Anda di halaman 1dari 24

Hukum Perdata

-Maria Ulfah-
Perkembangan Dalam Kurikulum
Fakultas Hukum UNPAR 2018
• Penggunaan istilah Hukum Perdata (4 sks),
dihapuskan, tanpa mengubah banyak materi
sebelumnya, menjadi mata kuliah :
- Hukum Orang dan Keluarga (2 sks);
- Hukum Benda dan Jaminan (2 sks)

dapat diambil secara bersamaan


Hukum Orang dan Keluarga
• Materi Hukum Orang: siapa subjek hukum Perdata,
hak dan kewajiban subjek hukum perdata,
kewenangan dan kecakapan subjek hukum, hal-hal
yang terkait dengan status subjek hukum :
pendewasaan, perwalian, pengampuan, dsb.
• Materi Hukum Keluarga: apa itu keluarga?,
terbentuknya keluarga  perkawinan (persyaratan,
tata cara, akibat), segala akibat sebelum dan sesudah
perkawinan  status suami istri, status anak, harta
benda perkawinan, perceraian.
Hukum Benda dan Jaminan

• Materi hukum benda: pengertian benda,


pembagian benda, hak kebendaan, pengalihan
benda dan hak kebendaan.
• Materi hukum jaminan: pengertian dan
terbentuknya jaminan, jenis-jenis jaminan yang
berlaku di Indonesia.
Hukum Perdata:
 Rangkaian peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum
antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan
menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
 Segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan
perseorangan (Prof. Subekti).

Hukum perdata (arti luas) mencakup:


1) Hukum Perdata (arti sempit)  umum;
2) Hukum Dagang  specialis
(lex specialis legi generali).
Hukum Perdata Indonesia Dikaitkan
dengan Klasifikasi Hukum
• Menurut sumbernya, hukum perdata merupakan hukum “undang-
undang”, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan
perundangan.

• Menurut bentuknya, hukum perdata merupakan hukum tertulis yang


telah “dikodifikasikan” (pembukuan jenis-jenis hukum tertentu
dalam Kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap)

• Menurut tempat berlakunya, hukum perdata merupakan hukum


nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu Negara.
• Menurut waktu berlakunya, hukum perdata merupakan Ius
Constitutum (hukum positif).
• Menurut cara mempertahankannya, hukum perdata merupakan
hukum material, yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yg
mengatur kepentingan² dan hubungan² yg berwujud perintah² dan
larangan².
Hukum Acara Perdata menurut cara mempertahankannya
merupakan hukum formal, yaitu peraturan² hukum yg mengatur
bagaimana cara² memelihara dan mempertahankan Hukum Perdata
Material atau peraturan² yg mengatur bagaimana cara²nya
mengajukan sesuatu perkara perdata ke muka Pengadilan Perdata
dan bagaimana cara hakim perdata memberikan putusan.
• Menurut sifatnya, hukum perdata merupakan :
hukum yang bersifat memaksa, yaitu hukum yg dalam keadaan
bagaimanapun juga harus dan mempunyai paksaan mutlak.
hukum yang mengatur (pelengkap), yaitu hukum yang dapat
dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah
membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian (lihat sifat isi
KUHPerdata).
Hukum Perdata Hukum Perdata
arti luas arti Sempit

- KUHPerdata (BW) KUHPerdata


- KUH Dagang (WvK) (kodifikasi terdiri dari 4 Buku)
- UU lain yang berkaitan dengan
keperdataan.
Sistem Hukum Perdata di Indonesia:
 pluralisme, kecuali bidang-bidang tertentu yang sudah diatur dalam
hukum nasional secara unifikasi (hukum agraria, hukum perseroan
terbatas, hukum perkawinan, dan lain sebagainya).
 pluralisme akibat pembagian golongan penduduk dengan masing-
masing sistem hukumnya (zaman Belanda-Pasal 131 jo. Pasal 163 IS).
 perkembangannya: pluralisme (hukum perdata nasional, Barat, Adat,
Islam) masih berlaku karena upaya unifikasi hukum perdata belum selesai
dilakukan (untuk mengisi kekosongan hukum  berdasarkan Pasal II
Aturan Peralihan UUD 1945).
Hukum Perdata Nasional
(UU Agraria, UU Perkawinan)

Hukum Perdata Hukum Perdata Barat


Indonesia (BW, WvK)

Hukum (Perdata) Adat +


Hukum Perdata Islam
Asas-Asas Hukum Perdata Barat
di Indonesia

i. Asas individualistik dalam hak milik (eigendom) 


akan dipelajari di HUKUM BENDA
ii. Asas kebebasan berkontrak  akan dipelajari di
HUKUM PERJANJIAN
iii. Asas matrimonial (tidak berlaku)  akan dipelajari di
HUKUM KELUARGA
iv. Asas ketidakcakapan isteri (tidak berlaku)  akan
dipelajari di HUKUM ORANG
v. Asas monogami terbatas  akan dipelajari di
HUKUM KELUARGA
Asas-Asas Hukum Perdata di Indonesia
(KUHPerdata/ Burgerlijk Wetboek/ BW)
 Asas Individualistik dalam Hak Milik (eigendom)
 mengakui adanya hak milik perseorangan/ individu.

 Asas Kebebasan Berkontrak


- Pasal 1338 ayat (1) BW  bahwa semua perjanjian yang dibuat
secara sah mengikat sebagai undang-undang bagi para pihak yang
membuatnya.
- semua : perjanjian yang diatur dalam BW atau yang belum diatur.
- secara sah : berdasarkan Pasal 1320 BW (kesepakatan, pihak yang
membuatnya cakap menurut hukum, adanya hal tertentu, sebab
yang halal).
- Pembatasan lain : Pasal 1339 BW (perjanjian juga harus
berdasarkan kepatutan, kebiasaan atau undang-undang [lain]).
Macam-macam kebebasan berkontrak:
1. Kebebasan dalam membuat perjanjian;
2. Kebebasan menentukan pihak lain dalam
perjanjian;
3. Kebebasan untuk menentukan isi perjanjian;
4. Kebebasan untuk menentukan bentuk perjanjian;
5. Kebebasan untuk menentukan cara pembuatan
perjanjian.
 Asas Matrimonial

(tidak berlaku lagi berdasarkan UU Perkawinan)

 dulu: Pasal 119 BW, pada saat perkawinan berlangsung,


harta kekayaan suami istri bersatu kecuali diatur sebaliknya
dalam perjanjian harta perkawinan.

 sekarang: setelah berlaku UU Nomor 1 Tahun 1974, pada


saat perkawinan berlangsung harta bawaan suami istri tetap
merupakan milik masing-masing, tetapi harta yang didapat
selama perkwainan menjadi milik bersama kecuali diatur
sebaliknya dalam perjanjian harta perkawinan.
 Asas Ketidakcakapan Istri

(tidak berlaku lagi berdasarkan UU Perkawinan)

dulu:
 Pasal 105, 108, 110 & 1330 BW:
seorang wanita bersuami dinyatakan tidak cakap untuk
melakukan perbuatan hukum, kecuali dengan bantuan suami.
 Berdasarkan SEMA Nomor 3/ 1963, pengadilan tidak
menerapkan pasal-pasal tersebut dalam mengadili perkara
yang dihadapi.

sekarang:
 Berdasarkan UU Nomor 1/ 1974, ketentuan-ketentuan
dalam pasal-pasal tersebut tidak berlaku lagi.
 Asas Monogami Terbatas

- Berdasarkan Pasal 27 BW  dalam kurun waktu yang


sama, seorang pria hanya diperbolehkan mempunyai seorang
wanita sebagai isterinya dan sebaliknya.

- Perkembangannya dalam UU Nomor 1 /1974  asas


monogami terbatas, di mana asas monogami tidak berlaku
mutlak (terdapat syarat-syarat tertentu).
Asas-Asas Hukum (Perdata) Adat di Indonesia
• Hukum adat tidak membedakan antara hukum perdata/
privat/sipil dengan hukum publik.
• Berbeda dengan hukum perdata barat yang disusun atas dasar
individualisme, maka hukum adat disusun atas dasar:
+ asas kebersamaan/komunal:
manusia merupakan makhluk dalam ikatan kemasyarakatan;
+ asas religio-magis:
mengakui adanya kekuasaan yang lebih tinggi;
+ asas kenyataan (konkrit):
semua tindakan harus dilakukan secara nyata;
+ asas kontan/ visual (kelihatan):
perbuatan hukum dianggap terjadi bila diikuti oleh suatu
tanda yang dapat dilihat.
Asas-Asas Hukum Perdata Islam di Indonesia

Hukum Muamalat (perikatan).

Hukum Munakahat (Nikah)  mempengaruhi


pembentukkan UU Perkawinan Indonesia (UU No.
1/1974).

Hukum Waris (di Indonesia terdapat 3 sistem yaitu


Hukum Waris Adat, Hukum Waris Perdata Barat &
Hukum Waris Islam.
Sejarah BW
• KUHPerdata/ BW berasal dari Iuris Corpus Civilis (abad VI) yang terdiri dari
Institutiones, Pandecta, Codex, Noveles.

• Corpus Iuris Civilis  dasar penyusunan Code Civil des Francais (yang terdiri dari 3
buku  lihat diktat hal 143).

• Code Civil des Francais diberlakukan di Belanda sebagai Burgelijk Wetboek (10
April 1838)  berlaku 1 oktober 1838.

• BW terdiri dari 4 buku (lihat diktat hal 143).

• BW berlaku di HB terdiri dari 4 buku :


Buku I : tentang Orang
Buku II : tentang Benda
Buku III : tentang Perikatan
Buku IV : tentang Pembuktian dan Daluarsa

(stl Ind merdeka BW tetap berlaku, dikenal sebagai KUH Perdata scr tdk resmi)
Sistematika KUHPerdata
• Buku I : Tentang Orang
• Buku II : Tentang Kebendaan
• Buku III : Tentang Perikatan
• Buku IV : Tentang Daluwarsa dan Pembuktian

 Buku I, II, dan IV  bersifat tertutup dan merupakan hukum


memaksa (compulsory/ mandatory law/ dwingend recht).
 Buku III  bersifat terbuka dan merupakan hukum
pelengkap (optional law/ aan vullend recht).
 Buku IV sudah tidak berlaku sejak ada HIR untuk Hukum
Acara Perdata.
Pokok-Pokok Materi Hukum Perdata di
A. Hukum Perorangan
Indonesia:
 Keseluruhan peraturan keperdataan yang mengatur antara lain tentang
subjek hukum (legal person).
Subjek hukum terdiri atas manusia dan badan hukum (Perseroan
Terbatas, Yayasan, Koperasi).
Tiada suatu hukuman yang dapat menyebabkan “kematian perdata”.
Adanya pembedaan mempunyai hak (rechtbevoeghd) & menjalankan
hak (handelingsbekwaam)  sehingga pada keadaan tertentu:
~ seseorg dinyatakan onbekwaam (tidak cakap)  perwalian;
~ seseorg dinyatakan onbevoughd (tidak mampu)  pengampuan.
Manusia dianggap sebagai subjek hukum sejak dalam kandungan
(janin) diatur di Pasal 2 BW (seorang bayi yang masih berada di
kandungan ibunya dianggap telah dilahirkan jika kepentingannya
menghendaki). Akan tetapi, jika dilahirkan meninggal, ia dianggap tidak
pernah ada.
B. Hukum Keluarga
Keseluruhan peraturan keperdataan yang mengatur mengenai
perkawinan beserta akibat hukumnya.
Hukum keluarga Buku I BW sudah dihapus dengan berlakunya UU
Nomor 1/1974 (tentang Perkawinan) pada tanggal 1 Oktober 1975).
Pasal 1 UU Perkawinan: perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
keTuhanan Yang Maha Esa.
Pasal 2 (1) UU No.1/1974: perkawinan sah bila dilakukan menurut
agamanya masing-masing ( Bagaimana dengan perkawinan
berbeda agama & kepercayaan? Jika perkawinan dilakukan di luar
negeri harus dicatatkan di Indonesia (=penyelundupan hukum).
C. Hukum Kekayaan
Pengaturannya terdapat di Buku II (Bab 1-11, 19-21) dan Buku III
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Hukum Benda di dalam KUHPerdata mengalami perubahan sejak
berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960. Jadi
aturan buku II BW dicabut mengenai bumi, air serta kekayaan alam.
Bagian Buku II BW yang berlaku hanyalah aturan tentang hipotik (hak
tanggungan): lihat diktat halaman 148.

Pembagian jenis benda:


a. Benda yang dapat diganti & yang tidak dapat diganti.
b. Benda yang tidak dapat diperdagangkan.
c. Benda yang dapat dibagi-bagi dan tidak dapat dibagi-bagi.
d. Benda bergerak & benda tidak bergerak.

 Ciri-ciri hak kebendaan: baca diktat halaman 149.


D. Hukum Perikatan
Keseluruhan peraturan keperdataan yang mengatur mengenai perikatan
(hubungan hukum dua orang/ lebih) beserta akibat hukumnya.
Perikatan adalah hubungan hukum antara 2 orang atau lebih, dimana
pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi
prestasi tersebut.
Diatur dalam buku III BW, sifatnya terbuka, terdapat asas kebebasan
kontrak.
Asas kebebasan berkontrak = hukum pelengkap (optional law).
E. Hukum Waris
Semua peraturan keperdataan yang mengatur harta kekayaan seseorang
yang meninggal dunia (ada pewaris yang meninggal dan penerima waris
yang hidup).
Sistem pewarisan menurut KUHPerdata:
a. Sistem pewarisan ab intestato  berdasarkan Undang-Undang.
b. Sistem pewarisan menurut surat wasiat  ditetapkan dalam surat
wasiat.
Perubahan terhadap KUHPerdata
• UUPA No. 5/1960 sejak 24 September 1960.
• UU No. 4/1961 tentang Perubahan Atas Penambahan Nama
Keluarga sejak 25 Februari 1961.
• Yurisprudensi MA No. 105/Sip/1968 tentang putusnya
perkawinan karena onheelbare tweespalt.
• UU No. 1/1974 tentang Perkawinan sejak 2 Januari 1974.
• SEMA No. 3/1963 tentang kecakapan seorang istri di muka
pengadilan dan dalam hal melakukan perbuatan hukum.
• UU No. 4/1996 tentang Hak Tanggungan.
• UU No. 1/1997 tentang Perseroan Terbatas.
• UU No. 42/1999 tentang Jaminan Fidusia.

Anda mungkin juga menyukai