum Pengangkutan, Penerbit UMM Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara, lembaran
Press, Malang, 2007, hlm 191 302 Iuskajian hukum dan keadilan

92
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

perundang-undangan, serta asas-asas hukum, publik. Penggunaan wewenang yang dimaksud


sejarah hukum, doktrin serta yurisprudensi. disini meliputi tindakan pemerintah menurut
Metode yuridis normatif itu sendiri ketentuan peraturan perundang-undangan dan
mengunakan pendekatan-pendekatan antara tindakan dalam menetapkan suatu kebijakan
lain pendekatan perundang-undangan (statue atau diskresi. Sedangkan tanggung jawab
approach) dan pendekatan kasus (case jabatan berkenaan dengan legalitas
approach). (keabsahan) tindak pemerintahan; dalam
hukum administrasi, persoalan legalitas tindak
PEMBAHASAN pemerintahan berkaitan dengan pendekatan
A. Bentuk Tanggung Gugat Perusahaan terhadap kekuasaan pemerintahan.
Penerbangan Pendekatan kekuasaan berkaitan dengan
Tanggung-gugat mengandung makna wewenang yang diberikan menurut undang-
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya undang berdasarkan prinsip legalitas atau
kalau ada sesuatu hal, boleh dituntut, prinsip rechtmatigheid.10 Jika disimpulkan
dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya. bahwa dengan demikian dalam pendekatan ini
Di dalam kamus hukum ada 2 (dua) istilah yang menentukan control atau pengawasan
menunjuk pada pertanggungjawaban, yakni terhadap penggunaan kekuasaan dalam hal
liability dan responsibility. Tanggung-gugat kekuasaan pemerintah sebagai pihak yang
(liability/aansprakelijkheid) merupakan bentuk bertanggung jawab.
spesifik dari tanggungjawab. Pengertian Perusahaan penerbangan sebagai yang
tanggung-gugat merujuk kepada posisi berbadan hukum Indonesia baik yang dimiliki
seseorang atau badan hukum yang dipandang oleh badan usaha milik negara (BUMN) maupun
harus membayar suatu bentuk kompensasi/ badan usaha milik swasta (BUMS), badan
ganti rugi setelah adanya peristiwa hukum atau hukum dibedakan antara badan hukum publik
tindakan hukum. Liability merupakan istilah dan badan hukum perdata; Untuk
hukum yang luas, di dalamnya mengandung membedakan kedua jenis badan hukum
makna bahwa; liability menunjuk pada makna tersebut dapat bertitik tolak dari kriterianya
yang paling komprehensif, meliputi hampir yaitu dicari pada bagaimana cara pendiriannya
setiap karakter resiko atau tanggungjawab, badan hukum tersebut seperti yang digariskan
yang pasti yang bergantung, atau yang oleh Pasal 1653 KUHPerdata yaitu ada tiga
mungkin. Liability didefinisikan untuk macam yakni (1) badan hukum yang diadakan
menunjuk; semua karakter hak dan kewajiban.9 oleh kekuasaan umum (pemerintah/negara),
Jika disimpulkan bahwa liability merupakan (2) badan hukum yang diakui oleh kekuasaan
kewajiban yang secara aktual atau potensial umum, dan (3) badan hukum yang
bertanggungjawab terhadap hal-hal yang aktual diperkenankan dan yang didirikan dengan
atau mungkin seperti kerugian, ancaman, tujuan tertentu yang tidak bertentangan
kejahatan, biaya, atau beban; kondisi yang dengan undang-undang atau kesusilaan, Bentuk
menciptakan tugas untuk melaksanakan ketiga ini disebut juga badan hukum dengan
undang-undang dengan segera atau pada masa konstruksi perdata.11 Jika disimpulkan bahwa
yang akan datang. kriteria kedua badan hukum perdata dan
Mengenai tanggung gugat hukum publik, hukum publik, yaitu pada badan hukum
tatiek Sri Djadmiati menyebutkan sebagai perdata ialah badan hukum yang didirikan oleh
tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab perseorangan, Sedangkan pada badan hukum
jabatan, tanggung jawab pribadi, berkaitan publik ialah badan hukum yang diadakan oleh
dengan pendekatan fungsionaris atau kekuasaan umum.
pendekatan prilaku. Dari sudut pandang hukum Membahas mengenai lahirnya tanggung
administrasi, tanggung jawab pribadi gugat pengangkut udara, maka tidak lepas
berkenaan dengan administrasi dalam
penggunaan wewenang dalam pelayanan 10
Tatiek Sri Djatmiati, Tanggung Jawab Pribadi dan
Tanggung Jawab Jabatan, penerbit Alumni Universitas
9
http://fhukum.unpatti.ac.id/artikel/korupsi/253-analisis- Trisakti, Jakarta, 2010, hlm 94-95
11
tentang-tanggung-gugat-dalam-kontrak-pengadaan- Chidir Ali, Badan Hukum, Penerbit Alumni Bandung,
barang-dan-jasa, diakses 13 mei 2016 1991, Bandung, hlm 59

