Anda di halaman 1dari 188

PENGERTIAN DAN RUANG

LINGKUP
 Hukum Acara Pidana: ”Mengatur tata cara
penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
peradilan, pelaksanaan, pengawasan, dan
putusan hakim.”
 Hukum Pidana Formal (HAP): Mengatur
bagaimana negara melalui alat-alat
kekuasaannya melaksanakan haknya untuk
memidana dan menjatuhkan pidana. (D.
Simons).
TUJUAN
 ”Untuk menemukan kebenaran terutama kebenaran materil
setidak-tidaknya mendekati kebenaran, adalah kebenaran
selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan
menerapkan ketentuan hukum pidana secara jujur dan tepat,
dengan tujuan untuk mencari siapa pelakunya yang dapat
didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan
selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan
guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana
telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat
dipersalahkan”.
 Secara singkat dapat disimpulkan bahwa tujuan HAP : Mencari
dan menemukan hukum pidana materil.
FUNGSI DAN TUJUAN HAP
 H.Pidana materil berfungsi untuk menentukan perb.2
apa yang dapat dipidana, siapa yang dapat dipidana
dan jenis pidana apa yang dapat dilakukan.
Sedangkan fungsi HAP: melaksanakan HP material
artinya: menetapkan cara bagaimana negara dengan
mempergunakan alat-alat perlengkapannya dapat
mewujudkan wewenangnya untuk memidana atau
membebaskan seseorang.
Ruang Lingkup HAP:
 Penyidikan perkara pidana
 Penuntutan
 Pemeriksaan di Pengadilan
 Upaya Hukum
 Pelaksanaan keputusan hakim
 Pengawasan dan pengamatan terhadap
Keputusan Hakim
 Peninjauan kembali keputusan.
Orang-orang yang terlibat dalam
HAP

 Tersangka/terdakwa
 Penyidik (polisi)
 Penuntut Umum
 Penasehat Hukum
 Hakim
 Saksi
SUMBER2 HAP
 UUD 1945
 KUHAP No. 8 Tahun 1981 ttg HAP
 UU No. 2 Thn 1986 ttg Peradilan Umum jo. UU No. 8 Thn 2004 ttg
Prbhan Atas UU No. 2 /1986 ttg Prdilan Umum jo. UU No. 49 Thn 2009
 ttg Prbhan Kedua Atas UU No. 2/1986 ttg Prdilan Umum.
 UU No. 14 Thn 1985 ttg MA jo. UU No. 5 Thn 2004 ttg Prbhan Atas UU
No. 14 Thn 1985 ttg MA jo. Prbhan kedua dg UU No. 3 Thn 2009.
 UU No. 48 Thn 2009 ttg Kekuasaan Kehakiman, pd saat UU ini
berlaku, UU No. 4 Thn 2004 ttg Kekuasaan Kehakiman (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4358) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
SUMBER HAP
 UU No. 18 Thn 2003 ttg Advokat yg mlai berlaku sejak
diundangkan tanggal 5 April 2003.
 UU No. 2 Thn 2002 Ttg Kepolisian Negara Republik Indonesia.
 UU No. 16 Thn 2004 ttg Kejaksaan Republik Indonesia.
 UU No. 7 Thn 1992 ttg Pokok Perbangkan, khususnya Pasal 37
jo. UU No. 10 Thn 1998.
 UU No. 31 Thn 1999 ttg Pmbrntasan Tindak Pidana Korupsi.
UU ini mngtur acara pidana khusus utk delik korupsi. Kaitannya
dg KUHAP ialah dlm Psl 284 KUHAP. UU tsb dirubah dg 
UU No. 20 Thn 2001 ttg Prbhan Atas UU No. 31 Thn 1999 ttg
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 UU No. 13 Thn 1970 ttg Tata Cara Tindakan Kepolisian thdp
anggota MPRS dan DPR Gotong Royong. UU ini msh brlku dan
kata MPRS seharusnya dibaca MPR, sdngkan DPR seharusnya
tanpa Gotong Royong.
SUMBER HAP
 UU No. 5 (PNPS) Thn 1959 ttg Wwnang
Jaksa Agung/Jaksa Tentara Agung dan
memperberat ancaman hukuman terhadap
tindak pidana tertentu.
 UU No. 7 (drt) Thn 1955 ttg Pengusutan,
Penuntutan, dan Peradilan Tindak Pidana
Ekonomi.
 Peraturan Pemerintah No. 27 Thn 1983 ttg
Pelaksanaan KUHAP.
 Beberapa Keputusan Presiden yang
mengatur tentang acara pidana yaitu :
SUMBER HAP
 Kep. Presiden Republik Indonesia No. 73 Thn 1967 ttg Pmbrian
Wwnang Kpd Jaksa Agung Mlkkan Pengusutan, Pemeriksaan
Pendahuluan  Thdp Mrk Yg Mlkkan Tindakan Penyeludupan;
 Kep. Presiden Republik Indonesia No. 228 Thn 1967 ttg
Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi;
 Intruksi Presiden Republik Indonesia No. 9 Thn 1974 ttg Tata
Cara Tindakan Kepolisian  Thdp Pimpinan/Anggota DPRD
Tingkat II dan II;
 Kep. Presiden Republik Indonesia No. 7 Thn 1974 ttg
Organisasi Polri;
 Kep. Presiden Republik Indonesia No. 55 Thn 1991 ttg Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia;
 Kep. Presiden Republik Indonesia No. 43 Thn 1983 ttg
Tunjangan Hakim
 Kep. Presiden Republik Indonesia No. 44 Thn 1983 ttg
Tunjangan Jaksa
Sejarah singkat HIR, RBg dan BRv
1. HIR
HIR singkatan dari Herziene Inlandsch Reglement, merupakan
salah satu sumber hukum acara perdata bagi daerah Pulau
Jawa dan Madura peninggalan kolonial Hindia Belanda yang
masih berlaku dinegara kita hingga kini. HIR sebenarnya
berasal dari Inlansch Reglement (IR) atau Reglement
Bumiputera.
2. 2. BRv
BRv atau Rv singkatan dari Reglement op de Burgerlijke
Rechtsvordering, merupakan Hukum Acara Perdata untuk
golongan Eropa
3. RBg
RBg adalah singkatan dari Rechtsreglement voor de
Buitengewesten (Reglement untuk daerah seberang),
merupakan Hukum Acara Perdata bagi daerah-daerah luar
pulau Jawa dan Madura.
HAP yang pernah dilaksanakan
kerajaan Belanda di Indonesia :
 Reglement op Rechterlijk Organisatie (Reg. Organisasi
Kehakiman) S.1848-57. memuat ttg ketentuan org.
Kehakiman.
 Reglement op de Burgerlijke Rechts Vordering (Reglement
HAPerdata) S. 1849-63.
 Reglement op de Strafvoordering (Reglement HAP) S.1849-
63 yang memuat HAP bagi gol. Pddk eropah dan disamakan
dengan mereka.
 Land Gerechts Reglement (Hakim Kepolisian) S.1914-317
Memuat Hukum Acara di muka kehakiman yang memeriksa
dan memutus perkara-perkara kecil untuk segala gol.
Penduduk.
 Inlandsch Reglement (IR)/(HIR) yang disebut: Reglement
Bumi Putra S. 1949-19. HAPerdata dan Hukum Acara Pidana
di muka pengadilan landrat bagi gol pddk Indonesia dan
Timur Asing hanya berlaku di jawa dan Madura.
 Reglement vor de Buitengewesten (RBg) S.1927-227 yang
memuat Hukum Acara Perdata bagi pddk Indonesia dan
Timur Asing yang di luar Pulau Jawa dan Madura
IR menjadi HIR
 Dalam perkembangan IR mengalami perubahan oleh
karena tugas-tugas residen dalam pemerintahan
semakin meningkat sehingga tugas peradilan
menjadi terabaikan. Untuk mengatasi hal ini maka
timbbul gagasan untuk melakukan perubahan
terhadap ketentuan2 IR, karena sepanjang
menyangkut tugas penuntutan dan pemeriksaan.
Gagasan tersebut kemudian menjadi kenyataan
melalui S. 1941-44 IR diperbaharui menjadi HIR
(Herziene Inlandsch Reglement).
MASA JEPANG
 Semasa pendudukan bala tentra jepang tidak
dilakukan perubahan yang mendasar di
bidang hukum, kecuali nama pengadilan
yang disesuaikan dengan nama jepang yaitu:
 GUNSERE (OSAMU SEREI) = UU Nomor 1
Tahun 1942 dimana Landrat menjadi: TIE
HOOIN dan diberlakukannya sebagai Hukum
Acaranya adalah: HIR. Kemudian
Landgerecht diubah namanya menjadi:
KEIZAIHOOIN. Dengan Hukum Acaranya
Landgerecht Reglement.
Perbedaan HIR dengan KUHAP
 Tidak dikenal dalam HIR:
 Hak tersangka (Psl 50-51 KUHAP)
 Bantuan hukum (Psl 69-70 KUHAP)
 Dasar hukum dalam surat perintah
penangkapan (Psl 16-17 KUHAP)
 Ganti rugi (Rehabilitasi Psl 95-96-97)
 Pra Peradilan ( Psl 1 ayat 10 KUHAP)
 Penggabunan (perdata+pidana Psl 98-101)
 Koneksitas (Psl 89-90 KUHAP)
 Peninjauan Kembali Psl 263 KUHAP)
MASA INDONESIA MERDEKA
 Berdasarkan Pasal II AP UUD’45 di bidang Hukum Acara Pidana masih tetap
diberlakukan HIR dan Landgerecht Reglement. Baru pada tanggal 14 Januari
1951 melalui UU No.1 Drt 1951 dilakukan keseragaman HAP sebagai tindakan
sementara untuk menyelenggarakan kesatuan dalam keseragaman kekuasaan
dan acara pengadilan sipil di Indonesia. Atas dasar peraturan tsb maka sejak
saat itu diseluruh wil. Indonesia dikenal pengadilan sehari-hari untuk segala gol.
Pdd sipil di bidang peradilan umum yang terdiri-dari pengadilan negeri sebagai
pengadilan tk I, PT sebagai Pengadilan Tk akhir dan MA.
 Di dalam memenuhi perintah Ps. 24 UUD\45 maka dikeluarkanlah UU No. 19
tahun 1964 yang kemudian diganti dengan UU No. 14 Th 1970 ttg Ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman. Menurut pasal 12 UU Nomor 14 th 1970, HAP
harus dibuat berdasarkan UU tersendiri untuk memenuhi harapan UU tsb pada
tahun 1979 pemerintah mengajukan RUU Acara Pidana ke DPR yang kemudian
setelah melalui proses legislatif pada taggal 23 Sept. 1981 disetujui DPR dan
pada tanggal 31 Desember 1981 disahkan menjadi UU Nomor 8 tahun 1981 LN
1981-76.
 Dengan lahirnya UU ini maka segala ketentuan Acara Pidana yang termuat
dalam HIR dan UU No.1 Drt 1951 dan dalam berbagai perUUngan lainnya
sepanjang menyangkut HAP dinyatakan tidak berlaku lagi.
ASAS/PRINSIP KUHAP
LEGALITAS: Konsideran a KUHAP:
- Negara RI adl Neg.Hukum
- Neg. menjamin setiap WN bersamaan
- Setiap WN tanpa kecuali wajib menjjg hk
dan pemerintahan.
Dengan asas legalitas, aparat penegak hukum
tidak dibenarkan
1. bertindak di luar ketentuan hukum
2. bertindak sewenang-wenang, atau abuse of
power.
ASAS….
KESEIMBANGAN
Asas ini dijumpai dalam konsideran huruf c
yang menegaskan bahwa dalam penegakan
hukum harus bcrlandaskan prinsip
keseimbangan yang serasi antara:
1.perlindungan terhadap harkat dan martabat
manusia dengan,
2. perlindungan terhadap kepentingan dan
ketertiban masyarakat.
- perlindungan terhdp harkat & martbt
man, kepentingan dan termasy.
Asas………
PRADUGA TAK BERSALAH (Presumption
of innocent): Penjelasan butir 3 huruf c
asas praduga tak bersalah, telah dirumuskan
dalam Pasal 8 Undang undang Pokok
Kekuasaan Kehakiman No. 14 Tahun 1970,
yang berbunyi: "Setiap orang yang sudah
disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau
dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib
dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan
pengadilan menyatakan kesalahannya dan
memperoleh kekuatan hukum tetap".
PRINSIP PEMBATASAN PENAHANAN
Masalah penahanan, merupakan persoalan yang
paling esensial dalamsejarah kehidupan
manusia. Setiap yang namanya penahanan,
dengan sendirinya menyangkut nilai dan
makna, antara lain:
perampasan kebebasan dan kemerdekaan orang
yang ditahan,
menyangkut nilai-nilai perikemanusiaan dan
harkat martabat kemanusiaan,
menyangkut nama baik dan pencemaran atas
kehormatan diri pribadi.
Setiap penahan dengan sendirinya menyangkut
pembatsan dan pencbutan smeentara sebagian
hak-hak aasi manusia
ASAS GANTI RUGI DAN
REHABILITASI (Psl 95, 96, dan Psl
97)
PENGGABUNGAN PIDANA
DENGAN TUNTUTAN GANTI RUGI
(Psl 98 s/d Psl 101)
ASAS PERADILAN SEDERHANA,
CEPAT DAN BIAYA RINGAN.
PERADILAN TERBUKA UNTUK
UMUM (Pasal 153 ayat 3)
DASAR HUKUM :
a.Undang-undang RI No.8 Tahun 1981, Tentang
Hukum Acara
Pidana, LN.RI No.76. TLN. No.3309
b. Undang-undang RI No.4 Tahun 2004, Tentang
Kekuasaan
Kehakiman, LN.RI No.8/ 2004
3. Undang-undang RI No.5 Tahun 1991, Tentang
Kejaksaan RI, LN.RI.No.59/ 1991
4. Undang-undang RI No.2 Tahun 2002, Tentang
Kepolisian Negara
Republik Indonesia, LN.RI No 2002
5. Undang-undang RI No.18 Tahun 2003, Tentang
Advokat, LN.RI No.49/ 2003, TLN No.4282
6. Undang-undang RI No.5 Tahun 2004, Tentang
Perubahan atas UU No.14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung, LN.RI No.9/ 2004
7. Peraturan-peraturan pelaksana lainnya, seperti
SEMA dan PERMA. Dll.
ILMU-ILMU PEMBANTU HUKUM
ACARA PIDANA
1. LOGIKA
• Logika diperlukan dalam menghubungkan keterangan
yang satu dengan yang lain seperti masalah pembuktian
dan metode penyelidikan.
2. PSIKOLOGIKA
• Mengerti tingkah laku dan dapat memberi penilaian atas
hal itu. Hakim seharusnya mempunyai rasa seni, yang
dapat mengerti dan menilai fakta-fakta yang sangat
halus dan penyimpangan2 yang lahir dari unsur
kejiwaan terdakwa. Jadi berguna dalam hal menghadapi
manusia (Tersangka/terdakwa).
3. KRIMINALISTIK
Berguna dalam hal menilai faktanya. Fakta-fakta
yang ditemukan oleh hakim harus dapat
dikonstruksikan sebelum ia menjatuhkan
putusannya.
4. PSIKIATRI
Psikiatri yang dipakai dalam hal-hal yang tidak
normal, yaitu psikiatri utk peradilan atau forensik.
5. KRIMINOLOGI
Diperlukan dalam rangka mengetahui sebab2 atau
ltr blkg tjd kejahatan serta akibatnya terhdp masy.
PENGERTIAN PENYELIDIKAN:
Penyelidikan adl serangkaian tindakan
penyelidik utk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yg diduga sbg tinpid guna
menentukan dpt atau tdknya dilkkan
penyidikan menurut cara yg diatur dlm uu ini.

