DAFTAR ISI...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULIAN
A.
B.
Rumusan Permasalahan...................................................................................................... 1
C.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
Kesimpulan......................................................................................................................... 16
B.
Saran................................................................................................................................... 16
Daftar pustaka
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang karena
rahmat dan hidayanya saya dapat menyelesaikan Makalah yang Berjudul Hukum Acara Pidana.
Makalah ini disusun melalui berbagai sumber yang aktual dari beberapa media serta
perturan perundang undangan yang tentunya menjadi subjek dalam penyusunan makalah ini.
Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memberikan pengertian kepada kita tentang tinjauan
kondisi serta mengenal lebih dalam tentang aturan yang secara jelas mengatur tentang
mekanisme proses Hukum Acara Pidana. Karena dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, maka segala masukan, kritik dan saran yang bertujuan membangun makalah ini
sangat diharapkan dan diterima secara terbuka. Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada berbagai pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum yang demokratis,
berdasarkan pancasila dan UUD 1945, bukan berdasarkan atas kekuasaan semata-mata. Maka
dari itu, Indonesiamembutuhkan yang namanya sebuah hukum yang hidup atau yang berjalan,
dengan hukum itu diharapkan akan terbentuk suasana yang tentram dan teratur bagi kehidupan
masyarakan Indonesia. Tak lepas dari itu, hukum tersebut juga butuh ditegakkan, demi membela
dan melindungi hak-hak setiap warga Negara.
Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur bagaimana Negara
dengan menggunakan alat-alatnya dapat mewujudkan wewenangnya untuk memidana atau
membebaskan pidana.
Didalam KUHAP disamping mengatur ketentuan tentang cara proses pidana juga mengatur
tentang hak dan kewajiban seseorang yang terlibat proses pidana. Proses pidana yang dimaksud
adalah tahap pemeriksaan tersangka (interogasi) pada tingkat penyidikan.
Latar belakang yang melandasi munculnya KUHAP yaitu :
- HIR yang hanya mengatur tentang landraad dan raad van justitie
- UUD
- Pengakuan HAM
- Jaminan bantuan hukum dan ganti rugi
B.
Rumusan Masalah
Dalam perumusan makalah ini, penulis merumuskan beberapa kriteria yang akan dibahas
dalam makalah ini. Kiranya dengan rumusan masalah ini, telah sedikit mewakili dari seluruh isi
makalah ini. Diantaranya yaitu :
1.
2.
3.
4.
C.
1. Untuk mengetahui apa sebenarnya tujuan dari adanya Hukum Acara Pidana dan hal-hal yang ada
dalam pelaksanaan Hukum Acara Pidana.
2. Guna menambah wawasan dan pengetahuan bagi para mahasiswa mengenai proses pembentukan
suatu hukum pidana dengan mengetahui lebih dalam tentang Hukum Acara Pidana, serta
beberapa permasalahannya.
3. Dapat bermanfaat dan memberikan informasi dalam tentang Hukum Acara Pidana dan
permasalannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
1848 : Diberlakukan hukum IR (Irlands Reglement sataasblad no 16) untuk orang orang pribumi
dan asia asing seperti Cina, Arab, dan lain-lain dan Regelement of strafvordering (hukum acara
pidana) dan reglement of the burgelijke recht vordering (hukum acara perdata) untuk bangsa
Eropa. Nama pengadilanya adalah Raad Van Justitie yang sekarang menjadi pengadilan tinggi.
1941 : Di berlakukan HIR (Het Herzine Inlands Reglement) untuk orang-orang pribumi dan asia asing
seperti Cina, Arab, dan lain-lain.Nama pengadilanya adalah Landrad yang sekarang menjadi
pengadilan negri.
1965 : awal proses pembuatan KUHAP. Draft belum sempurna.
1967 : dibentuk panitia intern dept. kehakiman.
1968 : seminar hukum II di Semarang. Membahas hukum pidana dan HAM.
1973 : Panitia intern Dept. kehakiman menyusun naskah Rancangan Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (RUUHAP) namun mengalami jalan buntu.
1974 : Menteri kehakiman yang sebelumnya adalah Prof. Oemar Seno Aji, diganti oleh Prof. Mochtar
Koesoemoatmaja. Beliau lebih mengintensifkan pembuatan RUUHAP, menyimpan draft V
(karena sebelumnya sudah terjadi perubahan draft sebanyak IV kali), dan menyerahkanya ke
kabinet.
1979: RUUHAP diserahkan ke DPR-RI untuk mendapatkan persetujuan.
981: RUUHAP disetujui sidang gabungan (SIGAB) komisi I dan IIIDPR RI.
23-9-1981:
RUUHAP
disetujui
oleh
DPR-RI
untuk
disahkan
oleh
Presiden.
Simon
Hukum acara pidana bertugas mengatur cara-cara negara dengan alat perlengkapanya
mempergunakan wewenangnya untuk memidana dan menjatuhkan pidana.
Sudarto
hukum acara pidana adalah aturan-aturan yang memberikan petunjuk apa yang harus
dilakukan pleh pada penegak hukum dan pihak-pihak lain yang terlibat didalamnya apabila ada
persangkaan bahwa hukum pidana dilanggar.
C.
1.
2.
a.
b.
c.
3.
D.
1.
2.
3.
4.
kepada orang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan
UU dan atau kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang ditetapkan wajib diberi ganti
rugi(hak seorang untuk mendapat pemenuhan atas tuntutannya yang berupa imbalan sejumlah
uang karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undangundang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini). dan rehabilitasi (hak seorang untuk mendapat pemulihan
hanya dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada tingkat
penyidikan, penuntutan atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa
alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum
yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini) singkat dan para pejabat
penegak hukum yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya menyebabkan asas hukum
tersebut dilanggar, dituntut, dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi.
5.
peradilan cepat, sederhana, biaya ringan, serta bebas, jujur, dan tidak memihak.
6.
7.
terdakwa wajib diberi tahu dakwaanya, dasar hukumnya dan menghubungi dan meminta
bantuan penasihat hukum.
8.
9.
10. pengawasan putusan pengdilan dilakukan oleh ketua pengadilan yang bersangkutan.
E.
1.
Ilmu logika
berguna untuk membuat hipotesa yang dicocokan dengan fakta yang ada sesudahnya
sehingga akan membentuk konstruksi logis tentang ada atau tidak adanya TP.
2.
Psikologi
ilmu yang mempelajari jiwa manusia yang sehat. Ilmu ini diperlukan karena setiap orang
akan mempunyai keadaan jiwa berbeda dengan manusia lain karena perbedaan lingkungan
maupun yang lainnya.
3.
psikiatri
ilmu yang mempelajari jiwa manusia yang sakit. Jika seseorang melakukan tindak pidana
dalam keadaan sakit jiwa, maka dia tidak bisa dipidana.
4.
kriminalistik
mempelajari kejahatan sebagai teknik yang bisa dipelajari misalnya dengan menjelaskan
pertanyaan Dengan apa, dan bagaimana tindak pidana dilakukan.
5.
kriminologi
ilmu yang mempelajari kejahatan sebagai sebagai masalah manusiawi. Misalnya dengan
mengajukan pertanyaan Mengapa, dan apa tujuan seseorang melakukan tindak pidana.
6.
F.
Tersangka: orang yang diduga melakukan tp sebelum masuk sidang pengadila. Jika sudah
masuk pengadilan statusnya menjadi terdakwa, dan apabila sudah diputus maka statusnya
sebagai terpidana.
2.
Saksi: orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentigan penyidikan, penuntutan
dan peradilan tentang suatu perkara yang pidana yang ia dengar, lihat atau alami sendiri.
3.
Saksi ahli: seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk
Penyidik: pejabat polisi negara republik Indonesia yang diberi wewenang menurut UU
Penyelidik: pejabat polisi negara republik Indonesia yang diberi wewenang menurut UU
Penyidik pembantu: pejabat kepolisian negara RI yang karena diberi wewenang tertentu
Jaksa: pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai
penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.
8.
9.
Advokat/kuasa hukum.
10.
G.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Siapa pembuatnya
2.
Menurut pasal 4 penyidik adlah setiap pejabat polisi Negara republic Indonesia. Di dalam
tugas penyelidikan mereka mempunyai wewenang- wewenangseperti diatur dalam pasal 5
KUHAPsebagai berikut:
a.
Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tending adanya tindak pidana
b.
c.
Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menayakan serta memeriksa tanda pengenal
diri
d.
Pejabat polisi Negara Republik Indonesia pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang.
b.
Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.
Yang dimaksud dengan penyidik pegawai negeri sipil tertentu, misalnya pejabat bead an
cukai, pejabat imigrasi dan pejabat kehutanan, yang melakukan tugas penyidikan sesuai dengan
wewenang khusus yang diberikan oleh undang-undang yang menjadi dasar hokum nya masingmasing.
Penyidik sebagai mana yang dimaksud dalam pasal 6 KUHAP berwenang untuk:
a.
Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana
b.
c.
Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka
d.
e.
f.
g.
Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi
h.
i.
j.
3.
1.
a.
b.
Dengan segera sesudah beberap saat tindakan pidana itu dilakukan, atau
c.
Sesaat kemudian diserukan oleh khalayak rami sebagai orang yang melakukannya, atau
d.
Apabila sesat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk
melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan
atau membantu melakukan tindak pidana itu.(pasal 1 butir 19 kuhap)
2.
a.
Laporan
b.
Pengaduan
c.
4.
Sedangkan penahanan
adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum
atau hakim.(petranase. 2000. hlm:90)
Jadi, penangkapan dan penahanan adalah merupakan tindakan yang membatasi dan mengambil
kebebasan bergerak seseorang. Mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan
penahanan terdapat dalam pasal 20 dan 21 ayat 1 dan ayat (4).
5.
6.
7.
Penyitaan
Yang dimaksud dengan penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk
mengambil alih dan atau menyimpan dibawah penguasaannya benda bergerak atau tidak
bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan,
penuntutan, dan pengadilan.
Disamping itu menurut pasal 39 KUHAP ditentukan bahwa benda yang dapat dikenakan
penyitaan adalah:
a.
benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari
tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana
b.
benda yang telah digunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk
mempersiapkannya
c.
d.
e.
8.
9.
Pemeriksaan tersangka
Sebelum penyidik melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang dilakukan suatu
tindak pidana, maka penyidik wajib memberitahukan kepadanya tentang haknya untuk
mendapatkan bantuan hokum atau bahwa ia dalam perkara itu wajib didampingi penasehat
hokum (pasal 114 KUHAP)
barang siapa dipanggil menururt undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau juru bahasa
dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban menurut undang-undang, yang ia sebagai
demikian harus melakukan:
a.
b.
Penyidikan dianggap selesai apabila dalam waktu 7 hari,setelah penuntut umum menerima
hasil pendidikan dari penyidik,ada pemberitahuan dari penuntut umum bahwa penyidikan
diaanggap selesai. Pemberitahuan tersebut merupakan keharusan atau kewajiban bagi penuntut
umum seperti yang diatur dalam pasal 138 ayat 1 KUHAP.
b.
Penyidikan diaanggap selesai apabila dalam waktu 14 hari penuntut umum tidak
mengembalikan berkas perkara itu kepada penyidik sebagaimana yang diatur dalam pasal 110
ayat 4 KUHAP.
H.
Surat Dakwaan
Surat dakwaan adalah rumusan tindak pidana sebagai dasar dan batas pemeriksaan dan
penuntutan yang dikehendaki UU dalam sidang pengadilan.
1.
a.
syarat formil
Identitas lengkap terdakwa, seperti nama lengkap, tempat tanggal lahir, kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaan.
b.
syarat materiil
harus berisi uraian secar cermat jelas dan lengkap mengenai tindakan pidana yang didakwakan
dengan menyebutkan waktu dan tempat tp itu dilakukan.
2.
Cara merumuskan surat dakwaan: harus mengandung lukisan dari apa yang senyatanya
terjadi dan mengandung unsur yuridis dari dari tindak pidana yang dilakukan.
3.
a.
pembatalan formil: karena tidak memenuhi syarat mutlak yang ditentukan UU (batal demi
hukum).
b.
pembatalan hakiki: berdasarkan keputusan penilaian hakim karena kurangnya syarat yang
dianggap esensil (tergantung maksud dan tujuan surat dakwaan).
Salah satu cara pembelaan adalah membuat alibi, yaitu menyatakan tidak ada di tempat pada
waktu kejadian yang disebutkan dalam suratdakwaan.
4.
a.
b.
dakwaan alternative : terdakwa didakwa dengan > ! dakwaan. Biasany karena keraguan jaksa
tentang jenis TP apa yang tepat untuk menjadi dasar dakwaan.
c.
d.
e.
5.
a.
b.
c.
tidak sangkut paut namun masih saling berhubungan dan dianggap perlu dalam proses
pemeriksaan.
Ketentuan sangkut paut:
1.
>1 orang yang bekerjasama dalam waktu dan tempat yang sama maupun berbeda.
2.
bermaksud mendapatkan alat untuk melakukan tindak pidana yang lain atau
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur bagaimana
Negara dengan menggunakan alat-alatnya dapat mewujudkan wewenangnya untuk memidana
atau membebaskan pidana.
Proses beracara dalam acara pidana adalah sebuah pedoman untuk mengumpulkan data,
mengolahnya, menganalisa serta mengkonstruksikannya. Proses beracara dalam hukum pidana
mencakup tiga hal, yaitu sah tidaknya suatu penangkapan atau penahanan (Pasal & KUHAP),
pemeriksaaan sah tidaknya suatu penghentian penyidikan atau penuntutan (Pasal 80 KUHAP),
pemeriksaan tentang permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi akibat tidak sahnya
penangkapan atau penahanan atau akibat sahnya penghentian penyidikan (Pasal 81 KUHAP)
B.
Saran
Saran dari penyusun yaitu sebaiknya dalam bercara pidana prosesnya lebih diperbaik lagi
karena masih ada yang merasa bahwa dalam beracara pidana masih sangat merepotkan dan
menghabiskan biaya yang banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, andi,1984. bunga rampai hukum pidana dan acara pidana.Jakarta: Ghalia Indonesia
Hamzah, Andi. 1987. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Petranse, Syarifudin H.Ap dan Sabuan Ansori. 2000. Hukum Acara Pidana. Indralaya: Universitas
Sriwijaya
[1] Hamzah, Andi.. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia.Jakarta: Ghalia Indonesia. 1987.
[2] Petranse, Syarifudin H.Ap dan Sabuan Ansori. Hukum Acara Pidana. Indralaya: Universitas
Sriwijaya. 2000.
[3]