Anda di halaman 1dari 58

Bidang Studi Hukum Pidana

FHUI - 2020
Contoh Kasus
Sakit hati karena diusir dari rumah pamannya yang kaya raya, Datuk
Rajokayo (60thn), menyebabkan Rado (27thn) berpikir keras
bagaimana cara membalaskan sakit hatinya. Ide busuk pun muncul di
kepala Rado. Ia merencanakan untuk menculik putri kesayangan sang
paman, Intan (18thn), dari kampusnya. Untuk mewujudkan ide itu Rado
mengajak sobatnya Romi (25thn). Sepakat dengan ide itu, keduanya
segera mewujudkannya. Sore hari, tanggal 14 Pebruari 2007, Intan
yang memang suka menonton film dan tidak mengetahui konflik yang
terjadi antara Rado dan Ayahnya, tak menolak ajakan Rado dan Romi
(yang sudah lama dikenalnya) ketika dijemput di kampus untuk nonton
bareng. Bukannya bioskop yang dituju melainkan sebuah rumah kosong
di pemukiman sepi. Intan disekap di sana dengan tangan kaki yang
terikat. Tanggal 16 Februari 2007, Rado pergi keluar untuk membeli
makanan. Intan yang terus menerus menangis sambil berteriak-teriak
minta dilepaskan membuat Romi jengkel. Romi lalu memukul Intan
hingga jatuh dan membentur tembok. Rupanya benturan tersebut
menyebabkan luka dalam di kepala Intan, hingga akhirnya ia meninggal
dunia. Rado yang pulang membawa makanan, menemukan sepupunya
telah tewas, sedangkan Romi raib entah ke mana. (SF-EA-NN).
Pertanyaan:
1. Adakah penyertaan dalam kasus tersebut ?
Jika ada jelaskan apa bentuk penyertaannya
dan untuk tindak pidana yang mana. Jawaban
harus disertai dasar hukum.
2. Jika setelah melakukan tindak pidan tsb
Rado dan Romi melarikan diri, sampai kapan
JPU masih berwenang melakukan penuntutan ?
Uraikan jawaban Sdr disertai dasar hukum yang
memadai. (daluwarsa dalam penyertaan TP)
Penyertaan
Pengertian :
Terlibatnya lebih dari 1 orang dalam 1 tindak
pidana (sebelum dan atau pada saat tindak
pidana terjadi)

Permasalahan :
Bagaimana pertanggungjawaban pidana dari
orang-orang yang terlibat itu?
Pasal yang mengatur
(dasar hukum)

• Pasal 55, 56, 57 KUHP


Keterlibatan SSO dalam suatu tindak pidana
dapat dikatagorikan sebagai :

1. Yang melakukan
2. Yang menyuruh melakukan
3. Yang turut melakukan
4. Yang menggerakkan/
menganjurkan untuk melakukan
5. Yang membantu melakukan
Lanjutan ….
No. 1 s.d. 4 dikatagorikan sebagai
“pelaku” (pembuat) (Pasal 55 KUHP):
Pelaku:
- memenuhi semua unsur delik
- dianggap sebagai sebagai pelaku:
 memenuhi sebagian unsur delik
 sama sekali tidak memenuhi unsur delik
 Pidananya sama dengan pelaku
No. 5 : pembantu (Pasal 56, 57 KUHP)
Golongan Peserta dalam Tindak Pidana
menurut KHUP Indonesia

a. Pembuat/dader (ps. 55), dipidana sbg pelaku :


1. Yang melakukan/pelaku (pleger)
2. Yang menyuruh lakukan (doen pleger)
3. Yang turut serta (medepleger)
4. Yang mengganjurkan/ penggerak/
pembujuk/pemancing (uitlokker)

b. Pembantu/medeplichtige (ps. 56 dan 57) :