93
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

membahas tentang perjanjian, karena adanya b. Tidak dapat dibatalkan sepihak; karena
tanggung gugat berawal dari sebuah perjanjian, perjanjian adalah persetujuan kedua
sebab dalam perjanjian menimbulkan hak dan belah pihak, jika harus dibatalkan harus
kewajiban masing-masing pihak. Selain itu juga dengan persetujuan kedua belah pihak
tangung gugat timbul karena sebuah resiko. juga.
Dalam praktik istilah kontrak atau perjanjian c. Pelaksanaan dengan itikad baik; yang
terkadang masih dipahami secara rancu. dimaksud dengan itikad baik dalam Pasal
Banyak pelaku bisnis mencampur adukkan 1338 KUHPerdata adalah ukuran objektif
kedua istilah tersebut seolah merupakan untuk menilai pelaksanaan perjanjian,
pengertian yang berbeda.12 Jika disimpulkan apakah pelaksanaan perjanjian
bahwa antara perjanjian dan kontrak sebenarya mengindahkan norma-norma kepatutan
sama saja karena ketika dilakukan kontrak dan kesusilaan serta apakah pelaksanaan
disitu ada unsur perperjanjian atau prestasi perjanjian itu telah berjalan diatas rel
yang dilakukan oleh kedua belah pihak. yang benar.
Menurut Subekti, dapat dikatakan bahwa Perbuatan melawan hukum mulai
dua perkataan (perjanjian atau persetujuan) itu diperhitungkan sebagai sebuah bidang hukum
adalah sama artinya. Perkataan ‘kontrak’ tersendiri, baik dinegara-negara Eropa
adalah lebih sempit karena ditujukan kepada Kontinental, misalnya di Belanda dengan istilah
perjanjian atau persetujuan yang tertulis.13 onrechtmatige daad, atau di Negara-negara
Lebih jauh Abdul Kadir Muhammad Anglo Saxon, dengan istilah tort. Menurut Pasal
menawarkan sebuah konsep perumusan 1365 KUHPerdata, maka yang dimaksud dengan
perjanjian yakni : “perjanjian adalah perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan
persetujuan dengan mana dua pihak atau lebih yang melanggar hukum yang dilakukan oleh
saling mengikatkan diri untuk melaksanakan seseorang yang karena salahnya telah
suatu hal yang bersifat kebendaan di bidang menimbulkan kerugian bagi orang lain.15 Jika
harta kekayaan. Rumusan perjanjian tersebut disimpulkan bahwa memang dengan adanya
menunjukkan telah terjadi persetujuan antara pelanggaran dari suatu perjanjian maka yang
pihak yang satu dengan pihak yang lain untuk melanggar dari suatu unsur perjanjian disebut
melaksanakan suatu hal yang bersifat dengan perbuatan melawan hukum karena
kebendaan sebagai objek perjanjian; objek menggingkari kesepakatan yang dibuat oleh
perjanjian tersebut dibidang harta kekayaan kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian
yang dapat dinilai dengan uang.14 Menurut atau prestasi.
Abdul Kadir Muhammad, akibat hukum Adapun Teori aanprakelijkheid atau dalam
perjanjian adalah : bahasa Indonesia dapat disebut denganm teori
a. Berlaku sebagai undang-undang; artinya “tanggung gugat” adalah teori untuk
perjanjian mempunyai kekuatan menentukan siapa yang harus menerima
mengikat dan memaksa serta memberi gugatan karena adanya suatu perbuatan
kepastian hukum kepada pihak-pihak melawan hukum. Pada umumnya, tetapi tidak
yang membuatnya. Pihak-pihak wajib selamnya, jadi jika disimpulkan bahwa yang
menaati perjanjian itu sama dengan harus digugat atau menerima tangung gugat
menaati undang-undang. Apabila ada jika terjadi suatu perbuatan melawan hukum
pihak yang melanggar perjanjian yang adalah pihak pelaku perbuatan melawan
mereka buat, dianggap sama dengan hukum itu sendiri. Artinya, dialah yang harus
melanggar undang-undang sehingga digugat ke pengadilan dan dia pulalah yang
diberi akibat hukum tertentu, yaitu harus membayar ganti rugi sesuai putusan
sanksi hukum. pengadilan. Akan tetapi, ada kalanya si A yang
melakukan perbuatan melawan hukum tetapi si
12
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian, Asas B yang harus digugat dan
Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Penerbit mempertanggungjawabkan atas perbuatan
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm 13
13
Subekti, Hukum Perjanjian, Penerbit Intermasa, Jakarta,
tersebut. Terhadap tanggung gugat atas
1974, hlm 1
14 15
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum, Penerbit PT
Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010, hlm 290 Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2005, hlm 16

