Anda di halaman 1dari 343

PENGERTIAN

HUKUM ACARA PIDANA

Undang-undang tidak memberikan pengertian resmi


mengenai hukum acara pidana, yang ada adalah
berbagi pengertian mengenai bagian-bgian tertentu
dari hukum acara pidana, misalnya penyelidikan,
Penyidikan, penangkapan dan lain sebagainya.
Prof. MULYATNO
HAP (Hukum Acara Pidana) adalah bagian
dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu
negara yang memberikan dasar-dasar dan
aturan-aturan yang menentukan dengan cara
apa dan prosedur macam apa, ancaman
pidana yang ada pada suatu perbuatan
pidana dapat dilaksanakan apabila ada
sangkaan bahwa orang telah melakukan
perbuatan pidana.
HK ACARA PIDANA (HAPID):

Hukum acara = hukum formil


 Hukum Pidana Formil, yaitu aturan hk. yg
mengatur tata cara / prosedur penegakan
hukum pidana materiil.
INTINYA BAHWA HUKUM
ACARA PIDANA
Keseluruhan aturan hukum yang
berkaitan dengan penyelenggaraan
peradilan pidana serta prosedur
penyelesaian perkara pidana meliputi
proses pelaporan dan pengaduan,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan di sidang pengadilan,
putusan dan pelaksanaan putusan pidana
Hukum Pidana
Perbuatan Apa yang dikatakan
Apa ? Tindak pidana

Hukum Pidana
Materiil

Siapa ? Siapa Yang dapat


dikatakan sebagai
Pelaku

Bagaimana ? Bagaimana Cara


Memproses Hukum Pidana
pelaku jika Formil
terjadi tindak
pidana
HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA
ADA DI DALAM UU NOMOR 8 TAHUN
1981
3 FUNGSI HAPID
1. Mencari dan menemukan kebenaran.
2. Pemberian putusan oleh hakim.
3. Pelaksanaan putusan.

KEBENARAN MATERIIL
 Kebenaran yg tdk cukup dibuktikan berdasarkan
bukti formal belaka, tetapi harus didasarkan
atas galian keterangan yg tersembunyi dibalik
fakta2 yg nampak di permukaan
Sumber HAPID
SBLM 31 DESEMBER 1981 SETELAH 31 DES 1981
HIR UU NO 8 /1981 TTG KUHAP
TUJUAN PENGGANTIAN UTK
MEMPERBAIKI KELEMAHAN YG ADA
DLM HIR, ANTARA LAIN:
 Lbh memberikan jaminan pengakuan HAM pd
tersangka / terdakwa mll penjaminan
kepastian hukum (ex: adanya
pembatasan ms penahanan pd tiap-tiap
jenjang pemeriksaan.)
 Adanya pembatasan kewenangan petugas
penegak hukum dlm masing-masing jenjang
pemeriksaan (diferensiasi fungsional).
FUNGSI DAN TUJUAN
HUKUM ACARA PIDANA

 Fungsi Represif
 Fungsi Preventif
FUNGSI REPRESIF
Melaksanakan dan menegakkan hukum
pidana. artinya jika ada perbuatan yang
tergolong sebagai perbuatan pidana
maka perbuatan tersebut harus diproses
agar ketentuan-ketentuan yang terdapat
di dalam hukum pidana dapat
diterapkan.
FUNGSI PREVENTIF
Mencegah dan mengurangi tingkat
kejahatan. fungsi ini dapat dilihat ketika
sistem peradilan pidana dapat berjalan
dengan baik dan ada kepastian
hukumnya, maka orang akan berpikir
kalau akan melakukan tindak pidana.
Dengan demikian maka dapat
ditunjukkan bahwa antara hukum
acara pidana dan hukum pidana
adalah pasangan yang tidak dapat
dipisahkan dan mempunyai hubungan
yang sangat erat, diibaratkan sebagai
Dua sisi mata uang
TUJUAN HUKUM ACARA PIDANA
DALAM PEDOMAN
PELAKSANAAN KUHAP
Untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-
tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah
kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu
perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum
acara pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan
untuk mencari siapakah pelaku yang tepat didakwakan
melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya
meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan
guna menemukan apakah terbukti bahwa tindak
pidana telah dilakukan dan apakah orang yang
didakwa itu dapat dipersalahkan.
JIKA MEMPERHATIKAN RUMUSAN DI ATAS MAKA TUJUAN
HUKUM PIDANA DAPAT DIKATAKAN BAHWA TUJUAN HUKUM
ACARA PIDANA MELIPUTI TIGA HAL YAITU:

 Mencari dan mendapatkan kebenaran


 Melakukan penuntutan
 Melakukan pemeriksaan dan
memberikan putusan
Namun dari ketiga hal tersebut dapat
pula ditambahkan yangkeempat yaitu
melaksanakan (Eksekusi) putusan hakim
SIAPA YANG BERHAK MENCARI DAN
MENEMUKAN KEBENARAN ?

Menurut hukum acara pidana yang


bertugas mencari dan menemukan
kebenaran adalah pihak kepolisian
dalam hal ini adalah penyelidik dan
penyidik. kebenaran yang dimaksudkan
adalah keseluruhan fakta-fakta yang
terjadi yang ada hubungannya dengan
perbuatan pidana yang terjadi.
TUJUAN MELAKUKAN
PENUNTUTAN ADALAH MENJADI
TUGAS DARI KEJAKSAAN YANG
DILAKUKAN OLEH JPU
Penuntutan harus dilakukan secermat
mungkin sehingga penuntutan itu
merupakan penuntutan yang tepat dan
benar. sebab kesalahan penuntutan akan
berakibat fatal yaitu gagalnya penuntutan
yang berakibat pelaku bebas.
TUJUAN KETIGA YAKNI MELAKUKAN
PEMERIKSAAN DAN MEMBUAT DAN
MENEMUKAN PUTUSAN MENJADI
TUGAS HAKIM DIPENGADILAN.

Pemeriksaan harus jujur dan tidak


memihak serta putusannya pun harus
putusan yang adil bagi semua pihak.
ADIL, SUBYEKTIF SIFATNYA:

 KEADILAN SUBSTANTIF
 KEADILAN PROSEDURAL
TUJUAN TERAKHIR DARI HAPID
ADALAH MELAKSANAKAN
EKSEKUSI PUTUSAN HAKIM
Secara administratif dilakukan oleh jaksa
akan tetapi secara operasionalnya
dilakukan dan menjadi tugas lembaga
pemasyarakatan kalau putusan itu putusan
pidana penjara, namun jika putusanya pidana
mati maka langsung dilakukan oleh regu
tembak yang khusus disiapkan untuk itu.
SECARA SEDERHANA PROSES
BERACARA DI PENGADILAN DAPAT
DIGAMBARKAN MELALUI BAGAN
DI BAWAH INI
SISTEM PERADILAN PIDANA

SUB SISTEM
SPP

In Put
Kasus Polisi JPU PN LP

Out Penyelidikan Penuntutan Pemeriksaan Eksekusi


Put dan Membuat perkara dan
SP3 pembinaan
Penyidikan pidana

MASYARAKAT
ILMU-ILMU BANTU
HUKUM ACARA PIDANA
Untuk mencapi tujuan hukum acara pidana
tidak mudah dilakukan tanpa ada ilmu-ilmu
yang membantu dalam menemukan
kebenaran. ilmu-ilmu ini akan sangat
berguna bagi aparat penegak hukum
(polisi, jaksa, pengacara ,hakim maupun
petugas lembaga pemasyarakatan) oleh
karena itu bagi aparat penegak hukum
wajib membekali diri dengan pengetahun
dari berbagai ilmu bantu.
ILMU-ILMU BANTU
 LOGIKA.
Ilmu bantu logika sangat dibutuhkan
dalam proses penyidian dan proses
pembuktian disidang pengadilan. kedua
proses ini memerlukan cara-cara berpikir
yang logis sehingga kesimpulan yang
dihasilkan pun dapat dikatakan logis dan
rasional.
 PSIKOLOGI
Dapat berguna didalam menyentuh
persoalan - pesoalan kejiwaan
tersangka. hal ini sangat membantu
penyidik dalam proses interograsi.
dan hakim dapat memilih
bagaimana dia harus mengajukan
pertanyaan sesuai dengan kondisi
kejiwaan terdakwa.
 KRIMINALISTIK
Peranan ilmu bantu kriminalistik ini sangat
berguna bagi proses pembuktian terutama
dalam melakukan penilaian fkta-fkta yang
terungkap didalam sidang, dan dengan ilmu
ini maka dapat dikonstruksikan dengan
sistematika yang baik sehingga proses
pembuktian akan lebih dapat
dipertanggungjawabkan. ilmu ini yang
banyak dipakai adalah ilmu tentang sidik jari,
jejak kaki, toxikologi (ilmu racun) dan
sebagainya.
 KEDOKTERAN KEHAKIMAN
DAN PSIKIATRI
Kedokteran Kehakiman dan Psikiatri sangat
membantu Penyidik, JPU dan Hakim didalam
menangani kejahatan yang berkaitan dengan
nyawa atau badan seseorang atau
keselamatan jiwa orang.dalam hal ini hakim
memerlukan keterangan dari kedokteran dan
psikitri. dan ketika da yang menjelaskan
tentang istilah istilah medis hakim jaksa dn
pengacara tidak terlalu buta.
 KRIMINOLOGI
Ilmu ini mempelajari seluk beluk
tentang kejahatan baik sebab sebab
dan latar belakang kejahatanya
maupun mengenai bentuk-bentuk
kejahatan. ilmu ini akan membantu
terutma pada hakim dalam
menjatuhkan putusan tidak membabi
buta, harus melihat latar belakang dan
sebab sebab yang menjadikan pelaku
melakukan tindak pidana.
 PENOLOGI
Ilmu ini sangat membantu hakim
dalam menentukan alternatif
penjatuhan hukuman termasuk
juga bagi petugas pemasyarakatan
jenis pembinaan apa yang tepat
bagi nara pidana.
VICTIMOLOGI
Ilmu Yang mempelajari seluk beluk
korban Kejahatan. Ilmu ini sangat
membantu dalam menentukan
tindakan apa yang tepat untuk dapat
memberikan santunan kepada
korban.
ISTILAH-ISTILAH UMUM
DALAM KUHAP

Istilah-istilah umum dalam hukum


acara pidana ada disebutkan secara
rinci dalam pasal 1 UU Nomor 8
Tahun 1981 atau KUHAP.
ASAS-ASAS DALAM
HUKUM ACARA PIDANA
Asas-asas yang berlaku dalam Hukum
acara Pidana ada yang bersifat umum
dan bersifat Khusus. yang bersifat
umum berlaku pada seluruh kegiatan
peradilan sedangkan yang bersifat
khusus berlaku hanya didalam
persidangan saja.
ASAS-ASAS UMUM

BERLAKU PADA SELURUH KEGIATAN


PERADILAN
ASAS KEBENARAN
MATERIIL
Bahwa pada pemeriksaan perkara pidana lebih
mementingkan kepada penemuan
kebenaran materiil, yakni kebenaran yang
sungguh sungguh sesuai dengan
kenyataan.

Prinsip ini terlihat dalam proses persidangan,


bahwa walaupun pelku sudah mengakui
kesalahannya namun belum cukup dijadikan
alasan untuk menjatuhkan alasan. beda
dengan di amerika.
ASAS PERADILAN CEPAT,
SEDERHANA DAN BIAYA MURAH
Peradilan cepat artinya. dalam melaksanakan peradilan
diharapkan dapat diselenggarakann sesederhana
mungkin dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Sederhana mengandung arti bahwa agar dalam penyelenggaraan


peradilan dilakukan dengan cara simple singkat dan tidak
berbelit-belit.

Biaya murah berarti, penyelenggaraan peradilan ditekan sedemikian


rupaagar terjangkau bagi pencari keadilan

Hal ini ada didalam Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang


kekuasaan Kehakiman pada pasal 4 ayat (2).
ASAS PRADUGA TAK BERSALAH
(PRESUMTION OF INOCENE)
Asas praduga tak bersalah ini menghendaki
agar setiap orang yang terlibat dalam perkara
pidana harus dianggap belum bersalah sebelum
adanya putusan hakim yang berkekuatan
hukum tetap. pada semua tingkatan berlaku hal
yang sama, implementasinya dapat ditunjukan
ketika tersangka dihdirkan disidang pengadilan
dilakukan dengan tidak diborgol
Prinsip ini dipatuhi karena telah tertunag
dalam UU No. 48 Tahun 2009 Pasal 8 yang
mengatkan “ setiap orang yang disangka,
ditangkap, ditahan dituntut dn dihadapkan
didepan pengadilan wjib dianggap tidak
bersalah sebelum ad putusan yang
menyatakan kesalahannya dan telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

Asas lain yang sungguh berbeda dengan asas ini


adalah asas praduga bersalah (Presumtion of
Qualty) asas ini menjelaskan sebaliknya.
ASAS INQUISITOIR DAN
ACCUSATOIR
asas Inquisitoir adalah asas yang menjelaskan
bahwa setiap pemeriksan yang dilakukan harus
dengan cara rahasia dan tertutup. asas ini
menempatkan tersangka sebagai obyek
pemeriksaan tanpa memperoleh hak sama sekali.
seperti Bantuan hukum dan ketemu dengan
keluarganya.
asas accusatoir menunjukkan bahwa seorang tersangka/tersangka
yang diperiksa bukan menjadi obyek tetapi sebagai subyek. asas
ini memperlihatkan pemerinsaan dilakukan secara terbuka untuk
umum. dimana setiap orang dapat menghadirinya.
Indonesia Memakai yang
Mana ?
Di Indonesia memakai asas Inquisatoir
yang diperlunak atau dapat pula
dikatakan Campuran. karena terdakwa
masih menjadi obyek pemeriksaan namun
dapt dilakukan secara terbuka dan
terdakwa dapat berargumen untuk
membela diri sepanjang tidak melanggar
undang-undang, dan prinsip ini ada pada
asas accusatoir.
ASAS LEGALITAS DAN
ASAS OPORTUNITAS
asas legalitas adalah asas yang
menghendaki bahwa penuntut umum
wajib menuntut semua perkara pidana
yang terjadi tanpa memandang siapa dan
bagaimana keadaan pelakunya.

asas oportunitas adalah memberi wewenang pada


penuntut umum untuk menuntut atau tidak
menuntut seorang pelaku dengan alasan
kepentingan umum. inilah yang dianut
Indonesia contohnya seseorang yang memiliki
keahlian khusus, dan hanya dia satu-satunya di
negara itu maka dengan alasan ini JPU boleh
memilih untuk tidak menuntut.
ASAS LEGALITAS
Penuntut umum harus menuntut seseorang
dimuka hakim pidana, apabila terdapat cukup
bukti bahwa seseorang tersebut telah
melanngar peraturan hukum pidana

Bedakan dengan asas legalitas dalam Hukum Pidana


Materil (Psl 1 ayat 1 KUHP) !!!
ASAS OPPORTUNITAS
 Asal bhs latin
 Arti harfiah ketepatan, kepantasan,
menguntungkan, saat yg tepat, layak,
kesempatan dan manfaat yg baik
 Pengertian dlm hk pidana 
pengeyampingan perkara (deponering)
 Dasar hk  UU No.16 / 2004, Psl 35 huruf
c tentang Kejaksaan RI
PENYAMPINGAN PERKARA DLM HK
PID. TDR DR 2 GOLONGAN, YAITU:
1. Penyampingan perkara atas dasar asas
opportunitas
2. Penyampingan perkara atas dasar penilaian
hukum pidana:
 Gugurnya hak menuntut yg disebabkan (Psl
75,76,77,78,82 KUHP), tidak cukup alasan
untuk menuntut
 Asasopportunitas sbg pranata hk dikenal
sbg suatu kewenangan JAKSA AGUNG
untuk meniadakan penuntutan thd
seseorang, meskipun cukup bukti utk
dituntut atas dasar pertimbangan
KEPENTINGAN UMUM

 KEPENT.UMUM = Penjelasan Psl 35 huruf c


 (bangsa dan negara dan/atau kepent.masy luas
dengan memperhatikan saran dan pendapat dr badan
kekuasaan negara yg memiliki kaitan dg perkara ini)
3 KATEGORI PENYAMPINGAN PERKARA
DI BELANDA:
1. Perkara dikesampingkan karena alasan kebijakan
(policy), yg meliputi :
perkara ringan (trivial offence),
umur terdakwa sudah tua(old age) dan
kerusakan telah diperbaiki (damage settled)
2. Karena alasan teknis (tidak cukup bukti, lewat
waktu dll
3. Karena perkara digabung dg perkara lain
ASAS-ASAS KHUSUS

asas khusus ini hanya berlaku didalam


persidangan saja. asas-asas yang
dimaksud adalah:
ASAS SIDANG TERBUKA
UNTUK UMUM
maksud dari asas ini adalah bahwa dalam setiap
persidangan harus dilakukan dengan terbuka untuk
umum artinya siapa saja bisa menyaksikan, namun
dalam hal ini ada pengecualianya yaitu dalam hal kasus-
kasus kesusilaan dan kasus yang terdakwanya adalah
ank dibawah umur. dalam hl ini dapat dilihat dalam
pasal 153 (3 dan 4) KUHAP yang mengatakan “ untuk
keperluan pemeriksaan hakim ketua sidang membuka
sidang dn menytakan terbuka untuk umum kecuali
dalam perkara mengenai kesusilaan tau terdakwanya
anak-anak”.

“tidak
dipenuhinya ketentuan ayat (2) dan ayat (3)
mengakibatkan putusan batal demi hukum”.
PERADILAN DILAKUKAN
OLEH HAKIM OLEH KARENA
JABATANNYA.

Asas ini menghendaki bahwa tidak


ada sutu jabatan yang berhak
untuk melakukan peradilan atau
pemeriksaan hingga mengambil
putusan kecuali hanya diberikan
pada hakim.
ASAS PEMERIKSAAN
LANGSUNG
Prinsip ini menghendaki agar pemeriksaan yang
dilakukan itu harus menghadapkan terdakwa
didepan sidang pengadilan, termasuk pula
menghdapkan seluruh saksi-saksi yang
ditunjuk. langsung artinya hakim dan
terdakwa ataupun para saksi berada dalam
sidang yang tidak dibatasi oleh suatu tabir
apapun..

NAMUN DENGAN PERKEMBANGAN TEGNOLOGI HAL INI MUNGKIN


SAJA DISIMPANGI KRENA SEKARANG SUDAH ADA
TELEKOMFREN.
CARA MENGAJUKAN PERKARA
PIDANA
A. DIKETAHUI TERJADINYA TINDAK
PIDANA (DELIK)

 Tertangkap tangan (Ps.1 butir 19 KUHAP);


 Laporan (Ps.1 butir 24 KUHAP);
 Pengaduan (Ps. 1 butir 25 KUHAP);
 Diketahui sendiri atau pemberitahuan atau cara
lain shg penyidik mengetahui terjadinya delik
PIHAK-PIHAK DALAM HUKUM ACARA
PIDANA

1. TERSANGKA ATAU TERDAKWA


2. PENYELIDIK DAN PENYIDIK
3. PENUNTUT UMUM / JAKSA
4. PENASEHAT HUKUM DAN BANTUAN
HUKUM
TERSANGKA ATAU TERDAKWA

 Tersangka : seorang yang karena perbuatannya


atau keadaannya, bdsrkan bukti permulaan
patut diduga sebagai pelaku TP (Ps. 1 butir 14
KUHAP)
 Terdakwa : seorang tersangka yang dituntut,
diperiksa, dan diadili di sidang pengadilan (Ps. 1
butir 15 KUHAP)
 HAK TERSANGKA ATAU TERDAKWA (Ps. 50 s/d
Ps. 68 KUHAP)
PENYELIDIK
WEWENANG :
 KARENA KEWAJIBANNYA :
1. Menerima Laporan atau Pengaduan
2. Mencari Keterangan dan Barang Bukti
3. Menyuruh Berhenti Orang yang Dicurigai
4. Melakukan Tindakan Lain Menurut Hukum
 ATAS PERINTAH PENYIDIK, PENYELIDIK DAPAT
MELAKUKAN TINDAKAN BERUPA :
1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat,
penggeledahan, penyitaan;
2. Pemeriksaan dan Penyitaan Surat;
3. Mengambil sidik jari dan memotret seorang;
4. Membawa dan menghadapkan seorang pada
penyidik

Ps. 5 ayat (2) KUHAP menentukan,


penyelidik membuat dan menyampaikan
laporan hasil pelaksanaan tindakan
sbgmn tsb pd ayat (1) huruf a dan huruf
b kepada penyidik
PENYIDIK
 PEJABAT POLRI
 PEJABAT PEGAWAI NEGERI SIPIL
TERTENTU
 Pejabat Imigrasi;
 Bea Cukai;
 Dinas Kesehatan;
 Tera;
 Pajak;
 Angkatan laut untuk ordonansi laut teritorial dan lingkungan
maritim, dll.
WEWENANG PENYIDIK POLRI
a. Menerima Laporan atau Pengaduan;
b. Melakukan Tindakan Pertama;
c. Menyuruh berhenti dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan
penyitaan;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
g. Memanggil orang sbg tersangka atau saksi
h. Mendatangkan orang ahli
i. Mengadakan penghentian penyidikan;
j. Mengadakan tindakan lain mnrt hukum yang bertanggungjwb (Ps.7
ayat (1) KUHAP)
WEWENANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI
SIPIL TERTENTU

Sesuai dengan UU hukumnya masing-


masing dan dalam pelaksanaan
tugasnya berada di bawah koordinasi
dan pengawasan penyidik Polri (Ps. 7
ayat (2) KUHAP)
PENUNTUT UMUM / JAKSA
WEWENANG PENUNTUT UMUM
(Bab IV KUHAP Pasal 14)

1. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan;


2. Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pd penyidikan
(Ps.110 ayat (3) dan ayat (4) KUHAP)
3. Melakukan penahanan, memberikan perpanjangan penahanan;
4. Membuat surat dakwaan;
5. Melimpahkan perkara ke pengadilan;
6. Menyampaikan pemberitahuan kpd terdakwa;
7. Melakukan penuntutan;
8. Menutup perkara demi kepentingan umum;
9. Mengadakan tindakan lain;
10. Melaksanakan penetapan hakim
TINDAKAN YANG MENDAHULUI
PEMERIKSAAN DI MUKA PENGADILAN

A. PADA TINGKAT PENYELIDIK/PENYIDIK

 PENYELIDIKAN
 PENYIDIKAN
 PENANGKAPAN
 PENAHANAN
 PENGGELEDAHAN
 PENYITAAN
 PEMRIKSAAN SURAT
B. PADA TINGKAT PENUNTUT UMUM

1. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan;


2. Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pd penyidikan
(Ps.110 ayat (3) dan ayat (4) KUHAP)
3. Melakukan penahanan, memberikan perpanjangan penahanan;
4. Membuat surat dakwaan;
5. Melimpahkan perkara ke pengadilan;
6. Menyampaikan pemberitahuan kpd terdakwa;
7. Melakukan penuntutan;
8. Menutup perkara demi kepentingan umum;
9. Mengadakan tindakan lain;
10. Melaksanakan penetapan hakim
PRA PERADILAN
 PRA PERADILAN DIATUR DLM PASAL 77-83
KUHAP
 SE MA NOMOR:SEMA/14/1983 HAKIM TDK DPT
DIAJUKAN KESIDANG PRA PERADILAN
 DENGAN ALASAN BAHWA HAKIM MENAHAN ADL
UTK PEMERIKSAAN DISIDANG PENGADILAN
MAKA TANGGUNG JAWAB YURIDIS ATAS
PENAHANAN ADALAH INSTANSI YG MENAHAN
(PERTAMA) PENYIDIK ATAU P.U, JIKA HAKIM YG
MENAHAN PERTAMA ADL DLM RANGKA
PEMERIKSAAN, MAKA BERLAKU PSL 82(1)
HURUF D BERLAKU TERHADAPNYA
 SURAT EDARAN MA
NOMOR:SEMA/15/1983 TTG RUANG
LINGKUP P.N MEMERIKSA PRA
PERADILAN SPT YG DITENTUKAN PASAL
77 KUHAP TETAPI JUGA BERLAKU
SEORANG MILITER YG MELAKUKAN
PENANGKAPAN, PENAHANAN SCR TDK
SAH
 DI AS, PERINTAH PENAHANAN HRS
DIJELASKAN DIMUKA PENGADILAN TTG
ALASAN DAN DASAR HUKUMNYA
SESEORANG YG DITANGKAP HRS DIAJUKAN
DIHADAPAN HAKIM UTK DIDENGAR
KETERANGANNYA, APKH ADA ALASAN YG KUAT
UTK MENAHANNYA, TERMASUK BUKTI2 YG
DIDAPAT DG CARA MELANGGAR UU.KRN CARA
MEMPEROLEH BUKTI YG MELANGGAR UU HRS
DIABAIKAN KRN SBG BUAH DARI POHON YG
BERACUN
GANTI KERUGIAN DAN
REHABILITASI
 KETENTUAN PSL.9(1) UU NO.04/2004
TTG KEKUASAAN KEHAKIMAN
MENGATAKAN BAHW SETIAP ORG YG
DITANGKAP, DITAHAN, ATAU DIADILI
TANPA ALASAN BERDASARKAN UU ATAU
KARENA KEKELIRUAN MENGENAI
ORGNYA ATAU HUKUM YG
DITERAPKANNYA BERHAK MENUNTUT
GANTI RUGI DAN REHABILITASI
 PEJABAT YG DENGAN SENGAJA
MELAKUKAN PENANGKAPAN, PENAHANAN
ATAU MENUNTUT ATAU MENGHADAPKAN
SIDANG TANPA BERDASARKAN HUKUM
DIPIDANA

 GANTI KERUGIAN DALAM KUHAP DIATUR


DLM PS.95,96,97.
PEMBAYARAN GANTI KERUGIAN
TERBAGI MENJADI:
1. GANTI KERUGIAN YG PEMBAYARANNYA
DIBEBANKAN KPD NEGARA, YAITU:

A. GANTI KERUGIAN KPD TERSANGKA KRN


DITANGKAP, DITAHAN, ATAU DIKENAKAN
TINDAKAN LAIN YG TANPA ALASAN UU
ATAU KRN KEKELIRUAN MENGENAI
ORGNYA ATAU HUKUMNYA YG DITERAPKAN
B. GANTI KERUGIAN KPD TERDAKWA KRN
PERNAH DITANGKAP, DITAHAN YG KEMUDIAN
PERKARANYA DIPUTUS BEBAS ATAU LEPAS
DARI TUNTUTAN HUKUM
C. GANTI KERUGIAN KPD TERPIDANANYA YAITU
STLH ADANYA P.K DMN MA MEMBATALKAN
PUTUSAN YG DIMINTAKAN P.K DAN MA
MENJATUHKAN BEBAS, LEPAS DARI SEGALA
TUNTUTAN HUKUM ATAU PUTUSAN TDK DPT
MENERIMA TUNTUTAN P.U
 GANTI KERUGIAN JUGA DPT PULA
TERSANGKA YG DIHENTIKAN
PENYIDIKANNYA KRN TDK CUKUP BUKTI
ATAU BKN MRPKN T.P PERKARANYA SDH
HABIS IN IDEM DAN TELAH DILAKUKAN
PENANGKAPAN, PENAHANAN ATAU
TINDAKAN LAIN YG MELAWAN HUKUM,
MAKA TUNTUTAN GANTI
KERUGIAN&REHABILITASI DIPUTUS
OLEH PRA PERADILAN
 GANTI KERUGIAN TERHADAP TERDAKWA
YG DIPUTUS BEBAS, LEPAS DARI SEGALA
TUNTUTAN HUKUM, MAKA PUTUSAN
GANTI KERUGIAN DIPUTUS OLEH HAKIM
YG SAMA DLM PUTUSAN ITU DG ALASAN
HAKIM ITULAH YG LEBIH TAHU&ACARA
DLM GANTI KERGUGIAN DAN
REHAILITASI MENGIKUTI ACARA
PRAPERADILAN
 TUNTUTAN GANTI
KERUGIAN&REHABILITASI TDK MESTI
DIKABULKAN DG ALASAN: BAHWA ORG2 YG
BETUL2 BERSALAH DIPUTUS BEBAS KRN
SECARA TEKNIS YURIDIS TDK DAPAT
DIBUKTIKAN KESALAHANNYA (PENJELASAN
PSL.8 PP 27/1983 TTG PELAKSANAAN
KUHAP) DLM MEMUTUS PERMINTAAN
GANTI KERUGIAN&REHABILITASI HRS
MEMPERTIMBANGKAN KPD
KEBENARAN&KEADILAN
 TUNTUTAN GANTI RUGI OLEH
TERPIDANA TATA CARANYA SAMA
DENGAN TERDAKWA
 GANTI KERUGIAN YG PEMBAYARANNYA
OLEH TERDAKWA MRPKAN PUTUSAN
PIDANA DLM HUKUM TINDAK PIDANA
KHUSUS (KORUPSI)
GANTI KERUGIAN KPD PIHAK
KORBAN
 GANTI KERUGIAN KPD KORBAN T.P
MERUPAKAN PERWUJUDAN DARI
PERLINDUNGAN HAM
 KUHAP TTG GANTI KERUGIAN TERHADAP
KORBAN DIATUR DLM PENGGABUNGAN
PERKARA GUGATAN GANTI KERUGIAN
DLM PERKARA PIDANA (PS.98-101
KUHAP)
 PASAL 9 (1) UU 4/2004 MENYATAKAN:
“SETIAP ORG YG DITANGKAP, DITAHAN,
DITUNTUT ATAU DIADILI TANPA
BERDASARKAN UU ATAU KRN
KEKELIRUAN MENGENAI ORGNYA ATAU
HUKUM YG DITERAPKANNYA BERHAK
MENUNTUT GANTI KERUGIAN DAN
REHABILITASI”
TENGGANG WAKTU TUNTUTAN
GANTI KERUGIAN
A. JIKA DIHENTIKAN DITINGKAT
PENYIDIKAN ATAU PENUNTUTAN 3
BULAN SEJAK SAAT PEMBERITAHUAN
PENETAPAN PRAPERADILAN
B. JIKA PERKARANYA SUDAH DIPUTUS
DIPENGADILAN 3 BULAN SEJAK
PUTUSAN MEMPUNYAI KEKUATAN
HUKUM TETAP (PSL.7 PP 27/1983)
 BESARNYA GANTI KERUGIAN MINIMAL
Rp. 5000 dan setinggi-tingginya 1.000.000
dan jika berakibat sakit atau cacat
mak.3.000.000
(PASAL 9 PP 27/1983)
 TATA CARA PEMBAYARANNYA DIATUR
DALAM KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
RI NO : 983/KMK.1/1983 TERTANGGAL 31
DESEMBER 1983
REHABILITASI

 DIATUR DLM PASAL 97 KUHAP


 PASAL 12 PP NO.27/1983 YG BERHAK
MENGAJUKAN REHABILITASI ADL
TERSANGKA, KELUARGA ATAU KUASANYA
 PUTUSAN REHABILITASI BERBUNYI:
“MEMULIHKAN HAK TERDAKWA, SEDANG
AMAR PENETAPAN PRA PERADILAN
MENGENAI REHABILITASI BERBUNYI:
MEMULIHKAN HAK PEMOHON DLM
KEMAMPUAN, KEDUDUKAN, HARKAT
SERTA MARTABATNYA”
BAB II
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

Hukum acara pidana mengenal beberapa tahapan dalam


menyelesaiakan perkara pidana, sekalipun secara tegas
tidak ditentukan didalam KUHAP, namun berdasarkan
rumusan pasal-pasal yang ada dalam KUHAP maka
beberapa ahli hukum acara pidana yang ditemukan
dalam berbagai literatur membagi tahapan itu menjadi 3
(tiga) tahapan yaitu:
 Tahapan pemeriksaan Pendahuluan,
 Tahapan Penuntutan dan
 Tahapan pemeriksaan disidang pengadilan.
Menurut S Tanusubroto yang dimaksud dengan
Pemeriksaan pendahuluan adalah pemeriksaan
penyidikan atau pemeriksaan sebelum dilakukan di
muka persidangan pengadilan. Seperti halnya
dengan yang disampaikan oleh Soedjono D. yaitu
Pemeriksaan yang dilakukan apabila ada
persangkaan, baik tertangkap tangan atau tidak,
yang dilakukan sebelum pemeriksaan dimuka
persidangan pengadilan.
Tentang Penyelidikan.

Definisi dari Penyelidikan adalah ada di dalam


ketentuan umum Pasal 1 butir 5 yang
menjelaskan bahwa Penyelidikan adalah
serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari
dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana guna menemukan dapat
atau tidaknya dilakukan penyelidikan menurut
cara yang diatur dalam Undang-undang ini
(KUHAP).
PERTANYAANNYA SEKARANG ADALAH
SIAPA YANG BERWENANG MELAKUKAN
PENYELIDIKAN ITU ?

jika memperhatikan Pasal 4 KUHAP yang


berwenang melakukan fungsi penyelidikan
adalah “setiap Pejabat polisi negara Republik
Indonesia”. dalam pasal ini ditegaskan hanya
polisi yang mempunyai kewenangan untuk
melakukan penyelidikan dan pejabt diluar
kepolisian tidak diperkenankan oleh undang-
undang begitu pula jaksa.
DALAM PASAL 5 KUHAP DIATUR
KEWENANGAN PENYELIDIK MELIPUTI:

 Kewenangan berdasarkan
Kewajiban (Hukum)
 Kewenangan berdasarkan
Perintah Penyidik.
KEWENANGAN BERDASARKAN
KEWAJIBAN (HUKUM)

 Menerima laporan dan pengaduan dari


seseorang tentng adanya tindak pidana;
 Mencari keterangan dan barang bukti;
 Menyuruh berhenti seseorang yang
dicurigai dn menanyakan serta
memeriksa tnda pengenal diri;
 Mengadakn tindkan lain menurut hukum
yang bertanggungjawab.
Ad.a. KEWENANGAN MENERIMA
LAPORAN DAN PENGADUAN
Informasi awal adanya tindak pidana
biasanya berasal dari masyarakat,
sehingga dengan dasar inilah penyelidik
mengambil tindakan berikutnya sesuai
kewenangannya. jika ada laporan atau
pengaduan maka penyelidik wajib untuk
menerimanya.
BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
DALAM MENYAMPAIKAN LAPORAN DAN
PENGDUAN YANG HARUS DIPENUHI YAITU:

 jika laporan dan pengaduan dilakukan secara


tertulis maka harus ditandatangni oleh pelapor
dan pengadu;
 jika laporan dan pengaduan diajukan secara
lisan harus dicatat oleh penyelidik dan
ditandatangani oleh pelapor/pengadu dan
penyelidik;
 jika pengadu dan pelapor tidak dapat menulis,
hal itu harus dicatat dalam laporan atau
pengaduan (pasal 103)
YANG MEMBEDAKAN ANTARA LAPORAN DAN
PENGADUAN ?

 Laporan dapat disampaikan oleh setiap orang dan


merupakan kewajibannya, sementara pengaduan hanya
dapat diajukan oleh orang tertentu saja buka
kewajibanny tapi merupakan hak.
 Dari segi obyeknya, laporan obyeknya adalah setiap
delik/tindak pidana yang terjadi tidak ada
pengecualiannya, jadi hal ini berkenaan dengan delik
biasa. sementara pengaduan, obyeknya terbatas pada
delik-delik aduan saja.
 Dari segi isinya, laporan berisi tentang pemberitahuan
tanpa disertai permohonan, sedangkan pengaduan
isinya pemberitahuan disertai dengan permohonan
untuk segera melakukan tindakan hukum.
 Dari segi Pencabutan, Laporan tidak dapat dicabut
kembali sementara pengaduan dapat dicabut kembali.
WEWENANG MENCARI KETERANGAN DAN
BARANG BUKTI

Mencari keterangan dan barang bukti ini adalah


dalam rangka mempersiapkan bahan-bahan
berupa fakta sebagai landasan hukum guna
memulai proses penyidikan.

Dalam mencari dan memperoleh barang bukti


hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang
profesional dan berdasarkan ilmu penyelidikan
dan tidak terkesan yang penting untuk mengejar
target penyelidikan saja.
APA YANG DIMAKSUD DENGAN
BARANG BUKTI ?

Barang Bukti adalah alat/barang yang


digunakan untuk melakukan suatu TP atau
hasil yang berkaitan dengan tindak pidana.

Barang Bukti dengan Alat Bukti


Sama atau Tidak ?
ALAT BUKTI :

ALAT-ALAT YG MENURUT
UU DPT DIPAKAI UTK
MEMBUKTIKAN SUATU
PERKARA
ALAT BUKTI DISEBUTKAN DALAM
PASAL 184 KUHAP YAITU:

 Keterangan saksi
 Keterangan ahli
 Surat
 Petunjuk
 Keterangan Terdakwa
ALAT BUKTI DALAM HAPID

 PASAL 184 KUHAP


1. Ket.saksi UU No.11/2008
2. Ket.ahli Psl 5 ayat 1

3. Surat2 Informasi elektronik/


4. Petunjuk Dokumen elektronik/
Hasil cetaknya
5. Ket.terdakwa
1. KETERANGAN SAKSI

SYARAT FORMIL SYARAT MATERIIL


Pasal 160 (3) Pasal 1 butir 27 &
KUHAP Pasal 185 (1)
KUHAP

ISTILAH 2:
Pasal 161 (2) Pasal 185 (7) a) Testimonium de auditu
KUHAP KUHAP b) Unus testis nullus testis
c) Kesaksian berantai
Cara Menilai d) Saksi mahkota
Kebenaran St
Kesaksian
Pasal 185 (6) KUHAP
3 KELOMPOK ORANG
YG DIKECUALIKAN DR
KEWAJIBANNYA MENJADI SAKSI

Pasal 168 Pasal 170 Pasal 171


KUHAP KUHAP KUHAP

1. A&B dg C = derajat ke1


A B 2. A&B dg E = derajat ke1
3. A&B dg F = derajat ke1
(semenda)
4. A&B dg D = derajat ke1
(semenda)
C D E F
5. A&B dg G = derajat ke2
6. A&B dg H = derajat ke2
G H 7. C dg E = derajat ke2
8. C dg F = derajat ke2(semenda)
9. C dg H = derajat ketiga
10.G dg H = derajat keempat
2. KETERANGAN AHLI

HLI SAKSI AHLI ORG AHLI

engemukakan Melakukan Menerangkan st


ndapat tanpa Pemeriksaan & Persoalan, yg
elakukan pe- Mengemukakan Sebenarnya dpt
eriksaan Pendapatnya Dipelajari sendiri
r kandungan) (dr bedah mayat) o/ hakim tp akan
Memakan banyak
Waktu
(pegawai pajak, bea
Cukai, bank)
3. SURAT

SURAT SBG SURAT SBG


ALAT BUKTI BARANG BUKTI
Psal 187 KUHAP
Keterangan
saksi

4. PETUNJUK
Pasal 188 (1) Surat
KUHAP Pasal 188 (2)
KUHAP

5. Keterangan
Terdakwa
Pasal 189 (1)
KUHAP
PEMBUKTIAN
(Kepentingan Hakim)

Menurut VAN BEMMELEN :


Usaha untuk memperoleh kepastian yg layak dengan jalan
memeriksa dan menggunakan penalaran dari hakim
untuk menjawab :
1. Apakah peristiwa atau perbuatan ttu sungguh
pernah terjadi ?
2.Mengapa peristiwa tsb terjadi ?
TEORI PEMBUKTIAN

ONVICTION CONVICTION UU POSITIF UU NEGATIF


NTIME RAISSONNEE
Terikat pd alat Minimal alat bukti
Berdasarkan >Tdk terikat pd bukti memurut (UU) & keyakinan
eyakinan alat2 bukti yg UU hakim
akim semata. ditentukan dlm
Tdk terikat dg UU  (Logis)
uran hk
mistis, dukun)
KEWENANGAN MENYURUH BERHENTI

Kewenangan ini penting dimiliki oleh penyelidik , karena


berkaitan dengan adanya orang yang dicurigai yang
mengharuskan penyelidik mengambil tindakan
memberhentikan guna melakukan pemeriksaan dan
meminta keterangan.

Namun dalam hal orang yang dicurigai tidak mengindahkan


peringatan penyelidik maka penyelidik pun tidak dapat
melakukan upaya paksa yang dibenarkan undang-undang.
karena kalau akan melakukan penangkapan harus ada
syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi misalnya adanya
surat perintah penangkapan.
KEWENANGAN PENYELIDIK MENGENAI
MELAKUKAN TINDAKAN LAIN.

Kewenangan ini dalah kewenangan yang kabur dan tidak jelas


dalam pasal 5 ayat 1 huruf a angka 4 menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan tindakan lain adalah tindakan dari penyelidik
guna kepentingan penyelidikan dengan syarat:

 Tidak bertentangan dengan aturan hukum


 Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan dilakukanny
tindakan jabatan
 Tindkan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam
lingkungan jabatannya
 Atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan memaksa
 Menghormati hak asasi manusia.

Meskipun telah dijelaskan dalam penjelasan tersebut namun belum


memberikan penjelasan yang memuaskan, dan par ahli hukum pun
msih berbeda-beda untuk memberikan contoh konkritnya.
KEWENANGAN BERDASARKAN PERINTAH
PENYIDIK.
Kewajiban dan wewenang penyelidik ini muncul
manakala ada perintah dari penyidik.

Tindakan-tindakan yang dimaksud berupa:


 penangkapan, larangan meninggalkan tempat,
penggeledahan dan penyitaan.
 pemeriksaan dan penyitaan surat
 mengambil sidik jari dan memotret seseorang
 membawa dan menghadapkan seseorang pada
penyelidik.
TENTANG PENYIDIKAN
Kata Penyidikan hampir mirip dengan
penyelidikan namun sesungguhnya itu
sangat berbeda.
Penyidikan diatur dalam Pasal 102-136
bagian kedua BAB XIV KUHAP, penyidik
dan penyidik pembantu diatur dalam pasal
6-13 bagian kesatu dan kedua BAB IV
KUHAP.
PERBEDAAN ANTARA PENYELIDIKAN DAN
PENYIDIKAN
 dilihat dari sudut pejabat yang
melaksanakannya.
penyelidikan pejabat yang
melaksanakanya adalah yang terdiri dari
pejabat POLRI saja, sedangkan
Penyidikan, pejabat yang terdiri POLRI
dan Pejabat Pegawai Negeri sipil (PPNS)
tertentu.
 DARI SEGI PENEKANANNYA TUGASNYA
Penyelidikan penekanannya pada “mencari dan
menemukan sesuatu peristiwa” yang diduga
sebagai tindakan pidana.
sedangkan Penyidikan penekanannya pada
tindakan “mencari serta mengumpulkan bukti”
supaya tindak pidana yang ditemukan menjadi
terang,
 DARI SEGI PANGKAT PEJABAT POLRI,

Penyelidikan adalah mereka yang memiliki


pangkat Inspektur Dua, sedangkan untuk
Penyidik adalah Inspektur Satu keatas.
ADAPUN KEWENANGAN PENYIDIK DALAM MELAKUKAN
PENYIDIKAN DAPAT DITEMUKAN DALAM PASAL 7 AYAT (1)
KUHAP SEBAGAI BERIKUT:

 menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentang danya tindak


pidana
 melakukan tindakan pertama pada saat ditempatkejadian TKP
 menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tnda pengenal
diri tersangka;
 melakukan penangkapan,penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
 melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
 mengmbil sidik jari dan memotretseseorang;
 mendatangkan orang ahli diperlakukan dalam hubungannya dengan
pemeriksan perkara;
 mengadakan penghentian penyidikan
 mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.

Kewenangan penyidik ini terlihat lebih luas dari kewenangan penyelidik


Yang perlu dijelaskan disini adalah mengenai
Penghentian penyidikan, dan dalam hal apakah seorang
penyidik mengentikan penyidikannya ?
Pertanyaan ini dapat dijawab dengn Pasal 109 ayat (2)
KUHAP, berdasarkan psal ini dapat dikemukakan bahwa
penyidik harus menghentikan penyidikan jika:

 Apabila ternyata tidak cukup bukti untuk melnjutkan


pekerjaannya kepengdilan untuk diadili;
 Apabila tindakan yang dialakukan oleh seorang tersangka
itu ternyata bukan merupakan suatu tindak pidana dan;
(Apa yang dimaksud Tindak Pidana?)
 Apabila penyidikan tersebut memang perlu dihentikan
demi hukum.
DENGAN ADANYA PENGHENTIAN PENYIDIKAN INI MENGANDUNG
KONSEKUENSI YURIDIS, SEBAB ORANG YANG YANG DISANGKA
TELAH MELAKUKAN TINDAK PIDANA TERSEBUT KEMUDIAN
DIBERI HAK OLEH UNDNG-UNDANG UNTUK DAPAT:

 MENGAJUKAN PERMINTAANKEPADA KETUA


PENGADILAN NEGERI UNTUK MEMERIKSA SAH DAN
TIDAKNYA PENGHENTIAN PENYIDIKAN YANG TELAH
DILAKUKAN PENYIDIK TERHADAP DIRINYA.

 MENGJUKAN PERMINTAAN KEPADA KETUA


PENGADILAN NEGERI UNTUK MENDAPATKAN GANTI
RUGI DAN ATAU REHABILITASI SEBAGAI AKIBAT DRI
SAHNYA PENGHENTIAN PENYIDIKAN YANG TELAH
DIAJUKAN KEPADA KETUA PENGADILAN NEGERI
TERSEBUT (PASAL 81 KUHAP)
Tentang Penangkapan
pejabat yang berwenang

Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa


pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka
atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna
kepentingan penyidikan atau penuntutan atau peradilan
dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-
undang hukum acara pidana (pasal 1 butir 20).

berdasarkan bunyi pegertian diatas maka yang berwenang


melakukan penangkapan adalah penyidik, namun dalam
pasal 16 ayat (1) penyelidik dapat juga melakukan
penangkapan asalkan terdapat perintah dari penyidik.
Tujuan dan alasan penangkapan

tujuan penangkapan disebutkan dalam 16


KUHAP yakni untuk kepentingan
penyelidikan atau untuk kepentingan
penyidikan,
sementara itu alasan penangkapan ditentukan
dalam pasal 17 KUHP yaitu: adanya dugaan
keras melakukan tindak pidana berdasarkan
bukti permulaan yang cukup.
( bukti permulaan yang cukup minimal satu alat
bukti dan satu barang bukti)
Syarat sahnya penangkapan

 dengan menunjukkan surat tugas penangkapan


yang dikeluarkan oleh penyidik atau penyidik
pembantu;
 dengan memberikan surat perintah penangkapan
kepada tersangka yang mencantumkan identitas
tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan
serta uraian singkat perkara kejahatan yang
disangkakan serta tempat ia diperiksa;
 surat perintah penangkapan tersebut harus
dikeluarkan oleh pejabat kepolisian negara republik
Indonesia yang berwenang dalam melakukan
penyidikan didaerah hukumnya;
 dengan menyerahkan tembusan surat perintah
penangkapan itu kepada keluarga tersangka segera
setelah penangkapan dilakukan
Bagaimana Kalau
Tertangkap tangan ?

dalam hal tertangkap tangan


maka penangkapan tidak perlu
pakai surat perintah, dengan
ketentuan bahwa penangkap
harus segera menyerahkan
tertangkap beserta barang bukti
yang ada kepada penyidik atau
penyidik pembantu.
Batas waktu
penangkapan
penangkapan ditentukan dalam pasal
19 ayat (1) yaitu dilakukan
maksimum satu hari. jika lebih dari
stu hari maka sudah terjadi
pelangaran hukum dan dengan
sendirinya penangkapan dianggap
tidak sah. atau jika batas waktu itu
dilanggar maka tersangka,
keluarganya, penasehat hukumnya
dapat memintakan pemeriksaan
kepada praperadilan. dan sekaligus
dapat menuntut ganti rugi.
namun akan jadi masalah jika kasusnya ada di
pedalaman, maka untuk jalan keluarnya penangkapan
harus dilakukan oleh penyidik sendiri agar
pemeriksaannya dapat dilakukan sesegera mungkin
ditempat terdekat. atau kalau tidk begitu dapat
dilakukan surat perintah menghadap bukan surat
perintah penangkapan.
Tentang Penahanan
Alasan penahanan
Alasan penahanan dibagi dua yaitu alasan
obyektif dan alasan subyektif

Alasan Obyektif
yaitu: karena undang-undang sendiri yang
menentukan tindak pidana mana yang akan
dikenakan penahanan; hal ini ditentukan
dalam Pasal 21 ayat (4) KUHAP yaitu:
 perbuatan pidana yang diancam dengan pidana
penjara lima tahun atau lebih;
 perbuatan pidana sebagaimana yang diatur
dalam pasal 335, 351 dan sebagainya.
 Alasan Subyektif

yaitu: alasan yang muncul dari penilaian subyektif


pejabat yang menitikberatkan pada keadaan
dan keperluan penahanan itu sendiri. hal ini
ditentukan dalam pasal 21 ayat (1) KUHAP
yaitu:
 adanya dugaan keras bahwa tersangka terdakwa
melakukan tindak pidana berdsarkan bukti
permulaan yang cukup;
 adanya keadaan yang menimbulkan kekawatiran
bahwa tersangka dan terdakwa akan melarikan diri;
 adanyakekawatiran tersangka atau terdakwa
merusak dan atau menghilangkan barang bukti d an
atau mengulangi tindak pidana.
Siapa yang berwenang
melakukan penahanan ?
 Pejabat yang berwenang melakukan
penahanan adalah:
 Penyidik
 Penuntutumum
 Hakim pengadilan negeri
 Hakim pegadilan Tinggi
 Hakim mahkamah Agung
waktu penahanan dan perpanjangannya dapat
dirangkum dalam tabel dibawah ini:

No Pejabat Lama Pejabat Lama Jumla


Penahanan Penahanan Perpanjangan Perpanjanga h
n
1 Penyidik 20 H Penuntut umum 40 H 60 H

2 Penuntut 20 H Ket. PN 30 H 50 H
umum
3 hakim PN 30 H Ket. PN 60 H 90 H

4 Hakim PT 30 H Ket. PT 60 H 90 H

5 Hakim MA 50 H Ket. MA 60 H 110 H

Total 400 H
penahanan tersebut pada masing-masing tingkatan masih
mungkin diperpanjang lagi sebagaimana diatur dalam pasal
29 KUHAP. dalam hal ini perpanjangan dilakukan dalam
hal:

 Tersangka atau tedakwa menderita


gangguan fisik atau mental berat, yang
dibuktikan dengan surat keterangan
dokter, atau
 perkara yang diperiksa diancam penjara
sembilan tahun atau lebih.
yang memberikan perpanjangan berbeda dengan pada saat
pertama, dapat digmbarkan dalam tabel dibawah ini:

No Pejabat Pejabat Jumlah Jumlah Jumlah


Penahanan Perpanjangan Perpanjangan Perpanjangan
Pertama Kedua

1 Penyidik Ket. PN 30 H 30 H 60 H
2 Penuntut Ket. PN 30 H 30 H 60 H
umum
3 Hakim PN Ket. PT 30 H 30 H 60 H
4 Hakim PT MA 30 H 30 H 60 H
5 Hakim MA Ket. MA 30 H 30 H 60 H
Total 300 H
Penagguhan Penahanan

penangguhan penahanan ini sifatnya


permohonan, sehingga dikabulkan dan
tidaknya sangat tergantung pada pejabat
yang menahannya. penangguhan
penahanan dalam undang=undang dapat
dilakukan dengan jaminan maupun tidak
dengan jaminan namun hampir disetiap
praktek tidak pernah ada penangguhan
yang tidak pakai jaminan.
KUHAP membagi jenis penahanan
menjadi 3 yaitu:
 Penahanan Rumah Tahanan Negara (Rutan)
 Penahanan Rumah
 Penahanan Kota (pasal 22 ayat (1))

 pada tahanan rumah tahanan negara maka masa


penahanan itu dikurangkan seluruhnya dari
pidana yang dijatuhkan,
 untuk tahanan kota pengurangan tersebut
seperlima (1/5) dari jumlah lamanya waktu
penahanan,
 sedangkan dalam tahanan rumah dikurangkan
sepertiga (1/3)
Perhitungannya
Pidana yang dijatuhkan = 10 bulan
Tahanan Rutan = 3 bulan
Perhitungannya 10 - 3 bulan
Sisa Hukuman = 7 bulan

Pidana yang dijatuhkan = 10 bulan


Tahanan Rumah = 3 bulan
Perhitungannya 10 – (1/3 x 3) bulan = 9 bulan

pidana yang dijatuhkan = 10 bulan


tahanan kota = 3 bulan
perhitungannya 10 – (1/5 x 3) bulan
10 – (1/5 x 90 hari)
10 – (90/5)
10 – (18) = 9 bulan,12 hari
Latihan
Joni sebagai tersangka penganiayaan di kab bantul,
tertangkap dan ditahan di tingkat kepolisian selama 30 hari
kemudian berkas dilimpahkan ke kejaksaan dan joni ditahan
selama 15 hari, setelah selesai proses di kejaksaan maka
kasus joni dilimpahkan kepengadilan dan joni ditahan oleh
pengadilan negeri selama 15 hari pula. Setelah melalui
proses pemeriksaan di Pengadilan Joni terbukti secara sah
dan meyakinkan telah melakukan tindak pidana
penganiayaan dan dijatuhi hukuman 2 tahun penjara. Joni
ketika ditahan dengan status tahanan kota,
Pertanyaanya
Berapa hukuman yang masih harus dijalani joni setelah
dikurangi dengan masa tahanannya ?
Perhitungannya
Hitung masa Hukumanya Berapa ?
2 Tahun = 24 Bulan

Hitung Total Penahanan yang dilakukan !


Polisi = 30 hari
Jaksa = 15 hari
Hakim = 15 hari
Total = 60 hari = 2 Bulan

Jenis Penahanan
Tahanan Kota = 1/5

Rumus:
Jumlah Hukuman – (Jenis Penahanan x Jumlah Penahanan)
Next
24 – (1/5 x 2 bulan)
Kalau sulit, hitung pakai hari saja !
24 – (1/5 x 60 hari )
24 – (1x60 : 5 )
24 – (60 : 5)
24 – 12
24 = 720 hari – 12 hari
=708 hari (bisa dibulankan kembali)
Tentang Penggeledahan
pada prinsipnya tak seorangpun yang boleh dipaksa
menjalani gangguan secara sewenang-wenang dan
tidak sah terhadap kekuasaan pribadinya, keluarganya,
rumahnya atau surat menyuratnya. sekalipun demikian
undang-undang memberikan kewenangan kepada
penyidik untuk melakukan penggeledahan demi
kepentingan penyidikan.

KUHAP membagi penggeledahan menjadi dua yaitu:


penggeledahan rumah dan penggeledahan
pakaian dan badan.
kedua penggeledahan tersebut harus dilakukan oleh
oleh penyidik atau penyelidik atas perintah
penyidik. dan dalam pelaksanaanya harus
memperhatikan prinsip-prinsip atau syarat-syarat
yang telah ditentukan undang-undang.
Prinsip atau syarat yang harus diperhatikan
dalam melakukan penggeledahan rumah adalah
bahwa:
 Penyidik harus mempunyai surat izin dari ketua pegadilan
negeri setempat ( pasal33 ayat (1))
 setiap memasuki suatu rumah, seseorang penyidik harus
menunjukkan tanda pengenal (pasal 125)
 jika penggeledahan itu dilakukan atas perintah tertulis penyidik
maka penyelidik yang menjalankan perintah itu harus
menunjukkan surat tugas;
 Penyidik harus ditemani oleh dua orang saksi dalam hal
tersangka ataupenghuninya menyetujuinya, jika yang terakhir
ini menolak atau tidak hadir penyidik harus disaksikan oleh
kepala desa atau ketua lingkungan serta dua orang saksi (pasal
33 ayat (3))
 pelaksanaan dan hasil dari penggeledahan rumah itu, penyidik
harus membuat suatu berita acara dalam dua hari dan
turunannya di sampaikan kepada pemilik atau penghuni rumah
yang bersangkutan (pasal 33 ayat (5)).
Tempat-tempat yang dikcualikan dan
tidak diperkenankan untuk
memasukinya adalah:

 Ruang dimana sedang berlangsung sidang


MPR dan DPR
 tempat dimana sedang diadakan
/berlangsung ibadah dan atau upacara
keagamaan;
 ruang dimana sedang berlangsung sidang
pengadilan.
Penggeledahan badan, undang-undang
tidak menjelaskan,

Namun dalam hal penggeledahan


badan ini termasuk juga pada rongga
badan. penggeledahan seorang wanita
dilakukan oleh seorang wanita
Tentang Penyitaan
Penyitaan berbeda dengan
penggeledahan walaupun
sama-sama merupakan upaya
paksa,
Jika penggeledahan tujuanya untuk kepentingan
penyelidikan atau untuk kepentingan pemeriksaan
penyidikan, sedangkan
penyitaan tujuanya untuk kepentingan
pembuktian terutama ditujukan untuk barang
bukti dimuka sidang.
penyitaan
adalah tindakan hukum yang dilakukan pada
tahap penyidikan. sesudah lewat tahap
penyidikan tak dapat lagi dilakukan penyitaan
untuk dan atas nama penyidik. karena pasal
38 menegaskan bahwa yang berwenang
melakukan penyitaan adalah penyidik.
Bentuk-bentuk penyitaan dapat
dibagi menjadi 3 yaitu:

 penyitaan biasa atau umum;


 penyitaan dalam keadaa perlu dan
mendesak;
 penyitaan dalam keadaan tertangkap
tangan.
Penyitaan biasa
penyitaan biasa adalh penyitaan yang menggunakan atau
memlalui perosedur biasa yang merupakan aturan umum
penyitaan.

adapun tata cara pelaksanaan penyitaan bentuk yang biasa


atau umum dilakukan dengan cara:

 harus ada surat izin penyitaan dari pengadilan negeri;


 memperlihatkan atau menunjukkan tanda pengenal;
 memperlihatkan benda yang akan disita;
 penyitaan dan memperlihatkan benda sitaan harus
disaksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan dan dua
orang saksi;
 membuat berita acara penyitaan
 membungkus benda sitaan.
Penyitaan dalam keadaan
perlu dan mendesak
cara ini sebagai pengecualian dari penyitaan biasa, pasal 38
ayt 2 memberikan pengecualian untuk memungkinkan
melakukan penyitaan tanpa menggunakan prosedur baku
ataudengan memperoleh surat izin dari PN, hal ini
diperlukan untuk memberikan kelonggaran bagi penyidik
untuk bertindak cepat sesuai dengan keadaan yang
diperlukan.

dalam hal penyitaan tanpa menggunakan izin ini atau


dengan kata lain penyitaan dalam keadaan perlu dan
memaksa, ini hanya dilakukan terhadap benda bergerak dan
untuk itu wajib segera dilaporkan kepada ketua pengadilan
untuk mendapatkan persetujuan (pasal 38 ayat (2)).
Penyitaan dalam hal
tertangkap Tangan
jenis ini juga pengecualian dari penyitaan biasa.
penyitaan dalam keadaan tertangkap tangan ini
berdasarkan pasal 40 dapt dikenaklan terhadap
benda dan alat:

 yang ternyata digunakan untuk melakukan tindak


pidana
 atau benda dan alat yang “patut diduga” telah
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana;
 atau benda lain yang dapt dipakai sebagai barang
bukti.
Berkenaan dengan benda benda sitaan ini
perlu juga memperhatikan ketentuan pasal 45
KUHAP sebagai berikut:
 Dalam hal benda sitaan tediri dari benda yang mudah
lekas rusak atau membahayakan, sehingga tidak
mungkin untuk disimpan terlalu lama sampai adanya
putusan pengadilan, sehingga dalam kondisi seperti ini
sejauh mungkin dengan persetujuan tersangka atau
kuasanya dapat mengambil tindakan sebagi berikut:

 apabila perkara masih ada ditangan penyidik atau penuntut


umum, benda tersebutdapat dijual lelang atau diamankan oleh
penyidik atau penuntut umum dengan disaksikan oleh
tersangka dan kuasanya;
 apabila perkara sudahditangan pengadilan, maka benda
tersebut dapat dijual oleh penuntut umum atas izin hakim yang
menyidangkan yang disaksikan terdakwa dan kuasanya.
Next
 hasil pelelangan benda yang bersangkutan yang berupa
uang dipakai sebagai barang bukti;
 guna kepentingan pembuktian sedapat mungkin
disisihkan sebagian kecil dari benda;
 benda sitaan yang bersifat terlarang atau dilarang untuk
diedarkan, tidak termasuk ketentuan ini misalnya
narkoba.

adapun tempat penyimpanan barang sitaan adalah


rumah penyimpanan benda sitaan negara
ataudisingkat dengan sebutan RUPBASAN.
BAB III
PERIHAL TAHAPAN PENUNTUTAN
PRA-ADJUDIKASI
KEJAKSAAN

Melaksanakan Bertindak sbg


putusan Pengadilan Jaksa Penuntut
JAKSA
yg inkracht Umum

Melaksanakan Melakukan
penetapan Hakim JAKSA PENUNTUT UMUM Penuntutan

PENUNTUTAN

Tindakan Penuntut Umum untuk melimpahkan perkara pidana


ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan 147
PERMINTAAN supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
pengadilan.
KEWENANGAN
JAKSA PENUNTUT UMUM
1. Menerima Dan Memeriksa Berkas Perkara Penyidikan Dari Penyidik Atau
Penyidik Pembantu;
2. Mengadakan Pra Penuntutan Apabila Ada Kekurangan Pada Penyidikan
Dengan Memperhatikan Ketentuan Pasal 110 Ayat (3) Dan Ayat (4),
Dengan Memberi Petunjuk Dalam Rangka Penyempurnaan Penyidikan
Dari Penyidik;
3. Memberikan Perpanjangan Penahanan, Melakukan Penahanan Atau
Penahanan Lanjutan Dan Atau Mengubah Status Tahanan Setelah
Perkaranya Dilimpahkan Oleh Penyidik;
4. Membuat Surat Dakwaan;
5. Melimpahkan Perkara Ke Pengadilan;
6. Menyampaikan Pemberitahuan Kepada Terdakwa Tentang Ketentuan
Hari Dan Waktu Perkara Disidangkan Yang Disertai Surat Panggilan, Baik
Kepada Terdakwa Maupun Kepada Saksi, Untuk Datang Pada Sidang
Yang Telah Ditentukan;
7. Melakukan Penuntutan;
8. Menutup Perkara Demi Kepentingan Hukum;
9. Mengadakan Tindakan Lain Dalam Lingkup Tugas Dan Tanggung Jawab
Sebagai Penuntut Umum Menurut Ketentuan Undang-undang Ini;
10. Melaksanakan Penetapan Hakim.
148
MAKNA PRAPENUNTUTAN
 Pemantauan perkembangan penyidikan
 Penelitian berkas perkara tahap pertama
 Pemberian petunjuk guna melengkapi hasil penyidikan
 Penelitian ulang berkas perkara
 Penelitian tersangka dan barang bukti pada tahap penyerahan
tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti
 Pemeriksaan tambahan.