1. Pembantu pada saat kejahatan dilakukan
2. Pembantu sebelum kejahatan dilakukan.
Bentuk-bentuk Penyertaan :

1. Menyuruh melakukan (doen plegen)


2. Turut melakukan (medeplegen)
3. Menggerakkan (uitlokken, uitlokking)
4. Membantu melakukan
(medeplichtigheid)
Doen plegen
1. Yang menyuruh melakukan:
• Sso hendak melakukan tindak pidana, tp
tdk mau melakukannya sendiri, melainkan menyuruh org lain utk
melakukannya
A  B  tp
A = manus domina
B = Manus ministra
• Yang menyuruh diancam pidana sbg pelaku
• Yang disuruh/pelaku langsung (pelaku materil),
tdk diancam pidana krn hilangnya unsur kesalahan
(adanya dasar penghapus pidana berupa dsr pemaaf)
• Yang disuruh hanya menjadi alat belaka,
& melakukan tindakan itu krn ketidaktahuan/kekeliruan/adanya
paksaan.
Manus Ministra
Yang disuruh tidak dapat dipertanggungjawabkan :
1. Ps. 44, orang yang disuruh sakit akal, tdk sempurna
pertumbuhan akal/jiwanya;
2. Ps. 48, orang berada dalam keadaan overmacht/daya paksa
relatif;
3. Ps. 51 (2), dalam hal menjalankan perintah jabatan yang tdk
sah, tp org tsb dengan itikad baik menyangka bahwa perintah
itu sah (ada hubungan atasan dan bawahan)
4. AVAS – tiada kesalahan sama sekali
5. Putative/salah kira-salah duga, dwaling
6. Anak yg msh sgt kecil ? Mungkin sj …
Menyuruh Melakukan
• Seseorang punya kehendak untuk melakukan
Tindak Pidana, tetapi dia tidak
melaksanakannya sendiri melainkan
menyuruh orang lain untuk melakukannya

- Yang menyuruh diancam pidana sebagaimana


seorang pelaku
- Yang disuruh (sebagai pelaku langsung,
pelaku materil): tidak (diancam) pidana
Orang yang disuruh melakukan tidak
dapat dihukum karena dua sebab:

1. Orang tsb. sama sekali tidak melakukan tindak


pidana atau perbuatan yang dilakukan tidak dapat
dikualifikasi sebagai tindak pidana

2. Orang tsb. memang melakukan tindak pidana


tetapi ia tidak dapat dihukum karena ada satu atau
beberapa alasan penghapus kesalahan
Contoh keadaan dimana Orang tsb sama
sekali tidak melakukan tindak pidana atau
perbuatan yang dilakukan tidak dapat
dikualifikasi sebagai tindak pidana

• Seorang juru rawat yang sama sekali tidak


mengetahui bahwa obat yang diberikan pada
pasien atas perintah seorang dokter adalah
obat yang mengandung racun
• A meminta B untuk menukarkan uang palsu;
sedangkan B tidak tahu bahwa uang itu palsu
Contoh keadaan-keadaan yang membuat orang
yang disuruh melakukan tidak dapat dijatuhi
pidana karena ada alasan penghapus kesalahan

• Orang yang disuruh adalah orang tidak dapat


dipertanggungjawabkan karena Pasal 44 KUHP
• Orang yang disuruh berada dalam keadaan
daya paksa (overmacht)
• Orang yang disuruh melakukan perintah
jabatan yang tidak sah tapi dengan itikad baik
ia mengira bahwa perintah itu sah
Doenplegen dalam hal Delik Jabatan
• Apabila seorang pegawai negeri menyuruh orang
yang bukan pegawai negeri untuk melakukan TP
yang diatur dalam bab XXVIII:
 Apakah yang menyuruh dapat dipidana?
- dapat
 Apakah yang disuruh dapat dipidana?
- tergantung: apakah ybs. mengetahui atau tidak
bahwa yang menyuruhnya adalah pegawai
negeri--- kalau dia mengetahui tapi tetap
melakukan berarti dapat dipidana, sekaligus
artinya adalah tidak terjadi menyuruh melakukan
…..lanjutan
• Apabila seorang yang bukan pegawai negeri
menyuruh seorang pegawai negeri untuk
melakukan delik jabatan:
- Pendapat van Hamel, Simons (para sarjana
yang klasik): tidak mungkin terjadi konstruksi
seperti itu karena yang menyuruh harus
memenuhi kualitas pelaku
- Pendapat Jonkers, Vos (para sarjana yang
lebih modern) dan HR: mungkin saja seorang
bukan pegawai negeri menyuruh seorang
pegawai negeri
Dasar Penghapus di luar KUHP
1. AVAS (afwezigheid van alle schuld)
Tiada kesalahan sama sekali/tanpa sila  kasus
arrest susu, dan kasus2 lain yg serupa
2. Dwaling (keliru/sesat) : A menyuruh B utk
mencairkan cek yg ternyata TTD-nya dipalsukan
oleh A, sdg B tdk mengetahuinya
3. Anak di bawah umur ? Di usia kurang dr 12 thn
tdk dpt dipertanggung jawabkan, tdk dpt dikenai
pidana. Cek UU No. 11/2012 tentang SPPA
Hal lain
• Menyuruh melakukan dlm delik culpa ?
Contoh : X (kuli bangunan) menyuruh Z (kuli
bangunan) utk melemparkan batu bata ke
bawah. Z mengira bhw X telah melakukan
pengamanan seperlunya, ternyata tidak. Jika
akibat perbuatan Z ada yg luka maka yg dpt
diancam dgn hukuman adl X. X dipidana spt
halnya pelaku.
2. Turut Melakukan