94
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

perbuatan melawan hukum yang dilakukan yang anda tumpangi. Masalah


oleh orang lain ini dalam ilmu hukum dikenal pertanggungjawaban pengangkut dalam
dengan teori tanggung jawab penganti kejadian seperti yang anda alami memang
(vicarious lability). diatur secara mendetail dalam Peraturan
Menteri Perhubungan No. 77 Tahun 2011
B. Proses Tanggung Jawab Pengangkut tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan
Perusahaan Penerbangan Terhadap Udara (“Permenhub 77/2011”). Sebagai
Kehilangan Barang Bagasi Penumpang contoh, menurut Pasal 5 ayat (1) Permenhub
Adanya proses tanggung jawab pengangkut 77/2011, jika simpulkan bahwa
adalah bahwa kargo tersebut berada dalam pertanggungjawaban harus dijalankan sesuai
pengawasan (in charge) pengangkut. Namun peraturan yang berlaku. Jumlah ganti kerugian
dalam hal lain, untuk adanya tanggung jawab terhadap penumpang yang mengalami
pengangkut diperlukan adanya dua syarat yaitu kehilangan, musnah atau rusaknya bagasi
: (1) kargo harus berada dalam pengawasan tercatat, ditetapkan sebagai berikut:
pengangkut, dan (2) kargo tersebut berada di a. kehilangan bagasi tercatat atau isi bagasi
dalam pelabuhan udara atau di dalam pesawat tercatat atau bagasi tercatat musnah
udara. diberikan ganti kerugian sebesar Rp.
Dilihat secara sederhana menyatakan bahwa 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per kg
adanya ‘pengangkutan udara’ maka kedua dan paling banyak Rp. 4.000.000,00 (empat
unsur tersebut harus terpenuhi. Bila satu saja juta rupiah) per penumpang; dan
tidak ada, misalnya meskipun kargo berada di b. kerusakan/kehilangan bagasi tercatat,
pelabuhan udara atau di dalam pesawat udara diberikan ganti kerugian sesuai jenisnya
akan tetapi tidak berada dalam pengawasan bentuk, ukuran dan merk bagasi tercatat.
pengangkut atau kargo tersebut berada dalam Bagasi tercatat baru dianggap hilang,
pengawasan pengangkut akan tetapi tidak menurut Pasal 5 ayat (2) Permenhub 77/2011,
berada di pelabuhan udara atau di dalam apabila tidak diketemukan dalam waktu 14
pesawat udara, maka tidak dapat di artikan (empat belas) hari kalender sejak tanggal dan
sebagai pengangkut udara. Dan dalam jam kedatangan penumpang di bandar udara
kebanyakan kasus kedua unsur tersebut tujuan. Sedangkan, bagi penumpang dengan
memang terpenuhi, yaitu kecelakaan atau bagasi tercatat yang belum ditemukan namun
kerugian terjadi di pelabuhan udara atau belum dapat dinyatakan hilang karena belum
didalam pesawat udara dan selama berada di melewati masa 14 (empat belas) hari, maka
dalam pengawasan pengangkut. Namun dalam pengangkut wajib memberikan uang tunggu
beberapa kasus ternyata bahwa meskipun sebesar Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah)
hanya dalam satu unsur yang terpenuhi cukup per hari paling lama untuk 3 (tiga) hari kalender
untuk menyatakan adanya pengangkutan (Pasal 5 ayat [3] Permenhub 77/2011). 17
udara, Pengangkut dinyatakan bertanggung Pada dunia penerbangan internasional di
jawab atas kerugian yang timbul akibat atur juga tentang ketentuan tanggung jawab
dibajaknya truk yang mengangkut kargo ketika maskapai penerbangan. Convention for
menuju pelabuhan udara.16 Jika disimpulkan Unification of Certain Rules relating to
bahwa dalam hal ini begitu kargo diserahkan International Carriage by Air yang di kenal
kepada pengangkut atau agennya atau dengan konvensi Warsawa 1929 dan pada
pegawainya maka pengangkut dianggap Tahun 1955 Konvensi telah di tambah dengan
bertanggung jawab karena kargo tersebut Protocol The Hangue, namun masih banyak
sudah berada dalam pengawasan pengangkut kekurangan dalam konvensi ini seperti jumlah
meskipun barada diluar pelabuhan udara atau pengganti nilai yang terlalu kecil dan merugikan
di luar pesawat udara.
Mengenai pertanggungjawaban pengangkut
dalam hal adanya kerusakan pada bagasi anda
yang sebelumnya sempat hilang di pesawat 17

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4e6e6e4b79
43d/ketentuan-ganti-kerugian-jika-bagasi-hilang-atau-
16
E. Saefullah Wiradipradja. Op.cit, hlm 73 rusak-di-pesawat, diakses 14 mei 2016

95
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

penumpang.18 Dalam pengangkutan udara secara hukum jika ada unsur kesalahan yang
bahwa pengangkut bertanggung jawab atas dilakukannya. Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
kerusakan dan kehilangan bagasi namun limit Hukum Perdata, jika disimpulkan bahwa
penggantian yang di tentukan peraturan ini memang ketika melakukan perjanjian dan
sudah sama sekali tidak sesuai dengan keadaan perjanjian itu diingkari maka seseorang
yang ada. tersebut telah melakukan unsur perbuatan
Adapun prinsip tanggung jawab merupakan melawan hukum atau wanprestasi atas
perihal yang sangat penting di dalam hukum perbuatan yang di ingkari yang lazim dikenal
perlindungan konsumen. Dalam kasus sebagai pasal tentang perbuatan melawan
pelanggaran hak konsumen. Jika disimpulkan hukum, mengharuskan terpenuhinya empat
bahwa diperlukan kehati-hatian dalam unsur pokok yaitu:
menganalisis siapa yang harus bertanggung 1. Adanya perbuatan;
jawab dan seberapa jauh tanggung jawab dapat 2. Adanya unsur kesalahan ;
dibebankan kepada pihak-pihak terkait. Secara 3. Adanya kerugian yang diderita;
umum, prinsip-prinsip tanggung jawab dalam 4. Adanya hubungan kausalitas antara
hukum dapat dibedakan sebagai berikut : kesalahan dan kerugian.21
a. Kesalahan (liability based on fault) ; Pada bagian ini jelas tertulis bahwa jika
b. Praduga selalu bertanggung jawab pengangkut setuju untuk mengangkut barang
(presumption of liability); berharga tersebut. Tetapi juga jelas tertulis
c. Praduga selalu tidak bertanggung jawab bahwa maskapai tidak menyetujui untuk
(presumption of nonliability) mengangkut ke dalam bagasi barang berharga
d. Tanggung jawab mutlak (stich liability) milik penumpang tersebut. Jika terjadi
e. Pembatasan tanggung jawab (limitation kehilangan tersebut tetap terjadi, maka dasar
of liability).19 penyelesaiannya adalah dengan menerapkan
Adapun beberapa-berapa peraturan yang cara nilai yang sebenarnya dikurangi dengan
dikeluarkan oleh Konvensi Warsawa, nilai penyusutan barang yang serupa, sejenis
ketentuan-ketentuan lain yang mengatur dan semodel. Pengangkut boleh memilih opsi
tentang pengangkutan udara internasional membayar ongkos perbaikan, sebagaimna oleh
terdapat pula terdapat pada : pengangkut. Nilai penyusutan harga yang
1. Konvensi Warsawa 1929 tentang ditentukan oleh penanggung/pengangkut
Unifikasi Ketentuan-Ketentuan seperti tertera dalam ikhtiar polis.22 Jika
Tertentu Sehungan dengan disimpulkan bahwa polis ialah surat yang di
Pengangkutan Udara Internasional keluarkan oleh penanggung sebagai bukti
2. Konvensi Roma 1952 tentang Tanggung bahwa seorang atau suatu perusahaan sebagai
Jawab Operator Pesawat Terbang Asing badan hukum yang telah menutup
kepada Pihak Ketiga di Darat pertanggungan dengan perusahaan asuransi
3. Protokol The Haque 1955 tentang atau pertanggungan.
Amandemen Konvensi Warsawa 1929 Perjanjian mengenai angkutan udara yang
4. Konvensi Guadalajara 1961 tentang dilaksanakan oleh pihak yang bukan pihak yang
Tambahan Konvensi Warsawa 1929 mengadakan perjanjian pengangkutan. Dalam
untuk Unifikasi Aturan Tertentu hal ini perjanjian memberikan definisi-difinisi
Berkaitan dengan Pengangkutan Udara bagi Contracting Carrier dan actual carrier
Internasional yang dilakukan oleh pihak sebagai berikut :
selain Contracting Carrier.20 1. Contracting Carrier adalah seorang yang
Pada prinsip ini menyatakan seseorang sebagai salah satu pihak yang membuat
baru dimintakan pertanggungjawabannya suatu perjanjian pengangkutan dengan
seorang penumpang atau pengirim
barang dengan seorang yang bertindak
18
Diederiks-Verschoor, Hukum Udara dan Hukum Luar
Angkasa, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1991, hlm 21
19
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, Penerbit
21
Grasindo, Jakarta, 2000, hlm 59 Ibid., hlm 94
20 22
Martono, Hukum Angkutan Udara, Penerbit Raja C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang
Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm 233 Indonesia, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm 120

96
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

atsa nama penumpang atau pengirim c. hak atas informasi yang benar, jelas dan
barang. jujur mengenai kondisi dan jaminan
2. actual carrier adalah kuasa dari barang dan/jasa.25
Contracting Carrier yang melaksanakan Adapun yang dimaksud dengan
seluruh atau sebagian dari pengangkutan perlindungan hukum adalah segala upaya yang
udara berdasarkan suatu perjanjian menjamin adanya kepastian hukum untuk
antara Contracting Carrier dengan memberi perlindungan dalam hal ini bagi
penumpang atau pengrim barang.23 penumpang pesawat udara. Upaya
Kegiatan pengangkuta udara terdapat dua perlindungan hukum itu tampak dalam
pihak seperti yaitu, pihak pertama adalah Undang-Undang Perlindungan Konsumen,
perusahaan maskapai penerbangan sebagai dimana penumpang memiliki hak untuk
pelaku usaha dan penumpang sebagai mendapatkan hak advokasi atau perlindungan
konsumen. Para pihak tersebut terikat oleh di dalam hukum dan juga hak untuk
suatu perjanjian, yaitu perjanjian mendapatkan konpensasi atau ganti rugi
pengangkutan. Sebaimana layaknya suatu bilamana penumpang melaksanakan
26
perjanjian yang merupakan suatu bentuk dari kewajibannya.
hubungan hukum yang bersifat keperdataan Pada prinsipnya kegiatan pengangkutan
maka didalamnya terkandung hak dan udara merupakan hubungan hukum yang
kewajiban yang harus dilaksanakan dan bersifat perdata akan tetapi mengingat
dipenuhi.24 Jika disimpulkan bahwa hubungan transportasi udara telah menjadi kebutuhan
hukum antara pelaku usaha dengan konsumen masyarakat secara luas maka diperlukan
ini terdapat suatu ketidakseimbangan dalam campur tangan pemerintah dalam kegiatan
posisi sebagai penumpang bahwa posisi pengangkutan udara yaitu menentukan
konsumen yang lemah maka ia harus dilindungi kebijakan-kebijakan atau regulasi berhubungan
oleh hukum. Salah satu sifat, tujuan hukum itu dengan kegiatan pengangkutan udara sehingga
adalah memberikan perlindungan atau kepentingan konsumen pengguna jasa
pengayoman kepada masyarakat. transportasi udara terlindungi. Meskipun
Kedudukan konsumen sebagai penumpang perjanjian pengangkutan pada hakekatnya
tidak seimbang dibandingkan dengan sudah harus tunduk pada pasal-pasal dari
kedudukan pengusaha maka posisi konsumen bagian umum dari hukum perjanjian KUH
yang lemah inilah perlu mendapatkan Perdata.27 Jika disimpulkan bahwa oleh undang-
perlindungan hukum agar mendapat kepastian undang telah ditetapkan berbagai peraturan
hukum atas hak-hak selaku konsumen. khusus yang bertujuan untuk kepentingan
Perlindungan hukum terhadap konsumen yang umum membatasi kebebasan dalam hal
dimaksud adalah segala upaya yang menjamin membuat perjanjian pengangkutan yaitu
adanya kepastian hukum untuk memberi meletakkan kewajiban khusus kepada pihak
kepada konsumen sebaimana diatur dalam pengangkut yang tidak boleh disingkirkan
pasal 1 angka 1 Undang-undang Perlindungan dalam perjanjian.
Konsumen. Dalam Pasal 4 Undang-undang Secara teoritis hubungan hukum
Perlindungan Konsumen, hak konsumen menghendaki adanya kesetaraan diantara para
meliputi : pihak, akan tetapi dalam prakteknya hubungan
a. hak atas kenyamanan, keamanan dan hukum tersebut sering berjalan tidak seimbang
keselamatan dalam mengkonsumsi terutama dalam hubungan hukum antara
barang dan /atau jasa; produsen dan konsumen, hal ini pun terjadi
b. hak untuk memilih barang dan/jasa serta dalam hubungan hukum antara konsumen atau
mendapatkan barang dan/atau jasa penumpang tidak mendapatkan hak-haknya
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
25
kondisi serta jaminan yang dijanjikan; Nasution, Konsumen dan hukum, Penerbit Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1995, hlm 65
26
Endang Sri Wahyuni, Aspek Hukum Sertifikasi dan
23
E. Suherman. Op.cit, hlm 16 Keterkaitannya dengan Perlindungan Konsumen, Penerbit
24
Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Pt Citra
27
Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2006, R. Subekti, Aneka Perjanjian, Penerbit PT. Citra Aditya,
hlm 11 Bandung, 1995, hlm 71

97
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

dengan baik. Sehubungan dengan itu, B. Saran


diperlukan suatu perlindungan hukum bagi 1. Perlunya sosialisasi Undang-Undang
konsumen dalam kegiatan penerbangan Nomor 1 Tahun 2009 tentang
khususnya terhadap bagasi.28 Jika disimpulkan Penerbangan, karena ketika terjadi
bahwa unsur terpenting dalam perlindungan kehilangan barang bagasi penumpang
hukum bagi pemakai jasa angkutan udara serta terkadang pihak perusahaan
jenis-jenis angkutan lainnya adalah unsur penerbangan mengabaikan atau
keselamatan angkutan dan tanggung jawab membiarkan masyarakat yang
pengangkut. mengalami kerugian atas barang yang
hilang. Dalam hal ini perlunya penegakan
PENUTUP hukum Undang-Undang Nomor 1 Tahun
A. Kesimpulan 2009 tentang penerbangan agar secara
1. Timbulnya bentuk tanggung gugat tegas dan konsekuen ketika terjadi baik
perusahaan penerbangan ketika adanya itu barang yang rusak maupun yang
unsur perjanjian (wanprestasi), hilang yang di alami oleh masyarakat.
kewajiban perusahaan penerbangan 2. Dengan adanya Pasal 144 Undang-
mengganti kerugian hanya terhadap Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
pihak lawan atau antara pihak Penerbangan, proses tanggung jawab
perusahaan penerbangan dengan Perusahaan Penerbangan akan
penumpang dari suatu perjanjian, unsur meningkatkan kepercayaan dari
wanprestasi diatur dalam Pasal 1243 masyarakat untuk menggunakan
KUHPerdata/BW bahwa perikatan itu pengangkutan udara, sehingga perlu bagi
tidak bertujuan untuk tidak berbuat perusahaan penerbangan
sesuatu, maka pihak mana pun yang mempertahankan atau lebih
berbuat bertentangan dengan perikatan meningkatkan kualitas dan tanggung
itu karena melakukan pelanggaran itu jawab kepada penumpang.
saja, diwajibkan untuk menganti biaya
kerugian yang di alami penumpang. DAFTAR PUSTAKA
Adapun unsur perbuatan melawan A. Buku
hukum yang diatur dalam Pasal 1365 Saefullah Wiradipradja., 1989, Tanggung Jawab
KUHPerdata/BW bahwa perbuatan Pengangkut Dalam Hukum Pengangkut Udara
Internasional dan Nasional, Liberty. Yogyakarta
melanggar hukum yang dilakukan karena
Purwosutjipto., 2003, Pengertian Pokok Hukum
adanya unsur kesalahan yang dapat Dagang, Djambatan, Jakarta
menimbulkan kerugian bagi orang lain Pengajar. Tim., Bahan Ajar Hukum Perlindungan
oleh karena itu perusahaan penerbangan Konsumen, Fakultas Hukum Universitas Sam
mengganti kerugian hanya terhadap Ratulangi, Manado
pihak yang dirugikan. Bahan Ajar., 2014, Hukum dan Perancangan
2. Adanya proses tanggung jawab Konsumen, Fakultas Hukum Universitas sam
pengangkut perusahaan penerbangan Ratulangi, Manado
terhadap kehilangan barang bagasi Susanti Adi Nugroho., 2008, Proses Penyelesaian
penumpang diatur dalam Pasal 144 Sengketa Konsumen Ditinjau Dari Hukum Acara
Serta Kendala Implementasinya, kencana,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
Jakarta
tentang penerbangan bahwa pengangkut Bahan ajar., 2014, Hukum perdata internasional,
bertanggung jawab atas kerugian yang Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi
diderita oleh penumpang karena barang Manado
bagasi hilang, musnah atau rusak yang Moegni Djojodirjo., 1979, Perbuatan Melawan
diakibatkan oleh kegiatan angkutan Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta
udara selama barang bagasi berada Soetojo Prawiro Hamidjojo dan Marthalena Pohan.,
dalam pengawasan pengangkut. 1978, Hukum Perikatan, Bina Ilmu, Surabaya
Purwahid Patrik., 1994, Dasar-Dasar Hukum
Perikatan, Mandar Maju, Semarang
28
E. Suherman, Wilayah Udara dan Wilayah Dirgantara,
Penerbit Alumni, Bandung, 1984, hlm 163