(lht Psl 1 angka 5 KUHAP).

Tindakan Penyelidikan bertujuan:


“Utk menentukan adanya bukti awal
sehingga penyidikan dapat dilakukan”

Fungsi :
- Mencari dan menemukan peristiwa tindak
pidana
- Menentukan dapat atau tidaknya tindakan
penyidikan dilakukan.
PENYELIDIK
 Penyelidik adl pejabat polisi
negara Republik Indonesia yg
diberi wewenang olh uu ini
untuk melakukan penyelidikan
(Psl 1 angka 4).
 Orang yg melakukan penyeldkn
Pejabat Polisi Negara RI (ps 4)
dr yg berpangkat rendah s.d
setinggi-tingginya.
WWNANG PENYELIDIK
BERDASARKAN HUKUM (Pasal 5
huruf a):
• Menerima laporan atau pengaduan
• Mencari ket & brg bukti
• Menyuruh berhenti org yg dicurigai
• Tdkan lain mnrt hk yg bertgg jwb:
- tdk berttngan dg aturan hk
- selaras dg kewajiban hk
- patut & msk akal dan dlm lk jab
- atas pertbgan yg layak
- menghormati HAM
KEW.BERDSRKAN PERINTAH
PENYIDIK PSL 5 hruf b

• Pengkpn, lrgn mngglkan tempat,


penggeledahan, dan penyitaan
• Pemeriksaan dan penyitaan surat
• Mgmbil sidik jari dan memotret
• Membw & menhdpkan seseorg
kpd penyidik
 Lht Psl 102 s/d Psl 105 KUHAP
• PENGERTIAN PENYIDIKAN:
Serangkaian tindakan penyidik dalam
hal dan menurut cara yang diatur
dalam HAP untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tentang TP
yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya (lht Psl 1 angka 2
KUHAP).
• Fungsi:
- Mencari serta mengumpulkan bukti
- membuat terang TP
- Menemukan tersangkanya
PENYIDIK
 Penyidik adl pejabat polisi negara
Republik Indonesia atau pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yg diberi
wewenang khusus oleh uu utk
melakukan penyidikan (Psl 1 angka 1)
 Orang yg melkan penyidikan Pejabat
Polisi negara RI atau penyidik pegawai
negeri sipil (pasal 6 KUHAP)
 Berpangkat sekurang2nya Pelda
• Pydk Pembantu Serda-Serma
• PPNS- IIb
Wewenang penyidik (Ps 7)
• Menerima lpran atau pengaduan adanya TP
• Menyrh berhti seorg tsk & mmrks tanda
pengenal diri
• Melakukan penangkapan, penahanan,
penggeledahan dan penyitaan
• Melak pemeriksaan & penyitaan surat
• Mengambil sidik jari dan identitas org
• Memanggil org utk didengar & diperiksa sbg
tsk atau saksi
• Mendatangkan org ahli yg diperlukan
• Mengadakan penghentian penyidikan
• Mengadakan tindakan lain menurut hk yang
bertanggung jawab

 Lht Psl 106 s/d Psl 136 KUHAP


PENGERTIAN PENANGKAPAN
(Psl 16 s/d Psl 19 KUHAP):
 Penangkapan adl suatu tndkan
pnydik brpa pengekangan smntra
wkt kbbasan tsngka/trdkwa apbla
tdpt ckp bkti guna kpntingan
pnyidikan/pnnttan dan/atau peradilan
dalam hal serta menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini (lht
Psl 1 angka 20 KUHAP).
• Pengekangan sementara waktu
kebebasan tsk/tdw
• Guna kepentingan penyidikan atau
penuntutan
Psl 16 KUHAP
(1)Utk kptngan pnylidikan
= pnylidik atas prtah
penyidik brwnang mlkkan
pnngkpan.
(2) Utk kptngan pnydikan =
pnyidik dan pnyidik pbntu
brwnang mlkkan
pnngkpan.
PERINTAH&SYARAT
PENANGKAPAN (Psl 17 KUHAP)
• Seorang tsk diduga keras
melakukan TP
• Dugaan tsb didasarkan
kepada bukti yang cukup
• TP yang dilakukan tmsk
kejahatan dan bukan
pelanggaran
TATA CARA PENANGKAPAN &
ISI SURAT PENANGKAPAN Psl
18 ayat (1) KUHAP)
• Dilakukan oleh POLRI
• Membawa surat tugas
penangkapan
• Memperlihatkan surat
perintah penangkapan
• Memberikan surat tugas
penangkapan kpd tersangka
ISI SURAT PERINTAH
PENANGKAPAN
• IDENTITAS TERSANGKA
• ALASAN PENANGKAPAN
• URAIAN SECARA SINGKAT
PERKARA KEJAHATAN YANG
DISANGKAKAN
• TEMPAT DIMANA IA AKAN
DIPERIKSA
Psl 18 KUHAP
(2) Dlm hal tertangkap tangan
pnngkpan dlkkan tanpa surat perintah,
dg kttuan bhw penangkap hrs sgra
menyerahkan tertangkap beserta
barang bukti yg ada kpd penyidik atau
penyidik peinbantu yg terdekat.

(3) Tembusan surat perintah


penangkapan sbgmna dimaksud dlm
ayat (1) hrs dibrkan kpd keluarganya
sgr stlh pnngkapan dilkkan.
TERTANGKAP TANGAN
• Pada wt sedang melakukan TP atau
• Dengan segera sesudah beberapa
saat TP dilakukan atau
• Sesaat kemudian diserukan oleh
khalayak ramai sebagai orang yang
melk TP
• Apabila saat kemudian ditemukan
benda yang diduga keras telah
dipergunakan untuk melakukan TP
yang menunjukkan bhw ia pelakunya
atau turut melakukan atau
membantu melakukan TP
Batas Waktu penangkapan
Psl 19 KUHAP
(1)Penangkapan sbgmna dimksd
dlm Psl 17, dpt dilkkan utk plg
lama satu hari.
(2)Thdp tersangka plku
pelanggaran tdk diadakan
penangkapan kecuali dlm hal ia
tlh dipanggil scra sah dua kali
brtrut2 tdk mmnhi panggilan
itu tanpa alasan yg sah
PENGERTIAN PENGGELEDAHAN
PSL 1 angka 17-18 KUHAP).
• Penggeledahan Rumah: Tindakan penyidik
utk memasuki rumah tempat tggl dan
tempat tertutup lainnya utk melakukan
tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan
dan atau penangkapan dlm hal serta
menurut cara yg diatur dalam UU.
• Penggeledahan Badan: Tindakan penyidik
utk mengadakan pemeriksaan badan dan
atau pakaian tersangka utk mencari benda
yg diduga keras ada pada badannya atau
dibawanya serta untuk disita.
• Jadi, Penggeledahan: Tindakan penyidik yg
dibenarkan UU utk memasuki dan
melakukan pemeriksaan dirumah tempat
kediaman seseorang atau utk melakukan
pemeriksaan terhdp badan dan pakaian
seseorang.
Tujuan

• Melakukan tindakan
pemeriksaan dan atau
• Penyitaan dan atau
• Penangkapan
CARA PENGGELEDAHAN
Psl 33 KUHAP
• PENGGELEDAHAN BIASA
- Harus ada “Surat Izin” Ka.PN
- atas printah Penyidik, petugas
kepolisian dpt mmsuki rumah.
- didampingi 2 saksi, jika penghuni
tdk setuju/tdk hdir (RT,RW)
- membuat BA penggeledahan&
trunannya disampaikan kpd
pemilik rumah
Lnjtan
 Pd saat mlkkan pngldhan rumah peyidik
hrs tanda pengenalnya/kel (Psl 125
KUHAP)
 Psl 126 KUHAP
(1)Mmbuat BA jlnnya pnggledahan
(2)Penyidik hrs mmbca BA pngldhan kpd
yg ybs & ditanda tngni olh pnyidik,
tersangka/kel, kepala desa dg 2 org
saksi
(3)Apbla tersangka tdk mau tnda tngan
dicatat BA dg mnybut alsannya
 Mngdakan pnjgaan&penutupan tmp (Psl
127 KUHAP)
P. DALAM KEADAAN
MENDESAK Psl 34 KUHAP
• Dapat langsung dilakukan tanpa
lebih dahulu mendpt Izin Ka. PN
- halaman rmh tsk
- tempat lain tsk bertpt tggl
- ditempat tindak pidana dilak.
- penginapan dan tpt umum lain
KEADAAN SANGAT PERLU&
MENDESAK
• Diduga keras terdapat terdw
akan melarikan diri
• Mengulangi tindak pidana
• Benda yang dapat disita
dikhawatirkan akan
dimusnahkan (dipindahkan).
KEC.TERTANGKAP TANGAN
DILARANG BERTINDAK
MEMASUKI DAN MELAKUKAN
PENGGELEDAHAN PADA SAAT:
Pasal
• Ruang dimana sedang berlsg
sidang MPR,DPR atau DPRD
• Sedang berlangsung ibadah
atau upacara keagamaan dan
• Ruang sedang berlangsung
sidang pengadilan
PENGERTIAN PENAHANAN
Psl 20 s/d 31 KUHAP
• Penempatan tsk atau terdakwa
ditempat ttt oleh penyidik atau PU
atau hakim dlm hal serta mnrt
cara yg diatur KUHAP (Lht Psl 1
angka 21 KUHAP).
• Penydkan: Penydk atau PP atas
Perintah Pydk (Psl 20 (1)).
• Penuntutan: PU (Psl 20 (2)).
• Pemeriksaan: Hakim (Psl 20 (3)).
SYARAT PENAHANAN
• Syarat Objektif:
- Tindak pidana yg dilakukan itu diancam dg
pidana penjara 5 th atau lebih
- Tindak pidana yg kurang dr 5 th ttp tindak
pidana itu disebutkan dlm KUHAP
• Syarat Subjektif:
- Tsk atau tdw diduga keras sbg plk
- Berdasarkan bukti yg cukup
- Adapun kekhawatiran tsk atau tdw akan:
melarikan diri,menghilangkan brg bukti
dan mengulangi Tindak Pidana
JANGKA WT PENAHANAN DAN
PENAHANAN LANJUTAN

PERPJGN PNHN
JK
TK PMRSN PJBT PJBT JK WT JLH
WT

PENYIDIKAN PYDK 20 PU 40 60

PENUNTUTAN PU 20 Ka.PN 30 50

PMRSN DI PN HAKIM 30 Ka.PN 60 90


PN
PMRSN HAKIM PT 30 Ka.PT 60 90
BANDING
PMRSN HAKIM MA 50 Ka. MA 60 110
KASASI
PENGECUALIAN PERPANJANGAN
PENAHANAN
PERPJGN
JK PNHN
TK PMRSN PJBT JLH
WT PJBT JK
WT
PENYIDIKAN Ka.PN 30 Ka.PN 30 60
PENUNTUTAN Ka.PN 30 Ka.PN 30 60

PMRSN DI PN Ka.PT 30 Ka.PT 30 60

PMRSN HAKIM 30 HAKIM 30 60


BANDING MA MA
PMRSN Ka. MA 30 Ka. MA 30 60
KASASI

JUMLAH 300
JENIS2&PENGURANGAN
MASA PENAHANAN PSL 22
AYAT (1) KUHAP
a. Tahanan Rutan= lamanya masa
tahanan
b. Tahanan Rumah= 1/3 masa
tahanan, ayat (5)
c. Tahanan Kota= 1/5 masa
tanahan, ayat (5)
PENANGGUHAN PENAHANAN
Psl 31 KUHAP/PP 27/1983 dan
prbhannya
(1)Atas pmntaan tsngka atau tdkwa, penyidik
atau PU atau hakim, sesuai dg kwnngan
msing2, dpt mngdakan penangguhan
penahanan dg atau tanpa jaminan uang
atau jaminan orang, berdasarkan syarat yg
dittkan.
(2)Krn jbtannya penyidik atau PU atau hakim
swktu2 dpt mcbut penangguhan penahanan
dlm hal tsngka atau tdkwa mlnggar syarat
sbgmna dimksud dlm ayat (1).
1. Apakah pnyitaan tidpid krpsi sm dg tinpid
narkoba....?
2. Si A mnghipnotis si B utk mmbnuh si C
bgmnkah akibat hkmn ya..?
3. Apkh smua tinpid dpt dilkkan pnhnan
kota...?
4. apkh pngrngan pnhnan dpt dibrikan kpd
plku recidivis...?
5. Apkh pnytaan brg hsl krpsi atau bukan
apakah klu disita tdk brtntangan dg hak
ssorg...?
PENGERTIAN PENYITAAN (Psl
1 angka 16 – Psl 38 s/d 46
KUHAP)
• Serangkaian tindakan penyidik
utk mengambil alih dan atau
menyimpan di bawah
penguasaannya benda bergerak
atau tdk bergerak, berwujud
atau tdk berwujud guna
kepentingan pembuktian dlm
penyidikan, penuntutan dan
peradilan
TATA CARA PENYITAAN
DALAM KEADAAN BIASA Psl
38 ayat (1) KUHAP
• Harus ada surat izin dari Ka PN
• Menunjukkan tanda pengenal
• Memperlihatkan benda yg akan
disita
• Disaksikan oleh Kepala Desa
atau ketua lingkungan dengan
dua orang saksi
• Membuat BA penyitaan dan
menyampaikan turunannya
• Membungkus benda sitaan
PENYITAAN DLM KEADAAN
PERLU DAN MENDESAK Psl
38 ayat (2) KUHAP
• Tanpa Surat Izin Ka. PN
• Hanya terbatas atas Benda
Bergerak saja
• Wajib segera melaporkan
guna mendapatkan
persetujuan
BENDA2 YG DPT DISITA ( Psl 39
KUHAP)
• Benda atau tagihan terdw yg
seluruhnya atau sebgn diprlh dr
TP atau hasil dari TP
• Benda yg tlh digunakan scr lsg
utk melk TP atau mempspkn TP
• Benda yg digunkn utk meng-
halang2ngi penyidikan TP
• Benda lain yg mempunyai
hubungan lsg dgn TP yg
dilakukan.
PASAL 4O KUHAP
Dlm hal tertangkap tangan
penyidik dpt menyita benda dan
alat yang ternyata atau yg patut
diduga tlh dipgnakan utk mlkkan
tinpid atau benda lain yg dpt
dipakai sbg barang bukti.
PASAL 41 kuhap
Tertangkap tangan penyidik berwenang
menyita paket atau surat atau benda yg
pengangkutavnya atau pengirimannya dilkkan
olh kantor pos dan telekomunikasi, jawatan
atau perusahaan komunikasi atau
pengangkutan, sepanjang paket, surat atau
benda tsb diperuntukkan bagi tersangka atau
yg berasal dan padanya dan untuk itu kepada
tersangka dan atau kepada pejabat kantor pos
dan telekomunikasi, jawatan atau perusahaan
komunikasi atau pengangkutan yg
bersaugkutan, hrs diberikan surat tanda
penenimaan
TERSANGKA DAN
TERDAKWA
Spkah trsngka&terdakwa.....?
 Trsngka adl seorg yg krn prbuatanya atau
kdaannya, brdsarkan bukti permulaan
patut diduga sbg plku tndk pid (psl 1
butir (14) KUHAP)
 Trdkwa adl seorg yg ditntut,
dipriksa&diadili di sdng pengadilan (psl 1
butir (15) KUHAP)
HAK TERSANGKA/TERDAKWA
Pasal 50 s/d Pasal 68 KUHAP
Pasal 50 KUHAP
(1) Tersangka berhak segera mendapat
pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya
dapat diajukan kepada penuntut umum.
(2) Tersangka berhak perkaranya segera
dimajukan ke pengadilan oleh penuntut
umum.
(3) Terdakwa berhak segera diadili oleh
pengadilan
 Mmnta diprlihatkan srt tgs&mdptkan srt prntah
pnngkpan&alsan kjhtan yg diprsngkakan (psl 18 ayat
(1) KUHAP)
 Mnrima tmbsan Srt Prntah Pnngkpan bg klrga
trsngka (psl 18 ayat (3) KUHAP) 
 Mmnta pjlsan mngnai tndk pid yg disngkkan&didkwkan
kpdnya gn kpntngan pmblaan (psl 51 KUHAP)
 Mbrikan ktrngan scr bbs, tnp tknan&tdk dipksa ktka
diprksa disemua tngkt pmrksaan dlm proses
peradilan (psl 52 dan 117 ayat (1) KUHAP)
 Mndpt juru bhsa pd tingkat
penyidikan&pengadilan (Psl 53 dan 177 KUHAP)
Lnjtan....,
 Mdpt Bntuan Hkm&dg bbs mnnjuk Pnsht Hkm yg
akn mdmpnginya (psl 54, psl 55&psl 114
KUHAP )
 Bgi yg diancam dg pid mti/ancman pid 15 thn/lbh
bgi yg tdk mmpu, mk pjbat yg brsngktan WAJIB
mnydiakan Pnshat Hkm scr cma2 (psl 56 ayat
(1)KUHAP)
 Mnghbngi&brbcra dg Pnshat Hkmnya (psl 57
KUHAP)
 Mngshakan&mngjkan saksi&/atau sseorg yg
mmlki keahlian khusus gn mbrkan ktrngan yg
mngntngkan bg dirinya (psl 65 KUHAP)
Lnjtan……,
 Brhak mnghubungi PH-nya, dan apbl WNA brhak
mnghubungi dg prwakilan negaranya (Psl 57
KUHAP)
 Brhak mnghubungi&mnrma knjungan dokter
pribadinya (Psl 58 KUHAP)
 Brhak diberitahukan ttg penahanan dirinya pd
tiap tingkat pemeriksaan/kel (Psl 59 KUHAP)
 Brhak mnghubungi&mnrma kunjungan dr kel-
nya (Psl 60-61 KUHAP)
 Brhak mngirim/mnrma surat dr PH-nya (Psl 62
KUHAP)
Lnjtan……,
 Berhak mnghubungi &mnrima knjngan dr
rohaniwan (Psl 63 KUHA).
 Brhak utk diadili di sidang pengadilan yg terbuka
untuk umum (Psl 64 KUHAP).
 Brhak utk mengusahakan diri mengajukan saksi
yg menguntungkan bagi dirinya (Psl 65 KUHAP).
 brhak tdk dibebani kwjiban pembuktian (Psl 66
KUHAP)
 Brhak mmnta banding kcli ptsan beba&lepas (Psl
67 KUHAP).
Lnjtan....,
 Mngjkan prmhnan Pra peradilan, dlm hal pnngkpan&
pnhnan thdp trsngka tdk sah&brtntngan dg UU (psl
124 KUHAP)
 Mmta gnti krgian&rehabilitasi dlm hal pnngkpan,
pnhnan yg tdk sah (psl 68 KUHAP)
 Mmta trunan Brita Acra Pmrksaan utk kpntngan
Pmblaannya (psl 72 KUHAP)
 Mmproleh Srt Dkwaan (psl 143 ayat (4) KUHAP)
 Mngjkan pmblaan di prsdngan/Pleidoi (psl 182
KUHAP)
 Mmta ptikan srt ptsan pengadilan sgr stlh ptsan
diucapkan (psl 226 ayat (2) & Lht pula Psl 95
KUHAP)
BANTUAN HUKUM UU NO.
16/2011 ttg BH dan Psl 69 s/d
Psl 74
Dalam bagian Menimbang disebutkan bahwa:
a. bahwa negara menjamin hak konstitusional
setiap orang untuk mendapatkan pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum sebagai sarana perlindungan
hak asasi manusia;
b. bahwa negara bertanggung jawab terhadap
pemberian bantuan hukum bagi orang miskin
sebagai perwujudan akses terhadap keadilan;
BANTUAN HUKUM
UU No. 16 Thn 2011 ttg BH, Psl 1 angka 1, 2,
dan angka 2 dinytkan:
 BH adl jasa hkm yg dibrikan olh Pmbri BH scr
cma2 kpd Pnrima BH.
 Pnrima BH adl org atau klpok org miskin yg tdk
dpt mmnhi hak dsr scr layak&mndiri yg mnghdapi
mslh hkm (Lht Pl 1 ayat 2 UU ini).
Sdngkan dlm SEMA No. 10 Thn 2010 ttg Pdman
Pmbrian BH, Psl 27 dinytkan bhw yg brhk
mdptkan jasa dr Pos BH adl org yg tdk mpu mbyar
jasa advokat trtma prmpuan&anak2 srt pnyndang
disabilitas, ssuai prtran prndang2an yg brlku.
 Pmbri BH adl lmbga BH atau Orgnssi
kmsyarktan yg mmbri lynan BH brdsrkan UU ini.

Psl 2 UU ini, BH dilksnkan bdsarkan asas:


a. keadilan;
b. persamaan kedudukan di dalam hukum;
c. keterbukaan;
d. efisiensi;
e. efektivitas; dan
f. akuntabilitas.
Psl 3 UU ini, BH tsb mlpti mnjlnkan kuasa,
mndmpngi, mwkili, mmbla, dan/atau mlkkan
tndkan hkm lain utk kptngan hkm Pnrima BH,
yg brtjuan utk :
 Mnjmin&mmnhi hak bg Pnrima BH utk mdptkan
akses keadilan.
 Mwjudkan hak konstitusional smua wrg Neg ssuai
dg prinsip prsmaan kddkan didlm hkm.
 Mnjmin kpstian pnylnggraan BH dilksnkan scr mrta
di slruh wil Neg Indo.
 Mwjdkan peradilan yg efektif, efisien&dpt
diprtnggngjwbkan.
RUANG LINGKUP (Psl 4 & Psl 5 UU No.
16/2011 ttg BH
Pasal 4
(1) Bantuan Hukum diberikan kepada Penerima
Bantuan Hukum yang menghadapi masalah
hukum.
(2) Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi masalah hukum keperdataan,
pidana, dan tata usaha negara baik litigasi
maupun nonlitigasi.
(3) Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi menjalankan kuasa,
mendampingi, mewakili, membela, dan/atau
melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan hukum Penerima Bantuan Hukum
PEMBERI BANTUAN HUKUM Psl 8 UU
No. 16/2011 ttg BH
(1) Plksnaan BH dilkkan olh Pmbri BH yg
tlh mmnhi syarat brdsarkan UU ini.
(2) Syarat2 Pmbri BH sbgmna dimksd pd
ayat (1) mlpti:
a. brbdan hkm;
b. terakreditasi brdsarkan UU ini;
c. mmlki kntor atau sekretariat yg ttap;
d. mmlki pngrus; dan
e. mmlki program BH.
PSL 9 UU INI: PEMBERI BH BERHAK
a. melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal,
dosen, dan mahasiswa fakultas hukum;
b. melakukan pelayanan Bantuan Hukum;
c. menyelenggarakan penyuluhan hukum, konsultasi
hukum, dan program kegiatan lain yang berkaitan
dengan penyelenggaraan Bantuan Hukum;
d. menerima anggaran dari negara untuk melaksanakan
Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang ini;
e. mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam
membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya di
dalam sidang pengadilan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
f. mendapatkan informasi dan data lain dari
pemerintah ataupun instansi lain, untuk
kepentingan pembelaan perkara; dan
g. mendapatkan jaminan perlindungan hukum,
keamanan, dan keselamatan selama menjalankan
pemberian Bantuan Hukum.
Pasal 10 UU INI: Pemberi Bantuan Hukum
berkewajiban untuk:
a. melaporkan kepada Menteri tentang program
Bantuan Hukum;
b. melaporkan setiap penggunaan anggaran
negara yang digunakan untuk pemberian
Bantuan Hukum berdasarkan Undang-Undang
ini;
c. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
Bantuan Hukum bagi advokat, paralegal, dosen,
mahasiswa fakultas hukum yang direkrut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a;
d. menjaga kerahasiaan data, informasi, dan/atau
keterangan yang diperoleh dari Penerima Bantuan
Hukum berkaitan dengan perkara yang sedang
ditangani, kecuali ditentukan lain oleh undang-
undang; dan
e. memberikan Bantuan Hukum kepada Penerima
Bantuan Hukum berdasarkan syarat dan tata cara
yang ditentukan dalam Undang-Undang ini sampai
perkaranya selesai, kecuali ada alasan yang sah
secara hukum
Pasal 11
Pemberi Bantuan Hukum tidak dapat
dituntut secara perdata maupun pidana
dalam memberikan Bantuan Hukum yang
menjadi tanggung jawabnya yang dilakukan
dengan iktikad baik di dalam maupun di luar
sidang pengadilan sesuai Standar Bantuan
Hukum berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan/atau Kode Etik Advokat.
Hak&Kwjban Pnrima BH (Psl 12&13 UU
No.16/2011 ttg BH)
 Pnrima BH brhak :
– Mdptkan BH hngg mslh hkmnya slesai dan/atau
prkranya tlh mmpnyai kkuatan hkm ttp, slma
Pnrima BH yg brsngktan tdk mncbut surat kuasa.
– Mdptkan BH ssuai dg Standar BH dan/atau Kode
Etik Advokat.
– Mdptkan infrmsi&dkmen yg brkaitan dg plksnaan
pmbrian BH ssuai dg kttuan prtran prndang2an.
 Pnrima BH wjib :
– Mnympaikan bkti, infrmsi, dan/atau ktrngan
prkra scr bnr kpd Pmbri BH.
– Mmbntu klncaran pmbrian BH.
PEMANGGILAN
PEMANGGILAN DILAKUKAN DG:
• Surat panggilan yg sah ditanda
tangani oleh penydk yg berwng
menyebutkan alasan
pemanggilan scr tegas
• Memperhatikan tenggang waktu
yg wajar atr diterimanya
panggilan dan hari pemeriksaan
PEMERIKSAAN
TERSANGKA
PENYIDIK WAJIB MEMBERITAHU-
KAN KEPADA TERSANGKA:
• Haknya utk mendptkan BH
• Kewajiban didampingi
penasehat hukum yang ditunjuk
oleh penyidik,PU,hakim (>5 thn)
DALAM MELAKUKAN
PEMERIKSAAN TSK PENYDK
HARUS MEMPERHATIKAN:
• Tsk didgr ketnya tanpa tekanan dari
siapapun
• Apbl mengajukan saksi penydk wajib
memanggil dan memeriksa
• Semua ket tsk wajib dicatat dl BA
sesuai dg kata2 yg diucpkan
• BA ditanda tangani Pydk dan tsk
• Jk tsk tidak mau tanda tangan
dicatat dl BA dg menybt alasannya
PEMERIKSAAN SAKSI

1. Saksi tdk smpah kcl ada alsan yg


ckp utk diduga bhw ia tdk dpt hdir
disidang pengadilan
2. Saksi diprksa scr trsndiri nmun bl
diprlkan mrk dpt diprtmukan satu
sama lain
3. Pmrksaan tnpa tknan dr siapapun
dan dlm bntuk apapun nman wjb
mmbrikan ket
PENGERTIAN & SYARAT SAKSI
• “Saksi adl org yg dpt mbrikan ket gna
kpntingan pnydikan, pnntutan dan
peradilan ttg suatu perkara pid yg ia
dngar sndiri, ia Iht sndiri dan ia alami
sndiri” (Psl 1 angka 26 KUHAP) .
• Yg diwjibkan mjdi saksi (pnjlsan Psl
159 ayat (2) mngnai saksi yg tdk mau
hdir yg dipnggil dg sah KUHAP, Psl
224 ayat (1 dan 2 KUHP) mngnai
ancman pid bgi saksi ahli/jru bcra yg
tdk hdir sbg saksi.
SYARAT2 MENJADI SAKSI
Pasal 168 KUHAP :
Kecuali ditentukan lain dlm uu ini, mk tdk dpt
didengar ktrangannya dan dpt mengundurkan
diri sbg saksi :
a. klrga sedarah atau semenda dlm garis lurus ke
atas atau ke bawah smpai derajat ketiga dr
terdakwa atau yg brsma-sma sbg terdakwa.
b. saudara dan terdakwa atau yg brsma-sma sbg
terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak, jg
mrka yg mpunyai hub krn perkawinan dr anak2
saudara terdakwa smpai derajat ketiga.
c. suami atau isteri terdakwa meskipun sdh
bercerai atau yg brsma-sma sbg terdakwa.
Pasal 170 KUHAP :
(1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat
martabat atau jabatannya diwajibkan
menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan
dari kewajiban untuk memberi keterangan
sebagai saksi, yaitu tentang hal yang
dipercayakan kepada mereka.
(2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala
alasan untuk permintaan tersebut.
Pasal 171 KUHAP:
Yg blh dipriksa utk mberi ket tanpa sumpah
ialah :
a. anak yang umurnya belum cukup lima belas
tahun dan belum pernah kawin;dan
b. orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun
kadang-kadang ingatannya baik kembali.
Syarat ktrngan saksi sbg alat bkti: Syarat formil
saksi:
• Berumur 15 tahun keatas;
• Sehat akalnya;
• Tidak ada hubungan keluarga sedarah dan keluarga
semenda dari salah satu phak menurut keturunan
yang lurus, kecuali Undang-Undang menentukan
lain;
• Tidak ada hubungan perkawinan dengan salah satu
pihak meskipun bercerai (pasal 145 (1) HIR);
• Tidak ada hubungan kerja dengan salah satu pihak
dengan menerima upah (pasal 144(2) HIR), kecuali
undang-undang menentukan lain;
• Menghadap di persidangan;
• Mengangkat sumpah menurut agamanya (pasal 147
HIR) (Herziene Indonesische Reglement (“HIR”)
• Berjumlah sekurang-kurangnya 2 orang untuk
kesaksian suatu peristiwa atau dikuatkan dengan
alat bukti lain (pasal 169 HIR), kecuali dalam
perzinaan;
• Dipanggil diruang sidang satu demi satu (pasal 144
(1) HIR);
• memberi keterangan secara lisan.

Syarat materiil saksi:


• Menerangkan apa yang dilihat, ia dengar, dan ia
alami sendiri (pasal 171 HIR);
• Diketahui sebab-sebab ia mengetahui peristiwa
(pasal 171 (1) HIR);
• Bukan merupakan pendapat atau kesimpulan saksi
sendiri (pasal 171 (2) HIR);
• Saling bersesuaian satu sama lain (pasal 170 HIR);
• Tidak bertentangan dengan akal sehat. 
 Testimonium De Auditu adl ket yg dibrikan olh
saksi terkait suatu peristiwa, bkn brdsarkan
pnglihatan maupun pendengaran langsung,
melainkan mendengar dr org lain yg dsbt jg dg
kesaksian tdk lngsung.
 contoh Putusan MA No. 881 K/Pdt/1983 tanggal 18
Agustus 1984 yg mngaskan saksi2 yg diajukan
pngggat smuanya trdiri dr de auditu shngga ket
yg mrk brkan tdk sah sbg alat bukti, Putusan MA
No. 4057 K/Pdt/1986 tanggal 30 April 1988 pd
putusan inipun lngsung ditolak dg alsan pra saksi
trdri dr saksi de auditu olh krn itu tdk mmnuhi
syarat yg ditntkan uu sbg alat bukti, dan Putusan
MA No. 1842 K/Pdt/1984 tanggal 17 Oktober 1985
krn ketiga org saksi yg diajukan pngggat adl de
auditu shngga tdk mmnuhi syarat sbg saksi yg
mmliki nilai kktan pembuktian.
 Testimonium se auditu
Testimonium de auditu diterima sbg alat bukti yg
brdiri sndiri mencapai btas minimal pmbuktian
tanpa mmrlukan bntuan alat bukti lain jk saksi
de auditu itu trdiri dr bbrpa org. Lht Ptsan MA
No. 239 K/Sip/1973 tanggal 25 November 1975.
Pd ptsan tsb, ket saksi pd umumnya adl mnrut
pesan, nmn hrs diprtimbangkan dan hampir
smua kjdian atau prbtan hukum yg tjd pd ms llu
tdk mpnyai surat, ttpi brdsarkan pesan turun-
temurun, sdngkan saksi2 yg lngsung mnghdapi
prbtan hkm itu pd ms llu sdh tdk ada lgi yg hdp
skrang, shngga dg dmkian pesan turun-temurun
itulah yg dpt dihrapkan sbg ket dan mnrut ket
dan pngtahuan majelis hakim sendiri pesan2
sprti itu olh masy tttu pd umumnya secara adat
dianggap berlaku dan benar.
1. Apbla saat disidik tsk/saksi disiksa apkah blh di
tuntut.....?
2. Apkh akbat hkm apbl sksi mnlak srt pngglan dan
apkh bleh ket saksi di cabut.....?
3. Apkh blh saksi diwkli org lain....?
4. Bgmna akbt hkm jk saksi mbrkan ksksian plsu.....?
5. Bgmna akbt hkm thdp saksi yg tdk mau hdr ktka
dipnggil scr sah dan patut.....?
6. Apkah seorg tdkwa bleh mmbla dirinya sndri
tanpa ada kuasa hkm.....?
7. Bgmn tndkan pnydik thdp tsk yg tdk mau
mnndatngi BA, dimna alsan tsk tdk logis.....?
8. Bleh tdk pnydik mmanggil seorg dg prntaraan org
lain.....?
9. Bgmna jka dlm prsdangan saksi tdk mbrikan ket
spti dlm BA.....?
10. Bgmn kddkan ket saksi jk ket tsb dia dptkan dr
ket org lain....?
PRAPERADILAN
UU No. 8/1981 ttg HAP:
Pasal 1 Angka 10
 Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri
untuk memeriksa dan memutus menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini, tentang:
• sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau
penahanan atas permintaan tersangka atau
keluarganya atau pihak lain atas kuasa
tersangka;
• sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau
penghentian penuntutan atas permintaan demi
tegaknya hukum dan keadilan;
• permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh
tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas
kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke
pengadilan.
Ruang lingkup praperadilan
berdasarkan Pasal 77 KUHAP
a. Sah atau tidaknya penangkapan,
penahanan, penghentian
penyelidikan atau penghentian
penuntutan;
b. Ganti kerugian atau rehabilitasi yang
berhubungan dengan penghentian
penyidikan atau penghentian
penuntutan.
YAHYA HARAHAP mengemukakan secara
rinci wewenang  praperadilan yang
disesuaikan dengan ketentuan KUHAP 
(Pasal 1 butir 10, Pasal 77, Pasal 95, Pasal
97) sebagai berikut:
• Memeriksa dan memutus sah atau tidaknya
upaya paksa berupa penangkapan dan
penahanan.
• Memeriksa sah atau tidaknya penghentian
penyidikan dan penuntutan.
• Berwenang memeriksa tuntutan ganti rugi.
• Memeriksa permintaan rehabilitasi.
• Praperadilan terhadap tindakan penyitaan.
TUJUAN PRAPERADILAN
Tujuan dari praperadilan dapat diketahui
dari penjelasan Pasal 80 KUHAP yang
menegaskan “bahwa tujuan dari pada
praperadilan adalah untuk menegakkan
hukum, keadilan, kebenaran melalui sarana
pengawasan horizontal.” Esensi dari
praperadilan, untuk mengawasi tindakan
upaya paksa yang dilakukan oleh penyidik
atau penuntut umum terhadap tersangka,
supaya tindakan itu benar-benar
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Undang-undang&bukan merupakan
tindakan yang bertentangan dengan hukum.
Yang dapat mengajukan Pra peradilan
adalah:
a. Tersangka, yaitu apakah tindakan
penahanan terhadap dirinya
bertentangan dengan ketentuan Pasal 21
KUHAP, ataukah penahanan yang
dikenakan sudah melawati batas waktu
yang ditentukan Pasal 24 KUHAP;
b. Penyidik untuk memeriksa sah tidaknya
penghentian penuntutan;
c. Penuntut Umum atau pihak ketiga yang
berkepentingan untuk memeriksa sah
tidaknya penghentian penyidikan atau
penghentian penuntutan.
PROSES PEMERIKSAAN PRA PERADILAN
1. Pra peradilan dipimpin oleh Hakim Tunggal yang ditunjuk
oleh Ketua Pengadilan Negeri dan dibantu oleh seorang
Panitera (Pasal 78 ayat (2) KUHAP).
2. Pada penetapan hari sidang, sekaligus memuat
pemanggilan pihak pemohon dan termohon pra peradilan.
3. Dalam waktu 7 (tujuh) hari terhitung permohonan pra
peradilan diperiksa, permohonan tersebut harus diputus.
4. Pemohon dapat mencabut permohonan¬nya sebelum
Pengadilan Negeri menjatuhkan putusan apabila disetujui
oleh termohon. Kalau termohon menyetujui usul
pencabutan permohonan tersebut, Pengadilan Negeri
membuat penetapan tentang pencabutan tersebut.
5. Dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh
pengadilan sedangkan pemeriksaan pra peradilan belum
selesai maka permohonan tersebut gugur. Hal tersebut
dituangkan dalam bentuk penetapan.
UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PRAPERADILAN

1. Putusan pra peradilan tidak dapat dimintakan banding


(Pasal 83 ayat (1), kecuali terhadap putusan yang
menyatakan "tidak sahnya" penghentian penyidikan
dan penuntutan (Pasal 83 ayat (2) KUHAP).
2. Dalam hal ada permohonan banding terhadap putusan
pra peradilan sebagai¬mana dimaksud Pasal 83 ayat
(1) KUHAP, maka permohonan tersebut harus
dinyatakan tidak diterima.
3. Pengadilan Tinggi memutus permintaan banding
tentang tidak sahnya penghentian penyidikan dan
penuntutan dalam tingkat akhir.
4. Terhadap Putusan pra peradilan tidak dapat diajukan
upaya hukum kasasi.
• Sumber: Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis
Peradilan Pidana Umum dan Pidana Khusus, Buku II,
Edisi 2007, Mahkamah Agung RI, 2008, hlm. 54-56.
GANTI KRGIAN
Ganti Kerugian untuk Terpidana
Psl 1 angka 22 UU No 8 Thn 1981 ttg KUHAP
“Ganti krgian adl hak seorg utk mdpt pmnuhan ats
tnttannya yg brpa imblan sjmlh uang krn ditngkp,
dithan, ditntut ataupun diadili tnp alsan yg brdsrkan
uu atau krn kkliruan mngnai orgnya atau hkm yg
ditrpkan mnrut cra yg diatur dlm uu ini.”

UU no. 8 Th. 81 Psl 95 (1) brbnyi: "Trsngka,


trdkwa/trpid brhk mnntut ganti krgian krn ditngkp,
dithan, ditntut&diadili/diknkan tndkan lain, tnp alsan
yg brdsrkan UU/krn kkliruan mngnai orgnya/hkm yg
ditrpkan.“ (lht psl 95&psl 96 KUHAP).
ACRA PLKSNAAN GNTI KRGIAN
 SIAPA YG BRHAK MNGJKAN GANTI
KRGIAN (Psl 95 & Psl 96 KUHAP)
1. Trsngka
2. Trdkwa
3. Terpidana, dan
4. Ahli warisnya
(1)Tersangka, terdakwa atau terpidana
berhak menuntut ganti kerugian krn
ditangkap, ditahan, dituntut dan diadili
atau dikenakan tindakan lain, tanpa
alasan yg brdsrkan uu atau karena
kekeliruan mengenai orangnya atau
hukum yang diterapkan.
(2)Tuntutan ganti kerugian oleh tersangka
atau ahli warisnya atas
(3) penangkapan atau penahanan serta tindakan lain tanpa alasan yg
brdsrkan uu atau krn kekeliruan mngenai orang atau hukum yg ditrpkan
sbgmna dimaksud dlrn ayat (1) yg perkaranya tdk diajukan ke pengadilan
negeri, diputus di sidang praperadilan sbgmna dimaksud dlm Pasal 77.

(4) Tuntutan ganti kerugian sbgmna dimaksud dlm ayat (1) diajukan oleh
tersangka, terdakwa, terpidana atau ahli warisnya kpd pengadilan yg
berwenang mengadili perkara yang bersangkutan.

(5) Untuk memeriksa dan memutus perkara tuntutan ganti kerugian tsb pd
ayat (1) ketua pengadilan sejauh mungkin menunjuk hakim yg sama yang
telah mengadili perkara pidana yang bersangkutan.

(6) Pemeriksaan terhadap ganti kerugian sebagaimana tersebut pada


ayat (4) mengikuti acara (Psl 95 KUHAP)
Rehabilitasi
Psl 1 angka 23 dan Psl 97 UU No 8 Thn
1981 ttg KUHAP
“Rehabilitasi adl hak seorg utk mdpt
pmlihan haknya dlm kmmpuan, kddkan
dan hrkat srt martbtnya yg dibrkan pd
tngkt pnydikan, pnnttan atau peradilan
krn ditngkp, dithan, ditntut ataupun
diadili tnp alsan yg brdsrkan uu atau krn
kklruan mngnai orgnya atau hkm yg
ditrpkan mnrut cra yg diatur dlm uu ini.”
REHALIBITASI (Pasal 97 KUHAP)
(1) Seorang berhak memperoleh rehabilitasi apabila oleh
pengadilan diputus bebas atau diputus lepas dari
segala tuntutan hukum yang putusannya telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Rehabilitasi tersebut diberikan dan dicantumkan
sekaligus dalam putusan pengadilan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).
(3) Permintaan rehabilitasi oleh tersangka atas
penangkapan atau penahanan tanpa alasan yang
berdasarkan undang-undang atau kekeliruan
mengenai orang atau hukum yang diterapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) yang
perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri
diputus oleh hakim praperadilan yang dimaksud
dalam Pasal 77.
GNTI KRGIAN PD PHAK KETIGA
Ktntuan gnti krgian pd phk ketiga/krbn dlik
tdpt variasi dibbrp neg, spti perancis mngnal
hal ini. Nmun phk ketiga itu luas artinya slain
ggtan dr krban dlik, jg biasa mncul ggtan dr
asuransi kshtan, phk pmrntah dlm hal
pklnggran izin ush, prpjkan dll.
 Psl 98 mngtkan: “mnimblkan krgian bg org
lain, pnjlsn psl ini mksdnya krgian bg org lain
(tmsuk krgian krban).
Psl 101 KUHAP
Ktntuan dr atran hkm acr prdta brlku bg ggtan
gnti krgian spnjang dlm uu ini tdk diatur lain.
Psl 1365 KUHPer, yg isinya:
“tiap prbtan mlnggar hkm, yg mmbwa
krgian kpd org lain, mwjbkan org yg krn
slhnya mnrbitkan krgian itu, mnggnti
krgian tsb”

KPAN GNTI KRGIAN ITU DIAJUKAN


a. Gnti krgian di ajukan sblm PU mngjkan
pnntan (psl 98 ayat (1) KUHAP)
b. Jk PU tdk hdir, mk pmtaan diajukan
slmbt2nya sblm hkim mnjtuhkan ptsan
(psl98 ayat (2) KUHAP)
PNGGBUNGAN GGTAN GNTI KRGIAN
Dsr hkm Psl 98 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP) :
(1) Jk suatu pbtan yg mjd dsr dakwaan di dlm
suatu pmriksaan prkra pid olh PN
mnmbulkan krgian bg org lain, mk hakim
ketua sidng ats prmntaan org itu dpt
mntapkan utk mnggbngkan prkra ggtan gnti
krgian kpd prkra pid itu.
(2) Prmntaan sbgmn dimksd dlm ayat (1) hny
dpt diajukan slmbat2nya sblm PU mngjukan
tttan pid. Dlm hal PU tdk hdir, prmntaan
diajukan slmbat2nya sblm hakim mnjthkan
ptsan.
PRA PENUNTUTAN
 KUHAP mnybt ttg prapenuntutan, nmun tdk mngtur
ttg apa definisi dr prapenuntutan. Psl yg ada
kaitannya dg prapenuntutan yaitu Psl 14 butir b
KUHAP dg kaitannya dg Psl 110 ayat (3)&(4).
 Pnyrhan brkas prkra mnrut Psl 110 ayah (1) KUHAP
“pnyrhan brkas prtma ini dlm KUHAP diknal dg
sbtan (“Prapenuntutan”)”. Bl mmprhtkan bunyi Psl
110 ayat (1) KUHAP di ats sbb: “dlm hal PU
brpndpat bhw hsl pnyidikan tsb trnyta msh krg lngkp
PU sgr mngmblkan brks prkra itu kpd pnyidik
disertai ptnjuk utk dilngkpi”.
PRAPENUNTUTAN
Lnjtan….,
 Atau Prapenuntutan adl tindkan PU utk mmbri ptnjuk

dlm rngka pnympurnaan pnydikan olh pnydik.

 Prosedurnya: Apbl PU menerima berkas perkara


pydkan dr pydk maka ia segera meneliti &
mempljrinya & dlm wt 7 hr wajib memberitahukan
kpd pydk apkh Berkas Perkara itu sdh lengkap atau
blm. Kalau blm lengkap berkas itu dikembalikan kpd
pydk disertai dg petunjuk. Berkas itu wajib
dikembalikan oleh PU dlm jgk wt 14 hr sejak ia
menerima berkas dr peydk. Berkas yg dikembalikan
ke pydk maka harus disempurnakan dlm jgk wt 14 hr
& dikembalikan kpd PU.
TATA CARA PRAPENUNTUTAN
 Penyerahan BP Peydkan oleh Pydk ke PU
- Tahap I : Penyerahan Berkas saja kpd PU
* Menyatakan BP penyidikan tlh lengkap
* Menyatakan BP penyidikan blm lengkap
maka PU mengadakan “Prapenuntutan”
-TahapII : Jika penyidikan telah selesai
penyerahan tanggung jawab atas barang bukti
dan tersangka kepada PU oleh penyidik
JANGKA WAKTU
PRAPENUNTUTAN
 Berkas pd PU: 7 hr meneliti berkas + 7 hari
membuat berita acara pendapat (14 hari)
 Pada penyidik untuk dilengkapi: 14 hari
 Satu kali prapenuntutan: 28 hari
 Prapenuntutan hanya boleh 1 kali (pedoman
pelaksanaan KUHAP, rasionya:
* mengingat asas peradilan cepat,sederhana,br
* Hak tersangka
* masa tahanan tersangka
 PENUNTUT UMUM PSL 13 KUHAP
 PU adl jaksa yg dibri wwnang olh UU ini utk
mlkkan pnntutan dan mlksnkan pntpan hakim.
 KEWENANGAN PU Psl 14 KUHAP
 mnrima dan mmriksa berkas perkara pnydikan dr pnydik
atau pnyidik pembantu;
 mngdkan pra-penuntutan apbla ada kkrangan pd
pnydikan dg mprhtikan ktntuan Psl 110 ayat (3) dan ayat
(4), dg mmberi ptnjuk dlm rangka penyempurnaan
penyidikan dari penyidik;
 mmberikan prpnjangan pnhnan, mlkkan pnhnan atau
pnhnan ljtan dan/atau mngubah status tahanan stlh
perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;
 membuat surat dakwaan;
 melimpahkan perkara ke pengadilan;
 menyampaikan pemberitahuan kpd trdkwa ttg ktntuan
hr dan wkt perkara disidangkan yg disertai surat
panggilan, baik kpd terdakwa maupun kpd saksi, utk
dtg pd sidang yg tlh ditentukan;
 melakukan penuntutan;
 menutup perkara demi kepentingan hukum;
 mengadakan tindakan lain dalam Iingkup tugas dan
tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut
ketentuan undang-undang ini;
 melaksanakan penetapan hakim.
TINDAK PIDANA TDK
DITUNTUT
 DIHENTIKAN PENUNTUTAN:
* Tidak cukup bukti
* Bukan Tindak Pidana
* Ditutup demi hukum
 Dideponir: dikesampingkan demi kepentingan
umum (Psl 35 huruf c UU No. 16/2014 ttg
Kejaksaan).
 Lht Psl 137 s/d Psl 144 KUHAP
CARA PU MENGAJUKAN PERKARA
PIDANA KE PN
 Secara Biasa: diperiksa dengan acara
pemeriksaan biasa (152-202)
 Secara singkat: diperiksa dg acara
pemeriksaan singkat (203-204)
 Secara Cepat:
1. Perkara Tindak Pidana Ringan:
diperiksa dg acara pemeriksaan TP ringan
(205-210)
2. Perkara TP Pelanggaran Lalu Lintas
Jalan ttt: diperiksa dg acara pemeriksaan
TP pelggaran lalu lintas jalan ttt (211-216)
PEMERIKSAAN DAN PERKARA
YANG DIPERIKSA
 BIASA : Perkara kejahatan yang pene-
rapan hkmnya sulit karena duduk
perkaranya sukar.
 SINGKAT: Perkara kejahatan atau pelang-garan yg
duduk perkaranya sederhana, yg hukuman pjr atau
kurungan paling sedikit 3 bl atau denda minimal RP.
7500,-
 CEPAT:
a. Ringan: perkara yang dg pidana penjr atau kurungan
paling lama 3 bl dan atau denda sebanyak2-
nya Rp.7500,- dan penghinaan ringan
b. LLJ : perkara pelanggaran ttt terhdp peraturan per-
Uungan lalu lintas jalan.
PERBEDAAN ANTARA ACARA PEMERIKSAAN
BIASA SINGKAT TP RINGAN TPLL JALAN
1. Ada surat Pelimpahan 1. Tdk ada surat 1. Tdk ada surat 1. Tdk ada surat BA
Pelimpahan Perkara Pelimpahan Perkara penyidikan
2. Tdk ada S. Dakwaan 2. Tdk ada S. Dakwaan
3. Perkara diajukan 3. Perkara diajukan
2. Ada S. Dakwaan 2. Tdk ada S. Dakwaan penyidik atas kuasa PU penyidik atas kuasa PU
(dakwaan dikerjakan pd
permulaan sdg dan 4. Perkara diajukan pada 4. Perkara diajukan pada
dicatat dlm BAS hr yg tlh ditetapkan dan hr yg tlh ditetapkan dan
diperiksa pada hr itu juga diperiksa pada hr itu juga
3. Ada Berita Acara Sdg
3. Ada Berita Acara Sdg 5. Tdk ada BAS
5. Tdk ada BAS, ada 6. Tdk ada catatan sdg ttp
4. Ada Putusan tersendiri 4.Tdk dibuat Putusan catatan sidang ada register perkara
tersendiri put.dicatat dlm 7. Tdw dpt dwkli disdg
BA pd tdw diberikan 6. Saksi tdk disumpah 8. Tdw tdk hadir put.by
penetapan amar put kec. Hakim menganggap verstek
perlu. 9. Verstek dpt di verzet
5. Tdw dpt menggunakan 5. Tdw dpt menggunakan 7. .Tdk dibuat Putusan 10. Tdk dibuat put.sendiri
semua upaya hukum semua upaya hukum tersendiri put.dicatat dlm dictat dlm register
catatan sidang perkara

11. Put.PN dlm TK I dan


terakhir kcl dipidana
pjr/kurungan dpt Bandin
PENGERTIAN SURAT DAKWAAN
 Surat yg dibuat jaksa PU atas dasar BAP
yg diterimanya dr penyidik yg memuat
uraian secara cermat, jelas dan lengkap
ttg rumusan tindak pidana yg telah
dilakukan seseorang atau beberapa orang.
SYARAT SURAT DAKWAAN
 SYARAT FORMIL:
a. Identitas Terdakwa
b. Diberi tgl & ditandatangani JPU
Jika tdk memenuhi SF: SD dapat
dibatalkan
 SYARAT MATERIL; Menguraikan secara
cermat, jelas dan lengkap mengenai:
a. Tindak Pidana yg didakwakan
b. Menyebutkan waktu dan tempat tindak
pidana dilakukan.
Jika tdk memenuhi SM: SD batal demi
PENGERTIAN LENGKAP
 Menyebut semua unsur TP yg didakwakan
 Menguraikan setiap unsur dg fakta2 jlnya
peristiwa yg didakwakan
 Menyebutkan waktu dan tempat diwjdkan
TP
 Menyebutkan Pasal peraturan yg
didakwakan
ARTINYA CERMAT DAN JELAS
 TP yg didakwakan
 Kualifikasinya
 Unsur subjektif dan objektif
 Hub.setiap unsur dg jlnya peristiwa yg
menjadi pokok dakwaan.
BENTUK SURAT DAKWAAN
 TUNGGAL
 ALTERNATIF
 PRIMER-SUBSIDER
 KUMULATIF
 CAMPURAN/KOMBINASI
1. Surat Dakwaan Tunggal
Srt Dkwaan yg dibuat olh PU apbla tndk pid yg
dilnggar olh ss-org hny stu&tdk ada krguan ats
psal yg didkwkan. Dlm srt dkwaan tnggal ini
tdk tdpt utk mngjkan altrntif/dkwaan pnggti.
2. Surat Dakwaan Alternatif
Srt Dkwaan yg dibuat olh PU apbla tdpt krguan
ats tndak pid yg dilkkan. Dkwaan ini dissun scr
brlpis&brsfat mngclikan dkwaan lpsan
lainnya&dkwaan ini mnggnkan kata smbung
(atau).
Contoh dakwaan alternatif:
 Pertama: Pencurian (Pasal 362 KUHP)
atau
 Kedua: Penadahan (Pasal 480 KUHP)

3. Surat Dakwaan Primer-Subsider


Srt dkwaan yg dibuat PU yg didsarkn ats tngktan
ancman hkman pid, PU yg dlm prkteknya utk mnjrat
trdkwa&mnghndri agr trdkwa tdk trlpas dr jrtan hkm.
Dkwaan ini sm dg srt dkwaan alternatif krn dkwaan
trdri dr bbrpa brlpisan&dissun scra berurut mlai dr
anmcman hkman trtnggi smpai ancman hkman
trndah&pmbktian dlm srt dkwaan ini hrs dilkkan scra
berurut dr lpsan trtas smpai lpsan trndah.
Contoh dakwaan subsidair: 
 Primair: Pembunuhan berencana (Pasal 340
KUHP)
 Subsidair: Pembunuhan (Pasal 338 KUHP)

4. Surat Dakwaan Komulatif


Srt dkwaan yg dibuat PU apbla tndak pid yg
dilnggar olh ss-org trdri dr bbrpa tndak
pid&kesmua tndak pid hrs dibktikan stu demi
stu, dimna tndak pid ini yg msing2 brdri
sndri2.
Contoh dakwaan kumulatif: 
 Kesatu:Pembunuhan (Pasal 338 KUHP)
dan
 Kedua: Pencurian dengan pemberatan
(Pasal 363 KUHP)
dan
 Ketiga: Perkosaan (Pasal 285 KUHP)
5. Surat Dakwaan Kombinasi
Srt dkwaan yg dibuat PU dg mngkmbnsikan bntuk2
dkwaan, msalnya dkwaan komulatif dikmbnsikan dg
alternatif atau dg dkwaan primer-subsider (brlpis).

Contoh dakwaan kombinasi: 


 Kesatu: Primair: Pembunuhan berencana (Pasal 340
KUHP);
Subsidair: Pembunuhan biasa (Pasal 338 KUHP);
dan
 Kedua: Primair: Pencurian dengan pemberatan (Pasal
363 KUHP);
Subsidair: Pencurian (Pasal 362 KUHP)
KONEKSITAS 
Pengertian
 Pasal 89 (1)
  “Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama
oleh mereka yang termasuk Iingkungan peradilan
umum dan lingkungan peradilan militer, diperiksa
dan diadili oleh pengadilan dalam Iingkungan
peradilan umum kecuali jika menurut keputusan
Menteri Pertahanan dan Keamanan dengan
persetujuan Menteri Kehakiman perkara itu harus
diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam
lingkungan peradilan militer”.
Prinsip Koneksitas
 Dalam ketentuan pasal 89 (1) KUHAP,
terdapat sebuah ketentuan prinsip
pemeriksaan dan peradilan perkara
koneksitas, yakni lingkungan peradilan yang
akan memeriksan dan mengadili perkara
koneksitas adalah lingkungan Peradilan
Umum. Pengecualian yg mngkibatkan
Peradilan Militer bs utk mmriksa&mengadili
perkara koneksitas yakni bila dalam kondisi:
 Jika ada keputusan Menteri Pertahanan
yang mengharuskan perkara koneksitas ini
diperiksa dan diadili oleh lingkungan
Peradilan Militer.
 Keputusan Menteri Pertahanan tersebut
telah mendapat persetujuan dari Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)
bahwa perkara koneksitas itu diperiksa dan
diadili oleh oleh lingkungan Peradilan Militer.
PENYIDIKAN PERKARA KONEKSITAS
Pasal 89 (2) KUHAP telah menentukan
cara dan aparat yang berwenang dalam
melakukan penyidikan terhadap perkara
koneksitas. Aparat penyidik perkara
koneksitas terdiri dari suatu “tim tetap”,
yang terdiri dari unsur :
a. Unsur Penyidik Polri;
b. Polisi Militer;
c. Oditur Militer atau Oditur Militer Tinggi
Oditur Militer dan Oditur Militer
Tinggi yang selanjutnya disebut
Oditur adalah pejabat yang diberi wewenang
untuk bertindak sebagai penuntut umum,
sebagai pelaksana putusan atau penetapan
Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer
atau Pengadilan dalam lingkungan peradilan
umum dalam perkara pidana, dan sebagai
penyidik sesuai dengan ketentuan undang-
undang ini. (Pasal 1 Angka 7 UU Nomor 31
Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer).
SUSUNAN MAJELIS PERADILAN KONEKSITAS Psl 94
KUHA)
Ssnan Majelis Hkm peradilan perkara koneksitas
disesuaikan  dg ling peradilan yg mengadili perkara tsb
yakni:
a. Apabila perkara koneksitas diperiksa dan diadili oleh
lingkungan peradilan umum, maka susunan Majelis
Hakimnya adalah :
-  Sekurang-kurangnya Majelis Hakim terdiri dari tiga
orang.
-  Hakim Ketua diambil dari Hakim Peradilan Umum
(Pengadilan Negeri).
-  Hakim Anggota ditentukan secara berimbang antara
lingkungan peradilan umum dengan lingkungan peradilan
militer (Psl 94 (2) KUHAP).
b. Apabila perkara koneksitas diperiksa dan diadili
oleh lingkungan Peradilan Militer, maka susunan
Majelis Hakimnya adalah :
-  Hakim Ketua dari lingkungan Peradilan Militer.
-  Hakim Anggota diambil secara berimbang dari
hakim Peradilan Umum dan Peradilan Militer.
-  Hakim Anggota yang berasal dari lingkungan
Peradilan Umum diberi pangkat militer “tituler”
(Psl 94 (3) KUHAP)
 Ketentuan tersebut pada ayat (2) dan ayat (3)
berlaku juga bagi pengadilan tingkat banding
(Psl 94 (4) KUHAP).
SECARA TEORETIS TERDAPAT EMPAT
TEORI MENGENAI SISTEM PEMBUKTIAN
YAITU:
 Sistem pembuktian menurut Undang-
undang secara positif (positief wettelijke
bewijs theorie)
Menurut teori ini, sistem pembuktian positif
bergantung pada alat-alat bukti sebagaimana
disebut secara limitatif dalam undang-undang.
Singkatnya, undang-undang telah menentukan
tentang adanya alat-alat bukti mana yang dapat
dipakai hakim, cara bagaimana hakim
menggunakannya, kekuatan alat bukti tersebut
dan bagaimana hakim harus memutus terbukti
atau tidaknya perkara yang sedang diadili.
lnjtan....,
Jadi jika alat-alat bukti tersebut digunakan sesuai
dengan undang-undang maka hakim mesti
menentukan terdakwa bersalah walaupun hakim
berkeyakinan bahwa terdakwa tidak bersalah

 Kebaikan sistem pembuktian ini, yakni hakim akan


berusaha membuktikan kesalahan terdakwa tanpa
dipengaruhi oleh nuraninya sehingga benar-benar
obyektif karena menurut cara-cara dan alat bukti
yang di tentukan oleh uu.
Sistem pembuktian menurut keyakinan hakim
melulu (conviction intime)
 Pada sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim,
hakim dapat menjatuhkan putusan berdasarkan
keyakinan belaka dengan tidak terikat oleh suatu
peraturan.
Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan
hakim atas alasan yang logis ( Laconviction
Raisonnee)
 Menurut teori ini, hakim dapat memutuskan seseorang
bersalah berdasarkan keyakinannya, keyakinan yang
didasarkan kepada dasar-dasar pembuktian disertai
dengan suatu kesimpulan ( conclusie) yang
berlandaskan kepada peraturan-peraturan pembuktian
tertentu.
Persamaan antara keduanya ialah keduanya sama
berdasar atas keyakinan hakim, artinya terdakwa tidak
mungkin dipidana tanpa adanya keyakinan hakim
bahwa ia bersalah.

Sistem pembuktian menurut undang-undang


secara negatif (negatief wettelijke bewijs
theorie)
 Pada prinsipnya, sistem pembuktian menurut undang-
undang secara negatif menentukan bahwa hakim
hanya boleh menjatuhkan pidana tehadap terdakwa
apabila alat bukti tersebut secara limitatif ditentukan
oleh undang-undang dan didukung pula oleh adanya
keyakinan hakim terhadap eksistensinya alat-alat bukti
tersebut.
lnjtan....,
Artinya hakim hanya boleh menyatakan terdakwa
bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan 
apabila ia yakin dan keyakinannya tersebut
didasarkan kepada alat-alat bukti yang sah menurut
undang-undang.
 Ada dua hal yg mrpkan syarat utk mmbktikan kslhan
terdakwa, yakni:
1. pertama, Wettelijk yaitu adanya alat-alat bukti yg
sah dan dittpkan olh uu.
2. kedua, yaitu adanya keyakinan (nurani) dri hakim,
shngga brdsarkan bukti2 tsb hakim meyakini kslhan
terdakwa. Antara alat-alat bukti dg keyakinan
diharuskan adanya hubungan causal (sebab akibat).
menurut Lilik Mulyadi KUHAP di Indonesia
menganut sitem pembuktian menurut
undang-undang secara negatif. Di dalam
sitem pembuktian menurut undang-
undang secara negatif (negatief wettelijke
bewujs theorie) terdapat unsur dominan
berupa sekurang-kurangnya dua alat bukti
sedangkan unsur keyakinan hakim hanya
merupakan unsur pelengkap
 Hukum pembuktian merupakan ketentuan-
ketentuan mengenai pembuktian yang meliputi
alat bukti, barang bukti, cara mengumpulkan dan
memperoleh bukti sampai pada penyampaian
bukti di pengadilan serta kekuatan pembuktian
dan beban pembuktian.  Dg kata lain, Hukum
pembuktian adalah seperangkatkaidah hukum
yang mengatur tentang pembuktian.
 Hukum Acara Pidana
Yang dimaksud dengan “membuktikan” adalah
meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau
dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu
persengketaan-persengketaan.
Menurut Pasal 183 KUHAP menyatakan
bahwa “hakim tidak boleh menjatuhkan
pidana kepada seseorang kecuali apabila
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang
sah ia memperoleh keyakinan bahwa
suatu tindak pidana benar-benar terjadi
dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya.”
Alat bukti yang dimaksud di sini adalah
sesuai dengan pasal 184 KUHAP ayat 1,
yaitu :
a. Keterangan Saksi;
b. Keterangan Ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan Terdakwa
“Saksi adl org yg dpt mbrikan ket gna kpntingan
pnydikan, pnntutan dan peradilan ttg suatu
perkara pid yg ia dngar sndiri, ia Iht sndiri dan
ia alami sndiri” (Psl 1 angka 26 KUHAP) .
Keterangan Saksi Psl 185
(1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi
nyatakan di sidang pengadilan.
(2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan
bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan
kepadanya.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku
apabila disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.
(4) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang
suatu kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat
bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu
dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan
adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.
(5) Baik pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil
pemikiran saja, bukan merupakan keterangan ahli.
(6) Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus
dengan sungguhsungguh memperhatikan:
a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang
lain;
b. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti
lain;
c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk
memberi keterangan yang tertentu;
d. cara hidup dan kesusilaán saksi serta segala sesuatu
yang pada umumnya dapat mempengaruhi dapat
tidaknya keterangan itu dipercaya.
(7) Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun
sesuai satu dengan yang lain tidak merupakan alat bukti
namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan
dari saksi yang disumpah dapat dipergunakan sebagai
tambahan alat bukti sah yang lain
Keterangan Ahli (Psl 186)
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang
pengadilan;

Surat (ps.187)
a. berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh
pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya,
yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang
didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan
alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu
b. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang
termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya
dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau
sesuatu keadaan;
c. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu
keadaan yang diminta secara resmi dari padanya;
d. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya
dengan isi dari alat pembuktian yang lain.
Petunjuk
Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau
keadaan, yang karena persesuaiannya, baik
antara satu dengan yanglain, maupun dengan
tindak pidana itu sendiri, menandakan telah
terjadinya suatu tindak pidana dan siapa
pelakunya (psl 188 KUHAP). Petunjuk dapat
diperoleh dari :
a. Keterangan saksi.
b. Surat;
c. Keterangan terdakwa.
Keterangan terdakwa (ps.189)
(1) Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa
nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia
lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami
sendiri.
(2) Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang
dapat digunakan untuk membantu menemukan
bukti di sidang, asalkan keterangan itu didukung
oleh suatu alat bukti yang sah sepanjang mengenai
hal yang didakwakan kepadanya.
(3) Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan
terhadap dirinya sendiri.
(4) Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk
membuktikan bahwa ia bersalah melakukan
perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan
harus disertai dengan alat bukti yang lain.
Pasal 190 KUHAP
a. Selama pemeriksaan di sidang, jika terdakwa
tidak ditahan, pengadilan dapat memerintahkan
dengan surat penetapannya untuk menahan
terdakwa apabila dipenuhi ketentuan Pasal 21
dan terdapat alasan cukup untuk itu.
b. Dalam hal terdakwa ditahan, pengadilan dapat
memerintahkan dengan surat penetapannya
untuk membebaskan terdakwaa jika terdapat
alasan cukup untuk itu dengan mengingat
ketentuan Pasal 30.
PNGRTIAN PTSAN PENGADILAN
Pngrtian ptsan pengadilan mnrut Psl 1 butir 11
KUHAP yaitu prnytaan hakim yg diucpkn dlm
sdng pengadilan tbka yg dpt brpa pmdnaan
atau bebas atau lepas dr sgl tttan hkm, dlm
hal srt mnrut cra yg diatur dlm uu ini. Ptsan
pngdilan hnya sah&mmpnyai kktan hkm ttap:
 Ptsan pngdilan brlku sah&mmpnyai
kktan hkm ttap apbl diucpkan disdang
pngdlan tbka utk umum.
 Smua kptsan tnp kcli hrs diucpkan dlm
sdang yg tbka utk umum.
Yg dimksd dg “ptsan pngdilan yg tlh
mmprleh kktan hkm tetap” adl :
 ptsan pngdilan tngkt prtma yg tdk diajukan
bnding/kasasi dlm wkt yg ditntkan olh KUHAP;
 ptsan pngdilan tngkt bnding yg tdk diajukan
kasasi dlm wkt yg ditntkan olKUHAP; atau
 ptsan kasasi.
Lalu bgmna dg kasasi.....?
mnyimak pdpt M. Yahya Harahap dlm
buku Pmbhsan Prmslahan dan Pnrpan KUHAP:
Pemeriksaan Sidang pengadilan, Banding, Kasasi
dan Peninjauan Kembali (hal. 615) sbb:
lnjtan....,
“Selama putusan belum mempunyai kekuatan
hukum tetap, upaya peninjauan kembali tidak
dapat dipergunakan. Terhadap putusan yang
demikian hanya dapat ditempuh upaya hukum
biasa berupa banding atau kasasi. Upaya
hukum peninjauan kembali baru terbuka
setelah upaya hukum biasa (berupa banding
dan kasasi) telah tertutup. Upaya hukum
peninjauan kembali tidak boleh melangkahi
upaya hukum banding dan kasasi.”
PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM PUTUSAN
 Produk hakim dr hsil pmriksaan prkra di prsdngan
ada 3 mcam yaitu ptsan, pntapan, dan akta
prdmaian. Putusan adl prnytaan hakim yg
dituangkan dlm bntk trtlis&diucapkan olh hakim
dlm sdng trbka utk umum sbg hsil dr pmrksaan
prkra ggtan (kontentius). Penetapan adl
prnytaan hakim yg dituangkan dlm bntk
trtlis&diucapkan olh hakim dlm sdng trbka utk
umum sbg hsil dr pmrksaan prkra prmhonan
(voluntair). Sedangkan akta perdamaian adl
akta yg dibuat olh hakim yg brsi hsil msywrah
antra para phk dlm sngkta utk mngkhiri
sngkta&brlku sbg ptsan.
Beberapa jenis putusan Hakim dlm
perkara pidana:

 Putusan Bebas (Vrijspraak/Acquittal)


 Putusan Lepas (Onslag van alle
Rechtsvervolging)
 Putusan Pemidanaan (Veroordeling)
 Putusan Bebas (Vrijspraak/Acquittal)
 Pasal 191 KUHAP
(1) Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil
pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas
perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti
secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa dakwa
diputus bebas.

 Putusan Lepas (Onslag van alle


Rechtsvervolging)
(2) Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang
didakwakan képada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu
tidak merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus
lepas dari segala tuntutan hukum. (lht lg ktntuan Psl 92
KUHAP)
 Putusan Pemidanaan (Veroordeling)
 Pasal 193 KUHAP
(1) Jika pengadilan bpndapat bhw terdakwa brslah
mlkkan tipid yg didakwakan kpdnya, mk
pengadilan menjatuhkan pidana.
(2) a. Pengadilan dlm mjthkan putusan, jk trdkwa
tdk ditahan, dpt mmrintahkan spy trdakwa tsb
ditahan, apbla dipenuhi ktntuan Pasal 21 dan
tdpt alasan cukup untuk itu.
b. Dlm hal trdakwa ditahan, pengadilan dlm
mjtuhkan putusannya, dpt mntapkan trdakwa tetap
ada dlm tahanan atau membebaskannya, apabila
terdapat alasan cukup untuk itu.
Pasal 194 KUHAP
(1) Dlm hal putusan pemidanaan atau bebas atau
lepas dr sgl tuntutan hukum, pengadilan
menetapkan spy barang bukti yg disita
diserahkan kpd pihak yg plg berhak menerima
kbl yg namanya tercantum dlm putusan tsb kcli
jk mnrut kttuan uu barang bukti itu hrs dirampas
utk kptingan ngra atau dimusnahkan atau
dirusak sehingga tidak dapat dipergunakan lagi.
(2) Kcli apbla tdpt alasan yg sah, pengadilan
mntpkan spy barang bukti diserahkan sgra
sesudah sidang selesai.
(3) Perintah penyerahan barang bukti dilkkan tnp
disertai sesuatu syarat apapun kcli dlm hal
putusan pengadilan belum mempunyai kekuatan
hukum tetap.
 Pasal 196 KUHAP
(1) Pengadilan memutus perkara dengan hadirnya terdakwa kecuali
dalam hal undang-undang ini menentukan lain.
(2) Dalam hal terdapat lebih dari seorang terdakwa dalam satu
perkara, putusan dapat diucapkan dengan hadirnya terdakwa yang
ada.
(3) Segera sesudah putusan pemidanaan diucapkan, bahwa hakim
ketua sidang wajib memberitahukan kepada terdakwa tentang
segala apa yang menjadi haknya, yaitu:
a. hak segera menerima atau. segera menolak putusan;
b. hak mempelajari putusan sebelum menyatakan menerima atau
menolak putusan, dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh
undang-undang ini;
c. hak minta menangguhkan pelaksanaan putusan dalam tenggang
waktu yang ditentukan oleh undang-undang untuk dapat
mengajukan grasi, dalam hal ia menerima putusan;
d. hak minta diperiksa perkaranya dalam tingkat banding dalam
tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-undang ini, dalam
hal Ia menolak putusan;
e. hak mencabut pernyataan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-undang ini.
ISI PUTUSAN HAKIM Psl 197 KUHAP
(1)Surat putusan pemidanaan memuat:
a. kepala putusan yang dituliskan berbunyi : "DEMI
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA";
b. nama lngkp, tmp lhr, umur/tgl lhr, jns klmin,
kbngsaan, tmp tinggal, agama dan pekerjaan
terdakwa;
c. dakwaan, sbgmn tdpt dlm surat dakwaan;
d. pertimbangan yg disusun scr ringkas mengenai
fakta dan keadaan bsrta alat pmbktian yg diprleh
dr pmriksaan di sidang yg mjd dsr penentuan
kesalahan terdakwa,
e. tuntutan pidana, sbgmna tdpt dlm surat
tuntutan;
f. Psl prtran prndang2an yg mjd dsr pemidanaan
atau tindakan dan Psl prturan prundang2an yg mjd
dsr hkm dr ptsan, disertai keadaan yg memberatkan
dan yang meringankan terdakwa;
g. hari dan tanggal diadakannya musyawarah
majelis hakim kecuali perkara diperiksa oleh hakim
tunggal;
h. pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan
telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak
pidana disertai dengan kualifikasinya dan
pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan;
i. ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan
dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti dan
ketentuan mengenai barang bukti;
j. keterangan bahwa seluruh surat ternyata
palsu atau keterangan di mana Ietaknya
kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik
dianggap palsu;
k. perintah supaya terdakwa ditahan atau
tetap dalam tahanan atau dibebaskan;
l.hari dan tanggal putusan, nama penuntut
umum, nama hakim yang memutus dan
nama panitera;
(2) Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat
(1) huruf a, b, c, d, e, f, h, j, k dan I pasal inii
mengakibatkan putusan batal demi hukum.
Pasal 199 KUHAP
(1) Surat putusan bukan pemidanaan memuat :
a. ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
197 ayat (1) kecuali huruf e, f dan h;
b. pernyataan bahwa terdakwa diputus bebas atau
lepas dari segala tuntutan hukum, dengan
menyebutkan alasan dan pasal peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar
putusan;
c. perintah supaya terdakwa segera dibebaskan
jika Ia ditahan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
197 ayat (2) dan ayat (3) berlaku juga bagi pasal in
UPAYA HUKUM
 Upaya hkm adl hak trdakwa/PU utk mlwan ptsan
pengadilan (vonis) utk tdk mnrma ptsan
pengadilan.
 Mksud dr upaya hkm adl utk mmprbaiki kslhan
yg diprbuat olh instansi hkm sblmnya.
2 macam upaya hkm dlm KUHAP :
– Upaya hukum biasa :
 Verzet (perlawanan)
 Banding
 Kasasi
– Upaya hukum luar biasa :
 Kasasi demi kepentingan hukum
 PK ptsan pengadilan yg tlh mmprleh kktan hkm yg ttp
(herzeining)
TUJUAN UPAYA HUKUM
 MEMPERBAIKI KEKELIRUAN
PUTUSAN
 MENCEGAH KESEWENANGAN DAN
PENYALAHGUNAAN JABATAN
 PENGAWASAN TERHADAP
KESERAGAMAN PENERAPAN HUKUM
Upaya Hukum Biasa
BANDING BAB XVII KUHAP
Banding adl suatu upaya yg dilkkan olh
terdakwa/PU thdp ptsan pengadilan tngkt
prtma kcli thdp ptsan bebas, lepas dr sgl
tttan hkm atau banding artinya proses
menentang keputusan hukum secara
resmi. Di Indonesia banding diajukan di
Pengadilan Tinggi yang terletak di ibukota
provinsi.

 Trdkwa/PU brhk utk mmnta bnding trhdp


ptsan Pengadilan tngkt prtma, kcli trhdp
ptsan, lpas dr sgl tnttan hkm yg mnyngkut
mslh krg tptnya pnrpan hkm dan ptsan
pngadilan dlm acra cpt, (diatur dlm Psl 67
KUHAP).
 Prmntaan bnding sbgmna dimksud dlm Psl 67
dpt diajukan ke pngdilan tinggi olh trdkwa/yg
khsus dikuasakan utk itu atau PU, (Lht Psl 233
KUHAP).
Pasal 67 KUHAP, permohonan atas banding tidak
dapat diajukan atas :
– Putusan pembebasan (vrijspraak)
– Putusan pelepasan dari semua tuntutan
hukum menyangkut kurang tepatnya
penerapan hukumnya
 Hanya prmtaan bnding sbgmna dimksud dlm
ayat (1) blh ditrma olh panitera pngdlan negeri
dlm wktu 7 hri ssdah ptsan sdh dijtuhkan/stlh
ptsan dibrthakan kpd trdkwa yg tdk hdr sbgmna
dimksd dlm Psl 196 (2).
Syarat2 dr upaya banding sbb
 Diajukan dlm ms tenggang wkt banding.
 Ptsan tsb mnrut hkm blh dimntkan banding.
 Mmbyar pnjar biaya banding.
 Mnghdap di Kepaniteraan PN yg ptsannya
dimohonkan banding.
Tujuan banding ada dua macam yaitu:
1.Menguji putusan pengadilan tentang
ketepatannya ;
2.Untuk memeriksa baru untuk keseluruhan
perkara itu
Pencabutan Banding
Pasal 234 KUHAP
(1) Selama perkara banding belum diputus oleh pengadilan
tinggi, permintaan banding dapat dicabut sewaktu-waktu
dan dalam hal sudah dicabut, permintaan banding dalam
perkara itu tidak boleh diajukan lagi.
(2) Apabila perkara telah mulai diperiksa akan tetapi belum
diputus sedangkan sementara itu pemohon mencabut
permintaan bandingnya, maka pemohon dibebani
membayar biaya perkara yang telah dikeluarkan oleh
pengadilan tinggi hingga saat pencabutannya
Pngrtian memori banding
dan kontra banding
1. Memori banding: pkok2 prkra yg
ditlis olh pngggat bnding ttg pkok
prkra yg dibndingkan kpd PT.
2. Kontra memori banding: pkok2
prkra yg ditlis olh trggat banding ttg
pkok prkra yg dibndingkan kpd PT
sbg jwban ats memori banding yg
dibuat olh Pngggat Banding.
Upaya Hkm Biasa 
KASASI Bab XVII KUHAP
Kasasi adalah pembatalan atas keputusan
Pengadilan-pengadilan yang lain yang dilakukan
pada tingkat peradilan terakhir dan dimana
menetapkan perbuatan Pengadilan-pengadilan
lain dan para hakim yang bertentangan dengan
hukum, kecuali keputusan Pengadilan dalam
perkara pidana yang mengandung pembebasan
terdakwa dari segala tuduhan,
 Trhdp ptsan prkra pid yg dibrkan pd tngkt akhir
olh pngdilan lain, slain drpda MA, trdkwa/PU dpt
mngjkan prmntaan pmrksaan kasasi kpd MA kcli
ptsan bebas, (Lht Psl 244 KUHAP). 
 Tenggang waktu kasasi: Psl 245 ayat (1)
KUHAP, mnybtkan prmhnan kasasi
disampaikan dlm wkt 14 hari ssdah ptsan
pngdilan.
 Tata cara kasasi: Prmtaan tsb olh panitera
ditulis dlm sbuah srt ketrangan yg
ditndtngani olh panitera&pmhon&dicatat
dlm dftr yg dilmpirkan pd brkas acara,
(Lht Psl 245 (2) KUHAP).
Syarat2 yg hrs dipenuhi dlm mngjkan
kasasi sbb:
 Diajukan olh phk yg brhak mngjukan kasasi.
 Diajukan msh dlm tnggang wkt kasasi.
 Putusan atau penetapan PN dan PTU/PTN,
mnrut hkm dpt dimintakan kasasi.
 Mmbuat memori kasasi (pasal 47 ayat (1)
UU No. 14/1985).
 Mmbyar pnjar biaya kasasi (pasal 47).
 Mnghdap di Kepaniteraan PN yg brsngktan. 
ALASAN KASASI (Psl 253 (1) KUHAP)
“Pmrksaan dlm tngkat kasasi dilkkan olh MA
ats prmntaan para pihak sbgmn dimksud dlm
Psl 244 dan Psl 248 KUHAP gn mnntkan”
a. Apkh bnr suatu prtran hkm tdk ditrpkan tdk
sbgmn mstinya;
b. Apkh bnr cr mngdli tdk dilksnkan mnrut
ktntuan uu; dan
c. Apkh bnr pngdlan tlh mlmpaui btas
kwnangannya.
PENCABUTAN KASASI Psl 247 KUHAP
1. Dpt dilkkan swktu2 sblm prkra diptus olh
MA.
2. Skli dicbut tdk dpt diajukan lgi. Yakni:
sblm brkas prkra dikirim, sblm prkra
dipriksa olh MA&stlh prkra mlai diperiksa.
Pengertian memori kasasi dan kontra memori
kasasi
1. MEMORI KASASI adl srt ingatan/srt yg brisi kbratan2
ats judex facti (ptsan hkm trdhlu). Memori kasasi hrs
dibuat stlh mnytkan kasasi di panitera pengdilan. Tdk
mmbuat memori kasasi, prkra ditolak kasasinya.
Memori kasasi ditjkan kpd MA mllui panitera
pengadilan dimn prkra itu diputus tindasannya pd
lawan prkra&arsip utk pengadilan terdahulu. 
2. KONTRA MEMORI KASASI adl srt blsan ats MEMORI
KASASI yg ditrima dr phk lawan. Kontra memori
kasasi bs dibuat bs tdk perlu. Memori Kasasi ditjkan
ke MA mllui panitera pengadilan yg mnyrahkan
Memori Kasasi, tindasannya pd lawan prkra.
Pngrtian: somasi, prodeo.
1. SOMASI adl pringtan kpd phk yg llai
mlkkan kwjbannya. Bs dilkkan mllui PN
dimn org yg llai berdomisi, bs mllui srt
lngsung/lngsung bcra pd phk yg llai (Pasal
1238 KUHPerdata)
2. Perma No. 1/2014, prodeo adalah proses
berperkara di pengadilan secara cuma-
cuma dengan dibiayai negara melalui
anggaran Mahkamah Agung RI. 
UPAYA HUKUM LUAR BIASA
Kasasi Utk Kpntngan Hkm (Psl 259 KUHAP)
(1) Dmi kpntngan hkm trhdp smua ptsan yg tlh mmprleh
kptsan hkm ttap dr pngdlan lain slain drpda MA, dpt
diajukan satu kali prmhnan kasasi olh Jaksa Agung
(2) Ptsan kasasi dmi kpntngan hkm tdk bleh mrgkan
pihak yg brkpntngan
 Prmhnan kasasi dmi kpntngan hkm disampaikan olh
jaksa agung kpd MA mllui panitera pngdlan yg tlh
mmtskan prkra dlm tngkat prtma, dsrtai risalah yg
mmuat alasan2 prmntaan itu, (Lht Psl 260 ayat (1)
KUHAP).
UPAYA HKM LUAR BIASA
Pnnjauan kmbli (PK) atas ptsan
pngdlan yg tlh mmpnya hkm tetap
(Psl 263)
(1) trhdp ptsan pngdlan yg tlh mmprleh
kktan hkm ttap, kcli ptsan bbas atau lpas
drsgl tnttan hkm, trpdna/ahli wrisnya dpt
mngjkan prmntaan pnnjauan kmbli kpd
MA.
(2) Permintaan peninjauan kembali dilakukan
atas dasar:
a. apbla tdpt kdaan br yg mnmbulkan dugaan kuat, bhw
jk kdaan itu sdh dikthui pd wkt sidang msh brlngsung,
hslnya akn brpa ptsan bebas atau putusan lepas dr sgl
tnttan hkm atau tnttan PU tdk dpt diterima atau thdp
prkra itu diterapkan ktntuan pid yg lbh ringan;
b. apbla dlm pelbagai ptsan tdpt prnytaan bhw sesuatu tlh
terbukti, akan ttpi hal atau kdaan sbg dasar dan alasan
ptsan yg dinyatakan tlh terbukti itu, ternyata telah
bertentangan satu dg yang lain;
c. apbla ptsan itu dg jls mprlhatkan suatu kekhiIafan
hakim atau suatu kekeliruan yg nyata.
(3) Atas dasar alasan yg sma sbgmna tsb pd ayat (2) thdp
suatu ptsan pengadilan yg tlh mproleh kekuatan hukum
tetap dpt diajukan permintaan PK apbla dlm ptsan itu
suatu prbtan yg didakwakan tlh dinyatakan terbukti akan
tetapi tidak diikuti oleh suatu pemidanaan
Pasal 264 KUHAP
(1) Permintaan PK oleh pemohon sbgmna dimksud dlm Psl 263
ayat (1) diajukan kpd panitera pengadilan yg tlh memutus
perkaranya dlm tingkat pertama dg menyebutkan secara
jelas alasannya.
(2) Ketentuan sbgmna dimaksud dlm Pasal 245 ayat (2) brlku
jg bg permintaan PK. (Lht Psl 245 ayat (2) Permintaan tsb
oleh panitera ditulis dlm sebuah surat ket yg
ditandatangani oleh panitera serta pemohon, dan dicatat
dalam daftar yang dilampirkan pada berkas perkara).
(3) Permintaan PK tdk dibatasi dg suatu jangka waktu.
(4) Dlm hal pemohon PK adl terpidana yg kurang mmhami hkm,
panitera pd wkt mnrima permintaan PK wjb menanyakan
apakah alasan ia mengajukan permintaan tsb dan utk itu
panitera mbuatkan srt permintaan PK.
(5) Ketua pengadilan segera mengirimkan surat permintaan PK
bsrta berkas perkaranya kpd MA, disertai suatu catatan
penjelasan.
Pasal 266 KUHAP
(1)Dlm hal permintaan PK tidak
memenuhi ktntuan sbgmn tsb pd
Pasal 263 ayat (2), MA mnytkan bhw
permintaan PK tdk dpt diterima dg
disertai dasar alasannya
(2)Dlm hal MA brpdpt bhw permintaan
PK dpt diterima utk diperiksa,
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. apbla MA tdk membenarkan alasan pemohon, MA
mnlak permintaan PK dg menetapkan bhw
putusan yg dimintakan PK itu tetap brlku disertai
dasar pertimbangannya;
b. apbla MA membenarkan alasan pemohon, MA
mbtalkan ptsan yg dimintakan PK itu dan
menjatuhkan putusan yg dpt berupa:
1. ptsan bebas;
2. ptsan lepas dari segala tuntutan hukum;
3. ptsan tdk dpt menerima tuntutan penuntut
umum;
4. ptsan dg mnrapkan ktntuan pid yg lbh ringan.
(3) Pid yg dijatuhkan dlm ptsan PK tdk blh mlbihi
pid yg tlh dijatuhkan dlm putusan semula.
Syarat2 yg hrs dipnhi utk PK sbb:
 Diajukan olh phk yg berperkara.
 Putusan tsb mnrut hkm blh dimntkan
banding.
 Mmbuat srt pmhonan PK yg mmuat
alsan2nya.
 Mmbyar pnjar biaya banding, kcli dlm hal
prodeo. Mmbyar panjar biaya PK.
 Mnghdap di Kepaniteraan PN yg mmtus
perkara pd tngkt pertama.
PROSEDUR PENGAJUAN PERMOHONAN
KEMBALI
1) Prmhonan kmbli diajukan olh phk yg brhk kpd
MA mllui Ketua PN yg mmtus prkra dlm tngkt
pertama.
2) Membayar biaya perkara.
3) Prmhonan Pngjuan Kmbli dpt diajukan scr
lisan maupun tertulis.
4) Bila prmhonan diajukan scr trtluis mk hrs
disbtkan dg jls alsan yg mjd dsr
prmhonannnya&dimsukkan ke kepaniteraan
PN yg mmtus prkra dlm tngkt prtma (Pasal 71
ayat (1) UU No. 14/1985).
5. Bila diajukan scr lisan mk ia dpt mngraikan
prmhonannya scr lisan dihdpan Ketua PN yg
brsngktan/dihdpan hakim yg ditnjuk Ketua PN tsb,
yg akn mmbuat cttan ttg prmhonan tsb (Pasal 71
ayat (2) UU No. 14/1985).
6) Hndaknya srt prmhonan PK dissun scr lngkp&jls,
krn prmhonan ini hny dpt  diajukan sekali.
7) Stlh Ketua PN mnrima prmhonan PK mk panitera
brkwjiban utk mmbrikan atau mngrimkan salinan
prmhonan tsb kpd phk lawan pemohon plng lmbat
14 hr dg tjuan agr dpt dikthui&dijwb olh lawan
(pasal 72 ayat (1) UU No. 14/1985).
8)   Phk lawan hny pny wkt 30 hr stlh tnggl ditrima
salinan prmhonan utk mmbuat jwban bl lwt mk
jwban tdk akn diprtimbngkan (pasal 72 ayat (2) UU
No. 14/1985).
9)   Surat jwban disrhkan kpd PN yg olh panitera
dibubuhi cap, hr srt tgl ditrimanya utk slnjtnya
salinan jwban dismpaikan kpd pemohon utk dikthui
(pasal 72 ayat (3) UU No. 14/1985).
10) Prmhonan PK lngkp dg brkas prkra bsrta biayanya
dikirimkan kpd MA plg lmbt 30 hr (pasal 72 ayat (4)
UU No. 14/1985).
11) Pncbutan prmhonan PK dpt dilkkan sblm ptsan
dibrkan, ttp prmhonan PK hny dpt diajukan st kali
(pasal 66 UU No. 14/1985).
KEWENANGAN MA ttg PK jg trdpt
dlm UU No. 14 Thn 1985 ttg MA
 Pasal 28 UU No. 14 Thn 1985 ttg MA
(1) Mahkamah Agung bertugas dan
berwenang memeriksa dan memutus:
a. permohonan kasasi;
b. sengketa tentang kewenangan mengadili;
c. permohonan peninjauan kembali putusan
Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
PK jg dsbkan dlm Psl 24 UU No.
48/2009 ttg Kekuasaan Kehakiman
 Pasal 24
(1) Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, pihak-pihak yang
bersangkutan dapat mengajukan peninjauan kembali
kepada Mahkamah Agung, apabila terdapat hal atau
keadaan tertentu yang ditentukan dalam undang-
undang.
(2) Terhadap putusan peninjauan kembali tidak dapat
dilakukan peninjauan kembali.
(Lht SEMA No. 7 Thn 2014 ttg pngjuan pmhnan PK
dlm perkara Pid).
GRASI, AMNESTI, ABOLISI&REHABILITASI
Brdsrkan Psl 14 UUD NRI Thn 1945, Presiden
Republik Indo brhak utk mmbrikan grasi&rehabilitasi
dg mmprhtikan prtmbngan MA (Psl 14 ayat (1)), srt
mbrikan amnesti&abolisi dg mprhtikan ptmbangan
DPR (Psl 14 ayat (2)).

1. PENGERTIAN GRASI
Dlm arti smpit brrti mrpkan tndkan meniadakan
hkman yg tlh diptskan olh hakim. DG kt lain,
Presiden brhk utk meniadakan hkman yg tlh
dijthkan olh hakim kpd sseorg.(ampunan dr
presiden pd org yg tlh dijthi hkman).
2. PENGERTIAN AMNESTI
Mrpkan suatu pnytaan thdp org bnyk yg trlbat
dlm suatu tndk pid utk meniadakan suatu akibat
hkm pid yg tmbl dr tndk pid tsb. Amnesti ini
dibrkan kpd org2 yg sdh ataupun yg blm dijthi
hkman, yg sdh ataupun yg blm diadakan
pengusutan atau pmrksaan thdp tndk pid tsb.

3. PENGERTIAN ABOLISI
Mrpkan suatu kptsan utk mnghntikan
pengusutan &pmrksaan suatu prkra, dimn
pengadilan blm mjtuhkan kptsan thdp prkra tsb. 
lnjtan....,
Seorang presiden mbrikan abolisi dg prtmbngan dmi
alsan umum mngngat prkra yg mnyngkut para trsngka
tsb trkait dg kpntngan ngra yg tdk bs dikrbankan olh
kptsan pengadilan. (pnghpusan hkm atau membatalkan
hkm.)

4. PENGERTIAN REHABILITASI
Rehabilitasi mrpkan suatu tndkan Presiden dlm rngka
mmlihkan nama baik sseorg yg tlh hlng krn suatu
kptsan hakim yg trnyta dlm wkt brkutnya trbkti bhw
kslhan yg tlh dilkkan se-org trsngka tdk sbrpa
dibndingkan dg prkraan smla/bhkan ia trnyta tdk brslah
sm skli.
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai