Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 3

Nama Mahasiswa :

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM :

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4207/Hukum Dagang Dan Kepailitan

Kode/Nama UPBJJ : 20/Bandar Lampung

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
HKUM4207/Hukum Dagang Dan Kepailitan

1. Dalam kamus hukum, tanggung jawab merupakan suatu keseharusan bagi seseorang untuk
melaksanakan apa yang telah diwajibkan kepadanya,Sedangkan menurut hukum tanggung
jawab merupakan suatu akibat konsekuensi kebebasan seorang tentang perbuatannya yang
berkaitan dengan etika atau moral dalam melakukan suatu perbuatan. Dalam Pasal 188
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan
tanggung jawab tentang menggantu kerugian yang menyatakan “perusahaan angkutan umum
wajib mengganti tiap kerugian yang diderita penumpang maupun pengirim barang akibat
kelalaiannya dalam melaksanakan pelayanan angkutan”. Dalam Pasal 193 menyatakan
Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim
barang karena barang musnah, hilang, atau rusak akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali
terbukti bahwa musnah, hilang, atau rusaknya barang disebabkan oleh suatu kejadian yang
tidak dapat dicegah atau dihindari atau kesalahan pengirim. Serta dalam pasal 194 Perusahaan
Angkutan Umum tidak bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pihak ketiga,
kecuali jika pihak ketiga dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh
kesalahan Perusahaan Angkutan Umum.Dapat disimpulkan berdasarkan pasal tersebut
Perusahaan pengirimana barang memiliki kewajiban untuk mengganti kerugian akibat lalainya
perusahaan tersebut dalam melaskanakan kewajibannya. Akan tetapi, perusahaan pengangkut
tersebut bisa saja menghindari ganti kerugian tersebut apabila perusahaan pengankutan barang
tersebut dapat membuktikan bahwa barang yang diangkut tersebut musnah/ hilang akibat dari
suatu peristiwa yang tidak dapat di cegah atau keadaan memaksa (overmacht)

2. Pada ketentuan yang berlaku ! Jawabannya : Perjanjian pengangkutan kereta api terjadi ketika
syarat-syarat dalam perjanjian pengangkutan telah dipenuhi yang salah satunya melalui
pembelian tiket oleh penumpang. Perjanjian pengangkutan mulai berlaku saat penumpang
berada dalam alat angkut, yaitu kereta api. Dengan adanya perjanjian pengangkutan tersebut,
maka melahirkan hak dan kewajiban secara timbal balik bagi kedua belah pihak. Salah satu
kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan dengan aman dan selamat
sampai tujuan Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian
menjelaskan tanggung jawab pada pengangkutan dengan kereta api, penyelenggara sarana
kereta api bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian,baikluka-
luka, atau meninggal dunia yang disebabkan oleh pengoperasian pengangkutan kereta api.
Tanggung jawab tersebut dimulai sejak pengguna jasa diangkut dari stasiun asal sampai
dengan stasiun tujuan yang disepakati. Tanggung jawab dihitung berdasarkan kerugian yang
nyata dialami. Penyelenggara sarana perkeretaapian tidak bertanggungjawab atas kerugian,
luka- luka, atau meninggal penumpang yang tidak disebabkan oleh pengoperasian
pengangkutan kereta apiPasal 157 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007. Pernyataan
tanggung jawab dalam UUKA diatas dipertegas dan diperjelas melalui Pasal 168 Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api yang
menyatakan tanggung jawab diberikan dapat berupa pemberian ganti kerugian dan biaya
pengobatan bagi penumpang yang luka-luka dan santunan bagi penumpang yang meninggal
dunia. Selain itu pihak penyelenggara pengangkut diwajibkan mengasuransikan tanggung
jawabnya kepada pihak asuransi besaran nilai pertanggung paling sedikit harus sama dengan
nilai ganti kerugian yang diberikan kepada pengguna jasa yang menderita kerugian sebagai
akibat pengoperasian kereta api. Perlu di ketahui PT KAI sebagai penyelenggara transportasi
kereta api di Indonesia memiliki prinsip tanggung jawab antara lain 1. Fault liability prinsip
kesalahan yang harus membuktikan adanya kesalahan adalah pihak yang dirugikan 2.
Presumption liability prinsip praduga pengangkut yang harus membuktikan bahwa dirinya
tidak bersalah karena beban ada pada pengangkut, bukan pada penumpang, atau pihak yang
dirugikan cukup menunjukkan adanya kerugian yang diderita, 3. Absolute liability prinsip
tanggung jawab mutlak adalah pengangkut harus bertanggung jawab atas setiap kerugian yang
timbul dalam pengangkutan diselenggarakan tanpa harus dilakukan pembuktian ada atau
tidaknya kesalahan pengangkut.

3. Dalam Pasal 1 Ayat 22 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan


menyatakan tanggung jawab pengangkut adalah kewajiban perusahaan angkutan udara untuk
mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang dan atau pengirim barang serta pihak
ketiga. Dengan demikian dapat diartikan tanggungjawab adalah kewajiban membayar ganti
kerugian yang diderita pihak lain, dalam perjanjian pengangkutan udara, maskapai
penerbangan bertanggung jawab atas keselamatan penumpang dan atau barang yang diangkat
sampai di tujuan. Oleh karena itu apabila timbul kerugian yang diderita oleh penumpang maka
maskapai penerbangan harus bertanggung jawab. Tanggung jawab disinui diartikan maskapai
penerbangan wajib membayar ganti rugi yang diderita oleh penumpang dan apbila inggkar
janji, maskapai penerbangan dapat digugat di pengadilan. Terdapat beberapa pasal dalam
Undang-Undang No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan yang mengatur tanggung jawab
Pengangkut udara terhadap penumpang dan barang bawaan penumpang. Mulai dari pasal 141
yang menyatakan tanggung jawab terhadap kerugian penumpang apabila meninggal dunia,
cacat tetap atau luka-luka akibat kejadian pengangkutan udara di dalam pesawat atau naik
turun pesawat udara, Pasal 143 Pengangkut tidak bertanggung jawab atas kerugian.

Anda mungkin juga menyukai