JAKSA PENELITI JAKSA PENUNTUT


UMUM

DOKTRIN SE JAKSA AGUNG No.


Leden Marpaung B-401/E/9/93
149
SYARAT FORMIL
SURAT DAKWAAN
 Pasal 143 ayat (2) KUHAP
 Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor :
SE004/J.A/1 1/1993 tentang Pembuatan Surat Dakwaan ,
tanggal 16 November 1993
 Surat Edaran Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum
(JAMPIDUM) Nomor B-607/E/11/1993 tentang Petunjuk
Tehnis Pembuatan Surat Dakwaan, tanggal 22 November
1993

Cermat Jelas Lengkap

150
MAKNA “CERMAT”
Ketelitian Jaksa penuntut umum dalam mempersiapkan surat
dakwaan yang didasarkan kepada undang­-undang yang
berlaku bagi terdakwa, serta tidak terdapat kekurang­an dan
atau kekeliruan yang dapat mengakibatkan batalnya surat
dakwaan atau tidak dapat dibuktikan antara lain misalnya :
1.Apakah ada pengaduan dalam hal delik aduan, apakah
penerapan hukum/ketentuan pidananya sudah tepat,
2.Apakah terdakwa dapat dipertanggungjawabkan melakukan
tindak pidana tersebut,
3.Apakah tindak pidana tersebut sudah atau belum
kedaluarsa dan apakah tindak pidana yang didakwakan itu
tidak nebis in idem.
Pada pokoknya kepada Jaksa Penuntut Umum dituntut untuk
bersikap teliti dan waspada dalam semua hal yang
berhubungan dengan ke­berhasilan penuntutan perkara di
muka sidang pengadilan.

151
MAKNA “JELAS”
Jaksa Penuntut umum harus mampu merumuskan unsur-unsur
delik yang didakwakan sekaligus memadukan dengan uraian
perbuatan materiel (fakta) yang dilakukan oleh terdakwa dalam
surat dakwaan.
Dalam hal ini harus diperhatikan, jangan sekali-kali mempadukan
dalam uraian dakwaan antara delik yang satu dengan delik yang
lain yang unsur-unsurnya berbeda satu sama lain, atau uraian
dakwaan yang hanya menunjuk pada uraian dakwaan sebelumnya
(seperti misal­nya menunjuk pada dakwaan pertama) sedangkan
unsur-unsurnya berbeda.

152
MAKNA “LENGKAP”

Uraian surat dakwaan harus mencakup semua unsur-unsur yang


ditentukan undang-undang secara lengkap. Jangan sampai terjadi
ada unsur delik yang tidak dirumuskan secara lengkap atau tidak
diuraikan perbuatan mate­rielnya secara tegas dalam dakwaan,
sehingga berakibat perbuatan itu bukan merupakan tindak pidana
menurut undang-undang.

153
BENTUK SURAT DAKWAAN

1. Surat Dakwaan Tunggal


2. Surat Dakwaan Alternatif
3. Surat Dakwaan Subsider
4. Surat Dakwaan Kumulatif
5. Surat Dakwaan Kombinasi/Gabungan

154
Surat Dakwaan Tunggal
Dalam Surat Dakwaan ini hanya satu Tindak
Pidana saja yang didakwakan, tidak terdapat
dakwaan lain baik sebagai alternatif maupun
sebagai pengganti.

Contoh:
Dalam Surat Dakwaan hanya didakwakan
Tindak Pidana pencurian (pasal 362 KUHP).

155
Surat Dakwaan Alternatif
Dalam bentuk ini dakwaan disusun atas beberapa lapisan
yang satu mengecualikan dakwaan pada lapisan yang lain.
Dakwaan alternatif dipergunakan karena belum didapat
kepastian tentang Tindak Pidana mana yang akan dapat
dibuktikan. Lapisan dakwaan tersebut dimaksudkan
sebagai "jaring berlapis" guna mencegah lolosnya terdakwa
dari dakwaan.
Meskipun dakwaan berlapis, hanya satu dakwaan saja yang
akan dibuktikan, bila salah satu dakwaan telah terbukti,
maka lapisan dakwaan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi.
Misalnya:
Pertama: Pencurian (pasal 362 KUHP)
ATAU
Kedua: Penadahan (pasal 480 KUHP)

156
Surat Dakwaan Subsider
Bentuk dakwaan ini dipergunakan apabila satu Tindak Pidana
menyentuh beberapa ketentuan pidana, tetapi belum dapat
diyakini kepastian tentang kualifikasi dan ketentuan pidana yang
lebih tepat dapat dibuktikan.
Lapisan dakwaan disusun secara berurutan dimulai dari Tindak
Pidana yang diancam dengan pidana terberat sampai pada Tindak
Pidana yang diancam dengan pidana teringan dalam kelompok
jenis Tindak Pidana yang sama.
Persamaannya dengan dakwaan alternatif ialah hanya satu
dakwaan saja yang akan dibuktikan, sedangkan perbedaannya
pada sistem penyusunan lapisan dakwaan dan pembuktiannya
yang harus dilakukan secara berurutan dimulai dari lapisan
pertama sampai kepada lapisan yang dipandang terbukti. Setiap
lapisan yang tidak terbukti harus dinyatakan secara tegas disertai
dengan tuntutan untuk dibebaskan dari dakwaan yang
bersangkutan.
Contoh Dakwaan Subsider:
Primer:
Pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP);
Subsidair:
Pembunuhan (pasal 338 KUHP);
Lebih Subsidair:
Penganiayaan berencana yang mengakibatkan matinya orang
(pasal 355 (2) KUHP);
Lebih Subsidair lagi :
Penganiayaan berat yang mengakibatkan matinya orang (pasal
354 (2) KUHP);
Lebih-lebih Subsidair lagi :
Penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang (pasal 351 (3)
KUHP).

158
Surat Dakwaan Kumulatif
Bentuk ini digunakan bila kepada terdakwa didakwakan beberapa
Tindak Pidana sekaligus dan Tindak Pidana tersebut masing-
masing berdiri sendiri (Concursus Realis).
Semua Tindak Pidana yang didakwakan harus dibuktikan satu demi
satu.
Dakwaan yang tidak terbukti harus dinyatakan secara tegas
disertai tuntutan untuk membebaskan terdakwa dari dakwaan yang
bersangkutan.
Persamaannya dengan dakwaan Subsidair, karena sama-sama
terdiri dari beberapa lapisan dakwaan dan pembuktiannya
dilakukan secara berurutan.
Misalnya dakwaan disusun :
Kesatu : Pembunuhan (pasal 338 KUHP);
Kedua : Pencurian dengan pemberatan (pasal 363 KUHP);
Ketiga : Perkosaan (pasal 285 KUHP).
159
Surat Dakwaan
Kombinasi/Gabungan
Bentuk ini merupakan perkembangan baru dalam praktek
sesuai perkembangan di bidang kriminalitas yang semakin
variatif baik dalam bentuk/jenisnya maupun dalam modus
operandi yang dipergunakan.
Kombinasi/gabungan dakwaan tersebut terdiri dari
dakwaan kumulatif dan dakwaan subsider.
Contoh:
Kesatu :
Primer : Pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP);
Subsider : Pembunuhan (pasal 338 KUHP);
Lebih Subsider: Penganiayaan berencana yang
mengakibatkan matinya orang (pasal 355 ayat 2 KUHP).
Kedua: Perampokan/pencurian dengan kekerasan (pasal
365 ayat (3) dan (4) KUHP).
Ketiga: Perkosaan (pasal 285 KUHP).
160
PRA-PERADILAN
Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan
memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini, tentang:

a. sah atau tidaknya suatu penangkapan dan/atau penahanan atas


permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa
tersangka;
b. sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan
atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan;  kecuali
deponeering (vide Penjelasan Pasal 77 KUHAP)
c. permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau
keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan
ke pengadilan.

Pasal 1 angka 10 KUHAP jo Pasal 77 KUHAP

ANOMALI NORMA

161
Pasal 95 ayat (1) KUHAP
Ketika pemeriksaan pendahuluan selesai, maka
untuk selanjutnya adalah tahapan penuntutan.
tahapan ini merupakan rangkaian dalam
penyelesaian perkara pidana sebelum hakim
memeriksanya di sidang pengadilan.

penuntutan itu sendiri adalah kegiatan


melimpahkan perkara pidana
kepengadilan. didalam melimpahkan
perkara itu tidak sekedar membawa
perkara kepengadilan tapi ada beberapa
hal yang dilakukan sebelum perkara itu
disampaikan kepengadilan.
menurut martiman prodjohamidjoyo, sebelum jaksa
melimpahkan perkara pidana kepengadilan
dankemudian melakukan penuntutan, ia wajib
mengambil langkah-langkah seperti:

 menerima dan memeriksa berkas perkara;


 mengadakan pra penuntutan apabila ada kekurangan
pada penyidikan segera mengembalikan berkas kepada
penyidik dengan memberikan petunjuk untuk
penyempurnanya; ( waktunya 7 hari untuk wajib
memberi tahukankekurangannya)
 memberikan perpanjangan penahanan, melakukan
penahanan atau penahanan lanjutan dan atau
mengubah status tahanan setelah perkaranya
dilimpahkan oleh penyidik;
 membuat surat dakwaan
Next
 melimpahkan perkara kepegadilan;
 menyampaikan pemberitahuan kepada ersangka
tentang ketentuan persidangan dengan disertai
panggilan, kepada tedakwa maupun saksi-saksi;
 melakukan penuntutan;
 menutup perkara demi kepentingan hukum;
 melakukan tindakan lain dalam ruang lingkup
dan tanggungjawab sebagi penuntut umum;
 melaksanakan putusan hakim.
Pra Penuntutan

istilah Pra penuntutan ada dalam pasal 14


KUHAP “ mengadakan prapenuntutan apabila
ada kekurangan pada penyidikan dengan
memperhatikanketentuan pasal 110 ayat (3)
dan (4) dengan memberi petunjuk dalam
rangka penyempurnaanya penyidikan dari
penyidik.

waktu yang diberikan kepada penuntut umum


untuk “meneliti dan mempelajari” adalah 7
hari.
Penuntutan

Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk


melimpahkan perkar pidna kepengadilan negeri yang
berwenang dalam hal dan menurt cara yang diatur oleh
undang-undang dengan permintaan supaya diperiksa
dan diputus oleh hakim disidang pengadilan.
menurut Wirjono menuntut seorang tedakwa dimuka
hakim pidana adalah menyerahkan perkara seorang
terdakwa dengan berkas perkaranya kepada hakim,
dengan permohonan, supaya hakim memeriksa dan
kemudian memutuskan perkara pidana itu terhadap
terdakwa.
Tujuan melakukan
penuntutan
adalah untuk mendapatkan penetapan dari penuntut
umum, tentang adanya alasan yang cukup untuk
menuntut seseorang terdakwa dimuka hakim.

penuntut umumberwenang melakukan peuntutan


terhadap siapa saja yang didakwa melakukan suatu
tindak pidana dalam daerah hukumnya dengan
melimpahkan perkara kepengadilan yang berwenang
mengadili (pasal 237)
yang dimaksud dengan “daerah hukum”

daerah dimana menjadi kewenangannya


dalam melakukan penuntutan. daerah hukum
atau wilayah hukum kejaksaan negeri
adalah sama dengan daerah hukum atau
wilayah hukum pengadilan negeri.
wilayah suatu pengadila negeri adalah
Kabupaten/kota.
pasal 141 menentukan bahwa penuntut umum dapat
menggabungkan perkara dan membuatnya satu surat dakwaan,
apabila pada waktu dan saat yang sama atu hampir bersamaan
ia menerima beberapa berkas. syarat yang ditentukan oleh
undang-undang. yaitu:

 beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh


seorang yang sama dan kepentingan
pemeriksaan tidak menjadikan hlangan
terhadap penggabungannya;
 beberapa tindak pidana yang bersangkut paut
satu dengan yang lain;
 beberapa tindak pidana yang bersangkut paut
satu dengan yang lain itu ada hubungannya,
yang dlam hal ini penggabungan tersebut
perlu bagi kepentingan pemeriksaan.
bahwa yang dimasud dengan bersangkut
paut satu dengan yang lain itu apabila
tindak pidana tersebut dilakukan:

 oleh lebih dari seorang yang bekerjasama


dan dilakukan pada saat yang bersamaan;
 oleh lebih dari seorang pada saat dan
tempat yang berbeda tetapi merupakan
pelaksanaan dari permufakatan jahat
yang dibuat mereka sebelumnya;
Namun dalam pasal 142

Memungkinkan melakukan pemisahan


perkara, dalam hal penuntut umum
menerima satu berkas perkara yang
memuat beberapa perkara. seperti
kasus terorieme dan korupsi yang
melibatkan banyak pejabat misalnya
Menghentikan
Penuntutan
menghentikan penuntutan berarti telah
terjadi penuntutan namun karena terdapat
beberapa hal seperti terdapat dalam pasal
140 ayat (2),
karena tidak cukup bukti, ternyata bukan
merupakan tindak pidana, dan perkara
ditutup demi hukum.
Surat Dakwaan

Ketika penuntut umum telah menentukan bahwa


dari hasil pemeriksaan penyidikan dapat
dilakukan penuntutan, ia dalam waktu
secepatnya membuat surat dakwan dan
setiap penuntut umum melimpahan perkara
kepengadilan selalu disertai dengan surat
dakwaan sebagai dasar pemeriksaan yang
dilakukan oleh hakim dipengadilan.
KUHAP tidak menyebutkan pengertian surat dakwaan,
KUHAP hanya menyebutkan ciri dan isi dari surat
dakwaan
seperti disebutkan dalam pasal 143 ayat (2) yakni.... surat
dakwaan yang diberi tangal dan ditandatangani serta
berisi:
 nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir,
jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan
pekerjaan tersangka;
 uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai
tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan
waktu (Tempus Delicty) dan tempat tindak pidana itu
dilakukan (Locus Delicty).
Bentuk Surat Dakwaan

surat dakwaan dapat disusun dalam


berbagai bentuk tergantung kepeda
perkara yang terjadi. oleh karena itu
bentuk dakwaan dapat dibagi menjadi
empat macam:
Macam-macam Dakwaan

 Dakwan yang disusun secara tunggal (dakwaan tunggal)


dakwaan ini dibuat untuk menuntut satu orang atu lebih yang
dituduh melakukan satu perbuatanpidana saja, misalnya terdakwa
hanya melakukan perbuatan pencurian (biasa) pasal 362 KUHP;
 Dakwaan Kumulatif
dakwaan ini dibuat untuk menuntut seorang terdakwa atau lebih
yang melakukan lebih dari satu perbuatan pidana, misalnya:
disamping i melakukan perbuatan pencurian, ia pula membawa
senjata api tanpa izin yang berwajib, artinya terdakwa (terdakwa-
terdakwa) didakwa melakukan dua macam perbuatan pidana
sekaligus. biasanya dakwaan ini ditandai dengan memberikan
nomor urut dari dakwaan misalnya kesatu, kedua dan seterusnya.
Dakwaan Secara Alternatif

dakwaan ini menurut Prof. Bambang Purnomo dibuat


untuk menentukan perkara pidana yang terdapat
keraguraguan mengenai jenis perbuatan pidana
mana yang paling tepat, sehingga dalam
penuntutan diserahkan kepada pengadilan untuk
memilih secara tepat berdsarkan hasil pembuktian
sidang agar mendapat putusan satu jenis
perbuatan pidana saja dari beberapa jenis yang
dituduhkan. misalnya keragu-raguan untuk
menuduh dengan dakwaan “kejahatan pencurian “
ataukah “kejahatan penggelapan”, dengan
menunjuk kata “atau” di antara perbuatan-
perbuatan yang dituduhkan dari dua pokok
perbuatan.
Dakwaan secara Subsidair

dakwaan ini disusun untuk menuntut perkara pidana lebihdari satu dakwaan yang
disusun dengan mempertimbangkan bobot pidana, pidana yang berat
ditempatkan pada deretan pertama yang disebut sebagai dakwaan primer,
kemudian disusul dengan dakwan yang lebih ringan sebagai dakwan subsidair.
mungkin masih ada lagi yang lebih ringan dengan dakwaan Lebih subsidair dan
seterusnya.
sebagai contoh dakwaan subsidair dalam kejahatan yang serupa, misalnya: untuk
kasus “pembunuhan berencana” yang bobotnya lebih tinggi/tertinggi,
ditempatkan lebih dahulu sebagai dakwaan primer. kemudian untuk
“pembunuhan dengan sengaja”yang bobotnya lebih rendah ditempatkan pada
dakwaan subsidair, seterusnya untuk “penganiayaan yang mengakibatkan
mati” bobotnya lebih rendah lagi ditempatkan sebagai dakwaan lebih Subsidair.
penempatan dakwaan primer, subsidair dan lebih subsidair dimaksudkan
agarhakim memeriksa dakwaan primer dahulu, dan jika dakwaan primersudah
terbukti maka dakwaan yang lain tidak perlu dibuktikan, namun jika dakwaan
primer tidak terbukti maka hakim harus memeriksa dakwaan subsidair begitu
seterusnya.
BAB IV
PERIHAL PEMERIKSAAN DAN
PUTUSAN PENGADILAN
KEKUASAAN KEHAKIMAN DI
INDONESIA
MONTESQIUEU UUD NRI JOHN LOCKE

1945

LEGISLATIF EKSEKUTIF YUDIKATIF


PEMBENTUK PRESIDEN
DPR UNDANG- MA
UNDANG 1. Kepolisian
2. Jaksa
Agung PENGADILAN
KUHAP
UU KEKUASAAN 3. KPK
KEHAKIMAN 4. PPNS
UU PERADILAN
UMUM
UU MAHKAMAH
180
AGUNG
YANG MANAKAH KEKUASAAN
KEHAKIMAN dalam
hukum acara pidana ??
Pasal 38 ayat Pasal 24
(2) UU Berdasarkan ayat (2)
Kekuasaan Fungsinya UUD NRI
Kehakiman 1945

1. Penyelidikan &
Penyidikan Mahkamah
2. Penuntutan Agung
3. Pelaksanaan
Putusan
4. Pemberian Jasa
Hukum; dan
5. Penyelesaian Badan
Sengketa di luar Peradilan
Pengadilan

181
Officer of the court
Pemeriksaan adjudikasi
(pemeriksaan di depan
persidangan)

Upaya Hukum Upaya Hukum

Pengadilan Negeri Pengadilan Tinggi Mahkamah Agun

Judex Factie
Judex Praktek
Jurist
Judex
Factie

182
PENGERTIAN KONEKSITAS
PENYIDIKAN PERKARA KONEKSITAS
WEWENANG MENGADILI PERKARA KONEKSITAS :
PENUNTUTAN PERKARA KONEKSITAS :

Apabila perkara diajukan untuk diadili di pengadilan


negeri, maka berita acara yang dibuat tim tetap oleh
penuntut umum dibubuhi catatan bahwa berita acara
tersebut telah diambil alih olehnya, dan oleh penuntut
umum dibuatkan Surat dakwaan untuk kemudian
dilimpahkan ke pengadilan negeri.