Kemungkinan :
• Beberapa org bersama2 melakukan tindak pidana
• Semua dr mereka yang terlibat memenuhi semua unsur;
• Ada yg memenuhi semua unsur, ada yg sebagian unsur, bahkan ada yg tdk
memenuhi unsur sama sekali;
• Semua hanya memenuhi sebagian unsur saja;
Syarat :
1. Kerjasama secara sadar, tdk perlu ada kesepakatan tp hrs ada
kesengajaan utk: bekerja sama dan mencapai tujuan yg sama
berupa terjadinya suatu tindak pidana; permufakatan jahat …
2. Kerjasama secara fisik, ada pelaksanaan bersama, perbuatan
pelaksanaan  perbuatan yg langsung menyebabkan selesainya
suatu delik.
Turut Melakukan

• Beberapa orang bersama-sama melakukan TP


• Kemungkinannya:
 Semua dari mereka yang terlibat, masing-
masing memenuhi semua unsur TP
 Ada yang memenuhi semua unsur; ada yang
memenuhi sebagian saja, bahkan ada yang
sama tidak memenuhi unsur delik
 Semua hanya memenuhi sebagian-sebagian
saja unsur delik
Syarat Turut Melakukan

1. Ada kerja sama secara sadar


tidak perlu ada kesepakatan, tapi harus ada
kesengajaan:
- untuk bekerja sama, dan
- untuk mencapai hasil yang berupa TP (tujuannya
hrs sama)
2. Ada pelaksanaan bersama-sama secara fisik (tidak
dalam arti bahwa para peserta harus bersama-
sama berada di lokasi kejadian)
Kerja sama scr sadar & fisik
Putusan Hoge Raad tanggal 29 Oktober 1935, NJ
1934, W Nr. 12851 yang menafsirkan pengertian
dari memori penjelasan ( memori penjelasan WvS:
medeplegen sebagai setiap orang yang sengaja
berbuat dalam melakukan suatu tindak pidana)
dan memberikan kriteria untuk menentukan
adanya turut melakukan yakni harus ada kerja
sama secara fisik dan harus ada kesadaran bahwa
mereka bekerja sama.
Memorie van Toelichting
• Dalam turut serta ada medeplegen dikehendaki minimal 2
(dua) orang dalam pelaksanaan perbuatan pidana
haruslah ditafsirkan dalam arti luas yaitu apakah
penyertaan itu dilakukan oleh para pelaku jauh sebelum
perbuatan tsb dilakukan, dekat kepada perbuatan tsb
dilakukan, di tengah2 perbuatan atau setelah perbuatan
tsb selesai dilakukan.
• Kemudian aspek esensial dalam suatu penyertaan adalah
unsur kerja sama yang erat secara sadar dalam
mewujudkan perbuatan pidana tsb antara pelaku, tanpa
mensyaratkan apakah ada mufakat antara mereka jauh
sebelum perbuatan dilakukan.
HR dgn putusan tanggal 17
November 1981, NJ 1983, 84
Kehadiran fisik pada waktu pengambilan barang tidak
disyaratkan (kasus ini tentang pencurian truk di
Dordrecht dan Mijnsheerenland, lihat buku Jan
Remmelink halaman 316), jd HR telah memidana
seseorang dgn turut melakukan/turut serta padahal
yb sdg berada di Rotterdam. Jadi nampaknya kerja
sama yang erat antara para perserta tidak perlu lagi
diwujudkan dengan kehadiran fisik pada waktu delik
dilaksanakan, yang penting adalah adanya unsur
inisiatif bersama untuk mewujudkan delik.
Putusan MARI No. 525K/Pid/1990
tanggal 28 Juni 1990
Menegaskan bahwa agar dapat diakualifikasikan
sebagai orang yang turut serta melakukan harus
dipenuhi syarat : sedikitnya ada 2 orang, yaitu orang
yang melakukan dan org yang turut serta melakukan.
Semuanya atau keduanya harus melakukan perbuatan
pelaksanaan, bukan perbuatan persiapan atau
perbuatan pertolongan dan mereka (keduanya)
melakukan perbuatan yang termasuk dalam semua
anasir delik yang bersangkutan.
Pemidanaan pada Turut Melakukan

• Setiap peserta diancam pidana yang


sama
• Jika ada peserta yang melewati batas
kesengajaan maka perbuatan beserta
sanksinya menjadi tanggung
jawabnya sendiri
Turut Melakukan pada Delik Jabatan
Terjadi perbedaan pendapat di antara para
sarjana:
•Pendapat yang klasik mengatakan: orang
yang turut melakukan harus memenuhi
kualitas yang disyaratkan
•Pendapat yang lebih modern berpendapat
sebaliknya, yaitu orang yang turut melakukan
tidak perlu memiliki/memenuhi kualitas yang
disyaratkan
Hal lain …
Turut melakukan dalam delik culpa ?
Mis 359 KUHP
1.Contoh kasus tukang bangunan yang lalai
menjatuhkan barang sehingga ada org yang
luka/tewas
2.Contoh kasus kursus mengemudi : instruktur
(duduk di sebelah murid) dan yg dilatih (duduk di
belakang kemudi), murid gugup dan menabrak
org, siapa yg bertanggung jawab ?
3. Yang menggerakkan, membujuk,
memancing, menganjurkan :
Syarat :
• Ada kesengajaan utk menggerakkan org lain melakukan
tindak pidana;
• Dgn upaya2 yang diatur secara limitatif dalam ps. 55 ayat
(1) butir 2 KUHP : pemberian, perjanjian, salah memakai
kekuasaan, pengaruh, kekerasan,
ancaman kekerasan atau tipu daya atau dgn memberi
kesempatan, daya upaya atau keterangan.
• Ada yg tergerak utk melakukan tindak pidana dgn upaya2 di
atas;
• Yg digerakkan dpt dipertanggungjawabkan mnrt Hukum
Pidana;
• Yg menggerakkan bertanggung jawab terhadap akibat yg
timbul.
Jenis Penggerakan
A B  TP

1. Penggerakan yg berhasil
2. Penggerakan yg berhasil sampai dlm taraf percobaan yg dpt
dipidana – psl 53

Pasal 163 bis KUHP


1. (mislutke uitlokking) Penggerakan yg gagal,
2. Penggerakan tanpa akibat : mengundurkan diri – yg
digerakkan melakukan tindak pidana lain (zonder gevold
gebleiben uitlokking).

