Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Metode
Penelitian Hukum Tahun 2019
Oleh:
FAKULTAS SYARIAH
2019
A. Latar Belakang
1
https://www.ojk.go.id/id/kanal/edukasi-dan-perlindungan-konsumen/Pages/Lembaga-Alternatif-
Penyelesaian-Sengketa.aspx diakses pada 01 november 2019
2
Peraturan OJK Nomor 1/POJK.07/2014
1
Produk jasa keuangan tersebut juga memiliki tingkat risiko sengketa
berbeda. Dalam berbagai kasus, konsumen sering kali kebingungan
mengajukan gugatan apabila merasa dirugikan saat menggunakan produk
tersebut. Terlebih lagi, perusahaan jasa keuangan yang diadukan tersebut
lepas tangan atau menghindar dari tanggung jawab atas kerugian yang
dialami konsumen. Latar belakang terintegrasi ini karena produk jasa
keuangan semakin mingle. Misalnya, mau ambil KPR (kredit pemilikan
rumah) diikat dengan asuransi jiwa3.
3
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5ccff431b37f9/urgensi-penggabungan-laps-dalam-
penyelesaian-sengketa-jasa-keuangan diakses pada 01 November 2019
4
https://katadata.co.id/berita/2018/09/06/ojk-akan-gabungkan-6-lembaga-penyelesaian-sengketa-
jasa-keuangan? Diakses tanggal 02 november 2019
2
asuransi, dan multifinance. Pada umumnya, pengaduan ketidakpuasan
konsumen ketika melakukan klaim. Tren pengaduan yang masuk ke OJK
mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini sejalan dengan semakin
sadarnya konsumen terhadap peraturan dan perlindungan. Jadi, bukan karena
industri keuangan secara umum memburuk. Konsumen makin pintar, makin
tahu bahwa ada perlindungan konsumen di OJK, jadi diajukanlah pengaduan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
3
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
E. Penelitian Terdahulu
4
EKONOMI NASIONAL.” Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Indonesia.
5
penyelesaian sengketa maupun internal OJK. LAPS merupakan suatu
alternatif penyelesaian sengketa yang diciptakan untuk menjadi sarana
penyelesaian sengketa antara lembaga jasa keuangan dan konsumennya.
Dalam struktur penyelesaian sengketa secara umum, maka kedudukan
pengaturan LAPS merupakan suatu pembentukan badan arbitrase dan
alternatif penyelesaian sengketa dengan mekanisme penyelesaian sengketa
secara alternatif. Kewenangan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa
yang ditinjau dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor
1/POJK.07/2014 untuk mewujudkan OJK sebagai lembaga yang independen
yang mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang berintegritas tinggi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor
jasa keuangan. Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa itu diyakini tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh OJK tersebut.
6
pada dasarnya konsumen di sektor jasa keuangan yang merupakan konsumen
akhir sebagaimana dimaksud dalam UUPK dapat memilih menyelesaikan
sengketa konsumen melalui BPSK maupun melalui LAPS. Konsumen sektor
jasa keuangan yang bukan merupakan konsumen akhir sebagaimana
dimaksud dalam UUPK, hanya dapat memilih penyelesaian sengketa
konsumen melalui LAPS. perlu adanya harmonisasi dan sinkronisasi
pengaturan terkait keberadaan LAPS dan BSPSK. Selain itu, perlu adanya
koordinasi terkait kewenangan dari masingmasing lembaga penyelesaian
sengketa konsumen di luar pengadilan yakni BPSK maupun LAPS.
7
1/POJK.O7/2014
3. Agus Suwandono dan Kedudukan Lembaga Keberadaan Lembaga
Deviana Yuanitasari Alternatif Alternaf Penyelesaian
Jurnal Bina Mulia Penyelesaian Sengketa Sengketa (LAPS)
Hukum, Sektor Jasa Keuangan sektor jasa keuangan
Fakultas Hukum Dalam Hukum telah membawa
Universitas Padjajaran Perlindungan kepastian hukum
2016. Konsumen penyelesaian sengketa
konsumen di sektor
jasa keuangan. Namun
keberadaan LAPS
sektor jasa keuangan
juga menimbulkan
ketidakjelasan
mengenai kedudukan
dan pilihan forum
penyelesaian sengketa
konsumen terkait
keberadaan Badan
Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK)
dalam kerangka
hukum perlindungan
konsumen di
Indonesia.
F. Kerangka Teori
8
Penelitian kepustakaan yang ada mengenai teori efektivitas
memperlihatkan keanekaragaman dalam hal indikator penilaian tingkat
efektivitas suatu hal. Hal ini terkadang mempersulit penelaahan terhadap
suatu penelitian yang melibatkan teori efektivitas, namun secara umum,
efektivitas suatu hal diartikan sebagai keberhasilan dalam pencapaian
target atau tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas memiliki beragam
jenis, salah satunya adalah efektivitas organisasi. Sama halnya dengan
teori efektivitas secara umum, para ahli pun memiliki beragam pandangan
terkait dengan konsep efektivitas organisasi.
9
efektivitas dari hukum, maka kita pertama-tama harus dapat mengukur
“sejauh mana aturan hukum itu ditaati atau tidak ditaati”. Lebih lanjut
Achmad Ali5 pun mengemukakan bahwa pada umumnya faktor yang
banyak mempengaruhi efektivitas suatu perundang-undangan adalah
profesional dan optimal pelaksanaan peran, wewenang dan fungsi dari para
penegak hukum, baik di dalam menjelaskan tugas yang dibebankan
terhadap diri mereka maupun dalam menegakkan perundang-undangan
tersebut.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
5
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan Vol.1 (Jakarta: Kencana, 2010), 375.
6
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2008), 8.
10
Menurut Soerjono Soekanto7 ukuran efektivitas pada elemen
pertama adalah :
7
Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum (Bandung: Bina Cipta, 1983), 80.
8
Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum (Bandung: Bina Cipta, 1983), 82.
11
4. Sampai sejauh mana derajat sinkronisasi penugasan-penugasan
yang diberikan kepada petugas sehingga memberikan batas-
batas yang tegas pada wewenangnya.
9
Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum (Bandung: Bina Cipta, 1983), 82.
12
hukum itu diberlakukan sedangkan kepatuhan masyarakat tersebut dapat
dimotivasi oleh berbagai penyebab, baik yang ditimbulkan oleh kondisi
internal maupun eksternal.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Pendekatan Penelitian
10
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat
(Jakarta: Rajawali Pers, 2003), hlm. 14
13
doktrin serta pandangan di dalam ilmu hukum, peneliti akan menemukan
ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep
hukum, dan asa-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi.
Pemahaman akan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin tersebut
merupakan sandaran bagi peneliti untuk membangun suatu argumentasi
hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi11.
11
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum Edisi Revisi (Jakarta:Prenadamedia Group 2005)
hlm. 135-136
12
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum Edisi Revisi (Jakarta:Prenadamedia Group 2005)
hlm. 181
14
dan sebagainya13. Adapun data sekunder dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
1) Buku teks
2) Skripsi hukum
3) Jurnal hukum
H. Sistematika Penulisan
13
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat
(Jakarta: Rajawali Pers, 2003), hlm. 33-37
15
maupun masih berupa disertasi, thesis, ataupun skripsi yang belum
diterbitkan.
I. Daftar Pustaka
16
Pembiayaan (BANK) dilihat dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
(POJK) Nomor 1/POJK.07/2014. Universitas Sumatera Utara. 2018
https://katadata.co.id/berita/2018/09/06/ojk-akan-gabungkan-6-
lembaga-penyelesaian-sengketa-jasa-keuangan? Diakses tanggal 02
November 2019
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5ccff431b37f9/urgensi
-penggabungan-laps-dalam-penyelesaian-sengketa-jasa-keuangan
diakses pada 01 November 2019
https://www.ojk.go.id/id/kanal/edukasi-dan-perlindungan-
konsumen/Pages/Lembaga-Alternatif-Penyelesaian-Sengketa.aspx diakses
pada 01 November 2019
17