Ketentuan ini berlaku bagi Oditur militer apabila


perkara tersebut diajukan kepada pengadilan militer.
PEMERIKSAAN DI PENGADILAN KONEKSITAS

Komposisi Majlis Hakim (di PN): Komposisi Majlis Hakim (di PM):

– Hakim ketua dari PN, dan  Hakim ketua dari PM


– Hakim anggota masing-  Hakim anggota masing-
masing ditetapkan dari PN masing ditetapkan dari PN &
& PM secara berimbang PM secara berimbang
– Hukum acara yang  Hukum acara yang
diterapkan adalah KUHAP. diterapkan adalah hukum
acara pidana pada
pengadilan militer UU No. 6/
1950, Jo UU Dat. No. 1/
1958, kalau tidak diatur
maka berlaku ketentuan
KUHAP
MACAM-MACAM
ACARA PEMERIKSAAN SIDANG

 ACARA PEMERIKSAAN BIASA (bab xvi bagian ketiga kuhap)


 ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT (bab xvi bagian kelima kuhap)
 ACARA PEMERIKSAAN CEPAT (bab xvi bagian keenam kuhap)
1. Acara Pemeriksaan tindak pidana ringan (paragraf 1)
2. acara pemeriksaan Pelanggaran lalu lintas jalan
(paragraph 2)

189
PERBANDINGAN ACARA PEMERIKSAAN

BIASA SINGKAT CEPAT


Dasar Hukum Bab XVI Bagian III BAB XVI Bagian V Bab XVI Bagian VI
Penuntutan JPU dan Dakwaan Tanpa Dakwaan Tanpa JPU
Jenis Putusan Putusan Pengadilan Dicatat dalam BAP Penetapan
Sidang
Sifat Pembuktian Sulit Mudah & Sederhana Mudah
Jenis Perkara Kejahatan Kejahatan & Tindak Pidana Ringan
Pelanggaran kecuali & Pelanggaran Lalu
Psl 205 Lintas

Lamanya perkara Min. 9 kali Sidang Jika melebihi batas Satu Hari
maks. pemeriksaan
tambahan (14 hari)
diubah ke pemerisaan
biasa
Lain-Lain -- Jika disepakati dpt --
diubah menjadi acara
pemeriksaan cepat

190
BIASA SINGKAT CEPAT

Hakim Majelis Hakim Majelis Hakim Hakim Tunggal

Bentuk Putusan Putusan Surat Surat


Pengadilan

191
Pemeriksaan dengan Acara
singkat
 Pada prinsipnya hampir sama dengan acara
biasa, hanya saja terdapat sedikit perbedaan
yaitu:
 Penuntut umum tidak perlu membuat surat dakwaan
secara tertulis (cukup dengan lisan)
 Putusan hakim cukup di tuliskan dalam berta acara
persidangan, dan tidak perlu di buat seperti putusan
pada umumnya, (putusan ini sidah memiliki kekuatan
hukum tetap)
Pemeriksaan dengan acara cepat.
 Cara ini terdapat perbedaan dengan kedua acara
sebelumnya;
 Pemeriksaan dengan acara cepat dibagi dua
menurut KUHAP yaitu:
 Pemeriksaan tindak pidana ringan (Tipiring) yatu
tndak pidana yang diancam hukuman kurungan
paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-
banyaknya tujuh ribu lima atus rupiah dan
penghinaan ringan.
 Pelanggaran lalu lintas
Next
 Penyidik atas kuasa penuntut umum, dalam waktu tiga
hari sejak berita acara pemeriksaan selesai dibuat,
menghadapkan terakwa dan barang bukti dan jika ada
saksi juga dihadirkan;
 Dilakukan oleh hakim tunggal
 Saksi tidak mengucpakan sumpah, kecuali hakim
menganggap perlu;
 Dalam hal kasus pelanggaran lalu lintas tidak perlu ada
berita acara , pe,eriksaan dapat dilakukan meskipun
terdakwa diwakili ole orang lain.
ACARA PEMERIKSAAN DI SIDANG PENGADILAN

BIASA SINGKAT CEPAT


Psl 152 -182 Psl 203 & 204 Psl 205 - 216

TIPIRING LALU LINTAS


Psl 205 - 210 Psl 211-216
TATA URUTAN JALANNYA PERSIDANGAN :

1. Sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum (kecuali


ditentukan lain)
2. Penuntut Umum diminta menghadirkan terdakwa di depan siding
pengadilan dalam kedaan bebas
3. Terdakwa ditanyakan identitasnya, Apkah sudah menerima Salinan
surat dakwaan.
4. Terdakwa ditanya apa dalam keadaan sehat dan bersedia diperiksa
di siding pengadilan.
5. Terdakwa ditanyakan apakah didampingi penasihat hukum (Psl 56
ayat 1 KUHAP)
6. Pembacaan surat dakwaan
7. Terdakwa/PH ditanya akan mengajukan eksepsi atau tidak.
8. Apabila terdakwa/PH mengajukan eksepsi maka diberi kesempatan
dan sidang ditunda.
9. Apabila ada eksepsi dilanjutkan tanggapan JPU atas eksepsi tsb
(Replik)
10.Selanjutnya dibacakan putusan sela oleh majelis hakim
11.Apabila eksepsi ditolak dilanjutkan pemeriksaan pada pokok
perkaranya
TATA URUTAN JALANNYA PERSIDANGAN :

12. Pemeriksaan saksi2 yg diajukan oleh JPU (dimulai dari saksi


korban).
13 .Pemeriksaan terhadap terdakwa
14. Tuntutan (requisitoir)
15. Pledoi (pembelaan)
16.Replik dari JPU
17. Duplik dari Terdakwa /PH
18. Putusan Majelis Hakim (Bebas/Lepas/Pemidanaan)
19. Terhadap putusan pengadilan , terdakwa/JPU dapat mengajukan
upaya hukum
ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT :
ACARA PEMERIKSAAN CEPAT :
ACARA PEMERIKSAAN CEPAT :
2. Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan
a. Yang diperiksa dalam acara pemeriksaan pelanggaran lalu lintas
jalan ialah perkara pelanggaran tertentu terhadap peraturan
perundang-undangan lalu lintas jalan.
b. Tidak ada berkas perkara atau berita acara pemeriksaan.
c.  Terdakwa dapat menunjuk dengan surat untuk mewakilinya. 
d. Pemeriksaan tanpa hadirnya terdakwa/kuasanya. 
e. Dalam hal putusan berupa perampasan kemerdekaan dapat
mengajukan perlawanan kepada Pengadilan Negeri semula.
f. Jika putusan dalam pemeriksaan perlawanan tetap merupakan
perampasan kemerdekaan, terdakwa dapat mengajukan banding.
g. Pengembalian benda sitaan tanpa syarat, jika terpidana telah
melaksanakan isi amar putusan.
Catatan :
Dalam acara pemeriksaan cepat, keyakinan hakim cukup didukung satu alat
bukti saja.
 Yang melaksanakan putusan pengadilan dalam acara pemeriksaan cepat
adalah jaksa.
Kompetensi Pengadilan
Pidana

kompetensi pengadilan pidana atau


sering disebut juga wewenang
pengadilan untuk mengadili perkara
pidana yang diajukan kepadanya.
kompetensi pengadilan dalam teori
dibagi dalam dua bagian yakni
kompetensi absolut dan
kompetensi relatif.
Kompetensi Absolut

kompetensi absolut adalah kewenangan pengadilan


untuk mengadili perkara berdasarkan atas
tingkatan pengadilan lain. tingkatan pengadilan
sebagaimana yang dikenal selama ini adalah
pengadilan tingkat pertama (PN) dan
pengadilan tingkat kedua (PT dan MA)
sementara jenis-jenis pengadilan adalah
Peradilan Umum, peradilan militer, PTUN dan
Pengadilan Agama.
next
 atas dasar tingkatan dan jenis pengadilan inilah maka
kewenangan masing-masing pengadilan itu berbeda satu
dengan yang lain tedapat beberapa prinsip yang
memperlihatkan kewenangan masing-masing.
 prinsip pertama: Pengadilan Negeri (PN) berwenang
mengadili semua perkara pidana yang belum pernah
diadili dan belum memperoleh putusan
 Prinsip kedua: Pengadilan tinggi (PT) berwenang
mengadili perkara yang sudah diputus oleh pengadilan
negeri.
 Prinsip ketiga: Mahkamah Agung (MA) berwenang
mengadili perkara pidana yang dimintakan kasasi
kepadanya.
Kompetensi Relatif
kompetensi relatif adalah kewenangan
pengadilan mengadili perkara berdasarkan
wilayah kekuasaanya hukum. wilayah
hukum dari satu pengadilan negeri adalah
satu wilayah kabupaten/kota.

didalam kompetensi relatif terdapat prinsip-


prinsip untuk menentukan adanya
kewenangan mengadili. prinsip-prinsip
tersebut dapat diketemukan dalam berbagi
pasal dalam KUHAP yakni sebagai berikut:
Prinsip Pertama
prinsip ini dapat dijumpai didalam pasal 84 KUHAP yaitu:
 Pengadilan Negeri berwenang mengadili segala perkara
mengenai tindak pidana yang dilakukan dalam daerah
hukumnya.
 Pengadilan negeri yang dalam daerah hukumnya
terdakwa bertempat tinggal, berdiam terakhir, di tempat
ia diketemukan atau ditahan, hanya berwenang
mengadili perkara terdakwa tersebut, apabila tempat
kediaman sebagaian besar saksi yang dipanggil lebih
dekat pada pengadilan negeri itu daripada tempat
kedudukan pengadilan negeri yang di dalam daerahnya
tindak pidana itu dilakukan;
Next
 apabila seorang terdakwa melakukan beberapa tindak
pidana dalam daerah hukum berbagai pengadilan
negeri, maka tiap pengadilan negeri tiu masing-msing
berwenang mengadili perkara pidan itu;
 terhadap beberapa perkara pidana yang satu sama
lain ada sangkutpautnya dan dilakukan oleh orang
yang sama dalam derah hukum berbgi pengadilan
negeri, diadili oleh masing-msing pengadilan negeri
dengan ketentuan dibuka kemungkinan penggabungan
perkara tersebut.
Prinsip kedua

prinsip kedua ini ada dalam pasal 85 KUHAP


pasal ini menentukan bahwa didalam hal
keadaan daerah tidak mengijinkan suatu
pengadilan untuk mengadili suatu perkara,
maka atas usul ketua pengadilan negeri atau
kepala kejaksaan negeri yang bersangkutan,
mahkamah agung mengusulkan kepada
menteri kehakiman (menteri yang berwenang
kalau tidak ada menteri kehakiman mislnya
menteri Hukum dan HAM) untuk menetapkan
atau menunjuk pengadilan negeri lain.
Prinsip Ketiga

Prinsip ketiga ini menentukan bahwa pengadilan


yang berwenang mengadili perkara pidana yang
dilakukan diluar negeri adalah pengadilan negeri
jakarta pusat. hal tersebut dapat dilihat dalam
ketentuan pasal 86 KUHAP yang bunyinya:
apabila seseorang melakukan tindak pidana
diluar negeri yang diadili menurt hukum
Republik Indonesia maka pengadilan negeri
jakarta pusat yang berwenang mengadilinya.
Pemeriksaan disidang
pengadilan
Proses pemeriksaan perkara disidang
pengadilan dapat dilakukan dengan
menggunakan tiga macam pemeriksaan
perkara tergantung pada berat dan
ringannya perkaranya yaitu:

 Pemeriksaan dengan
acara biasa;
 pemeriksaan dengan
acara singkat;
 Pemeriksaan dengan
Acara cepat.
Tahap pemeriksaan dengan acara
biasa
 Tahap pemanggilan
 Tahap pembacaan surat dakwaan
 Tahap eksepsi
 Tahap pembuktian
 Tahap requisitoir/tuntutan pidana
 Tahap Pledoi/pembelaan
 Tahap replik/duplik
 Tahap putusan hakim.
Tahap Pemanggilan

ketika berkas perkara sudah sampai ke


Pengadilan, ketua pengadilan menunjukhakim
yang akan memeriksa perkara tersebut.
selanjutnya hakim yang ditunjuk menetapkan
hari sidang dan memerintahkan kepada penuntut
umum supaya memanggil terdakwa dan saksi-
saksi yang akan diajukan ke persidangan
Pasal 152 ayat (2) KUHAP

mengatakan bahwa pemanggilan terdakwa dan saksi


dilakukan dengan suratpemanggilan oleh penuntut
umum secara sah, dan harus sudah diterima oleh
terdakwa dalam jangka waktu sekurang-kurangnya
tiga hari sebelum sidang dimulai. Selanjutnya dalam
pasal 146 ayat (1,2) menyatakan bahwa surat
panggilan memuat tanggal, hari serta jam dan untuk
perkara apa mereka dipanggil.
sementara menurut ketentuan pasal 145 KUHAP
bahwa surat panggilan tersebut hanya dapat
dipandang sebagai surat panggilan yang sah apabila
surat:
 panggilan itu disampaikan kepada terdakwa dialamat tempat
tinggalnya atau apabila tempat tinggalnya tidak diketahui, maka
disampaikan dialamat kediamannya terakhir;
 apabila terdakwa tidak ada ditempat tinggalnya atau ditempat
kediaman terakhir, surat panggilan disampaikan melalui kepala desa
yangbedaerah hukum tempat tinggal terdakwa atau tempat kediaman
terakhir;
 dalam hal terdakwa ada dalam tahanan surat panggilan disampaikan
kepadanya melalui pejabat rumah tahanan negara;
 penerimaan surat pangilan oleh terdakwa sendiri ataupun oleh orang
lain, dilakukan dengan tand penerimaan;
 apabila tempat tinggal maupun tempat kediaman terakhir tidak
dikenal, surat panggilan ditempelkan pada tempat pengumuman
digedung pengadilan negeri yang berwenang mengadilinya.
Apakah setelah dipanggil
tersangka pasti hadir ?
dalam hal tersangka tdak hadir, maka
hakim ketua sidang meneliti apakah
terdakwa sudah dipanggil secara sah.
jika terdakwa tidak di-panggil secara sah
hakim ketua sidang menunda sidang
dan memerintahkan supaya tedakwa
dipanggil sekali lagi.
jika terdakwa ternyata telah dipanggil secara sah namun
tidak hadir tanpa alasan yang sah pula pemeriksaan
perkara tersebut tidak dapat dilakukan dan hakim
memerintahkan agr terdakwa dipanggil sekali lagi.
setelah dipanggil sekali lagi tidak hadir juga maka hakim
ketua sidang memerintahkan agr terdakwa dihadirkan
dengan paksa pada sidang pertama berikutnya.
Tahap Pembukaan dan
Pemeriksaan identitas
terdakwa
 Hakim, penuntut umum dan penasehat hukum
menempati tempat duduknya masing-masing;
 hakim ketua kemudian membuka sidang (dengan
ketentuan asas sidang dibuka dan terbuka untuk umum)
kecuali dalam hal kasus kesusilaan dan terdakwanya
anak kecil.
 Menghadirkan tersangka
 Pemeriksaan identitas yaitu: Nama, umur, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal terakhir, agama, pekerjaan.
setelah itu hakim ketua kemudian bertanya apakah
tedakwa dalam keadaan sehat dan siap diperiksa,
Tahap Pembacaan Surat
Dakwaan
 Hakim ketua memerintahkan kepada jaksa penuntut
umum untuk membacakan surat dakwaan, dengan
dibacakannya surat dakwaan ini maka proses
pemeriksan telah dimulai.
Secara singkat Surat dakwaan itu harus memuat secara
jelas tentang:
 Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, agama
dan pekerjaan tersangka;
 uraian secara singkat, jelas dan lengkap perbuatan pidana yang
dilakukan dengan menyebutkan waktu dan tempat perbuatan
pidana dilakukan.
EKSEPSI
Excepti Arti scr Excepti
e (Bld) Umum: on
Pengecuali (Eng)
an

Makna

Bantahan / tangkisan / Bantahan / tangkisan /


jawaban / keberatan Pasal 156 jawaban / keberatan
secara tidak langsung KUHAP terhadap syarat formil
terhadap pokok perkara Dakwaan

Dalam hal terdakwa atau penasihat hukum mengajukan keberatan


bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau
dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan,
maka setelah diberi kesempatan kepada penuntut umum untuk
218 menyatakan pendapatnya, hakim mempertimbangkan keberatan
tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan
JENIS-JENIS EXCEPTIE

EXCEPTIE
EXCEPTIE EXCEPTIE EXCEPTIE
DAKWAAN
KOMPETENS TUNTUTAN SYARAT
BATAL DEMI
I GUGUR FORMIL
HUKUM

219
EXCEPTIE KOMPETENSI
 KOMPETENSI ABSOLUT
Wewenang Mengadili 4 lingkungan peradilan, yaitu Peradilan Umum,
Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara

 KOMPETENSI RELATIF
Wewenang mengadili dalam hal wilayah hukum dari suatu pengadilan pada
satu lingkungan peradilan yang sama

220
EXCEPTIE TUNTUTAN GUGUR
 NE BIS IN DEM

 KADALUARSA (Pasal 78-82 KUHP)

 Tersangka/Terdakwa meninggal dunia

221
EXCEPTIE SYARAT FORMIL
Jenis Putusannya adalah Niet Onvankelijk Verklaard (N.O)
atau Dakwaaan Tidak dapat diterima
Untuk tindak pidana dengan ancaman pidana diatas 5 (lima)
tahun atau pidana mati, Tersangka mulai dari proses
penyidikan tidak didampingi oleh Penasehat Hukum. Krn
berdasarkan Yurisprudensi MA No. 1565 K/Pid/1991 tanggal
16 September 1991;
Tindak Pidana yang didakwakan merupakan delik aduan,
sedangkan perkara diproses tanpa adanya aduan atau
tenggang waktu pengaduan telah lewat (Psl 72-75 KUHP);
Tindak pidana yang didakwakan sedang diproses oleh
Pengadilan Negeri lain;
Error in persona (terdakwa yang diajukan salah
identitasnya)
Tindak Pidana yang didakwakan mengandung sengketa
perdata yang harus diperiksa secara perdata;
JPU keliru dalam merumuskan dakwaan.

222
EXCEPTIE
DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM

Pelanggaran
terhadap Pasal 143
ayat (2) KUHAP

223
PROSES PUTUSAN EXCEPTIE
KOMPETENSI
 Di dalam Pasal 156 KUHAP tidak dijelaskan jenis exceptie kompetensi yang
bagaimana yang akan diputus terlebih dahulu;
 Dikarenakan KUHAP merupakan revisi dari HIR/RBg, maka budaya hukum
yang muncul di dalam praktek adalah bernuansa HIR/RBg;
 Sehingga ketentuan Pasal 156 KUHAP merujuk kepada praktek, maka
hanya exceptie kompetensi absolut yang akan diputus terlebih dahulu;
 Jika exceptie dikabulkan, maka pokok perkara tidak akan diperiksa;
 Putusan atas exceptie absolut dapat dilakukan perlawanan ke tingkat
Banding;
 Putusan atas exceptie kompetensi relative, bersamaan dengan putusan
pokok perkara;
 Exceptie kompetensi relative dapat dimintakan setiap saat pada setiap
proses pemeriksaan.

224
Hukum pembuktian pidana

TEORI PEMBUKTIAN
1.Positief Wettelijke Bewijs Theorie (Sistem atau teori pembuktian
berdasarkan Undang-undang secara positif )
2.Conviction-in Time (Sistem atau teori pembuktian berdasar keyakinan
hakim belaka)
3.Conviction Raisonnee (Sistem atau teori pembuktian berdasar
keyakinan hakim atas alasan yang logis)
4.Negatief Wettelijke Bewijstheorie (Teori Pembuktian Berdasar
Undang-Undang Secara Negatif )

225
Positief Wettelijke Bewijs
Theorie
(Teori pembuktian positif)
Dikatakan secara positif karena hanya didasarkan kepada
Undang-undang saja artinya jika telah terbukti suatu
perbuatan sesuai dengan alat-alat bukti yang disebut oleh
undang-undang, maka keyakinan hakim tidak diperlukan
sama sekali. Sistem ini disebut juga teori pembuktian formil
(Formele Beeewijstheorie).

226
Conviction-in Time
(Teori Pembuktian keyakinan hakim)
Berhadap-hadapan secara berlawanan dengan teori pembuktian
menurut undang-undang secara positif. Didasari bahwa alat bukti berupa
pengakuan terdakwa sendiri pun tidak selalu membuktikan kebenaran.
Pengakuan kadang-kadang tidak menjamin terdakwa benar-benar telah
melakukan perbuatan yang didakwakan. Oleh karena itu diperlukan
bagaimanapun juga keyakinan hakim sendiri. Bertolak pangkal pada
pemikiran itulah maka teori berdasar keyakinan hakim belaka yang
didasarkan pada keyakinan hati nuraninya sendiri ditetapkan bahwa
terdakwa telah melakukan perbuatan yang didakwakan.

227
Conviction Raisonnee
(Teori pembuktian keyakinan hakim yang logis)

Merupakan jalan tengah dari sistem-sistem pembuktian


yang ada. Menurut teori ini, hakim dapat memutuskan
seseorang bersalah berdasar keyakinannya, keyakinan
mana didasarkan kepada dasar-dasar pembuktian disertai
dengan suatu kesimpulan yang berlandaskan kepada
peraturan-peraturan pembuktian tertentu, sehingga
putusan hakim dijatuhkan dengan suatu motivasi.

228
NEGATIEF WETTELIJKE BEWIJSTHEORIE
(Teori pembuktian negative)

Salah tidaknya seorang terdakwa ditentukan oleh


keyakinan hakim yang didasarkan kepada cara dan
dengan alat-alat bukti yang sah menurut Undang-
undang dan sistem ini memadukan unsur-unsur
objektif dan subjektif dalam menetukan salah atau
tidaknya orang terdakwa.

229
Sistem pembuktian kuhap
Pasal 183 KUHAP :
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang
kecuali apabila sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar
terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya .”

Sistem Pembuktian Negatif


(Negatief Wettelijke
Bewijstheorie)
230
Pertemuan ke-18
Alat bukti yang sah
Pasal 184 ayat (1) KUHAP:
1.Keterangan Saksi (Pasal 185 KUHAP)
2.Keterangan Ahli (Pasal 186 KUHAP)
3.Surat (Pasal 187 KUHAP)
4.Petunjuk (Pasal 188 KUHAP)
5.Keterangan Terdakwa (Pasal 189 KUHAP)

231
SAKSI
“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.” (Pasal 1 angka 26
KUHAP)
“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa
keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia
lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya
itu” (Pasal 1 angka 27 KUHAP)
Sehingga, keterangan saksi yang didasarkan kepada pemikiran atau
pendapatnya, bukanlah merupakan alat bukti yang sah.

Dalam menilai kebenaran dari keterangan seorang saksi, hakim perlu


memperhatikan persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti, alasan
yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberikan keterangan tertentu
serta cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya
dapat mempengaruhi atau tidaknya keterangan itu dipercaya.
232
SAKSI TESTIMONIUM DE AUDITU
(HEARSAY evidence)
Saksi Testimonium de aduditu adalah Keterangan saksi yang diperoleh dari orang lain .
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 26 dan angka 27 KUHAP, maka saksi testimonium de
auditu adalah TIDAK SAH

Menurut Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 65/PUU-VIII/2010:


“Pengertian Pasal 1 angka 26, Pasal 1 angka 27, Pasal 116 ayat (3) dan ayat (4) serta Pasal
184 ayat (1) huruf a KUHAP tidak boleh ditafsirkan secara sempit, maka berdasarkan
penafsiran gramatikal, jika dikaitkan dengan pasal-pasal dalam KUHAP, karena dapat
menghilangkan kesempatan Terdakwa dalam menghadirkan saksi a de charge
(menguntungkan).
Oleh karena itu, arti penting saksi bukan terletak apakah ia melihat, mendengar, atau
mengalami sendiri peristiwa pidana, melainkan pada relevansi kesaksiannya dengan
perkara pidana yang sedang di proses.”

Sehingga, saksi testimonium de auditu merupakan bagian dari alat bukti : PETUNJUK

233
JENIS SAKSI MENURUT KUHAP
 Saksi a de charge (Saksi yang meringankan atau
menguntungkan)
Pasal 65 KUHAP
Pasal 160 ayat (1) KUHAP
Pasal 165 ayat (3) KUHAP

 Saksi a charge (Saksi yang memberatkan) Pasal


160 ayat (1) KUHAP

234
SYARAT SAH SAKSI
 Syarat Formil
1. Bersedia di sumpah : Pasal 160 ayat (3) dan ayat (4) KUHAP
2. Telah Dewasa (< 15 thn) : Pasal 171 butir a KUHAP (penafsiran
a contrario)

 Syarat Materiil
1. Melihat, mendengar, atau mengalami sendiri suatu peristiwa pidana
(Pasal 1 angka 26 KUHAP)
2. Seorang saksi harus dapat menyebutkan alasan dari kesaksiannya itu
(Pasal 1 butir 27 KUHAP)
3. Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan
kesalahan terdakwa atau unus testis nullus testis (Pasal 185 ayat (2)
KUHAP)

235
PERIHAL PEMBUKTIAN

Dakwaan  Pembuktian
> Tujuan nya :
untuk memperoleh kepastian bahwa apa
yang didakwakan JPU dalam Surat Dakwaan
kepada terdakwa adalah benar.
> Dengan cara memeriksa :
# mengenai apakah peristiwa/perbuatan
tertentu sungguh pernah terjadi Mengenai
# mengapa peristiwa tsb tejadi (motif)

236
Maka dari itu pemeriksaan terdiri dari :
 Menunjukkan peristiwa-peristiwa yang dapat di
terima oleh panca indera ;
 memberikan keterangan tentang peristiwa-
peristiwa yang telah diterima tersebut ;
 Mengggunakan pikiran logis.

Manfaat dengan adanya pembuktian


tersebut :
 hakim dapat menggambarkan dalam pikiran nya
apa yang sebenarnya terjadi ;
 sehingga memperoleh keyakinan tentang hal
tersebut ;
 meskipun ia tidak
melihat/mendengar/merasakan sendiri.

237
Yang diungkap dari

Pembuktian
Alat Pembuktian (bewijsmiddel) ;
 Benda & lisan :
 alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana
 Hasil yang diperoleh dari tindak pidana
 Ket. Saksi
 Penguraian Pembuktian (bewijsvoering) ;
 Cara-cara menggunakan alat-alat bukti dalam T.Pidana
 Kekuatan Pembuktian (bewijskracht) ;
 Keterikatan hakim pada alat bukti  Lihat: Pasal 184 KUHAP
 Dasar Pembuktian (bewijsgrond) ;
 Keadaan yang dialami yang diterangkannya dalam kesaksian
disebut Dasar Pembuktian
 Beban Pembuktian (bewijslast).
 Mengenai siapakah yang mempunyai beban untuk membuktikan
mengenai unsur-unsur tindak pidana
 Pasal 66 KUHAP “..tersangka/terdakwa tidak dibebani kewajiban
pembuktian..”
 Merupakan wujud konkret asas “presumption of innocent

238
Tuntutan Pidana
(Requistoir)
 Pemeriksaan terhadap diri terdakwa dan saksi
cukup, maka kepada penuntut umum
dipersilahkan menyampaikan tuntutan pidana nya.
 JPU menguraikan segala sesuatu selama
berlangsungnya pemeriksaan apakah dakwaan
nya terbukti atau tidak

239
Diagram Alir Tuntutan Perkara
JPU Hakim memberikan kesempatan
Pembelaan
membacakan kepada terdakwa
(Pledoi)
tuntutan
pidana
JPU
memberikan
jawaban atas
Pledoi
(Replik) Tersangka
menjawab Replik
(Duplik)

Tuntutan Pidana, Pledoi, Replik


dan Duplik

Salinan nya
Hakim ketua diberikan
majelis kepada para
pihak
240
FUNGSI MAHKAMAH AGUNG DAN
KEDUDUKAN PERMA
Pasal 4 Ayat (2) UU 48 Tahun 2009
Kekuasaan Kehakiman
“Pengadilan berkewajiban membantu
pencari keadilan dan berusaha
mengatasi segala hambatan dan
rintangan untuk dapat tercapainya
peradilan yang sederhana, cepat, dan
biaya ringan.”
Pasal 79 UU 14 Tahun 1985 Mahkamah
Agung
“Mahkamah Agung dapat mengatur
lebih lanjut hal-hal yang diperlukan
bagi kelancaran penyelenggaraan
peradilan apabila terdapat hal-hal
yang belum cukup diatur dalam
Undangundang ini”
SUSUNAN PERMA NOMOR 4 TAHUN
2020

1
2
3
BAB
4
PASA
L 5
RUANG SIDANG SECARA ELEKTRONIK
Ruang sidang di Pengadilan yang meliputi kantor
kejaksaan, kantor Rutan/Lapas, atau tempat lain
yang ditetapkan oleh Hakim/Majelis Hakim (Pasal 1
huruf 4)

KANTOR KANTOR
KEJAKSAAN RUTAN/LAPAS
Domisili ELEKTRONIK

Layanan pesan (messaging services) berupa akun yang


terverifikasi milik Penyidik, Penuntut, Pengadilan,
Terdakwa/Kesatuan Terdakwa, Penasihat Hukum, Saksi, Ahli,
Rutan, dan Lapas. (Pasal 1 huruf 9)
KEBERADAAN PARA PIHAK DALAM RUANG
SIDANG (Pasal 2 Ayat 2)

 Hakim/Majelis Hakim,
Panitera/Pengganti, dan Penuntut
bersidang di ruang sidang
pengadilan, sementara Terdakwa
mengikuti sidang dari Rutan tempat
Terdakwa ditahan dengan
didampingi/tanpa didampingi
Penasihat Hukum;
 Hakim/Majelis Hakim,
Panitera/Pengganti bersidang di
ruang sidang pengadilan, sementara
Penuntut mengikuti sidang dari
kantor Penuntut, dan Terdakwa
dengan didampingi/tanpa didampingi
Penasihat Hukum mengikuti sidang
dari Rutan/Lapas tempat Terdakwa
ditahan;
KEBERADAAN PARA PIHAK DALAM RUANG
SIDANG (Pasal 2 Ayat 2)

 Dalam hal tempat Terdakwa ditahan tidak


memiliki fasilitas khusus untuk mengikuti
sidang secara elektronik, Terdakwa
dengan didampingi/tanpa didampingi
Penasihat Hukum mengikuti sidang dari
kantor Penuntut; atau
 Terdakwa yang tidak ditahan dapat
mengikuti sidang di ruang sidang
Pengadilan atau dari kantor Penuntut
dengan didampingi/tanpa didampingi oleh
Penasihat Hukum atau tempat lain di
dalam atau diluar daerah hukum
Pengadilan yang Mengadili dan disetujui
oleh Hakim/Majelis dengan penetapan;
Peserta Sidang harus terlihat di
layar monitor dengan terang
dan suara yang jelas dan
dengan tetap menggunakan
atribut sidang masing-masing.
Dokumen Elektronik adalah dokumen
terkait Administrasi Perkara dan
DOKUMEN persidangan yang diterima, disimpan dan
ELEKTRONIK dikelola di Sistem Informasi Pengadilan;
(Pasal 1 huruf 15)

1) Setiap dokumen elektronik yang disampaikan oleh Penuntut,


Penasihat Hukum, dan Terdakwa harus berbentuk portable
document format (pdf) (Pasal 3 Ayat 1).
2) Dalam proses persidangan, dokumen keberatan/eksepsi, tanggapan,
tuntutan, pembelaan, replik,dan duplik harus dikirim ke alamat pos-
el Pengadilan yang menyidangkan perkara sebelum
dibacakan.
3) Setiap Dokumen Elektronik yang dikirim, harus diunduh dan
diverifikasi antara yang dibacakan dengan yang diunduh.
4) Sesaat setelah keberatan/eksepsi, tanggapan, tuntutan, pembelaan,
replik, dan duplik dibacakan, Pengadilan meneruskan Dokumen
Elektronik tersebut ke alamat pos-el Penuntut/Terdakwa dan/atau
ke alamat pos-el Penasihat Hukum.
PELIMPAHAN PERKARA (Pasal 4 Ayat 1)

Berkas perkara
dilimpahkan melalui
pos-el (laman email)
Penuntut harus menyertakan Domisili
Elektronik yaitu: akun email yang
terverifikasi milik a. kantor Penuntut; b.
kantor Penyidik; c. instansi tempat
Terdakwa ditahan; dan d
Terdakwa/kesatuan Terdakwa dan/ atau
Penasihat Hukum, dan dalam hal pelimpahan
perkara dilakukan melalui pos-el tersebut,
Barang bukti tetap barang bukti tetap berada di kantor
berada di kantor Penuntut.
Penuntut.
PELIMPAHAN
PERKARA (Pasal 5)
Kepaniteraan terkait yang menerima pelimpahan
berkas perkara melalui pos-el memeriksa kelengkapan
berkas perkara sebelum mencetak dokumen yang
dikirim secara elektronik.
Kelengkapan berkas perkara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a)surat pelimpahan perkara;
b)surat dakwaan;
c)surat kuasa jika menggunakan Kuasa;
d)berita acara pemeriksaan Penyidik;
e)pindai (scan) alat bukti tertulis jika ada;
f)daftar barang bukti;
g)foto barang bukti;
h)dokumen penahanan jika ditahan; dan dokumen
terkait lainnya.
Kepaniteraan terkait mencetak semua dokumen dan
melakukan penomoran serta pemberkasan sesuai
dengan ketentuan Hukum Acara.
Penetapan Hakim/Majelis Hakim memuat Hari,
PANGGILAN tanggal, jam, dan tempat pelaksanaan sidang
elektronik dan disampaikan oleh Kepaniteraan
SIDANG (pasal 6) kepada Penuntut secara elektronik.

 Dalam hal Terdakwa berada dalam tahanan Rutan, Penuntut menyampaikan


panggilan sidang kepada Terdakwa melalui Domisili Elektronik.
 Dalam hal Terdakwa tidak ditahan, panggilan sidang disampaikan oleh Penuntut
kepada Terdakwa melalui Domisili Elektronik berupa alamat pos-el, alamat
Whatsapp, atau SMS (short message service).
 Dalam hal Terdakwa tidak memiliki Domisili Elektronik sebagaimana dimaksud
panggilan disampaikan melalui surat tercatat ke alamat tempat tinggal Terdakwa
dengan tembusan kepada kepala desa/lurah tempat /tempat tinggal Terdakwa.

PALING LAMBAT (TUJUH) HARI SEBELUM HARI SIDANG

Panggilan dianggap diterima oleh Terdakwa


apabila telah terbukti bahwa panggilan telah
terkirim. (Pasal 6 Ayat (7));
PERSIDANGAN (pasal 7)
Dalam hal sidang dilaksanakan secara elektronik,
Terdakwa yang didampingi oleh Penasihat Hukum
harus secara fisik berada dalam ruangan yang sama
dengan Terdakwa, namun Dalam hal Penasihat Hukum
tidak memungkinkan mendampingi Terdakwa di Rutan/
Lapas, Penasihat Hukum bersidang di kantor penuntut
atau Pengadilan.
PERSIDANGAN (pasal 7)

Ruangan tempat Terdakwa mengikuti


Persidangan secara Elektronik hanya dihadiri
Terdakwa, Penasihat Hukum, petugas
Rutan/Lapas, dan petugas IT, kecuali
petugas/pihak lain yang ditentukan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
Ruangan tempat Terdakwa mengikuti
persidangan harus dilengkapi dengan alat
perekam/kamera/CCTV yang dapat
memperlihatkan kondisi ruangan secara
keseluruhan.
Panitera/Panitera Pengganti mencatat segala
sesuatu yang terjadi dalam proses Persidangan,
tempat Penuntut ataupun Terdakwa/Penasihat
Hukum dalam berita acara siding;
DAKWAAN DAN KEBERATAN (pasal 8)

1) Surat dakwaan, keberatan/eksepsi, dan


pendapat Penuntut dibacakan dalam sidang
yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Pasal 2 ayat (1) atau ayat (2).
2) Dalam hal sidang dilaksanakan secara
elektronik, dokumen keberatan/eksepsi
dikirim kepada Hakim/ Majelis Hakim
dan file dokumen tersebut diteruskan
kepada Penuntut dan dilakukan
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (2) dan
ayat (3).
3) Dalam hal sidang dilaksanakan secara
elektronik, pendapat Penuntut terhadap
keberatan Terdakwa/eksepsi dikirim
kepada Hakim/Majelis Hakim sebagaimana
diatur dalam Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3).
PUTUSAN SELA (pasal 9)

 Putusan/Putusan Sela diucapkan


dalam sidang terbuka untuk umum
dengan dihadiri oleh Penuntut,
Terdakwa, dan/atau Penasihat
Hukum, kecuali ditentukan lain
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Dalam Keadaan Tertentu,
sidang pengucapan
putusan/putusan sela dapat
dilangsungkan secara
elektronik.
PEMERIKSAAN SAKSI DAN AHLI (Pasal 10)
Dalam Keadaan Tertentu, Hakim/Majelis Hakim
dapat menetapkan pemeriksaan yang dilakukan
terhadap Saksi dan/atau Ahli berada di:
a.kantor Penuntut dalam daerah hukumnya;
b.Pengadilan tempat Saksi dan/atau Ahli berada
apabila Saksi dan/atau Ahli berada di dalam dan
di luar daerah hukum Pengadilan yang
menyidangkan perkara;
c.Kedutaan/konsulat jenderal Republik Indonesia
atas persetujuan/ rekomendasi Menteri Luar
Negeri, dalam hal Saksi dan/atau Ahli berada di
luar negeri; atau
d.tempat lain yang ditentukan oleh Hakim/Majelis
Hakim.

Sebelum pemeriksaan saksi/ahli, pihak yang menghadirkan Saksi dan/atau Ahli


memberitahukan/mengirimkan kepada Panitera/ Panitera Pengganti berupa:
a.jumlah Saksi dan/atau Ahli yang akan dihadirkan;
b.akun tempat Saksi dan/atau Ahli diperiksa yang dapat terhubung dengan aplikasi
pelaksanaan sidang; dan
c.dokumen lain yang dibutuhkan.
PEMERIKSAAN SAKSI
Khusus untuk pemeriksaan Saksi yang
identitasnya menurut peraturan perundang-
undangan atau menurut Hakim/Majelis Hakim
wajib dirahasiakan, Ketua Majelis Hakim
memerintahkan Panitera/ Panitera
Pengganti untuk mematikan fitur video dalam
tampilan Saksi pada aplikasi pelaksanaan sidang
dan Saksi hanya memberikan keterangan dalam
format audio yang disamarkan suaranya atau
mendengarkan keterangan Saksi tanpa dihadiri
oleh Terdakwa. (Pasal 12)
PEMERIKSAAN TERDAKWA (Pasal 13)

 Terdakwa yang berada dalam tahanan


didengar keterangannya dari tempat
Terdakwa ditahan dengan
didampingi/tidak didampingi oleh
Penasihat Hukum;
 Terdakwa yang berada dalam tahanan,
tetapi tempat Terdakwa ditahan tidak
memiliki fasilitas untuk sidang secara
elektronik, didengar keterangannya dari
kantor Penuntut; atau
 apabila Terdakwa tidak ditahan,
didengar keterangannya di Pengadilan,
kantor Penuntut, atau tempat lain yang
ditentukan oleh Hakim/Majelis Hakim
melalui penetapan.
PEMERIKSAAN BARANG BUKTI (Pasal 14)

1) Dalam hal sidang dilaksanakan secara


elektronik yang pelimpahannya dilakukan
secara elektronik, barang bukti yang akan
diperiksa tetap berada di kantor Penuntut.
(2) Penuntut memperlihatkan barang bukti
tersebut kepada Hakim/ Majelis Hakim
secara elektronik.
(3) Dalam hal barang bukti tersebut berupa
dokumen cetak, Hakim/ Majelis Hakim
mencocokkan dokumen hasil pindai yang
terdapat dalam berkas perkara dengan
dokumen asli yang diperlihatkan oleh
Penuntut secara elektronik.
PEMERIKSAAN BARANG BUKTI (Pasal 14)

(4) Dalam hal barang bukti tersebut berupa


bukan dokumen cetak, barang bukti dapat
difoto atau divideokan dan dikirim ke alamat
pos-el Pengadilan dalam persidangan
sebelum diajukan sebagai barang bukti.
(5) Dalam hal Terdakwa mengajukan barang
bukti yang meringankan, baik berupa
dokumen cetak maupun dokumen bukan
cetak, barang bukti tersebut
diperlakukan sama dengan barang bukti
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
ayat (4).
(6) Hakim/Majelis Hakim mencocokkan
barang bukti yang dikirim sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dengan
aslinya secara elektronik.
TUNTUTAN, PEMBELAAN, REPLIK, DAN DUPLIK
(Pasal 15)

• 1) Tuntutan pidana,
pembelaan, replik, dan duplik
dibacakan di muka sidang
sesuai dengan ketentuan
Hukum Acara.
• (2) Dalam hal sidang
dilaksanakan secara elektronik,
pengiriman dokumen tuntutan
pidana, pembelaan, replik, dan
duplik dilakukan dengan cara
sama dengan pengiriman
dokumen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) dan ayat (4).
PUTUSAN DAN PEMBERITAHUAN PUTUSAN (Pasal 16)

 Dalam Keadaan Tertentu berdasarkan


penetapan Hakim/Majelis Hakim, sidang
pengucapan putusan dapat dilangsungkan
secara elektronik;
 Dalam hal Terdakwa tidak hadir dalam
pembacaan putusan, pemberitahuan putusan
disampaikan oleh Pengadilan kepada
Terdakwa melalui Domisili Elektronik
berupa alamat pos-el, alamat Whatsapp,
atau SMS;
 Dalam hal Terdakwa tidak memiliki
Domisili Elektronik, pemberitahuan putusan
disampaikan melalui surat tercatat ke alamat
tempat tinggal Terdakwa dengan tembusan
kepada kepala desa/lurah;
 Dalam hal tempat tinggal dan tempat
kediaman Terdakwa tidak diketahui,
KENDALA TEKNIS DAN AKSES PUBLIK (Pasal 17)

• (1) Dalam hal terdapat hambatan


karena gangguan teknologi yang
dipergunakan pada saat sidang
berlangsung, demi hukum sidang
diskors dan akan dibuka kembali
setelah gangguan berakhir.
• (2) Dalam hal gangguan teknologi
tidak berakhir selama 60 (enam
puluh) menit, demi hukum sidang
ditunda dan akan dilanjutkan
Putusan adalah “Mahkota Hakim”, karena dari
putusan itu orang lain dapat menilai kedalaman
pengetahuan hukum hakim yang memeriksa dan
memutus sesuatu perkara. Pengetahuan hukum
yang harus dikuasai hakim sesungguhnya harus
multi disiplin yang meliputi hukum acara/hukum
formil, hukum materiil, ilmu hukum, filsafat hukum,
sosiologi hukum, politik hukum, kriminologi,
psychologi hukum, ilmu komunikasi, hukum adat,
metodologi hukum, dan lain-lan.
PUTUSAN HAKIM YANG
IDEAL
Putusan Hakim yang ideal, manakala mampu meng-harmoni-kan
3(tiga) dimensi :
1. Keadilan (gerechtigheit)
2. Kepastian Hukum (rechtsecherheit)
3. Kemanfaatan putusan itu (zwachmatigheit)
Walaupun dalam praktik hal tsb tidak mudah, Hakim yang baik
berusaha semaksimal kearah harmoni ketiga dimensi itu
secara kasuistis.
Putusan hakim juga berpedoman
pada 3 (tiga) hal yaitu :

 Unsur Yuridis, yang merupakan unsur pertama dan


utama,
 Unsur Filosofis, berintikan kebenaran dan keadilan,
 Unsur Sosiologis, yaitu mempertimbangkan tata nilai
budaya yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat.
Proses atau tahapan penjatuhan putusan oleh
hakim, dalam perkara pidana, menurut Moeljatno,
dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu :

1. Tahap menganalisis perbuatan pidana, pada saat


hakim menganalisis ini pertanyaan yang timbul adalah
apakah terdakwa melakukan perbuatan pidana atau
tidak, hal ini dipandang sebagai analisa primer dari
segi masyarakat, yaitu perbuatan tersebut apakah
masuk dalam rumusan suatu aturan pidana.
2. Tahap Menganalisis Tanggungjawab Pidana;
Jika seorang terdakwa dinyatakan terbukti
melakukan perbuatan pidana melanggar
suatu pasal tertentu, hakim menganalisis
apakah terdakwa dapat dinyatakan
bertanggung jawab atas perbuatan pidana
yang dilakukannya.
3. Tahap Penentuan Pemidanaan Hakim akan
menjatuhkan pidana bila unsur-unsur telah
terpenuhi dengan melihat pasal Undang-
Undang yang dilanggar oleh Pelaku.
Sistimatika Dasar Putusan Hakim
Panduan normatif putusan Hakim dalam perkara pidana
sebagaimana diatur dalam pasal 197 KUHAP :
(1).Surat putusan pemidanaan memuat :
a. Kepala putusan yang dituliskan berbunyi :
“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA
ESA “
b. Identitas Terdakwa .
c. Dakwaan sebagaimana dalam surat dakwaan.
d. Pertimbangan Hukum, yang disusun secara ringkas mengenai
fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari
pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan
terdakwa;
e.Pertimbangan Hukum, yang disusun secara ringkas
mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian
yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi
dasar penentuan kesalahan terdakwa;
f.Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat
tuntutan pidana;
g. Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi
dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari
putusan disertai keadaan yang memberatkan dan yg
meringankan terdakwa;
h.Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim
kecuali perkara diperiksa dengan hakim tunggal;
i.Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah
terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak pidana
disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau
tindakan yang dijatuhkan;
j. Ketentuan kepada siapa beaya perkara dibebankan
dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti dan
ketentuan mengenai barang bukti;
k. Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau
keterangan dimana letaknya kepalsuan itu, jika terdapat
surat otentik dianggap palsu;
l. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam
tahanan atau dibebaskan;
m. Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama
hakim yang memutus, dan nama panitera;
PASAL- PASAL DALAM KUHAP YG TERKAIT
DENGAN PUTUSAN PERKARA PIDANA :

- Pasal 152 KUHAP ;


- Pasal 156 KUHAP ;
- Pasal 160 KUHAP ;
- Pasal 183 KUHAP;
- Pasal 184 KUHAP,
- Pasal 185 KUHAP;
TERWUJUDNYA PUTUSAN YANG BAIK,
SEBAGAIMANA YANG DI ANGAN-ANGAN KAN BERSAMA

- Apakah putusan bebas sebagaimana dinyatakan dalam


pasal 191 KUHAP, sebagai putusan yang baik;
- Apakah melalui forum ini, dapat menciptakan suatu
putusan yang baik;
- Bagaimanakah kriteria suatu putusan dikatakan sebagai
putusan yang baik ;
KONSEPSI PUTUSAN YANG BAIK
“Putusan yang baik adalah putusan yang
argumentatif, rasional, sistematis dan tidak
bertentangan dengan common sense”,
tegas M. Yahya Harahap. Penegasan pakar
hukum perdata tersebut selaras dengan
maksud pasal 5, 50 dan 53 UU Nomor 48
tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.”
Ketentuan pasal 5 UU Nomor 48 tahun 2009
mewajibkan hakim dalam pertimbangan
hukumnya untuk mampu menggali, mengikuti,
dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalammasyarakat. Pasal 50
ayat (1) menegaskan bahwa putusan pengadilan
selain harus memuat alasan dan dasar putusan,
juga memuat pasal tertentu dari peraturan
perundangundangan yang bersangkutan atau
sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar
untuk mengadili.
YURISPRUDENSI :

adalah suatu Putusan Hakim yang telah mempunyai


kekuatan hukum tetap, yang diikuti / dipergunakan
oleh Hakim berikutnya sebagai sumber hukum untuk
memutus perkara yang serupa / sama;

-Yurisprudensi merupakan produk yang lahir dari


putusan Pengadilan, lazim disebut Judge made law;
-Merupakan produk dari Hakim untuk menyelesaikan
perkara tertentu;
Ada beberapa alasan
mengapa hakim menciptakan hukum ;

1. Karena undang-undangnya tidakjelas/kabur sehingga


memerlukan penafsiran hukum yang komprehensif;
2. Undang-Undang yang ada sudah tertinggal dengan
perkembangan masyarakat/tidak sesuai lagi dengan
rasa keadilan dan kesadaran masyarakat ;
3. Undang-Undang tidak mengatur perbuatan hukum
yang diajukan kepada Pengadilan;
Apakah semua putusan Hakim dapat
dikualifikasikan sebagai yurisprudensi ?

Terkait hal ini ada syarat yg harus dipenuhi


yaitu :
1.Putusan Hakim tersebut mengandung suatu
terobosan;
2.Putusan tersebut diikuti secara konstan, dan putusan
tersebut dibenarkan oleh M.A.;
3.Putusan Hakim tersebut memenuhi rasa keadilan
masyarakat ;
4.Putusan Hakim tersebut mengenai suatu peristiwa
hukum yang belum jelas peraturan perundang-
undangannya
PUTUSAN-PUTUSAN PENGADILAN

 2 jenis Putusan pengadilan :


 Putusan yang bersifat formil, Putusan pengadilan yang bukan
merupakan putusan akhir, yaitu :
 Pasal 148 ayat 1 KUHAP. Pernyataan tidak berwenangnya
pengadilan untuk memeriksa suatu perkara ( onbevoegde
verklaring).
misalnya : salah mengajukan berkas perkara
 Pasal 143 ayat 3 KUHAP. Pernyataan dakwaan PU batal
(nietig verklaring van de acte van verwijzing)
misalnya : locus delicti tidak dicantumkan di surat
dakwaan
 Pasal 156 ayat 1 KUHAP. Pernyataan dakwaan PU tidak
dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard)
misalnya : perkara daluarsa, nebis in idem, persyaratan
aduan (klacht delict)
 Putusan berisikan penundaan pemeriksaan perkara oleh
adanya perselisihan kewenangan (prejudisiel)
misalnya : perkara ybs menunggu putusan dari hakim
perdata misal dalam hal perzinahan ( overspel).
281
PUTUSAN PENGADILAN
(VONIS)

BEBAS LEPAS PEMIDANAAN

Tdk terbukti secara Terbukti, tetapi Terbukti secara


Sah & meyakinkan perb. Itu bukan Sah & meyakinkan
melakukan kesalahan TP melakukan kesalahan

Alasan pembenar Alasan pemaaf Tidak mampu


Psl 48,49 (1) Psl 49(2); bertanggung jwb
50, 51(1) KUHP 51(2) KUHP (Psl 44 KUHP)
FORMALITAS ISI SURAT PUTUSAN
PENGADILAN
(Psl 197 ayat 1 KUHAP)
a. Kepala putusan yg dituliskan berbunyi : DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA
b. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tgl lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal,
agama dan pekerjaan terdakwa
c. Dakwaan, sebagaiman terdapat dalam surat dakwaan
d. Pertimbangan yg disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat
pembuktian yg diperoleh dari pemeriksaan di sidang yg menjadi dasar penentuan kesalahan
terdakwa
e. Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan
f. Pasal peraturan perUUan yg menjadi dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yg
memberatkan dan yg meringankan terdakwa
g. Hari dan tgl diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara diperiksa oleh hakim
tunggal
h. Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah teroenuhi semua unsur dlm rumusan TP
disertai dg kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yg dijatuhkan
i. Ketentuan kpd siapa biaya perkara dibebankan dg menyebutkan jumlahnya yg pasti dan
ketentuan mengenai barang bukti
j. Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan di mana letaknya
kepalsuan itu, jk terdpt surat otentik dianggap palsu
k. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dlm tahanan atau dibebaskan
l. Hari dan tgl putusan, nama PU, nama hakim yg memutus & nama panitera
SANKSI BAGI
ANAK PELAKU TP

SANKSI PIDANA TINDAKAN

Pasal 23 Pasal 24
1. Mengembalikan kpd
1. PIDANA POKOK : ortu,wali,atau ortu
Penjara, asuh
Kurungan, 2. Menyerahkan kpd
Denda neg.utk mengikuti
Pengawasan pend.,pembinaan
&lat.kerja
3. Menyerahkn kpd
2. PIDANA TAMBAHAN Depsos,orsosmas yg
 Perampasan brg2 ttu bergerak di bid.
 Ganti rugi
Pend,pembinaan &
lat.kerja
1. Pernyataan bahwa pengadilan tdk
berwenang mengadili perkara
2. Pernyataan surat dakwaan batal
(Psl 156 ayat 1) KUHAP
3. Pernyataan bahwa tuntutan JPU tdk
dpt diterima
Putusan yang bersifat materil, putusan pengadilan yang
merupakan putusan akhir (einds vonnis), yaitu :
1. Pasal 191 ayat 1 KUHAP. Putusan yang menyatakan
terdakwa dibebaskan dari dakwaan (vrijspraak).
Maksudnya ialah pengadilan berpendapat bahwa
kesalahan/perbuatan yang didakwakan terhadap
terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan
di dalam pemeriksaan persidangan.
misalnya : minimnya alat pembuktian yang
ditetapkan oleh UU tidak terpenuhi.
 Putusan ini bersifat negatif, artinya putusan tidak
menyatakan terdakwa tidak melakukan perbuatan
yang didakwakan itu, melainkan menyatakan
bahwa kesalahan terdakwa tidak terbukti di
persidangan.
 See negatief-wettelijk sistem pembuktian KUHAP,
dalam Pasal 183 KUHAP  2 alat bukti+ keyakinan
hakim.
 Jaksa tidak dapat banding ke PT (Pasal 67 KUHAP)

287
2. Putusan Lepas dari segala tuntutan (ontslag van alle
rechtsvervolging). Maksudnya ialah Perbuatan yang
didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi
perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana,
dikarenakan adanya alasan pembenar
(rechtvaardigingsgrond) dan/atau alasan pemaaf (fait
dixcuse).
 Alasan pembenar : Pasal 48, 49(1), 50 & 51(1) KUHAP
 Alasan pemaaf : Pasal 49(2) & 51(2) KUHAP
 Dapat dimintakan banding baik oleh terdakwa maupun
jaksa.

288
3. Putusan Pemidanaan
Apabila kesalahan terdakwa terhadap perbuatan yang
didakwakan kepadanya terbukti dengan sah dan
meyakinkan. Pasal 193 (1) KUHAP, apabila terdakwa
terbukti bersalah, maka harus dijatuhi pidana.kecuali
apabila terdakwa pada waktu melakukan tindak
pidana itu belum berumur 16 tahun.maka hakim
dapat memilih ketentuan didalam Pasal 45 KUHAP,
yaitu :
a. Menyerahkan kembali kepada orang tua/wali nya
tanpa sanksi pidana
b. Diserahkan kepada pemerintah agar dipelihara dalam
suatu tempat pendidikan negara sampai dengan usia
18 tahun (Pasal 46 KUHAP).
c. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa.

289
Kewajiban Hakim setelah
Putusan
 Memberitahukan kepada terdakwa tentang segala
sesuatu yang menjadi hak nya, yaitu :
 Hak segera menerima atau menolak putusan
 Hak mempelajari putusan sebelum menerima
atau menolak hasil putusan dalam batas waktu
yang ditentukan UU
 Hak meminta penangguhan pelaksanaan putusan
untuk mengajukan grasi dalam hal ia menerima
putusan
 Hak minta diperiksa perkaranya dalam tingkat
banding, dalam hak ia menolak putusan
 Hak mencabut pernyataan (point 1), dalam
waktu yang ditentukan oleh UU.
 Surat putusan vonnis harus sesuai format Pasal 197
ayat 1 KUHAP

290
SYARAT SAH PUTUSAN HAKIM
Pasal 197 ayat (1)
1. kepala putusan yang dituliskan berbunyi: "DEMI KEADILAN BERDASARIKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA";
2. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal,
agama dan pekerjaan terdakwa;
3. dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan;
4. pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat-
pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan
kesalahan terdakwa;
5. tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan;
6. pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang
memberatkan dan yang meringankan terdakwa;
7. hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara diperiksa oleh hakim
tunggal;
8. pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan
tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan;
9. ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti
dan ketentuan mengenai barang bukti;
10. keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan di mana letaknya kepalsuan itu,
jika terdapat surat otentik dianggap palsu;
11. perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam'tahanan atau dibebaskan;
12. hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus dan nama
panitera;

291
Pasal 197 ayat (2)

Tidak dipenuhinya ketentuan dalam


ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f, h, i, j, k
dan I pasal ini mengakibatkan
putusan batal demi hukum

292
293

MODUL IV
HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT
(KIMWASMAT)

 Dasar Hukum Pasal 277 : Pada setiap pengadilan harus


ada hakim yang diberi tugas khusus untuk membantu
ketua dalam melakukan pengawasan dan pengamatan
terhadap putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana
perampasan kemerdekaan.
 Peraturan Pelaksana :
1. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun
1984, tanggal 5 Maret 1984 tentang Pelaksanaan
Tugas Hakim Pengawas dan Pengamat; dan
2. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 1985
tanggal 11 Februari 1985 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Tugas Hakim Pengawas dan Pengamat

294
TUGAS POKOK
KIMWASMAT
 Tugas pokok
Pengawasan: Pasal 280 ayat (1): Hakim Pengawas dan
Pengamatan mengadakan pengawasan guna memperoleh
kepastian bahwa putusan pengadilan dilaksanakan
sebagaimana mestinya.

Pengamatan : Pasal 280 ayat (2) : Hakim Pengawas dan


Pengamat mengadakan pengamatan untuk bahan
penelitian demi ketetapan yang bermanfaat bagi
pemidanaan yang diperoleh dari perilaku narapidana atau
pembinaan lembaga pemasyarakatan serta pengaruh timbal
balik terhadap narapidana selama menjalani pidananya

295
LEMBAGA PENGAWAS
PERADILAN

PRA PERADILAN
HAKIM
V. PEMERIKSA
PENDAHULUAN
KIMWASMAT S (PRE TRIAL
JUDGE)

296
LEMBAGA PEMASYARAKATAN

FILSAFAT FILSAFAT
PEMIDANAAN Kongres PPB I PEMIDANAAN
ALIRAN KLASIK di Tokyo 1955 ALIRAN MODERN

PENJERAA
UU NO. 12/1996 N
DR. ttg PEMBINAA
Lembaga N
SAHARDJO Pemasyarakatan RE-
SOSIALISA
SI
Sistem RE-
TERPIDA
Pemasyara INTEGRAS
NA ADLH TERPIDA
katan I
OBYEK NA ADLH
1963 REHABILIT
297 SUBYEK ASI
UPAYA HUKUM
 Upaya hukum Biasa
 Banding
 Kasasi

 Upaya hukum Luar biasa


 Peninjauan
Kembali (PK) Jika terdapat bukti
baru (Novum)
UPAYA HUKUM BANDING

TUJUAN BANDING??????

Banding mempunyai arti dan bertujuan supaya


perkara yang telah diputus oleh pengadilan
tingkat pertama diperiksa ulang oleh Pengadilan
yang lebih tinggi (tingkat banding), karena
merasa belum puas dengan keputusan
Pengadilan tingkat pertama.
LANDASAN YURIDIS : Pasal 67
BANDING SECARA
GRAMATIKAL ??
PERTIMBANGAN PEMERIKSAAN ULANG TERHADAP
PUTUSAN PENGADILAN OLEH PENGADILAN YANG LEBIH
TINGGI ATAS PERMINTAAN TERDAKWA ATAU JAKSA NAIK
APABILA TIDAK PUAS DNG PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
BOLEH MINTA -- KPD PENGADILAN TINGGI ( KBBI )
PUTUSAN YANG DAPAT DIAJUKAN
BANDING
1. Putusan Pemidanaan dalam Acara Biasa
2. Putusan pemidanaan dalam acara singkat
3. Putusan yang menyatakan bahwa dakwaan tidak
dapat diterima dalam acara biasa dan singkat
4. Putusan yang menyatakan bahwa dakwaan batal
demi hukum
5. Putusan Yang Dirasa Merampas Kemerdekaan
Dalam Acara Cepat
6. Putusan Pra Peradilan terhadap penghentian
penyelidikan atau penghentian penuntutan
PUTUSAN YANG TIDAK DAPAT
DIAJUKAN BANDING
1. Putusan Bebas
2. Putusan Lepas dari segala Tuntutan
Hukum atau Putusan Onslag Van
Rechts Vervolging
3. Putusan Acara Cepat
TATA CARA PENOLAKAN
BANDING
1. Panitera membuat akta penolakan permohonan
banding , dalam bentuk surat akta penolakan
permohonan banding. Jadi jelas bentuknya secara
tertulis.
2. Akta Penolakan permohonan banding tersebut
ditanda tangani oleh Panitera dan pemohon
banding tersebut. Serta diketahui dan
ditandatangani secara dinas oleh ketua Pengadilan
Negeri tempat dimana kasus tersebut di putus pada
tingkat pertama.
3. Berkas perkara tidak dikirim ke Pengadilan Tinggi.
INGAT – INGAT !!!!