98
Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

Mochtar Kusumaatmadja., 1970, Fungsi dan Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar
Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan Grafika, Jakarta
Nasional, Sinar Grafika, Bandung Jeremy Bentham., 2006, Teori Perundang-
Felix Hadi Mulyatno., 1999, Ground Handling Tata Undangan, Prinsip-Prinsip Lagislasi Hukum
Operasi Darat, Gramedia Pustaka, Jakarta Perdata dan Hukum Pidana, Nusamedia dan
bdulkadir Muhammad., 1998 , hukum Pengangkutan Nuansa, Bandung
Niaga, PT Citra Aditya bakti, Bandung B. Peraturan Perundang-Undangan
Martono., 1987, Hukum Udara, Angkutan Udara Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
dan Hukum Angkasa, Alumni, Bandung Undang-undang nomor 1 tahun 2009 tentang
Edi Wardojo., 2006, Airline Passenger Aviation, penerbangan
Eviexena Mediatama, Bekasi Undang-undang nomor 8 Tahun 1999 tentang
Abdul Kadir Muhammad., 1994, Hukum Perlindungan Konsumen
Pengangkutan Darat, Laut dan Udara, PT Citra Undang-undang dasar 1945 dan ketetapan MPR
Aditya bakti, Bandung Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77
Kartasapoetra dan Ny. E . Roekasih., 1982, Segi-Segi Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab
Hukum dalam Charter & Asuransi Angkutan Pengangkut Angkutan Udara
Udara, Armiko, Bandung C. Internet
Ketut Surendra., 2004, Asuransi Jiwa Unit Link www.suluttoday.com/tag/kehilangan-bagasi-
Dalam Konsep dan Penerapannya, Bayu Indra lion-air
Grafika, Yogyakarta www.hukumonline.com/klinik/detail/cl5934/ap
Wirjono Prodjodikoro., 1986 , Hukum Asuransi a-arti-tanggung-gugat
Indonesia, Intermasa, Jakarta https://id.wikipedia.org/wiki/Asuransi_tanggun
Mehr & Cammack –A. Hasyimi., 1981, Dasar-Dasar g_gugat
Asuransi, Balai Angkasa, Jakarta https://necel.wordpress.com
Emmy Pangaribuan Simanjuntak., 1997, beberapa http://fhukum.unpatti.ac.id/artikel/korupsi/253
aspek hukum Dagang di Indonesia, Bina Cipta, -analisis-tentang-tanggung-gugat-dalam-
Jakarta kontrak-pengadaan-barang-dan-jasa
Herman Darmawi., 2000, Manajemen Resiko, Bumi http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4
Aksara, Jakarta e6e6e4b7943d/ketentuan-ganti-kerugian-
Tatiek Sri Djatmiati., 2010, Tanggung Jawab Pribadi jika-bagasi-hilang-atau-rusak-di-pesawat
dan Tanggung Jawab Jabatan, Alumni www.psychologymania.com/2013/06/pengertia
Universitas Trisakti, Jakarta n-penumpang.html
Chidir Ali., 1991, Badan Hukum, Alumni bandung,
Bandung
Agus Yudha Hernoko., 2010, Hukum Perjanjian, Asas
Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Subekti., 1974, Hukum Perjanjian, intermasa, Jakarta
Abdul Kadir Muhammad., 2010, Hukum Perdata
Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung
Munir Fuady., 2005, Perbuatan Melawan Hukum,
Citra Aditya Bakti, Bandung
Djojodirdjo. M.A.Moegni., 1979, PerbuatanMelawan
Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta
Patricia Ruri Wahyu., 2010, Tanggung gugat atas
Perbuatan Melawan Hukum, Pradnya Paramita,
Jakarta
Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi., 2003,
Perikatan Yang Lahir Dari Undang-Undang, Raja
Grafindo, Jakarta
Martono dan Amad Sudiro., 2010, Hukum Angkutan
Udara Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2009, Rajawali Pers, Jakarta
Ahmadi Miru dan Sutarman., Hukum Perlindungan
Konsumen, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Yahya Harahap., 2006, Hukum Acara Perdata,
Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,

99

Anda mungkin juga menyukai