Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
(S1) Pada Fakultas Hukum Universitas Pasir Pengaraian
OLEH:
BUDI AHARTONO
NIM 1735052
atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi dengan judul
Anak Di Wilayah Hukum Polres Rokan Hulu”, skripsi ini disusun sebagai salah
satu tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) dari Program
menyadari bahwa selesainya Skripsi ini atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh
Pangaraian.
2. Bapak Ibu Rise Karmila, SH.M.Hum, Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
3. selaku Ketua Prodi Fakultas Hukum Universitas Pasir Pangaraian yang telah
skripsi ini.
saya.
i
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Pasir Pangaraian yang telah
8. Kepada semua pihak yang telah membantu tanpa bisa penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis sadar skripsi ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Akhir kata, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.
Sekiranya skripsi yang dibuat ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang
yang membacanya, dan juga bisa menjadi bahan pembelajaran bersama. Sebelumnya
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
BUDI HARTONO
NIM . 1735052
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK ................................................................................................................ iv
C. Penyidikan ....................................................................................... 23
iii
4.1.1 Penerapan Asas Restoratif Justice Terhadap Anak Dibawah Umur .... 34
iv
ABSTRAK
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
Anak merupakan suatu titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang didalam
dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia sepenuhya, anak juga calon
generasi penerus Bangsa dan Negara. Oleh karenanya, anak sejak mulai dalam
kandungan hingga usia 18 tahun, perlu mendapatkan hak-hak anak yang sifatnya
melekat. Hal itu sesuai dengan Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi oleh
inipun dilakukan dari segala aspek, mulai pada pembinaan pada keluarga, kontrol
sosial terhadap pergaulan anak, dan penanganan yang tepat melalui peraturan-
Namun dalam perjalanan panjangnya hingga saat ini apa yang diamanatkan
disediakan oleh Pemerintah, misalnya penjara khusus anak yang hanya ada di
kota-kota besar. Hal ini tentu saja menyebabkan tidak terpenuhinya hak-hak anak
1
2
tersebut. Selain itu kurangnya sosialisasi yang terpadu dan menyeluruh yang
terhadap anak.
Pada saat ini anak juga sering melakukan kejahatan ataupun perbuatan
terhadap anak tersebut, sehingga anak yang berkonflik dengan hukum dapat
berkembang secara baik dan normal. Pada kondisi tertentu anak juga mempunyai
situasi yang sulit sehingga memaksanya untuk melakukan suatu perbuatan yang
dilarang dan pada akhirnya anak tersebut harus berhadapan dengan hukum.
dilakukan oleh anak selama ini baik secara kualitas ataupun modus operandi yang
dirasakan telah meresahkan seluruh pihak khususnya dari orang tua anak,
tidak sebanding dengan usia anak atau pelaku. selain itu berbagai upaya
segera dilakukan.2
Anak yang melakukan tindak pidana dalam konteks hukum positif yang
berlaku di Indonesia tetap harus mempertanggung jawabkan perbuatannya, namun
demikian mengingat pelaku tindak pidana masih di bawah umur maka proses
penegakan hukumnya dilaksanakan secara khusus. Dalam perkembangannya
untuk melindungi anak, terutama perlindungan khusus yaitu perlindungan hukum
dalam sistem peradilan, salah satu peraturan Perundang-Undangan yang mengatur
tentang pradilan anak yaitu, UndangUndang Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak yang telah berganti menjadi Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.3
Undang-Undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak,
baik dalam hukum acaranya maupun pradilanya. Hal ini mengikat sifat anak dan
Pelaksanaan penyidikan tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak terkait
Pidana Anak yang secara khusus mengatur hak-hak anak yang berhadapan dengan
hukum, yang diterapkan penyidik dalam proses penyidikan tindak pidana yang
perlindungan yang harus diberikan kepada seorang anak yang berkonflik dengan
2
Nandang Sambas, “Pembaharuan Sistem Pemidanaan Anak di Indonesia”, Yogyakarta, Graha
Ilmu, 2010, hal 103.
3
Wagiati Sutedjo dan Melani, 2013. Hukum Pidana Anak. Refika Aditama, Bandung, Hal 33.
hukum tentu harus ada upaya dari berbagai pihak untuk menyelamatkan anak
Polri sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002
senantiasa melihat kepentingan masyarakat. Salah satu tugas polisi yang sering
oleh undang-undang pada umumnya, dimana ada upaya paksa yang dilakukan
oleh polisi untuk menegakkan hukum sesuai dengan hukum acara yang diatur
pada moral pribadi dan kewajiban hukum untuk memberikan perlindungan kepada
anggota masyarakat. Hal ini dikenal dengan nama diskresi. Tindakan tersebut
diatur di dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP dan tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 2 Tahun 2002, dimana polisi telah
atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia.
Penyidik umum tidak dapat melakukan penyidikan atas perkara anak. Syarat-
yang dilakukan tidak semua penyidik melakukannya. Oleh karena itu Penyidik,
diversi dalam menangani perkara tindak pidana anak. Pengalihan proses peradilan
anak atau yang disebut dengan diversi berguna untuk menghindari efek negatif
melaksanakan diversi terhadap tindak pidana oleh anak, sebenarnya polisi telah
4
Pasal 41 ayat (2), Undang-undang Nomor 3 tahun 1997, tentang Peradilan Anak.LN Tahun 1997.
Nomor 3.TLNNo 3668, www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/46/441, 24 Desember 2020
5
Yoachim Agus Tridianto, “Keadilan Restoratif”, Yogyakarta, Cahaya Atma Pustaka, 2016, hal
27
pelaku tindak pidana dalam penelitian hukum dengan judul “Penerapan Asas
1. Secara Teoritis
pidana anak.
2. Manfaat Praktis
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Pembahasan
BAB V: Penutup
5.3 Kesimpulan
5.4 Saran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
perbuatan yang dapat dipidana (strafbaafeit). Namun apa yang dimaksud dengan
tindak pidana. Pengertian tindak pidana (strafbaafeit) hanya ada dalam teori atau
Dengan tidak adanya batasan yuridis, dalam praktek selalu diartikan bahwa
tindak pidana adalah suatu perbuatan yang telah dirumuskan dalam Undang-
undang. Hal ini didasarkan pada perumusan asas legalitas dalam Pasal 1 KUHP
yang mengandung asas “Nullum delictum sine lege” dan sekaligus mengandung
6
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, edisi kedua, Sinar Grafika, Jakarta, cet. Ke V, 2014, hal. 5
7
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai, Kebijakan Hukum Pidana (perkembangan penyusunan
konsep KUHP baru), Kencana, Jakarta, 2008, cet ke 4, hal. 86
9
10
asas “sifat melawan hukum yang formal/positif”. Padahal secara teoritis dan
menurut yurisprudensi serta menurut rasa keadilan, diakui adanya asas “tiada
tindak pidana dan pemidanaan tanpa sifat melawan hukum (secara materiil)” atau
asas “sifat melawan hukum yang negatif”. Asas ini dikenal juga dengan sebutan
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA). Sistem
peradilan pidana anak ialah keseluruhan proses penyelesaian perkara anak yang
Hal tersebut sesuai dengan salah satu asas pelaksanaan sistem peradilan pidana
bawah umur sebagai anak yang telah berumur 12 tahun tetapi belum berumur 18
tahun serta membedakan anak yang berhadapan dengan hukum menjadi 3 (tiga),
yaitu:
dan;
8
Ibid., hal. 86
9
Theresia Adelina, A.A. Ngurah Yusa Darmadi, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai
Pelaku Tindak Pidana Penganiayaan,
Hal baru yang sangat mendasar dan perlu mendapat perhatian dalam
dengan diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan
pelaku, korban, keluarga. Pelaku atau korban dan pihak lain yang terkait untuk
10
Satino, Sulastri, Yuliana Yuli, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak
Pidana Melalui Diversi Berdasarkan Sistem Peradilan Pidana Anak Jurnal ESENSI HUKUM,
Vol. 2 No. 1 Bulan Juni Tahun 2020, hlm. 15-270
masyarakat
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yaitu : “Setiap anak berhak untuk
Indonesia dapat dilihat dari keseluruhan proses hukumnya, mulai dari tahap
pertumbuhan anak, baik mental, fisik, maupun sosial anak dan kepentingan
masyarakat.
partisipasi atau ikut serta langsung dari pelaku, korban dan masyarakat dalam
proses penyelesaian perkara pidana. sehingg pendekatan ini populer disebut juga
dengan istilah “non state justice system” di mana peran Negara dalam
penyelesaian perkara pidana menjadi kecil atau bahkan tidak ada sama sekali.
Keadilan Restoratif merupakan suatu proses Diversi, yaitu semua pihak yang
terlibat dalam suatu tindak pidana tetentu bersama-sama mengatasi masalah serta
menciptakan satu kewajiban untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik
dengan melibatan korban, Anak, dan masyarakat dalam mencari solusi untuk
pembalasan.
adalah pandangan hidup bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara, yaitu
perlindungan anak dan hak-haknya, sebagai amanah dan karunia Tuhan yang
Maha Esa yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Untuk
11
Ahmad Faizal Azhar, Penerapan Konsep Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Dalam
Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia, Jurnal Kajian Hukum Islam 134 Vol. 4, No. 2, Desember
2019
UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, yang mewajibkan
dimulai pada tahun 1970-an di Negara Canada. Program ini awalnya dilaksanakan
menyusun usulan hukuman yang menjadi salah satu pertimbangan dari sekian
keuntungan dan manfaat dari tahapan ini dan korban juga akan mendapat
perhatian dan manfaat secara khusus sehingga dapat menurunkan jumlah residivis
dikalangan pelaku anak dan meningkatkan jumlah anak yang bertanggung jawab
dalam memberikan ganti rugi pada pihak korban. Pelaksanaan program tersebut
diperoleh hasil tingkat kepuasan yang lebih tinggi bagi korban dan pelaku
12
M. Virsyah Jayadilaga, S.Si.,M.PAsmadi dkk, Perspektif Restorative Justice Sebagai Wujud
Perlindungan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum, Jurnal Penelitian Hukum De Jure, SN
1410-5632 Vol. 16 No. 4 , Desember 2016.
13
Op.Cit hal 30.
umum tentang pendekatan restoratif diperkenalkan untuk pertama kali oleh Albert
keadilan rehabilitative.14
dalam kebiasaan, hukum adat serta nilai-nilai yang lahir di dalamnya. Sebelum
restorative justice jauh sebelum ide ini hadir dan masuk ke dalam sistem peradilan
pidana anak. Pada Sila ke-4 Pancasila, menyebutkan bahwa “kerakyatan yang
permasalahan yang ada di bangsa ini. Inilah bukti bahwa sebenarnya restorative
14
Albert Eglash, 1977, Beyonde Restitution: Creative Restitution, Lexington, Massachusset-USA,
hlm 95, yang dikutip oleh Rufinus Hotmaulana Hutauruk, 2013, Penanggulangan Kejahatan
Korporasi melalui Pendekatan Restoratif.
berhadapan dengan hukum dengan cara semua pihak yang terlibat dalam suatu
tindak pidana tertentu baik korban, pelaku dan masyarakat untuk bersama-sama
keadilan restorative juga dilakukan diluar proses formal melalui pengadilan untuk
Konsep Restorative Justice telah muncul lebih dari dua puluh tahun yang
memecahkan masalah dan pemikiran bagaimana mengatasi akibat pada masa yang
akan datang.16
memberi warna yang berbeda terkait dengan perlindungan hukum terhadap anak
15
Marlina. 2009, Peradilan Anak Di Indonesia Dan Pengembangan Konsep Diversi Dan
Restorative Justice, Refika Aditama, Bandung, Hal 203
16
Rika Saraswati, Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
2009, hal 135
Anak ini menghadirkan konsep diversi dan restorative justice yang bertujuan
330 BW yang memberikan batasan orang belum dewasa, pasal 45, 46, 47, 72
KUHP, Pasal 153 secara eksplisit disebutkan oleh KUHAP, UU No. 1 tahun 1974
Hak Asasi Manusia, UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU No.
3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Ratifikasi Konvensi Hak Anak dalam
penanganan anak salah satu kelemahannya adalah tidak adanya pengaturan secara
tegas terhadap kewajiban aparat penegak hukum mencegah anak secara dini
yang berhadapan dengan hukum, karena pada dasarnya anak tersebut tidak dapat
17
Rahmaeni Zebua Analisis Diversi Dan Restorative Justice Dalam Undang-undang No. 11 Tahun
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Jurnal Karya Ilmiah, hal 2.
karenanya, menjadi tidak adil apabila anak yang berkonflik dengan hukum itu
dirinya.
dilaksanakan secara terintegrasi. Hal ini menjadi penting mengingat apabila salah
satu dari komponan tersebut tidak menerapkan konsep atau pendekatan keadilan
restoratif (restorative justice) maka putusan yang restoratif tidak mungkin dapat
restoratif namun hakim masih menganut pola pikir yang legistis, dalam kasus
seperti ini hakim akan menjatuhkan putusan yang sangat normatif sehingga
atau konsep keadilan restoratif (restorative justice) itu sendiri tidak akan
Salah satu produk dari restorative justice adalah diversi yaitu banyak pihak
18
Kristian & Christine Tanuwijaya , Penyelesaian Perkara Pidana Dengan Konsep Keadilan
Restoratif (Restorative Justice) Dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu Di Indonesia, Jurnal
Mimbar Justitia, Vol. I No. 02 Edisi Juli-Desember 2015.
berkepentingan guna mencapai suatu tujuan sebagai mana tercantum dalam Pasal
juga dituntut berperan aktif dalam melaksanakan diversi agar anak menjadi lebih
atau saran (dalam hal diangap perlu), dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater,
tokoh agama, pekerja sosial professional atau tenaga kesejahteraan sosial, dan
tenaga ahli lainnya dalam hal melakukan pemeriksaan terhadap anak korban dan
anak saksi, penyidik wajib meminta laporan sosial dari pekerja sosial professional
atau tenaga kesejahteraan sosial setelah tindak pidana dilaporkan dan diadukan.
dalam waktu paling lama 3x24 (tiga kali dua puluh empat) jam setelah permintaan
penyidik diterima.
pihak yang berhak mengikuti proses diversi antara lain telah diatur dalam Pasal 15
Ayat (2) dan (3) Peraturan Pemerintah Nomor 65 tentang Pedoman Pelaksanaan
Diversi dan Penanganan Anak yang Belum Berumur 12 (Dua Belas) Tahun antara
lain: penyidik, anak dan atau orangtua atau walinya, korban atau anak korban dan
mengukuti diversi tersebut antara lain yang dapat dihadirkan dalam proses diversi,
jika para pihak setuju untuk mengikuti proses antara lain tokoh agama, guru,
terobosan hukum yang harus dan wajib digunakan dalam setiap perkara anak yang
berkonflik dengan hukum, dan mempunyai peran yang besar dalam masa depan
mengangkat harkat dan martabat anak seperti yang dituangkan dalam Konvensi
tanggung jawab kepada anak serta dapat memberikan dampak positif dalam masa
utama dari Restorative Justice adalah perbaikan atau pergantian kerugian yang
diderita oleh korban, pengakuan pelaku terhadap luka yang diderita oleh korban
pelaku dapat mengganti kerugian, atau mengembalikan barang yang telah dia curi
dari korban.
pidana anak di bawah umur berbeda dengan proses penerapan hukuman pada
Undang Sistem Peradilan Pidana, tetapi dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang
No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menjelaskan bahwa
proses diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan anak dan orang
restorative justice mengikuti mekanisme dari diversi, yaitu pengalihan hukum dari
proses peradilan pidana ke proses luar peradilan pidana. Proses pengalihan hukum
(diversi) tidak akan berjalan apabila tidak menggunakan restorative justice sebagai
penyelesaiannya. Diversi terdapat dalam setiap tahap mulai dari tahap penyidikan,
19
Prakoso Abintoro, Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak, Laksbang Grafika, 2013,
Surabaya, hal 161
2.3 Penyidikan
mekanisme kerja dalam sebuah sistem, yaitu Sistem Peradilan Pidana (Criminal
peran yang sangat penting dalam penegakan hukum pidana. Dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana disebutkan bahwa Polri adalah Penyelidik dan
Penyidik. Hal ini dipertegas lagi dalam Pasal 2 UU No. 2 tahun 2002 tentang
kepolisian adalah menjalankan salah satu fungsi pemerintahan negara dalam tugas
20
Reyner Timothy Danielt, Jurnal Penerapan Restorative Justice Terhadap Tindak Pidana Anak
Pencurian Oleh Anak Di Bawah Umur, Lex et Societatis, Vol. II/No. 6/Juli/2014, hal 21
21
Armunanto Hutahaean, Erlyn Indarti, Lembaga Penyidik Dalam Sistem Peradilan Pidana
Terpadu Di Indonesia, Jurnal Legislasi Indonesia Vol 16 No.1 - Maret 2019
Kemudian dalam Pasal 14 ayat (1) huruf g dinyatakan bahwa Polisi berwenang
cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan
bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi
23
dan guna menemukan tersangkanya. Dalam Pasal 6 ayat (1) UU No 8 tahun
1981 berbunyi, Penyidik adalah (a) Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia; (b)
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh
pejabat lain yang ditunjuk. Artinya penyidik khusus anak telah memenuhi
perhatian dedikasi, memahami masalah anak dan telah mengikuti pelatihan teknis
22
Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi Polri), Laksbang Mediatama,
Surabaya, 2007, cet. 1, hal. 27.
23
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP, Pasal 1 angka 2
24
Analiansyah dan Syarifah Rahmatillah, 2015, Perlindungan terhadap Anak yang Berhadapan
dengan Hukum (Studi Terhadap Undang-undang Peradilan Anak Indonesia dan Peradilan Adat
Aceh), Jurnal Fakultas Hukum UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, h. 8.
pidana oleh anak di bawah umur menggunakan mediasi atau musyawarah dengan
apabila tidak ada kerjasama antara korban, pelaku tindak pidana, masyarakat dan
penyidik. Penyidik atau pihak kepolisian sebagai pintu gerbang dari Sistem
Peradilan Pidana Anak dan pihak yang berwenang pertama kali menentukan
posisi seorang anak yang berhadapan dengan hukum. Pihak kepolisian harus
Peradilan Pidana Anak, penahanan terhadap anak tidak boleh dilakukan dalam hal
anak memperoleh jaminan dari orang tua/wali dan/atau lembaga bahwa anak tidak
akan melarikan diri, tidak akan merusak atau menghilangkan barang bukti,
atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala Kepolisian Negara Republik
25
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2009, hal 226
26
Lihat Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu dalam Pasal 26 ayat (3) Undang-
Pada proses penegakan hukum pidana anak didasarkan pada Pasal 9 ayat
(1), maka aparat baik itu penyidik, penuntut umum, dan hakim dalam melakukan
keluarga anak korban serta kesediaan anak dan keluarganya. Hal ini
mengindikasikan bahwa harus ada keaktifan dari korban dan keluarganya dalam
proses diversi agar proses pemulihan keadaan dapat tercapai sesuai dengan
keadilan restoratif.
keadilan restoratif untuk kepentingan terbaik bagi anak, wajib melibatkan balai
Penerapan restorative justice menitik beratkan kepada proses keadilan yang dapat
memulihkan, yaitu memulihkan bagi pelaku tindak pidana anak, korban dan
27
Wagiati Sutedjo dan Melani, 2013. Hukum Pidana Anak. Refika Aditama, Bandung, Hal 136
BAB III
METODE PENELITIAN
Dilihat dari sudut metode yang di pakai maka penelitian ini dapat di
penelitian ini penulis langsung terjun ke lapangan untuk mencari kebenaran dan
gambaran secara lengkap dan jelas mengenai fenomena hukum yang akan diteliti
oleh penulis. Sedangkan jika dilihat dari sifatnya deskriptif, adalah peneliitian
yang memberikan gambaran dengan jelas dan terperinci mengenai penerapan teori
Restoratif Justice yang salah satunya penerapanya adalah diversi terhadap anak
dikarenakan jumlah kasus tindak kejahatan dominan dilakukan oleh anak dibawah
kasus anak saja yang berhasil dilakukan upaya diversi oleh karena itu penulis
27
28
3.1.3 Populasi
a. Populasi
a. Data primer
data yang diperoleh oleh penulis berasal dari pihak-pihak yang terkait
28
Soerjono Soekanto, “Penelitian Hukum Normatif”, Jakarta, Rajawali Persh, 2014, hal 12
b. Data Sekunder
akan dibahas oleh penulis. Selain dari buku-buku literatul, penulis juga
memperoleh data sekunder dari skripsi, tesis, jurnal, kamus, dan sumber-
penulis.29
29
Suteki, “Metode Penelitian Hukum”, Depok, Rajawali Persh, 2018, hal 215.
3. Data tersier
a. Wawancara/Interview
b. Kajian Kepustakaan
deduktif yaitu kesimpulan yang didapat dari hal-hal yang umum dari hal-
hal khusus.
pemasangan.
BAB IV
Rokan Hulu, adapun gambaran umum lokasi penelitian adalah sebagai berikut :
merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Riau dengan ibu kotanya terletak di
32
Laurensius Arliman S, “Perlindungan Anak”, Yogyakarta, CV. Budi Utama, 2016. Hal 1
32
33
Hulu memiliki luas wilayah sebesar 7.588,13 km² dengan jumlah penduduk
kecamatan, 7 daerah kelurahan dan 149 daerah desa. Kabupaten Rokan Hulu
berikut:
2. Kecamatan Kabun,
3. Kecamatan Kepenuhan,
5. Kecamatan Rambah,
9. Kecamatan Tambusai,
Tindak pidana yang terjadi saat ini di masyarakat bukan saja pelakunya
usia anak-anak. Oleh karena itu, berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan
kenakalan anak perlu segera dilakukan. Salah satu upaya pemerintah dalam
Anak menggunakan istilah anak yang berkonflik dengan hukum. Anak yang
berkonflik dengan hukum adalah anak yang berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi
belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. 33
Anak yang berkonflik dengan hukum dapat didefinisikan sebagai anak yang
disangka, dituduh, atau diakui sebagai anak yang telah melanggar Undang-
Undang Hukum Pidana (Pasal 40 ayat (1) Konvensi Hak anak. Dalam prespektif
Konvensi Hak Anak, anak yang berkonflik dengan hukum dikategorikan sebagai
Januari 2021 terlihat banyak sekali anak yang terlibat dalam kasus tindak pidana.
hal ini dinyatakan sesuai yang peneliti dapatkan datanya bahwa kasus tindak
pidana yang dilakukan oleh anak di Polres Kabupaten Rokan Hulu yaitu terdiri
narkoba dan yang paling memprihatinkan adalah kasus dimana seorang anak
peristiwa hukum yang dilakukan oleh anak dibawah umur melakukan perbuatan
yang terjadi diwilayah hukum pengadilan negeri Rokan Hulu bahwa anak terbukti
33
Pasal 1 ayat (3) , Undang-Undang No.11 Tahun 2012
AKP Ranly Labolang, selaku Kasat Polres Rokan Hulu pada tanggal 11 Juni 2021
beliau mengatakan :
bagi setiap anak yang menjadi pelaku tindak pidana. Dalam beberapa
upaya diversi ini juga digunakan apabila yang melakukan tindak pidana
ringan. Dan tidak dapat dilakukan asas tersebut apabilla pelaku tersebut
sudah pernah melakukan diversi. Dan nantinya Meski anak dibawah umur
ketika melakukan pidana berat akan tetap diadili sesuai dengan aturan
yang berlaku karena ketika menerapkan asas Restorative justice ini harus
ada kesepakatan dari kedua belah pihak. Jika pihak korban ingin
nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak, yaitu dengan
Hal serupa juga, dengan yang diungkapkan oleh Selaku Kanit PPA reskrim
yang melakukan tindak pidana di Polres Rokan Hulu. Dan peneyelesaian dengan
kemasyarakatan dan dari penegak hukum itu sendiri. dan juga ada beberapa
keuntungan yang akan diperoleh jika diversi dilakukan pada tahap penyidikan
perkara sering kali berkepanjangan dan memakan biaya yang tinggi serta
pengadilan.34
dengan pemberian peringatan formal, peringatan formal ini perlu dicatat dalam
buku catatan kepolisian dan tidak perlu disampaikan ke ketua pengadilan negeri
hukum yang terjadi seperti penulis temukan datanya. Dibawah ini ditemukan
dalam tabel, data mengenai tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak di
wilayah hukum Kepolisian Resort Rokan Hulu selama kurun waktu tahun sampai
Tabel 1.
Data Jumlah Anak yang melakukan Tindak Pidana Di Kepolisian Resort Rokan
Hulu Tahun
34
Wawancara Dengan Ipda Sopianto, Tanggal 12 Juni 2021, jam 14.00 Wib
jumlah tindak pidana yang dilakukan anak dari tahun ke tahun. Hal ini dapat
dilihat dari tabel 1 diatas tahun 2019 terjadi 34, namun mengalami peningkatan
yang signifikan ditahun 2020 menjadi 37 kasus. Peneliti tidak mencari apa yang
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa masih banyak anak yang kemudian
tindak pidana oleh anak melalaui diversi dengan pendekatan Restorative Justice.
perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana.
pidana anak harus mengacu pada due process of law, sehingga hak asasi anak
yang diduga melakukan tindak pidana dan atau telah terbukti melakukan tindak
ketentuan Pasal 10 ayat (1) Kovenan Hak-Hak Sipil dan Politik yang menjamin
Dengan adanya aturan ini juga diharapkan mampu untuk memberi rasa
keadilan bagi pihak korban dan pelaku tindak pidana. Selain itu dapat
pihak. Dibawah ini akan dikemukakan tindak pidana anak yang diselesaikan
kesalahannya;
secara konstruktif;
atau para korban, orang tua dan keluarga pelaku, orang tua dan
35
Wawancara dengan kasatreskrim Rokan Hulu, Tanggal 10 Januari 2010, Jam 10 wib
terjadi;
reaksi sosial
dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah penyidikan dimulai dan proses
diversi dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah dimulainya diversi.
acara diversi kepada Ketua pengadilan Negeri untuk dibuat penetapan, apabila
penuntut umum dengan melampirkan berita acara diversi dan laporan penelitian
Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun”.
ada pemberitahuan dari penuntut umum yang menyatakan bahwa berkas perkara
telah lengkap atau apabila tanggapan waktu 14 hari sejak tanggal penerimaan
berkas, penuntut umum tidak menyampaikan pernyataan apa-apa dan tidak pula
sudah sah dan sempurna, beralih kepada penuntut umum tanpa memerlukan
proses lagi. Terjadi penyerahan tanggung jawab hukum atas seluruh perkara yang
yuridis atas berkas perkara, tanggung jawab hukum atas tersangka dan tanggung
jawab hukum atas segala barang bukti atau benda yang disita
diversi. Lalu penyidik menyampaikan surat kesepakatan diversi dan berita acara
kesepatan diversi kepada atasan penyidik lalu dalam jangka waktu 3 (tiga) hari
diversi dan berita acara diversi kepada ketua pengadilan negeri untuk memperoleh
penetapan36
ramah terhadap tersangka anak dan tidak boleh melakukan intimidasi terhadap
anak tersebut supaya pemeriksan berjalan dengan lancar, karena seorang anak
36
Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi
dan Penanganan Anak yang Belum Berumur 12 tahun.
37
Gatot Supramono, 2007, Hukum Acara Pengadilan Anak, Jakarta: Djambatan Hlm 39
Pelaksana diversi juga harus bijak dan seksama dalam melihat umur anak
yang terjerat tindak pidana karena ada ketentuan tersendiri mengenai batasan
umur anak dalam melakukan diversi sebagai mana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak adalah anak yang
UndangUndang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak dalam hal
anak yang belum mencapai usia 12 tahun melakukan tindak pidana, maka polisi
(enam) bulan.
sesuai yang peneliti dapatkan datanya bahwa di Kepolisian Resort Rokan Hulu
dilakukan oleh anak. Diversi ini sebagian mendapatkan kesepakatan Hanya anak
yang melakukan tindak pidana ringan saja, dan untuk tindak pidana berat yang
dilakukan oleh anak itu kadang ada yang mendapatkan kesepakatan diversi dan
ada juga yang tidak mendapat kesepakatan diversi, yang artinya anak yang terlibat
38
Anggota PPA Polresta Rokan Hulu, Wawancara Pribadi, Rokan Hulu, 18 Juni 2021, Pukul
13.00 WIB
kasus tindak pidana berat seperti kasus pemerkosaan, itu akan tetap dilanjutkan
dikarenaka adanya pihak-pihak yang menolak sehingga dikatakan diversi itu gagal
dan juga akan ada anak yang dipenjarakan.Dari hasil wawancara yang dilakukan
pada tanggal 19 juni 2021 dengan Selaku Kanit PPA Reskrim Polres Rokan
Hulu. Melalui pedoman wawancara secara garis besar beliau mengatakan: “dari
sejumlah kasus tindak pidana yang dilakukan oleh anak yang masuk laporannya
ke pihak polres Rokan Hulu mulai dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2020
adalah sejumlah 71 kasus dan kasus yang berhasil diproses atau diselesaikan
melalui penerapan restorative justice hanya 20 kasus saja. Dari sejumlah kasus
yang begitu banyak yang masuk laporan ke pihak kepolisisan hanya sebagian
kecil yang mampu diselesaikan oleh pihak Kepolisisan Resort Rokan Hulu.
tersebut sudah diselesaiakan secara damai. dimana pihak korban atau orang tua
yang ditandatangani oleh orang tua korban maka kasus ini akan diteruskan ke
jaksaan.
beberapa kasus anak yang wajib mereka teruskan ke kejaksaan seperti kasus
“Untuk diversi biasanya dilakukan pada kasus tindak pidana ringan atau
terlaksana dengan baik, karena banyak kasus yang terjadi tidak bisa di selesaikan
dengan cara diversi, disebabkan para pihak tidak mau berdamai, seperti kasus
4.2 Pembahasan
pidana pencurian yang dilakukan oleh anak di Kabupaten Rokan Hulu. Setelah
sistem peradilan pidana anak, maka setiap tindak pidana yang dilakukan oleh anak
dimana peran polisi sebagai mediator, fasilitator, atau pengawas. Dalam hal ini
lalu para masyarakat dipersilahkan mencari jalan keluar terbaik agar terjadi proses
anak, yaitu dengan melakukan upaya restoratif justice melalui diversi terhadap
anak yang tersangkut dalam perkara pidana. Berdasarkan hasil penelitian dalam
dalam penerapan asas restorative justice di Polres Rokan Hulu yang dilakukan
pemulihan baik bagi korban maupun pelaku dimana keterlibatan dalam proses
penyelesaian yakni korban dan pelaku serta pihak ketiga yakni pihak kepolisian
yang menjadi mediator dan fasilitator untuk menjebatani kedua belah pihak untuk
musyawarah adalah untuk memulihkan segala kerugian dan luka yang telah
negative akibat anak yang melakukan tindak pidana ketika berhadapan dengan
diversi dari tanggung jawab untuk menentukan kebijakan mekanisme yang akan
Rokan Hulu
selaku anggota penyidik Polres Rokan Hulu pada tanggal 10 Juni 2021
1. Faktor Internal
merupakan aspek kepribadian yang berasal dari dalam diri anak seperti konsep
diri yang rendah. Anak yang terlibat dalam kasus tindak pidana biasanya kurang
mampu melakukan penyesuai sosial atau adaptasi pada situasi lingkungan yang
kompleks.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan diantara rumah dan sekolah yang sehari-hari anak alami, Juga
menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas
untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antara orangtua atau pada
anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak ketika meningkat remaja, belajar
bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya sehingga adalah hal yang wajar kalau
anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan
3. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi menjadi salah satu faktor anak melakukan kejahatan, latar
belakang ekonomi keluarga yang tidak mampu memenuhi segala kebutuhan anak
sangat mendorong anak melakukan tindak pidana pencurian. Tekanan yang ada
dalam kelompok sosial memiliki pengaruh yang sangat besar. Dan berdasarkan
Kelompok sosial dan teman sebaya memberikan tekanan yang sangat kuat kepada
positif bagi generasi muda namu juga membawa dampak negative, salah satu
antara lain :
peranan yang sangat besar dalam mempengruhi kehidupan dan perilaku anak.
serta akal anak sejak si anak lahir hingga dewasa adalah keluarga. Baik dan
buruknya perilaku anak tergantung bagaimana pola asuh orangtua dan dengan
siapa si anak bergaul. Dari sekian banyak anak yang melakukan tindak pidana
adalah anak-anak yang kurang pengawasan dan mengalami polah asuh yang salah
dari orangtua.
2. Faktor Pendidikan
sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Dengan pendidikan yang minim
maka pola pikir mereka akan mudah dipengaruhi oleh keadaan sosial sehingga
3. Faktor Ekonomi
Ekonomi adalah salah satu hal yang penting didalam kehidupan manusia,
desakan ekonomi, gaya hidup, kebutuhan keluarga yang harus segera dipenuhi,
nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat, sehingga ada pelaku kejahatan
anak yang melakukan tindak pidana yang mendapat hukuman terlalu ringan atau
aparat penegak hukum memilih model penyelesaian tindak pidana yang tidak
tepat (misalnya program diversi tapi diberikan pada pelaku yang tidak tepat),
maka karena hukuman yang diberikan tidak menimbulkan efek jera bagi si anak
terhadap anak yang telah menjalani proses penghukuman didalam lapas anak
justice, yaitu
bersangkutan.
kesenmpatan kepada pelaku untuk menempu jalur non pidana seperti ganti rugi.
Kerja sosial atau pengawasan orang tua. Langkah pengalihan dibuat untuk
39
Marlina. 2012. Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, Pengembangan Konsep Diversi dan
Restorative Justice. 2. Medan: PT Refika Aditama.
11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak pasal 6 Diversi bertujuan
untuk :
Setiap warga Negara memiliki hak yang sama yang melindungi oleh
undang-undang, begitu pula dengan anakanak yang dilindungi oleh konstitusi dan
yang harus dijamin dalam setiap tahap proses peradilan pidana anak.40
40
Wagiati Soetedjo dan Melani, 2013, Hukum Pidana Anak, Bandung: PT Refika Aditama, hal. 53
berkonflik dengan hukum, kiranya tidak mungkin hak-hak anak nakal akan
nakal yang belum bisa mendapatkan hak-haknya sebagai terdakwa anak, hal ini
terlihat bahwa penahan terdakwa anak dengan terdakwa orang dewasa masih
disatukan, hal ini disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana, yang
Rokan Hulu pada tanggal 18 Juni 2021 menyatakan bahwa peran kepolisian
sebagai penegak hukum untuk mencegah terhadap anak yang melakukan tindak
a. Melakukan sosialisasi/penyuluhan
khusus adalah kepada anak dan juga kepada karang taruna yang
itu tindak pidana dan sanksi hukum yang akan dijatuhkan apabila
tidak melakukan tindak pidana dan tahu akan bahaya yang ditimbulkan
2. Tindakan Represif
tindak pidana tersebut terjadi. Upaya represif baru diterapkan apabila upaya
lain sudah tidak memadai atau tidak efektif lagi untuk mengatasi suatu tindak
pidana anak kemudian upaya represif yaitu upaya ini dimaksudkan untuk
menindak para pelaku tindak pidana anak sesuai dengan perbuatannya serta
lakukan adalah perbuatan yang melanggar hukum. Langkah awal dalam upaya
secara rinci kepada anakanak tentang beberapa aspek yuridis yang relevan
maupun remaja dapat dilakukan melalui beberapa aktivitas, akan tetapi yang
nantinya akan memberikan kesadaran bagi anak. Selain aspek sedaran hukum,
dan aspek lain dapat membimbing anak untuk dapat menjadi anggota
dan memiliki penghayatan serta perilaku yang sesuai dengan perintah agama,
dan meninggalkan larangan agama yang dianutnya. Perspektif ini akan mampu
yang sehat secara material maupun secara moral/spiritual. Oleh karena itu
a. Keluarga
peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi kehidupan dan perilaku anak.
41
Achjani Zulfa, Eva, 2011, Pergeseran Paradigma Pemidanaan, Bandung: Lubuk Agung, hal 163-
164
dan perilaku anak. Karena itu keluarga mempunyai peranan dominan dalam
pendidikan anak, ditangan orangtualah yang baik dan buruknya perilaku anak
terbentuk.
sangat mendesak untuk dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas hidup. Dari
beberapa kasus tindak pidana yang dilakukan oleh anak, terlihat bahwa
kebanyakan anak pelaku tindak pidana adalah anak-anak yang menjalani hidup
secara bebas, tanpa pengawasan dan perhatian dari orangtua, serta anakanak
yang berasal dari anak keluarga “brokenhume” hal ini tidak akan terjadi jika
mengontrol pergaulan anak, mengenal dan mencari tahu dengan siapa saja anak
dilakukan oleh anak, kasus narkotika dan pencurian juga kebanyakan dilakukan
keluarga.
b. Masyarakat
c. Media Massa
upaya pencegahan kenakalan anak, maka salah satu cara yang dapat ditempuh
penayangan obat terlarang dan kekerasan dan media massa harus menyadari
d. Pendidikan
masing anak.
resiko sosial.
sistem peradilan juga harus bekerja sama dengan orang tua, organisasi
dilakukan oleh anak diwilayah hukum Polres Rokan Hulu dalam hal ini
diwujudkan dalam bentuk diversi secara konseptual akan lebih sesuai dalam
melakukan upaya penindakan dan sanksi perdamaian terhadap anak pelaku tindak
pidana dengan korban dalam rangka perlindungan anak terhadap stigma (cap
hukum. Namun demikian dalam sistem peradilan pidana anak dindonesia, ide
tindak pidana yang dilakukan oleh anak dipolres Rokan Hulu oleh penyidik
kepolisian belum terlaksana secara efektif. Dari tahap ketahap yang dilalui oleh
dilakukan oleh anak dapat dikatakan semuanya belum berhasil. Dikarenakan ada
beberapa kasus anak yang wajib mereka teruskan ke kejaksaan seperti kasus
Dengan demikian diharapkan dengan adanya aturan ini juga mampu untuk
memberi rasa keadilan bagi pihak korban dan pelaku tindak pidana. Selain itu
pidana dan mulai mendapatkan dukungan banyak pihak masih banyak hambatan
rehabilitasi sosial anak nakal dalam hal ini Departemen social atau
Kepolisian dalam hal ini Bapak Ranly Labolang selaku Kasat reskrim Polres
Rokan Hulu pada tanggal 10 Juni 2021, Polres Rokan Hulu dan beliau
masyarakat kurang paham dengan sistem diversi ini maka akan banyak
anak yang dihakimi secara masal tentu saja hal ini akan mempengaruhi
adalah karena kurangnya pemahaman para pihak terutama orang tua dan
seorang anak yang telah melakukan tindak pidana. Hal ini tentu
hambatan yang dihadapi oleh fasilitator diversi dalam hal ini penyidik di Polres
anak yang berhadapan dengan hukum adalah sikap keluarga korban yang
bagi anak yang melakukan tindak pidana dan anak akan lepas dari tanggung jawab
atas perbuatannya. Dan hambatan ini terjadi juga karena adanya faktor dari
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
terhadap anak dibawah umur yang berkonflik dengan hukum masih belum
setiap anak yang menjadi pelaku tindak pidana, tetapi dalam beberapa kasus
musyawarah antar pelaku, korban dan keluarga, para pelaku tidak mau
64
65
pelaku diversi baik itu dari pihak pelaku, korban, dan atau
melakukan tindak pidana dan anak akan lepas dari tanggung jawab atas
5.2 Saran
Restorative Justice.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Wagiati Sutedjo dan Melani, 2013. Hukum Pidana Anak. Refika Aditama,
Bandung,
B. Praturan Prundang-undangan
C. Jurnal