DALUWARSA
PENGAJUAN UPAYA
HUKUM BANDING
ADALAH 7 HARI
SESUDAH PUTUSAN
Landasan yuridis : DIJATUHKAN ATAU
Pasal 233 ayat (2) PUTUSAN
DIBERITAHUKAN
KEPADA TERDAKWA
YANG TIDAK HADIR
CARA MENGAJUKAN
BANDING
GIMANA ????
 Permohonan Banding Bisa Langsung datang
menghadap dan tidak menghadap panitera
( Pasal 233 ayat 3, 4 dan 5 )

 Yang Mengajukan banding adalah benar – benar


orang yang berhak ( pasal 67, dan dipertegas
di pasal 233 ayat 1 dan 5 )
TATA CARA
MENCABUT
BANDING ??
??
1. Pencabutan disampaikan kepada
Pengadilan yang bersangkutan.
2. Kemudian oleh panitera dibuatkan akta
pencabutan kembali permohonan banding.
3. Putusan baru memperoleh kekuatan
hukum tetap setelah tenggang waktu
banding berakhir.
4. Berkas perkara banding tidak perlu
diteruskan kepada Pengadilan Tinggi .
LANDASAN YURIDIS
: Pasal 235
MEMORI BANDING
DAN
KONTRA MEMORI BANDING
MEMORI BANDING
 Risalah yang disusun oleh pemohon banding
 Merupakan tanggapan terhadap sebagian atau seluruh
pemeriksaan dan putusan yang dijatuhkan.
 Tanggapan tersebut diatas bukan hanya sepanjang
mengenai kesalahan penerapan , penafsiran dan
kewenangan mengadili.
 Memori banding tersebut meliputi juga penilaian keadaan
dan pembuktian
 Disamping itumemori banding juga mengemukakan hal –
hal yang baru , fakta dan pembuktian baru atau biasa
disebut Novum , dan meminta supaya Novum tersebut di
diperiksa disuatu acara pemeriksaan tambahan.
KONTRA MEMORI BANDING
Kontra memori banding adalah suatu tulisan
yang berupa tanggapan terhadap memori
banding atau dengan kata lain kontra banding
adalah bertujuan untuk meng-counter memori
banding. Makna kontra memori banding untuk
menanggapi alasan-alasan yang dimuat dalam
momori banding. Dan kontra memori banding ini
pada hakekatnya mendukung keputusan
pengadilan negeri tingkat pertama.
PUTUSAN BANDING SERTA
AKIBATNYA ( Pasal 241Ayat 1 )
 Menguatkan putusan
pengadilan negeri
 Mengubah atau memperbaiki
Amar Pengadilan Negeri.
 Mengenai bentuk putusan
berupa perubahan atau
perbaikan amar putusan
 Membatalkan Putusan
Pengadilan Negeri
KESIMPULAN
 WHAT IS “BANDING ?
Upaya Hukum Biasa perkara yang telah diputus
oleh pengadilan tingkat pertama diperiksa ulang
oleh Pengadilan yang lebih tinggi (tingkat
banding), karena merasa belum puas dengan
keputusan Pengadilan tingkat pertama.
 WHEN ? 7 Hari setelah putusan dibacakan
 WHO ? PU / Kuasa Hukum terpidana

 WHERE ? PT
 DALAM BERACARA DIATUR: Pasal 233 s/d pasal 243
Lanjutan kesimpulan ….

TUJUAN UPAYA HUKUM


1.MEMPERBAIKI
MEMPERBAIKI KEKELIRUAN
PUTUSAN MENCEGAH
KESEWENANGAN DAN
PENYALAHGUNAAN JABATAN
2.PENGAWASAN
PENGAWASAN TERHADAP
KESERAGAMAN PENERAPAN
HUKUM
PUTUSAN BANDING
 MENGUATKAN PUTUSAN PN:
 MENGUATKAN SECARA MURNI, DGN
TAMBAHAN PERTIMBANGAN, ATAU DGN
PERTIMBANGAN LAIN
 MENGUBAH ATAU MEMPERBAIKI AMAR PUTUSAN
PN:
 PERUBAHAN KUALIFIKASI TINDAK PID

 PERUBAHAN BARANG BUKTI

 PERUBAHAN PEMIDANAAN

 MEMBATALKAN PUTUSAN PN: MENGADILI


SENDIRI
PUTUSAN YG TDK DPT DIBANDING :
•PUTUSAN BEBAS
•PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN
ALASAN BANDING,
APAPUN ALASAN DAPAT DIGUNAKAN UTK
MENGAJUKAN BANDING, KRN PT ADALAH
JUDEX FACTIE - PERKARA DIPERIKSA
ULANG
KASASI
 KASASI MERUPAKAN UPAYA HUKUM
BIASA (PASAL 244 KUHAP) KECUALI
TERHADAP PUTUSAN BEBAS
 KASASI MERUPAKAN HAK
 TUJUAN UPAYA KASASI
1. KOREKSI TERHADAP KESALAHAN PUTUSAN PENGADILAN
BAWAHANNYA
2. MENCIPTAKAN DAN MEMBENUK HUKUM BARU
3. PENGAWASAN TERCIPTANYA KESERAGAMAN PENERAPAN HUKUM
PUTUSAN YANG DAPAT DIKASASI
 SEMUA PUTUSAN PERKARA PIDANA YANG
DIBERIKAN PADA TINGKAT TERAKHIR
OLEH PENGADILAN
 KECUALI TERHADAP PUTUSAN
1. MA SENDIRI; DAN
2. PUTUSAN BEBAS
UPAYA HUKUM LUAR BIASA
A. KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM
1. DIAJUKAN TERHADAP SEMUA PUTUSAN
YANG TELAH MEMPEROLEH KEKUATAN
HUKUM TETAP
2. YANG BERHAK MENGAJUKAN KASASI
DEMI KEPENTINGAN HUKUM : JAKSA
AGUNG (PASAL 259 AYAT (1) KUHAP)
B. PENNJAUAN KEMBALI (PASAL 263 AYAT
(1) KUHAP DENGAN ALASAN :
1. APABILA TERHADAP KEADAAN BARU
2. APABLA DALAM PELBAGAI PUTUSAN
TEDAPAT SALING PERTENTANGAN
3. APABLA TEDAPAT KEKHILAFAN YANG
NYATA DALAM PUTUSAN
PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN
YG INKRACHT  JAKSA (Psl 270 KUHAP)

Pengertian : Dilakukan oleh :

1. Terdakwa/PU telah Jaksa setelah menerima


menerima putusan salinan surat putusan dr
2. Tenggang waktu Panitera
mengajukan banding
telah lewat SEMA No.21 Th 1983
3. Permohonan banding • salinan berkas AB  1 M
diajukan, kmd dicabut • salinan berkas AS  14 H
4. Permohonan grasi yg
tdk disertai permohonan
penangguhan eksekusi
5. Semua upaya hk biasa
tlah dilakukan
PIDANA DENDA 1 bln  1bln (APB &APS)
Psl 273 (1&2)KUHAP Pasal 30 (2) KUHP

BARANG RAMPASAN Jaksa – KLN (3bln) – kas


UTK NEG Negara  1bln
Psl 273 (3&4) KUHAP

•Bebas/lepas  BP neg
•Tambahan Pedoman Pe-
BIAYA PERKARA laksanaan KUHAP butir
EKSEKUSI Psl 275 KUHAP 17 = Rp500 – Rp10.000
•Tdk mau bayarsita
•Tdk mampuJAKGUNG

P. BERSYARAT Pengawasan/Pengamatan
• Psl 14a(1) jo 14d (Polri, Camat,Lurah,Balai
(1) KUHP BISPA)
• Psl 276 KUHAP

UU No.2/PNPS/1964
PIDANA MATI Tata cara pelaksanaan
Psl 271 KUHAP Pidana mati (PU & PM)
UU NO.2/PNPS/1964
TATA CARA PELAKSANAAN PIDANA MATI
(PU & PM)

1. DILAKSANAKAN DALAM DAERAH HOKUM PENGADILAN YANG


MENJATUHKAN PUTUSAN DALAM TINGKAT PERTAMA
2. PIDANA MATI YANG DIJATUHKAN ATAS DIRINYA BEBERAPA
ORANG DIDALAM SATU PUTUSAN, DILAKSANAKAN SECARA
SEREMPAK PADA WAKTU DAN TEMPAT YANG SAMA, KECUALI
JIKA TERDAPAT HAL-HAL YANG TIDAK MEMUNGKINKAN
PELAKSANAAN DEMIKIAN ITU (PASAL 2).
3. KEPALA POLISI DAERAH (KAPOLDA) BERTANGGUNG JAWAB
UNTUK PELAKSANAANNYA SEKALIGUS MENENTUKAN WAKTU
DAN TEMPAT PELAKSANAAN PIDANA MATI.
4. JIKA DALAM PENENTUAN WAKTU DAN TEMPAT ITU
TERSANGKUT WEWENANG KAPOLDA LAIN, MAKA KAPOLDA
TERSEBUT MERUNDINGKANNYA DENGAN KAPOLDA ITU.
5. KAPOLDA ATAU PERWIRA YANG DITUNJUK OLEHNYA
MENGHADIRI PELAKSANAAN PIDANA MATI TERSEBUT
BERSAMA-SAMA DENGAN JAKSA TINGGI ATAU JAKSA YANG
BERTANGGUNG JAWAB ATAS PELAKSANAANNYA.
6. MENUNGGU PELAKSANAAN PIDANA MATI, TERPIDANA DITAHAN DALAM
PENJARA ATAU DITEMPAT LAIN YANG KHUSUS DITUNJUK OLEH JAKSA
TINGGI.
7. 3 X 24 JAM SEBELUM SAAT PELAKSANAAN PIDANA MATI, JAKSA TINGGI
MEMBERITAHUKAN KEPADA TERPIDANA TENTANG AKAN
DILAKSANAKANNYA PIDANA MATI TERSEBUT.
8. APABILA TERPIDANA HENDAK MENGEMUKAKAN SESUATU, MAKA
KETERANGANNYA ATAU PESANNYA ITU DITERIMA OLEH JAKSA TINGGI/
JAKSA TERSEBUT.
9. APABILA TERPIDANA HAMIL, MAKA PELAKSANAAN PIDANA MATI BARU
DAPAT DILAKSANAKAN 40 HARI SETELAH ANAKNYA DILAHIRKAN
10. PEMBELA TERPIDANA ATAS PERMINTAANNYA SENDIRI ATAU ATAS
PERMINTAAN TERPIDANA, DAPAT MENGHADIRI PELAKSANAAN PIDANA
MATI.
11. PIDANA MATI DILAKSANAKAN TIDAK DIMUKA UMUM DAN DENGAN
CARA SESERDANA MUNGKIN, KECUALI DITETAPKAN LAIN OLEH
PRESIDEN.
12. UNTUK PELAKSANAAN PIDANA MATI, KAPOLDA YANG BERTANGGUNG
JAWAB MEMBENTUK SEBUAH REGU PENEMBAK YANG TERDIRI DARI
SEORANG BINTARA (BRIGADIR - SEKARANG), 12 ORANG TAMTAMA
DIBAWAH PIMPINAN SEORANG PERWIRA, SEMUANYA DARI BRIGADE
MOBILE (BRIMOB POLRI).
13. KHUSUS UNTUK MELAKSANAKAN TUGASNYA INI, REGU PENEMBAK
TIDAK MEMPERGUNAKAN SENJATA ORGANIKNYA.
14. REGU PENEMBAK INI DIBAWAH PERINTAH JAKSA TINGGI/ JAKSA
SAMPAI SELESAINYA PELAKSANAAN PIDANA MATI.
15. TERPIDANA DIBAWA KE TEMPAT PELAKSANAAN PIDANA
DENGAN PENGAWALAN POLISI YANG CUKUP.
16. JIKA DIMINTA, TERPIDANA DAPAT DISERTAI OLEH SEORANG
PERAWAT ROKHANI
17. TERPIDANA BERPAKAIAN SEDERHANA DAN TERTIB
18. SETIBANYA DITEMPAT PELAKSANAAN PIDANA MATI,
KOMANDAN PENGAWAL MENUTUP MATA SI TERPIDANA
DENGAN SEHELAI KAIN, KECUALI JIKA TERPIDANA TIDAK
MENGHENDAKINYA
19. TERPIDANA DAPAT MENJALANI PIDANANYA SECARA BERDIRI,
DUDUK ATAU BERLUTUT
20. JIKA DIPANDANG PERLU, JAKSA TINGGI/ JAKSA DAPAT
MEMERINTAHKAN SUPAYA TERPIDANA DIIKAT TANGAN SERTA
KAKINYA ATAUPUN DIIKATKAN KEPADA SANDARAN YANG
KHUSUS DIBUAT UNTUK ITU.
21. SETELAH TERPIDANA SIAP DITEMPAT DIMANA DIA AKAN
MENJALANKAN PIDANA MATI, MAKA REGU PENEMBAK DENGAN
SENJATA SUDAH TERISI MENUJU KETEMPAT YANG DITENTUKAN
OLEH JAKSA.
22. JARAK ANTARA TITIK DIMANA TERPIDANA BERADA DAN TEMPAT REGU
PENEMBAK TIDAK BOLEH MELEBIHI 10 METER DAN TIDAK BOLEH
KURANG DARI 5 METER.
23. APABILA SEMUA PERSIAPAN TELAH SELESAI, MAKA JAKSA
MEMERINTAHKAN UNTUK MEMULAI PELAKSANAAN PIDANA MATI
24. DENGAN SEGERA PARA PENGIRING TERPIDANA MENJAUHKAN DIRI
DARI TERPIDANA
25. DENGAN MENGGUNAKAN PEDANGNYA SEBAGAI ISYARAT, KOMANDAN
REGU PENEMBAK MEMBERIKAN PERINTAH SUPAYA BERSIAP, KEMUDIAN
DENGAN MENGGERAKKAN PEDANGNYA KE ATAS IA MEMERINTAHKAN
REGUNYA UNTUK MEMBIDIK PADA JANTUNG TERPIDANA DAN DENGAN
MENYATAKAN PEDANGNYA KE BAWAH SECARA CEPAT, DIA
MEMBERIKAN PERINTAH UNTUK MENEMBAK.
26. APABILA SETELAH PENEMBAKAN ITU, TERPIDANA MASIH
MEMPERLIHATKAN TANDA-TANDA BAHWA DIA BELUM MATI, MAKA
KOMANDAN REGU PENEMBAK SEGERA MEMERINTAHKAN KEPADA
BINTARA REGU PENEMBAK UNTUK MELEPASKAN TEMBAKAN PENGAKHIR
DENGAN MENEKANKAN UJUNG LARAS SENJATANYA PADA KEPALA
TERPIDANA TEPAT DI ATAS TELINGANYA.
27. UNTUK MEMPEROLEH KEPASTIAN TENTANG MATINYA TERPIDANA
DAPAT MINTA BANTUAN SEORANG DOKTER.
28. UNTUK PENGUBURAN TERPIDANA DISERAHKAN KEPADA KELUARGANYA
ATAU SAHABAT TERPIDANA, TERKECUALI JIKA BERDASARKAN
KEPENTINGAN UMUM JAKSA MEMUTUS LAIN. DALAM HAL TERAKHIR
INI, DAN JUGA JIKA TIDAK ADA KEMUNGKINAN PELAKSANAAN
PENGUBURAN OLEH KELUARGANYA ATAU SAHABAT TERPIDANA MAKA
PENGUBURAN YANG DITENTUKAN OLEH AGAMA/ KEPERCAYAAN YANG
DIANUT TERPIDANA.
Negara Pidana Utk korupsi Peringkat
mati
Cina V V 79
Jepang V X 17
AS V X 19

Malaysia V X 56
Denmark X X 2
Vietnam V V 120
Ukraina X X 146
Penghapusan Pidana Mati
1. Brazil  1929
2. Jerman  1949
3. Perancis  1981
4. Denmark  1978
5. Portugal  1977
6. Belgia  pidana mati tetap
dipertahankan tetapi TIDAK pernah
dilaksanakan
GANTUNG
 Sebelum eksekusi terpidana ditimbang dulu
berat badannya, utk menentukan panjangnya
jerat yg harus mematahkan lehernya
 Diukur pula lingkaran batang lehernya
 Semua dicatat agar pelaksanaan
penggantungan tidak gagal, karena pernah
terjadi batang leher terpidana tdk langsung
patah shg yg bersangkutan meronta-ronta
bagaikan seekor ikan yg menggelepar di kail
 Mata melotot keluar
 Lidah membengkak & menjulur keluar
 Tali gantungan menguliti kulit leher &
dagingnya ikut hancur
 Mengeluarkan air seni, kotoran keluar dan jatuh
di lantau
Terdakwa disuruh tidur tengkurap dan leher ditaruh di antara dua
balok kayu di mana di tengah ada lubang tempat jatuhnya pisau.
Pada ketinggian 7 meter, pisau dijatuhkan oleh algojo dan kepala
terdakwa jatuh di sebuah keranjang di depannya. (GUILLOTIN)
KURSI LISTRIK
 Rambut Harus dipotong pendek
 Salah satu kaki celananya dipotong supaya
terbuka utk menempatkan electrode di
kepala dan kaki dg maksud mempercepat
proses kematian
 Terpidana diikat dengan kuat di kursi listrik
 Aliran listrik dijalankan, terdengar bunyi aneh
& tubuh terpidana seolah melonjak di kursi
listrik
 Kadang tampak asap keluar dari bawah helm
yg dipasang dikepala si terpidana, diikuti dg
bau daging terbakar
 Warna tangan dari merah menjadi putih
 Urat leher menegang seperti kawat baja
 Selama 2,5 menit tekanan aliran listrik 2000-
2200 Volt (7-12 A)
 Biji mata terpidana melotot keluar
Kursi listrik pertama yang digunakan untuk
mengeksekusi William Kemmler pada tahun 1890
di Amerika Serikat
SUNTIK MATI
 Di AS yg melakukan bukan dokter/perawat
(terikat etika) org2 yg dilatih oleh dokter
1. Obat bius 5 gr  langsung pingsan, nafas
berhenti. Pd umumnya pingsan = ¼ gr
2. Dimasukkan obat kedua, yaitu melemaskan otot-
otot 8 mg. Semua otot akan berhenti kecuali otot
jantung. Jika suntikan menembus otot bisa sakit
sekali
3. Dimasukkan potasium lkorida 50 cc, agar jantung
berhenti. Jika dia belum tidur dia akan merasakan
sakit sekali, seperti serangan jantung
PENGGAL & TEMBAK KEPALA
 7 – 11 DETIK PINGSAN TOTAL
TEMBAK JANTUNG

 TEPAT SASARAN  7 – 11 detik pingsan,


(jantung hancur/pecah)
 TIDAK TEPAT mengerang kesakitan 7
menit,
EKSEKUSI
Psl 274 KUHAP

PIDANA GANTI
DENDA RUGI

JAKSA PANITERA
PENGAWASAN DAN PENGAMATAN
PELAKSANAAN
PUTUSAN PENGADILAN
LEMBAGA HAKIM WASMAT
(Psl 277 sd 283 KUHAP)

TUJUAN • Perampasan Tugas Hakim Wasmat


1. menciptakan kemerdekaan • Menurut KUHAP
pemidanaan yg • Pidana bersyarat • Menurut SEMA No 7
lebih manusiawi Th 1985
sesuai dg
tuntutan dan • Pengaturan hakim
keadilan masy. pengawas= Psl 55 UU
2. Memberikan No.48 tahun 2009 ttg
perlindungan dan Kekuasaan kehakiman
pembinaan thd
terpidana
3. Sarana koreksi
bagi hakim atas
putusan yg telah
dijatuhkan
Ruang tugas
• Napi LP PN

Anda mungkin juga menyukai