b. Presumption of Liability
Prinsip ini merupakan prinsip “praduga bahwa pengangkut selalu bertanggung jawab”,
tanpa ada keharusan bagi pihak yang dirugikan untuk membuktikan bahwa ada perbuatan melawan
hukum dari pihak pengangkut atau tidak. Prinsip didasarkan pada perjanjian pengangkutan, akan
tetapi pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawabnya, apabila pengangkut dapat
membuktikan bahwa:
a. kerugian yang disebabkan oleh malapetaka yang selayaknya tidak dapat dicegah atau
dihindarinya atau berada diluar kekuasannya;
b. ia telah mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menghindari timbulnya
kerugian;
c. kerugian yang timbul bukan karena kesalahannya;
d. kerugian ditimbulkan oleh kelalaian atau kesalahan dari penumpang sendiri atau karena
cacat, sifat atau mutu barang yang diangku
1
Menurut E. Saifullah Wiradipradja, dalam bukunya Tanggung Jawab Pengangkut dalam Hukum Pengangkutan
Udara Internasional dan Nasional I (Yogyakarta, 1989), Hal. 19.
2 ibid hal 23
c. Presumption of Non Liability
Prinsip ini merupakan prinsip “praduga bahwa pengangkut selalu tidak bertanggung
jawab”, untuk barang bawaan yang berada didalam pengawasan penumpang sendiri, contohnya
adalah bagasi tangan, dan beban pembuktian adanya tanggung jawab pengangkut terletak pada
penumpang dan tanggung jawab ini baru ada, apabila ada kesalahan dari pengangkut. Prinsip
ini didasarkan pada perjanjian pengangkutan. Dengan adanya prinsip ini, maka ada
kemungkinan tidak ada satu pihakpun yang dapat dipertanggung jawabkan mengenai kerugian
terhadap barang bawaan yang berada dalam pengawasan penumpang sendiri, yaitu apabila
penumpang membuktikan bahwa ia telah mengambil tindakan seperlunya unuk menjaga
barang tersebut, sedangkan
pengangkut juga telah membuktikan bahwa ia tidak mungkin dapat mencegah
timbulnya kerugian. Dengan demikian, maka penumpang sendirilah yang harus memikul
kerugiannya. Kemungkinan tersebut, terlepas dari hal apakah kerugian terhadap barang bawaan
yang berada dalam pengawasan penumpang sendiri ditimbulkan oleh penumpang lain. Jika
terjadi hal yang demikian, memang pengangkut tidak bertanggung jawab, akan tetapi
penumpang tersebut, dapat menuntut ganti kerugian berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata
mengenai perbuatan melawan hukum3.
c. Menurut PP
Tanggung jawab pengangkut dalam PP no 17 tahun 1965 pasal 10
Kecuali dalam hal-hal tersebut dalam pasal 13 di bawah, tiap penumpang sah dari kendaraan
bermotor umum, kereta api, pesawat terbang perusahaan penerbangan nasional dan kapal
perusahaan perkapalan/pelayaran nasional, termasuk mereka yang dikecualikan dari iuran
wajib menurut/berdasarkan pasal 19 Peraturan Pemerintah ini, diberi jaminan pertanggungan
kecelakaan diri selama penumpang itu berada di dalam alat angkutan yang disediakan oleh
pengangkutan untuk jangka waktu antara saat-saat sebagai berikut :
1. dalam hal kendaraan bermotor umum : antara saat penumpang naik kendaraan yang
bersangkutan di tempat berangkat dan saat turunnya dari kendaraan tersebut di tempat
tujuan.
2. dalam hal kereta api : antara saat naik alat angkutan perusahaan kereta api di tempat
berangkat dan saat turunnya dari alat angkutan perusahaan kereta api di tempat tujuan
menurut karcis yang berlaku untuk perjalanan yang bersangkutan.
3. dalam hal pesawat terbang : antara saat naik alat angkutan perusahaan penerbangan
yang bersangkutan atau agennya di tempat berangkat dan saat meninggalkan tangga
pesawat terbang yang ditumpanginya di tempat tujuan menurut ticketnya yang berlaku
untuk penerbangan yang bersangkutan.
d. dalam hal kapal : antara saat naik alat angkutan perusahaan perkapalan/pelayaran yang
bersangkutan di tempat berangkat dan saat turun di darat pelabuhan tujuan menurut ticket
yang berlaku untuk perjalanan kapal yang bersangkutan. Menurut Peraturan Menteri
Perhubungan
Menurut peraturan menteri 41 tahun 1993 pasal 51 ayat (1) yang berbunyi “awak
kendaraan umum angkutan penumpang harus mematuhi ketentuan mengenai: a. tata cara
menaikan dan menurunkan penumpang, b. tata cara berhenti, c. penggunaan karcis atau
pembayaran biaya angkutan, d. kalengkapan teknis kendaraan bermotor umum angkutan
penumpang” dan dilanjutkan dalam ayat (2) “ketentuan lebih lanjut sebgaimana dimaksud
dalam ayat 1 diatur dengan keputusan menteri”
E. Profil perusahaan
1) Sejarah Perusahaan
Perusahaan Otobus Rejeki Transport didirikan oleh Bapak Wiwit Kurniawan.
Perjalanan Bapak Wiwit Kurniawan mendirikan PO Rejeki Transport tidaklah mudah. Beliau
memulai bisnis rental bus sejak menjadi tour leader pada tahun 2000 saat dirinya masih kuliah.
Kesibukannya menjadi pemandu tour dari berbagai instansi membuat kuliah beliau dikalahkan.
Kegemarannya pada bus berawal pada saat dirinya menjadi operator di Perusahaan Otobus
Maju Lancar. Selama dua tahun bekerja di PO Maju Lancar, beliau banyak belajar tentang
dunia marketing bus. Setelah banyak ilmu yang didapat dari PO Maju Lancar, beliau mulai
belajar lapangan di PO Rejeki Baru, Magelang.
Dari Perusahaan Otobus Rejeki Baru usaha Bapak Wiwit bermula, beliau ditawarin untuk
membeli busnya Pak Wibowo (pemilik PO Rejeki Baru), nanti diangsur tiap bulan. Hanya
bermodalkan satu bus, beliau mulai mengembangkan bisnisnya. Kemudian beliau
mempromosikan armadanya ke rekan-rekannya, dari keuletan beliau akhirnya beliau mampu
menambah armadanya menjadi 6 buah.
Sampai saat ini bus milik Bapak Wiwit merupakan bus keluaran terbaru, bahkan pada bulan
Februari 2016 beliau sempat membeli armada terbaru asal swedia yaitu scania. Menurut beliau
armada bus asal swedia tersebut diambil di Malang, Jawa Timur, armada tersebut merupakan
armada pertama yang beredar di Yogyakarta. Selain armada yang rata-rata merupakan keluaran
terbaru, Bapak Wiwit juga selalu memberikan pelayanan yang maksimal kepada para penyewa
busnya. Mulai dari pelayanan fasilitas, sampai saat terjadi komplain dari penyewa.
2) Foto Owner
F. Penutup
Dari beragamnya jenis transportasi, bus pariwisata adalah salah satu transportasi yang banyak
diminati oleh wisatawan khususnya domestik untuk berwisata. Wisatawam domestik pun lebih
sering berpergian bergerombol atau biasa disebut dengan wisata massal, dalam usaha jasa
transportasi, wisatawan yang melakukan wisata massal akan membutuhkan transportasi massal
juga. Untuk itu pemilihan bus pariwisata merupakan cara tepat. Selain itu dengan
menggunakan bus pariwisata, wisatawan juga mendapatkan tarif yang murah atau lebih murah
jika dibandingkan dengan transportasi lainnya. Tidak hanya murah, wisatawan juga dapat
merasakan bila menggunakan bus pariwisata akan merasa aman dan nyaman selama di
perjalanan dan hingga sampai tujuan serta kembali ke asal. Maka, penyedia jasa bus pariwisata
dalam menyediakan jasanya kepada pasar perlu mengetahui biaya yang diperlukan untuk
menentukan tarif atau harga yang sesuai.
G. Daftar Pustaka
Tahun 2002
d. Siapa pendirinya?
Tidak punya.
g. Bidang usaha apa saja yang dimiliki perusahaan ini?
Mengangkut orang
h. Punya usaha mengangkut barang dan orang sekaligus?
Tidak punya
i. Susunan mana saja yang dituju oleh kendaraan ini?
Semua pariwisata, sesuai dengan tempat destinasi supir
j. Punya berapa armada?
6 Bus
k. Bagaimana cara pemesanan bisnya?
bisa dengan datang langsung ke kantor atau bisa dengan via pesan dan telephone
l. Untuk pembayaran dilakukan didepan sekaligus atau ada cara lain?
Bisa keduanya
m. Apakah pembayaran sudah termasuk dengan asuransi?
hmm
n. Apakah penumpang diberikan dokumen perjanjian berupa peraaturan?
Iya diberikan
o. Dimana penumpang naik?
Dimana saja, sesuai penyewa
p. Apakah penumpang mendapatkan snack/makanan?
Tidak, hanya include bbm dan tol
q. Apakah penumpang bisa turun ditempat tujuan atau bisa ditempat lain?
Tidak bisa
r. Bila bus yang disewa rusak dan tidak jadi berangkat apa yang dilakukan?
Mengganti armada
s. Bila bus yang mengangkut penumpang rusak dijalan, apa yang dilakukan?
Dilakukan 1-2 jam perbaikan/mengganti armada lain
t. Bila terjadi kecelakaan sehingga penumpang cedara apa yang dilakukan?
Di cover jasa perawatan
u. Menurut bapak/ibu apa saja jasa kewajiban pengangkut?
Sesuai dengan SOP
I. Lampiran