Tanggung jawab penggerak :


sebatas perbuatan yg digerakkan beserta akibat2nya
(ps. 55 ayat 2)
Pasal 163 bis
• Penggerakan yang gagal (mislukte uitlokking/ poging
tot uitlokking = mencoba menggerakkan)
• Penggerakan tanpa akibat (zonder gevolg gebleven
uitlokking)
- Pemidanaan terhadap penggerak:
maksimal 6 tahun penjara atau denda Rp. 4500,-
tetapi tidak boleh lebih berat daripada:
 pidana untuk percobaan TP  kalau percobaannya dapat
dipidana
 pidana karena melakukan TP  dalam hal percobaan
melakukan TP (yaitu kejahatan) tidak dapat dipidana
Menggerakkan/Menganjurkan/Membujuk

• SSO punya kehendak untuk melakukan TP, tetapi


tidak melakukannya sendiri, melainkan
menggerakkan orang lain utk melaksanakan niatnya
itu

• Syarat-syarat Penggerakkan yang dapat dipidana:


 Ada kesengajaan menggerakkan orang lain untuk
melakukan TP
 Menggerakkan dengan upaya-upaya yang ada
dalam Pasal 55 ayat (1) butir ke-2: pemberian, janji,
penyalahgunaan kekuasaan atau pengaruh,
kekerasan, ancaman kekerasan, tipu daya, memberi
kesempatan, alat , keterangan
…..Lanjutan
 Ada yang tergerak untuk melakukan TP
akibat dengan sengaja digerakkan dengan
upaya-upaya dalam Pasal 55 ayat (1) butir
ke-2 KUHP
 Yang digerakkan melakukan delik yang
dianjurkan atau percobaannya (catatan:
Pasal 163 bis)
 Yang digerakkan dapat
dipertanggungjawabkan menurut hukum
pidana
Pemidanaan terhadap Penggerak
(Uitlokker)
• Diancam pidana yang sama dengan pelaku
langsung (yang digerakkan/uitgelokte),
pada:
 penggerakan yang berhasil (geslaagde
uitlokking)
 penggerakan yang sampai pada taraf
percobaan yang dapat dipidana
(uitlokking bij poging)
Pasal 163 bis:
• Penggerakan yang gagal (mislukte uitlokking/
poging tot uitlokking = mencoba menggerakkan)
• Penggerakan tanpa akibat (zonder gevolg
gebleven uitlokking)
- Pemidanaan terhadap penggerak:
maksimal 6 tahun penjara atau denda Rp. 4500,-
tetapi tidak boleh lebih berat daripada:
 pidana untuk percobaan TP- kl
percobaannya dapat dipidana
 pidana karena melakukan TP- dalam hal
percobaan melakukan TP (yaitu kejahatan) tidak
dapat dipidana
Pasal 163 bis
• Menurut Pompe, Jonkers, Hazewinkel-
Suringa: Pasal 163 bis berlaku juga pada
doeplegen, karena istilah yang digunakan
dalam rumusan pasalnya bukan uitlokken
tetapi trachten te bewegen (yang maknanya
lebih luas dari uitlokken)
• Pasal 163 bis berlaku pada doenplegen,
asalkan daya upaya yang digunakan terbatas
pada daya upaya yang disebut Pasal 55 ayat
(1) ke-2 KUHP
Batas Pertanggungjawaban Seorang
Penggerak (Pasal 55 ayat (2))

• Hanya sebatas perbuatan yang dengan sengaja


digerakkan oleh penggerak, beserta dengan
akibatnya
• Yang dimaksud dengan akibat adalah akibat
obyektif yang dapat menyebabkan diperberatnya
pidana yang akan dijatuhkan (Mis. Ayat (3) Pasal
351 KUHP)
• Tidak dipersyaratkan bahwa penggerak telah
mengetahui terlebih dahulu akibat-akibat yang
akan terjadi. Ia juga bertanggungjawab atas akibat
yang tidak dapat diketahui atau diramalkannya
terlebih dahulu
Pertanggungjawaban
Seorang Penggerak

• A mengajak B untuk memukul C dengan


sebatang kayu. Akan tetapi B tidak
memukul C dengan kayu, malahan
menusuk C dengan sebilah pisau
• Bagaimana pertanggungjawaban A?
Penggerakan dalam hal Delik Jabatan
• Baik pegawai negeri maupun bukan pegawai negeri
dapat membujuk seorang pegawai negeri untuk
melakukan delik jabatan (sehingga keduanya mungkin
untuk dipidana)
• Bagaimana bila yang dibujuk bukan pegawai negeri?
- Van Hattum: tidak mungkin seorang bukan pegawai
negeri dibujuk untuk melakukan delik jabatan
- Kalau yang membujuk pegawai negeri, seharusnya
sama dengan perlakuan pada menyuruh:
# kalau mengetahui bahwa yang membujuk pegawai
negeri seharusnya dapat dihukum
Membantu Melakukan
(Pasal 56, 57 KUHP)

• Harus dilakukan dengan sengaja

• Menurut Pasal 56, ada 2 jenis:


1. Membantu sebelum TP dilakukan
sarananya: kesempatan, daya upaya (alat)
keterangan
2. Membantu pada saat TP dilakukan
sarananya: boleh apa saja
• Uitlokking • Pembantuan
• Sarana, kesempatan • Sarana, kesempatan
atau keterangan dipakai atau keterangan
sebagai “umpan” untuk dipakai sebagai alat
menggerakan orang untuk membantu saja
melakukan tp • Tidak ada perintah,
• Perintah untuk inisiatif melakukan TP
melakukan TP ada pada adalah pada pelaku.
penggerak
Membantu Melakukan
(Pasal 56, 57 KUHP)
A <-- B  TP
• Yang dipidana hanya membantu melakukan
kejahatan (lihat Pasal 56 dan Pasal 60 KUHP)
• Ancaman pidana maksimal bagi seorang
pembantu: pidana bagi pelaku kejahatan
dikurangi 1/3-nya
Catatan:
Pada beberapa UU Khusus, ancaman pidana
bagi seorang yang membantu melakukan
sama dengan pelaku
Batas Pertanggungjawaban seorang yang
membantu melakukan TP
(Pasal 57 ayat (4)

• Hanya terbatas pada perbuatan yang


dengan sengaja dimudahkan oleh
pembantu; beserta dengan akibatnya
Perbedaan Menggerakkan dengan
Membantu Sebelum TP Terjadi
• Menggerakkan • Membantu
Keterangan, sarana, Keterangan, sarana,
kesempatan digunakan kesempatan digunakan
oleh penggerak untuk oleh pembantu untuk
menimbulkan memberikan bantuan
kehendak melakukan pada pelaku langsung
TP pada pelaku
langsung
Perbedaan Turut Serta dengan
Pembantuan (pada saat TP dilakukan)
• Turut Melakukan • Membantu Melakukan
# Mnrt ajaran obyektif: # Mnrt ajaran obyektif:
Perbuatannya merupakan Perbuatannya merupakan
perbuatan pelaksanaan perbuatan yang
(uitvoeringshandeling) membantu/menunjang

# Menurut ajaran # Menurut ajaran subyektif:


subyektif: - Kesengajaannya hanya
- kesengajaan ditujukan untuk memberi bantuan
untuk terwujudnya delik saja pada orang lain
….lanjutan
• Turut melakukan • Membantu melakukan

- Harus ada kerja sama - Tidak harus ada kerja


yang disadari sama yang disadari

- Mempunyai - Tidak mempunyai


kepentingan/tujuan kepentingan/tujuan
sendiri, yaitu sendiri
terwujudnya delik
Perbedaan antara Menyuruh
Melakukan dengan Menggerakkan

• Menyuruh Melakukan • Menggerakkan

 Sarana menggerakkan  Sarana menggerakkan


tidak ditentukan ditentukan secara
limitatif
 Pelaku langsung tidak
dapat  Pelaku langsung dapat
dipertanggungjawabkan dipertanggungjawabkan
Medeplegen dan Doenplegen
dalam delik Jabatan

Pendapat terbaru di Belanda :


Hasil penelitian E. Sikkema dalam disertasi
tentang TP Korupsi:
Medepleger dan doenpleger tidak dapat
dipidana apabila ybs. tidak mempunyai kualitas
yang dipersyaratkan (sebagai pejabat)
Tidak ada bantuan setelah TP, Tindakan2 sesudah tindak pidana
terjadi:
Psl. 221, 223, 480, 481, 482, 483

Penyertaan mutlak perlu (Noodzakelijke delneming):


Ps. 149, 238, 279, 284, 345.
Suap : pamberi dan penerima (UU 20/2001 P.5 pemberi, pasal 11-13
Penerima)

Penyertaan dalam penyertaan (delneming tot delneming) :


A  B  C ,D,E  X
uitlokking tot uitlokking tot medepleger

Apabila ada peserta yg msh di bawah umur ?

Ketentuan penyertaan dalam R-KUHP 2012


dan UU Pidana di luar KUHP
Penyertaan Mutlak Perlu
(Noodzakelijke deelneming)
» Baru merupakan delik apabila pelakunya lebih
dari 1 orang, contoh: TP Perzinahan, TP
Penyuapan, TP Pasal 287 KUHP, TP Pasal 292
KUHP
• Bagaimana pemidanaan terhadap para
pelakunya?
 KUHP menyebutkan secara tegas
pertanggungjawaban pidana setiap peserta
yang terlibat
 Dilihat dari sejarah pembentukannya dan
tujuan dibuatnya ketentuan
Contoh Kasus
SLA menyuruh BM dan AA untuk mencuri kerbau
dengan diberi upah masing-masing sebesar Rp. 2.500,-
dan Rp. 5.000,- Keduanya melaksanakan suruhan itu
dengan mengambil 5 ekor kerbau jantan milik
penduduk desa. Setelah mendapatkan kerbau, mereka
diberi uang lagi sebanyak Rp. 15.000,- dan disuruh
membawa kerbau-kerbau itu ke desa lain. Di tempat
itu telah menunggu SLA dengan truk yang akan
membawa kerbau-kerbau hasil curian ke daerah lain.
Sebelum kasus SLA disidangkan, BM dan AA telah
terlebih dahulu dijatuhi pidana oleh pengadilan negeri
karena perbuatan mencuri kerbau ini.
KASUS
• HS, suami terdakwa, ingin membunuh S yang tidak
mau membayar hutang. Dengan dalih akan
membicarakan masalah hutang, HS mengundang S
untuk datang ke rumahnya. Terdakwa (Y) diminta
oleh HS untuk berjaga-jaga di depan rumah, untuk
melarang atau mencegah orang lain masuk ke dalam
rumah. Pada saat itulah HS memukul S dengan linggis
yang sudah disiapkannya. Setelah itu atas suruhan
suaminya, terdakwa memukul alat vital korban
sebanyak tiga kali dengan palu. Akibat perbuatan
mereka, S tewas.
R-KUHP 2012
Pasal 21 Dipidana sebagai pembuat tindak pidana, setiap
orang yang:
a. melakukan sendiri tindak pidana;
b. melakukan tindak pidana dengan perantaraan alat atau
menyuruh orang lain yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan;
c. turut serta melakukan; atau
d. memberi atau menjanjikan sesuatu dengan menyalah­
gunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan,
ancaman kekerasan, atau penye­satan, atau dengan
memberi kesempatan, sarana, atau keterangan,
memancing orang lain supaya melakukan tindak pidana.
R-KUHP 2012
Pasal 22
(1) Dipidana sebagai pembantu tindak pidana, setiap
orang yang: a. memberi kesempatan, sarana, atau
keterangan untuk melakukan tindak pidana; atau b.
memberi bantuan pada waktu tindak pidana dilakukan.
(2) Pembantu tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diancam dengan ancaman pidana
maksimum tindak pidana yang dibantu dikurangi 1/3
(satu pertiga).
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak ­berlaku untuk pembantuan terhadap tindak pidana
yang diancam dengan pidana denda Kategori I
UU Pidana di luar KUHP
Pasal 103 KUHP :
Kemungkinan penyimpangan terhadap
ketentuan umum (Buku I) dlm KUHP :
•UU PTTP Korupsi (No. 39/1999 dan 20/2001)
•UU Pengadilan HAM (No. 26/2000)
•UU PTP Terorisme (No. 15/2003)
•UU lain
UU Pidana Khusus
1. UU PTPK:
Pasal 15 : pembantuan, permufakatan jahat
dipidana = pelaku/pembuat.
2. UU Pengadilan HAM:
Genosida dan kejahatan thdp kemanusiaan
Pasal 41 : pembantuan, permufakatan jahat
dipidana = pelaku/pembuat.
3. UU Terorisme : lbh kompleks (mulai Psl 8 dst)
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai