Hukum Pidana
Materiil
KEBENARAN MATERIIL
Kebenaran yg tdk cukup dibuktikan berdasarkan
bukti formal belaka, tetapi harus didasarkan
atas galian keterangan yg tersembunyi dibalik
fakta2 yg nampak di permukaan
Sumber HAPID
SBLM 31 DESEMBER 1981 SETELAH 31 DES 1981
HIR UU NO 8 /1981 TTG KUHAP
TUJUAN PENGGANTIAN UTK
MEMPERBAIKI KELEMAHAN YG ADA
DLM HIR, ANTARA LAIN:
Lbh memberikan jaminan pengakuan HAM pd
tersangka / terdakwa mll penjaminan
kepastian hukum (ex: adanya
pembatasan ms penahanan pd tiap-tiap
jenjang pemeriksaan.)
Adanya pembatasan kewenangan petugas
penegak hukum dlm masing-masing jenjang
pemeriksaan (diferensiasi fungsional).
FUNGSI DAN TUJUAN
HUKUM ACARA PIDANA
Fungsi Represif
Fungsi Preventif
FUNGSI REPRESIF
Melaksanakan dan menegakkan hukum
pidana. artinya jika ada perbuatan yang
tergolong sebagai perbuatan pidana
maka perbuatan tersebut harus diproses
agar ketentuan-ketentuan yang terdapat
di dalam hukum pidana dapat
diterapkan.
FUNGSI PREVENTIF
Mencegah dan mengurangi tingkat
kejahatan. fungsi ini dapat dilihat ketika
sistem peradilan pidana dapat berjalan
dengan baik dan ada kepastian
hukumnya, maka orang akan berpikir
kalau akan melakukan tindak pidana.
Dengan demikian maka dapat
ditunjukkan bahwa antara hukum
acara pidana dan hukum pidana
adalah pasangan yang tidak dapat
dipisahkan dan mempunyai hubungan
yang sangat erat, diibaratkan sebagai
Dua sisi mata uang
TUJUAN HUKUM ACARA PIDANA
DALAM PEDOMAN
PELAKSANAAN KUHAP
Untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-
tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah
kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu
perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum
acara pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan
untuk mencari siapakah pelaku yang tepat didakwakan
melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya
meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan
guna menemukan apakah terbukti bahwa tindak
pidana telah dilakukan dan apakah orang yang
didakwa itu dapat dipersalahkan.
JIKA MEMPERHATIKAN RUMUSAN DI ATAS MAKA TUJUAN
HUKUM PIDANA DAPAT DIKATAKAN BAHWA TUJUAN HUKUM
ACARA PIDANA MELIPUTI TIGA HAL YAITU:
KEADILAN SUBSTANTIF
KEADILAN PROSEDURAL
TUJUAN TERAKHIR DARI HAPID
ADALAH MELAKSANAKAN
EKSEKUSI PUTUSAN HAKIM
Secara administratif dilakukan oleh jaksa
akan tetapi secara operasionalnya
dilakukan dan menjadi tugas lembaga
pemasyarakatan kalau putusan itu putusan
pidana penjara, namun jika putusanya pidana
mati maka langsung dilakukan oleh regu
tembak yang khusus disiapkan untuk itu.
SECARA SEDERHANA PROSES
BERACARA DI PENGADILAN DAPAT
DIGAMBARKAN MELALUI BAGAN
DI BAWAH INI
SISTEM PERADILAN PIDANA
SUB SISTEM
SPP
In Put
Kasus Polisi JPU PN LP
MASYARAKAT
ILMU-ILMU BANTU
HUKUM ACARA PIDANA
Untuk mencapi tujuan hukum acara pidana
tidak mudah dilakukan tanpa ada ilmu-ilmu
yang membantu dalam menemukan
kebenaran. ilmu-ilmu ini akan sangat
berguna bagi aparat penegak hukum
(polisi, jaksa, pengacara ,hakim maupun
petugas lembaga pemasyarakatan) oleh
karena itu bagi aparat penegak hukum
wajib membekali diri dengan pengetahun
dari berbagai ilmu bantu.
ILMU-ILMU BANTU
LOGIKA.
Ilmu bantu logika sangat dibutuhkan
dalam proses penyidian dan proses
pembuktian disidang pengadilan. kedua
proses ini memerlukan cara-cara berpikir
yang logis sehingga kesimpulan yang
dihasilkan pun dapat dikatakan logis dan
rasional.
PSIKOLOGI
Dapat berguna didalam menyentuh
persoalan - pesoalan kejiwaan
tersangka. hal ini sangat membantu
penyidik dalam proses interograsi.
dan hakim dapat memilih
bagaimana dia harus mengajukan
pertanyaan sesuai dengan kondisi
kejiwaan terdakwa.
KRIMINALISTIK
Peranan ilmu bantu kriminalistik ini sangat
berguna bagi proses pembuktian terutama
dalam melakukan penilaian fkta-fkta yang
terungkap didalam sidang, dan dengan ilmu
ini maka dapat dikonstruksikan dengan
sistematika yang baik sehingga proses
pembuktian akan lebih dapat
dipertanggungjawabkan. ilmu ini yang
banyak dipakai adalah ilmu tentang sidik jari,
jejak kaki, toxikologi (ilmu racun) dan
sebagainya.
KEDOKTERAN KEHAKIMAN
DAN PSIKIATRI
Kedokteran Kehakiman dan Psikiatri sangat
membantu Penyidik, JPU dan Hakim didalam
menangani kejahatan yang berkaitan dengan
nyawa atau badan seseorang atau
keselamatan jiwa orang.dalam hal ini hakim
memerlukan keterangan dari kedokteran dan
psikitri. dan ketika da yang menjelaskan
tentang istilah istilah medis hakim jaksa dn
pengacara tidak terlalu buta.
KRIMINOLOGI
Ilmu ini mempelajari seluk beluk
tentang kejahatan baik sebab sebab
dan latar belakang kejahatanya
maupun mengenai bentuk-bentuk
kejahatan. ilmu ini akan membantu
terutma pada hakim dalam
menjatuhkan putusan tidak membabi
buta, harus melihat latar belakang dan
sebab sebab yang menjadikan pelaku
melakukan tindak pidana.
PENOLOGI
Ilmu ini sangat membantu hakim
dalam menentukan alternatif
penjatuhan hukuman termasuk
juga bagi petugas pemasyarakatan
jenis pembinaan apa yang tepat
bagi nara pidana.
VICTIMOLOGI
Ilmu Yang mempelajari seluk beluk
korban Kejahatan. Ilmu ini sangat
membantu dalam menentukan
tindakan apa yang tepat untuk dapat
memberikan santunan kepada
korban.
ISTILAH-ISTILAH UMUM
DALAM KUHAP
“tidak
dipenuhinya ketentuan ayat (2) dan ayat (3)
mengakibatkan putusan batal demi hukum”.
PERADILAN DILAKUKAN
OLEH HAKIM OLEH KARENA
JABATANNYA.
PENYELIDIKAN
PENYIDIKAN
PENANGKAPAN
PENAHANAN
PENGGELEDAHAN
PENYITAAN
PEMRIKSAAN SURAT
B. PADA TINGKAT PENUNTUT UMUM
Kewenangan berdasarkan
Kewajiban (Hukum)
Kewenangan berdasarkan
Perintah Penyidik.
KEWENANGAN BERDASARKAN
KEWAJIBAN (HUKUM)
ALAT-ALAT YG MENURUT
UU DPT DIPAKAI UTK
MEMBUKTIKAN SUATU
PERKARA
ALAT BUKTI DISEBUTKAN DALAM
PASAL 184 KUHAP YAITU:
Keterangan saksi
Keterangan ahli
Surat
Petunjuk
Keterangan Terdakwa
ALAT BUKTI DALAM HAPID
ISTILAH 2:
Pasal 161 (2) Pasal 185 (7) a) Testimonium de auditu
KUHAP KUHAP b) Unus testis nullus testis
c) Kesaksian berantai
Cara Menilai d) Saksi mahkota
Kebenaran St
Kesaksian
Pasal 185 (6) KUHAP
3 KELOMPOK ORANG
YG DIKECUALIKAN DR
KEWAJIBANNYA MENJADI SAKSI
4. PETUNJUK
Pasal 188 (1) Surat
KUHAP Pasal 188 (2)
KUHAP
5. Keterangan
Terdakwa
Pasal 189 (1)
KUHAP
PEMBUKTIAN
(Kepentingan Hakim)
Alasan Obyektif
yaitu: karena undang-undang sendiri yang
menentukan tindak pidana mana yang akan
dikenakan penahanan; hal ini ditentukan
dalam Pasal 21 ayat (4) KUHAP yaitu:
perbuatan pidana yang diancam dengan pidana
penjara lima tahun atau lebih;
perbuatan pidana sebagaimana yang diatur
dalam pasal 335, 351 dan sebagainya.
Alasan Subyektif
2 Penuntut 20 H Ket. PN 30 H 50 H
umum
3 hakim PN 30 H Ket. PN 60 H 90 H
4 Hakim PT 30 H Ket. PT 60 H 90 H
Total 400 H
penahanan tersebut pada masing-masing tingkatan masih
mungkin diperpanjang lagi sebagaimana diatur dalam pasal
29 KUHAP. dalam hal ini perpanjangan dilakukan dalam
hal:
1 Penyidik Ket. PN 30 H 30 H 60 H
2 Penuntut Ket. PN 30 H 30 H 60 H
umum
3 Hakim PN Ket. PT 30 H 30 H 60 H
4 Hakim PT MA 30 H 30 H 60 H
5 Hakim MA Ket. MA 30 H 30 H 60 H
Total 300 H
Penagguhan Penahanan
Jenis Penahanan
Tahanan Kota = 1/5
Rumus:
Jumlah Hukuman – (Jenis Penahanan x Jumlah Penahanan)
Next
24 – (1/5 x 2 bulan)
Kalau sulit, hitung pakai hari saja !
24 – (1/5 x 60 hari )
24 – (1x60 : 5 )
24 – (60 : 5)
24 – 12
24 = 720 hari – 12 hari
=708 hari (bisa dibulankan kembali)
Tentang Penggeledahan
pada prinsipnya tak seorangpun yang boleh dipaksa
menjalani gangguan secara sewenang-wenang dan
tidak sah terhadap kekuasaan pribadinya, keluarganya,
rumahnya atau surat menyuratnya. sekalipun demikian
undang-undang memberikan kewenangan kepada
penyidik untuk melakukan penggeledahan demi
kepentingan penyidikan.
Melaksanakan Melakukan
penetapan Hakim JAKSA PENUNTUT UMUM Penuntutan
PENUNTUTAN
150
MAKNA “CERMAT”
Ketelitian Jaksa penuntut umum dalam mempersiapkan surat
dakwaan yang didasarkan kepada undang-undang yang
berlaku bagi terdakwa, serta tidak terdapat kekurangan dan
atau kekeliruan yang dapat mengakibatkan batalnya surat
dakwaan atau tidak dapat dibuktikan antara lain misalnya :
1.Apakah ada pengaduan dalam hal delik aduan, apakah
penerapan hukum/ketentuan pidananya sudah tepat,
2.Apakah terdakwa dapat dipertanggungjawabkan melakukan
tindak pidana tersebut,
3.Apakah tindak pidana tersebut sudah atau belum
kedaluarsa dan apakah tindak pidana yang didakwakan itu
tidak nebis in idem.
Pada pokoknya kepada Jaksa Penuntut Umum dituntut untuk
bersikap teliti dan waspada dalam semua hal yang
berhubungan dengan keberhasilan penuntutan perkara di
muka sidang pengadilan.
151
MAKNA “JELAS”
Jaksa Penuntut umum harus mampu merumuskan unsur-unsur
delik yang didakwakan sekaligus memadukan dengan uraian
perbuatan materiel (fakta) yang dilakukan oleh terdakwa dalam
surat dakwaan.
Dalam hal ini harus diperhatikan, jangan sekali-kali mempadukan
dalam uraian dakwaan antara delik yang satu dengan delik yang
lain yang unsur-unsurnya berbeda satu sama lain, atau uraian
dakwaan yang hanya menunjuk pada uraian dakwaan sebelumnya
(seperti misalnya menunjuk pada dakwaan pertama) sedangkan
unsur-unsurnya berbeda.
152
MAKNA “LENGKAP”
153
BENTUK SURAT DAKWAAN
154
Surat Dakwaan Tunggal
Dalam Surat Dakwaan ini hanya satu Tindak
Pidana saja yang didakwakan, tidak terdapat
dakwaan lain baik sebagai alternatif maupun
sebagai pengganti.
Contoh:
Dalam Surat Dakwaan hanya didakwakan
Tindak Pidana pencurian (pasal 362 KUHP).
155
Surat Dakwaan Alternatif
Dalam bentuk ini dakwaan disusun atas beberapa lapisan
yang satu mengecualikan dakwaan pada lapisan yang lain.
Dakwaan alternatif dipergunakan karena belum didapat
kepastian tentang Tindak Pidana mana yang akan dapat
dibuktikan. Lapisan dakwaan tersebut dimaksudkan
sebagai "jaring berlapis" guna mencegah lolosnya terdakwa
dari dakwaan.
Meskipun dakwaan berlapis, hanya satu dakwaan saja yang
akan dibuktikan, bila salah satu dakwaan telah terbukti,
maka lapisan dakwaan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi.
Misalnya:
Pertama: Pencurian (pasal 362 KUHP)
ATAU
Kedua: Penadahan (pasal 480 KUHP)
156
Surat Dakwaan Subsider
Bentuk dakwaan ini dipergunakan apabila satu Tindak Pidana
menyentuh beberapa ketentuan pidana, tetapi belum dapat
diyakini kepastian tentang kualifikasi dan ketentuan pidana yang
lebih tepat dapat dibuktikan.
Lapisan dakwaan disusun secara berurutan dimulai dari Tindak
Pidana yang diancam dengan pidana terberat sampai pada Tindak
Pidana yang diancam dengan pidana teringan dalam kelompok
jenis Tindak Pidana yang sama.
Persamaannya dengan dakwaan alternatif ialah hanya satu
dakwaan saja yang akan dibuktikan, sedangkan perbedaannya
pada sistem penyusunan lapisan dakwaan dan pembuktiannya
yang harus dilakukan secara berurutan dimulai dari lapisan
pertama sampai kepada lapisan yang dipandang terbukti. Setiap
lapisan yang tidak terbukti harus dinyatakan secara tegas disertai
dengan tuntutan untuk dibebaskan dari dakwaan yang
bersangkutan.
Contoh Dakwaan Subsider:
Primer:
Pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP);
Subsidair:
Pembunuhan (pasal 338 KUHP);
Lebih Subsidair:
Penganiayaan berencana yang mengakibatkan matinya orang
(pasal 355 (2) KUHP);
Lebih Subsidair lagi :
Penganiayaan berat yang mengakibatkan matinya orang (pasal
354 (2) KUHP);
Lebih-lebih Subsidair lagi :
Penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang (pasal 351 (3)
KUHP).
158
Surat Dakwaan Kumulatif
Bentuk ini digunakan bila kepada terdakwa didakwakan beberapa
Tindak Pidana sekaligus dan Tindak Pidana tersebut masing-
masing berdiri sendiri (Concursus Realis).
Semua Tindak Pidana yang didakwakan harus dibuktikan satu demi
satu.
Dakwaan yang tidak terbukti harus dinyatakan secara tegas
disertai tuntutan untuk membebaskan terdakwa dari dakwaan yang
bersangkutan.
Persamaannya dengan dakwaan Subsidair, karena sama-sama
terdiri dari beberapa lapisan dakwaan dan pembuktiannya
dilakukan secara berurutan.
Misalnya dakwaan disusun :
Kesatu : Pembunuhan (pasal 338 KUHP);
Kedua : Pencurian dengan pemberatan (pasal 363 KUHP);
Ketiga : Perkosaan (pasal 285 KUHP).
159
Surat Dakwaan
Kombinasi/Gabungan
Bentuk ini merupakan perkembangan baru dalam praktek
sesuai perkembangan di bidang kriminalitas yang semakin
variatif baik dalam bentuk/jenisnya maupun dalam modus
operandi yang dipergunakan.
Kombinasi/gabungan dakwaan tersebut terdiri dari
dakwaan kumulatif dan dakwaan subsider.
Contoh:
Kesatu :
Primer : Pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP);
Subsider : Pembunuhan (pasal 338 KUHP);
Lebih Subsider: Penganiayaan berencana yang
mengakibatkan matinya orang (pasal 355 ayat 2 KUHP).
Kedua: Perampokan/pencurian dengan kekerasan (pasal
365 ayat (3) dan (4) KUHP).
Ketiga: Perkosaan (pasal 285 KUHP).
160
PRA-PERADILAN
Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan
memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini, tentang:
ANOMALI NORMA
161
Pasal 95 ayat (1) KUHAP
Ketika pemeriksaan pendahuluan selesai, maka
untuk selanjutnya adalah tahapan penuntutan.
tahapan ini merupakan rangkaian dalam
penyelesaian perkara pidana sebelum hakim
memeriksanya di sidang pengadilan.
dakwaan ini disusun untuk menuntut perkara pidana lebihdari satu dakwaan yang
disusun dengan mempertimbangkan bobot pidana, pidana yang berat
ditempatkan pada deretan pertama yang disebut sebagai dakwaan primer,
kemudian disusul dengan dakwan yang lebih ringan sebagai dakwan subsidair.
mungkin masih ada lagi yang lebih ringan dengan dakwaan Lebih subsidair dan
seterusnya.
sebagai contoh dakwaan subsidair dalam kejahatan yang serupa, misalnya: untuk
kasus “pembunuhan berencana” yang bobotnya lebih tinggi/tertinggi,
ditempatkan lebih dahulu sebagai dakwaan primer. kemudian untuk
“pembunuhan dengan sengaja”yang bobotnya lebih rendah ditempatkan pada
dakwaan subsidair, seterusnya untuk “penganiayaan yang mengakibatkan
mati” bobotnya lebih rendah lagi ditempatkan sebagai dakwaan lebih Subsidair.
penempatan dakwaan primer, subsidair dan lebih subsidair dimaksudkan
agarhakim memeriksa dakwaan primer dahulu, dan jika dakwaan primersudah
terbukti maka dakwaan yang lain tidak perlu dibuktikan, namun jika dakwaan
primer tidak terbukti maka hakim harus memeriksa dakwaan subsidair begitu
seterusnya.
BAB IV
PERIHAL PEMERIKSAAN DAN
PUTUSAN PENGADILAN
KEKUASAAN KEHAKIMAN DI
INDONESIA
MONTESQIUEU UUD NRI JOHN LOCKE
1945
1. Penyelidikan &
Penyidikan Mahkamah
2. Penuntutan Agung
3. Pelaksanaan
Putusan
4. Pemberian Jasa
Hukum; dan
5. Penyelesaian Badan
Sengketa di luar Peradilan
Pengadilan
181
Officer of the court
Pemeriksaan adjudikasi
(pemeriksaan di depan
persidangan)
Judex Factie
Judex Praktek
Jurist
Judex
Factie
182
PENGERTIAN KONEKSITAS
PENYIDIKAN PERKARA KONEKSITAS
WEWENANG MENGADILI PERKARA KONEKSITAS :
PENUNTUTAN PERKARA KONEKSITAS :
Komposisi Majlis Hakim (di PN): Komposisi Majlis Hakim (di PM):
189
PERBANDINGAN ACARA PEMERIKSAAN
Lamanya perkara Min. 9 kali Sidang Jika melebihi batas Satu Hari
maks. pemeriksaan
tambahan (14 hari)
diubah ke pemerisaan
biasa
Lain-Lain -- Jika disepakati dpt --
diubah menjadi acara
pemeriksaan cepat
190
BIASA SINGKAT CEPAT
191
Pemeriksaan dengan Acara
singkat
Pada prinsipnya hampir sama dengan acara
biasa, hanya saja terdapat sedikit perbedaan
yaitu:
Penuntut umum tidak perlu membuat surat dakwaan
secara tertulis (cukup dengan lisan)
Putusan hakim cukup di tuliskan dalam berta acara
persidangan, dan tidak perlu di buat seperti putusan
pada umumnya, (putusan ini sidah memiliki kekuatan
hukum tetap)
Pemeriksaan dengan acara cepat.
Cara ini terdapat perbedaan dengan kedua acara
sebelumnya;
Pemeriksaan dengan acara cepat dibagi dua
menurut KUHAP yaitu:
Pemeriksaan tindak pidana ringan (Tipiring) yatu
tndak pidana yang diancam hukuman kurungan
paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-
banyaknya tujuh ribu lima atus rupiah dan
penghinaan ringan.
Pelanggaran lalu lintas
Next
Penyidik atas kuasa penuntut umum, dalam waktu tiga
hari sejak berita acara pemeriksaan selesai dibuat,
menghadapkan terakwa dan barang bukti dan jika ada
saksi juga dihadirkan;
Dilakukan oleh hakim tunggal
Saksi tidak mengucpakan sumpah, kecuali hakim
menganggap perlu;
Dalam hal kasus pelanggaran lalu lintas tidak perlu ada
berita acara , pe,eriksaan dapat dilakukan meskipun
terdakwa diwakili ole orang lain.
ACARA PEMERIKSAAN DI SIDANG PENGADILAN
Pemeriksaan dengan
acara biasa;
pemeriksaan dengan
acara singkat;
Pemeriksaan dengan
Acara cepat.
Tahap pemeriksaan dengan acara
biasa
Tahap pemanggilan
Tahap pembacaan surat dakwaan
Tahap eksepsi
Tahap pembuktian
Tahap requisitoir/tuntutan pidana
Tahap Pledoi/pembelaan
Tahap replik/duplik
Tahap putusan hakim.
Tahap Pemanggilan
Makna
EXCEPTIE
EXCEPTIE EXCEPTIE EXCEPTIE
DAKWAAN
KOMPETENS TUNTUTAN SYARAT
BATAL DEMI
I GUGUR FORMIL
HUKUM
219
EXCEPTIE KOMPETENSI
KOMPETENSI ABSOLUT
Wewenang Mengadili 4 lingkungan peradilan, yaitu Peradilan Umum,
Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara
KOMPETENSI RELATIF
Wewenang mengadili dalam hal wilayah hukum dari suatu pengadilan pada
satu lingkungan peradilan yang sama
220
EXCEPTIE TUNTUTAN GUGUR
NE BIS IN DEM
221
EXCEPTIE SYARAT FORMIL
Jenis Putusannya adalah Niet Onvankelijk Verklaard (N.O)
atau Dakwaaan Tidak dapat diterima
Untuk tindak pidana dengan ancaman pidana diatas 5 (lima)
tahun atau pidana mati, Tersangka mulai dari proses
penyidikan tidak didampingi oleh Penasehat Hukum. Krn
berdasarkan Yurisprudensi MA No. 1565 K/Pid/1991 tanggal
16 September 1991;
Tindak Pidana yang didakwakan merupakan delik aduan,
sedangkan perkara diproses tanpa adanya aduan atau
tenggang waktu pengaduan telah lewat (Psl 72-75 KUHP);
Tindak pidana yang didakwakan sedang diproses oleh
Pengadilan Negeri lain;
Error in persona (terdakwa yang diajukan salah
identitasnya)
Tindak Pidana yang didakwakan mengandung sengketa
perdata yang harus diperiksa secara perdata;
JPU keliru dalam merumuskan dakwaan.
222
EXCEPTIE
DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM
Pelanggaran
terhadap Pasal 143
ayat (2) KUHAP
223
PROSES PUTUSAN EXCEPTIE
KOMPETENSI
Di dalam Pasal 156 KUHAP tidak dijelaskan jenis exceptie kompetensi yang
bagaimana yang akan diputus terlebih dahulu;
Dikarenakan KUHAP merupakan revisi dari HIR/RBg, maka budaya hukum
yang muncul di dalam praktek adalah bernuansa HIR/RBg;
Sehingga ketentuan Pasal 156 KUHAP merujuk kepada praktek, maka
hanya exceptie kompetensi absolut yang akan diputus terlebih dahulu;
Jika exceptie dikabulkan, maka pokok perkara tidak akan diperiksa;
Putusan atas exceptie absolut dapat dilakukan perlawanan ke tingkat
Banding;
Putusan atas exceptie kompetensi relative, bersamaan dengan putusan
pokok perkara;
Exceptie kompetensi relative dapat dimintakan setiap saat pada setiap
proses pemeriksaan.
224
Hukum pembuktian pidana
TEORI PEMBUKTIAN
1.Positief Wettelijke Bewijs Theorie (Sistem atau teori pembuktian
berdasarkan Undang-undang secara positif )
2.Conviction-in Time (Sistem atau teori pembuktian berdasar keyakinan
hakim belaka)
3.Conviction Raisonnee (Sistem atau teori pembuktian berdasar
keyakinan hakim atas alasan yang logis)
4.Negatief Wettelijke Bewijstheorie (Teori Pembuktian Berdasar
Undang-Undang Secara Negatif )
225
Positief Wettelijke Bewijs
Theorie
(Teori pembuktian positif)
Dikatakan secara positif karena hanya didasarkan kepada
Undang-undang saja artinya jika telah terbukti suatu
perbuatan sesuai dengan alat-alat bukti yang disebut oleh
undang-undang, maka keyakinan hakim tidak diperlukan
sama sekali. Sistem ini disebut juga teori pembuktian formil
(Formele Beeewijstheorie).
226
Conviction-in Time
(Teori Pembuktian keyakinan hakim)
Berhadap-hadapan secara berlawanan dengan teori pembuktian
menurut undang-undang secara positif. Didasari bahwa alat bukti berupa
pengakuan terdakwa sendiri pun tidak selalu membuktikan kebenaran.
Pengakuan kadang-kadang tidak menjamin terdakwa benar-benar telah
melakukan perbuatan yang didakwakan. Oleh karena itu diperlukan
bagaimanapun juga keyakinan hakim sendiri. Bertolak pangkal pada
pemikiran itulah maka teori berdasar keyakinan hakim belaka yang
didasarkan pada keyakinan hati nuraninya sendiri ditetapkan bahwa
terdakwa telah melakukan perbuatan yang didakwakan.
227
Conviction Raisonnee
(Teori pembuktian keyakinan hakim yang logis)
228
NEGATIEF WETTELIJKE BEWIJSTHEORIE
(Teori pembuktian negative)
229
Sistem pembuktian kuhap
Pasal 183 KUHAP :
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang
kecuali apabila sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar
terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya .”
231
SAKSI
“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.” (Pasal 1 angka 26
KUHAP)
“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa
keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia
lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya
itu” (Pasal 1 angka 27 KUHAP)
Sehingga, keterangan saksi yang didasarkan kepada pemikiran atau
pendapatnya, bukanlah merupakan alat bukti yang sah.
Sehingga, saksi testimonium de auditu merupakan bagian dari alat bukti : PETUNJUK
233
JENIS SAKSI MENURUT KUHAP
Saksi a de charge (Saksi yang meringankan atau
menguntungkan)
Pasal 65 KUHAP
Pasal 160 ayat (1) KUHAP
Pasal 165 ayat (3) KUHAP
234
SYARAT SAH SAKSI
Syarat Formil
1. Bersedia di sumpah : Pasal 160 ayat (3) dan ayat (4) KUHAP
2. Telah Dewasa (< 15 thn) : Pasal 171 butir a KUHAP (penafsiran
a contrario)
Syarat Materiil
1. Melihat, mendengar, atau mengalami sendiri suatu peristiwa pidana
(Pasal 1 angka 26 KUHAP)
2. Seorang saksi harus dapat menyebutkan alasan dari kesaksiannya itu
(Pasal 1 butir 27 KUHAP)
3. Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan
kesalahan terdakwa atau unus testis nullus testis (Pasal 185 ayat (2)
KUHAP)
235
PERIHAL PEMBUKTIAN
Dakwaan Pembuktian
> Tujuan nya :
untuk memperoleh kepastian bahwa apa
yang didakwakan JPU dalam Surat Dakwaan
kepada terdakwa adalah benar.
> Dengan cara memeriksa :
# mengenai apakah peristiwa/perbuatan
tertentu sungguh pernah terjadi Mengenai
# mengapa peristiwa tsb tejadi (motif)
236
Maka dari itu pemeriksaan terdiri dari :
Menunjukkan peristiwa-peristiwa yang dapat di
terima oleh panca indera ;
memberikan keterangan tentang peristiwa-
peristiwa yang telah diterima tersebut ;
Mengggunakan pikiran logis.
237
Yang diungkap dari
Pembuktian
Alat Pembuktian (bewijsmiddel) ;
Benda & lisan :
alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana
Hasil yang diperoleh dari tindak pidana
Ket. Saksi
Penguraian Pembuktian (bewijsvoering) ;
Cara-cara menggunakan alat-alat bukti dalam T.Pidana
Kekuatan Pembuktian (bewijskracht) ;
Keterikatan hakim pada alat bukti Lihat: Pasal 184 KUHAP
Dasar Pembuktian (bewijsgrond) ;
Keadaan yang dialami yang diterangkannya dalam kesaksian
disebut Dasar Pembuktian
Beban Pembuktian (bewijslast).
Mengenai siapakah yang mempunyai beban untuk membuktikan
mengenai unsur-unsur tindak pidana
Pasal 66 KUHAP “..tersangka/terdakwa tidak dibebani kewajiban
pembuktian..”
Merupakan wujud konkret asas “presumption of innocent
238
Tuntutan Pidana
(Requistoir)
Pemeriksaan terhadap diri terdakwa dan saksi
cukup, maka kepada penuntut umum
dipersilahkan menyampaikan tuntutan pidana nya.
JPU menguraikan segala sesuatu selama
berlangsungnya pemeriksaan apakah dakwaan
nya terbukti atau tidak
239
Diagram Alir Tuntutan Perkara
JPU Hakim memberikan kesempatan
Pembelaan
membacakan kepada terdakwa
(Pledoi)
tuntutan
pidana
JPU
memberikan
jawaban atas
Pledoi
(Replik) Tersangka
menjawab Replik
(Duplik)
Salinan nya
Hakim ketua diberikan
majelis kepada para
pihak
240
FUNGSI MAHKAMAH AGUNG DAN
KEDUDUKAN PERMA
Pasal 4 Ayat (2) UU 48 Tahun 2009
Kekuasaan Kehakiman
“Pengadilan berkewajiban membantu
pencari keadilan dan berusaha
mengatasi segala hambatan dan
rintangan untuk dapat tercapainya
peradilan yang sederhana, cepat, dan
biaya ringan.”
Pasal 79 UU 14 Tahun 1985 Mahkamah
Agung
“Mahkamah Agung dapat mengatur
lebih lanjut hal-hal yang diperlukan
bagi kelancaran penyelenggaraan
peradilan apabila terdapat hal-hal
yang belum cukup diatur dalam
Undangundang ini”
SUSUNAN PERMA NOMOR 4 TAHUN
2020
1
2
3
BAB
4
PASA
L 5
RUANG SIDANG SECARA ELEKTRONIK
Ruang sidang di Pengadilan yang meliputi kantor
kejaksaan, kantor Rutan/Lapas, atau tempat lain
yang ditetapkan oleh Hakim/Majelis Hakim (Pasal 1
huruf 4)
KANTOR KANTOR
KEJAKSAAN RUTAN/LAPAS
Domisili ELEKTRONIK
Hakim/Majelis Hakim,
Panitera/Pengganti, dan Penuntut
bersidang di ruang sidang
pengadilan, sementara Terdakwa
mengikuti sidang dari Rutan tempat
Terdakwa ditahan dengan
didampingi/tanpa didampingi
Penasihat Hukum;
Hakim/Majelis Hakim,
Panitera/Pengganti bersidang di
ruang sidang pengadilan, sementara
Penuntut mengikuti sidang dari
kantor Penuntut, dan Terdakwa
dengan didampingi/tanpa didampingi
Penasihat Hukum mengikuti sidang
dari Rutan/Lapas tempat Terdakwa
ditahan;
KEBERADAAN PARA PIHAK DALAM RUANG
SIDANG (Pasal 2 Ayat 2)
Berkas perkara
dilimpahkan melalui
pos-el (laman email)
Penuntut harus menyertakan Domisili
Elektronik yaitu: akun email yang
terverifikasi milik a. kantor Penuntut; b.
kantor Penyidik; c. instansi tempat
Terdakwa ditahan; dan d
Terdakwa/kesatuan Terdakwa dan/ atau
Penasihat Hukum, dan dalam hal pelimpahan
perkara dilakukan melalui pos-el tersebut,
Barang bukti tetap barang bukti tetap berada di kantor
berada di kantor Penuntut.
Penuntut.
PELIMPAHAN
PERKARA (Pasal 5)
Kepaniteraan terkait yang menerima pelimpahan
berkas perkara melalui pos-el memeriksa kelengkapan
berkas perkara sebelum mencetak dokumen yang
dikirim secara elektronik.
Kelengkapan berkas perkara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a)surat pelimpahan perkara;
b)surat dakwaan;
c)surat kuasa jika menggunakan Kuasa;
d)berita acara pemeriksaan Penyidik;
e)pindai (scan) alat bukti tertulis jika ada;
f)daftar barang bukti;
g)foto barang bukti;
h)dokumen penahanan jika ditahan; dan dokumen
terkait lainnya.
Kepaniteraan terkait mencetak semua dokumen dan
melakukan penomoran serta pemberkasan sesuai
dengan ketentuan Hukum Acara.
Penetapan Hakim/Majelis Hakim memuat Hari,
PANGGILAN tanggal, jam, dan tempat pelaksanaan sidang
elektronik dan disampaikan oleh Kepaniteraan
SIDANG (pasal 6) kepada Penuntut secara elektronik.
• 1) Tuntutan pidana,
pembelaan, replik, dan duplik
dibacakan di muka sidang
sesuai dengan ketentuan
Hukum Acara.
• (2) Dalam hal sidang
dilaksanakan secara elektronik,
pengiriman dokumen tuntutan
pidana, pembelaan, replik, dan
duplik dilakukan dengan cara
sama dengan pengiriman
dokumen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) dan ayat (4).
PUTUSAN DAN PEMBERITAHUAN PUTUSAN (Pasal 16)
Pasal 23 Pasal 24
1. Mengembalikan kpd
1. PIDANA POKOK : ortu,wali,atau ortu
Penjara, asuh
Kurungan, 2. Menyerahkan kpd
Denda neg.utk mengikuti
Pengawasan pend.,pembinaan
&lat.kerja
3. Menyerahkn kpd
2. PIDANA TAMBAHAN Depsos,orsosmas yg
Perampasan brg2 ttu bergerak di bid.
Ganti rugi
Pend,pembinaan &
lat.kerja
1. Pernyataan bahwa pengadilan tdk
berwenang mengadili perkara
2. Pernyataan surat dakwaan batal
(Psl 156 ayat 1) KUHAP
3. Pernyataan bahwa tuntutan JPU tdk
dpt diterima
Putusan yang bersifat materil, putusan pengadilan yang
merupakan putusan akhir (einds vonnis), yaitu :
1. Pasal 191 ayat 1 KUHAP. Putusan yang menyatakan
terdakwa dibebaskan dari dakwaan (vrijspraak).
Maksudnya ialah pengadilan berpendapat bahwa
kesalahan/perbuatan yang didakwakan terhadap
terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan
di dalam pemeriksaan persidangan.
misalnya : minimnya alat pembuktian yang
ditetapkan oleh UU tidak terpenuhi.
Putusan ini bersifat negatif, artinya putusan tidak
menyatakan terdakwa tidak melakukan perbuatan
yang didakwakan itu, melainkan menyatakan
bahwa kesalahan terdakwa tidak terbukti di
persidangan.
See negatief-wettelijk sistem pembuktian KUHAP,
dalam Pasal 183 KUHAP 2 alat bukti+ keyakinan
hakim.
Jaksa tidak dapat banding ke PT (Pasal 67 KUHAP)
287
2. Putusan Lepas dari segala tuntutan (ontslag van alle
rechtsvervolging). Maksudnya ialah Perbuatan yang
didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi
perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana,
dikarenakan adanya alasan pembenar
(rechtvaardigingsgrond) dan/atau alasan pemaaf (fait
dixcuse).
Alasan pembenar : Pasal 48, 49(1), 50 & 51(1) KUHAP
Alasan pemaaf : Pasal 49(2) & 51(2) KUHAP
Dapat dimintakan banding baik oleh terdakwa maupun
jaksa.
288
3. Putusan Pemidanaan
Apabila kesalahan terdakwa terhadap perbuatan yang
didakwakan kepadanya terbukti dengan sah dan
meyakinkan. Pasal 193 (1) KUHAP, apabila terdakwa
terbukti bersalah, maka harus dijatuhi pidana.kecuali
apabila terdakwa pada waktu melakukan tindak
pidana itu belum berumur 16 tahun.maka hakim
dapat memilih ketentuan didalam Pasal 45 KUHAP,
yaitu :
a. Menyerahkan kembali kepada orang tua/wali nya
tanpa sanksi pidana
b. Diserahkan kepada pemerintah agar dipelihara dalam
suatu tempat pendidikan negara sampai dengan usia
18 tahun (Pasal 46 KUHAP).
c. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa.
289
Kewajiban Hakim setelah
Putusan
Memberitahukan kepada terdakwa tentang segala
sesuatu yang menjadi hak nya, yaitu :
Hak segera menerima atau menolak putusan
Hak mempelajari putusan sebelum menerima
atau menolak hasil putusan dalam batas waktu
yang ditentukan UU
Hak meminta penangguhan pelaksanaan putusan
untuk mengajukan grasi dalam hal ia menerima
putusan
Hak minta diperiksa perkaranya dalam tingkat
banding, dalam hak ia menolak putusan
Hak mencabut pernyataan (point 1), dalam
waktu yang ditentukan oleh UU.
Surat putusan vonnis harus sesuai format Pasal 197
ayat 1 KUHAP
290
SYARAT SAH PUTUSAN HAKIM
Pasal 197 ayat (1)
1. kepala putusan yang dituliskan berbunyi: "DEMI KEADILAN BERDASARIKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA";
2. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal,
agama dan pekerjaan terdakwa;
3. dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan;
4. pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat-
pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan
kesalahan terdakwa;
5. tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan;
6. pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang
memberatkan dan yang meringankan terdakwa;
7. hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara diperiksa oleh hakim
tunggal;
8. pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan
tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan;
9. ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti
dan ketentuan mengenai barang bukti;
10. keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan di mana letaknya kepalsuan itu,
jika terdapat surat otentik dianggap palsu;
11. perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam'tahanan atau dibebaskan;
12. hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus dan nama
panitera;
291
Pasal 197 ayat (2)
292
293
MODUL IV
HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT
(KIMWASMAT)
294
TUGAS POKOK
KIMWASMAT
Tugas pokok
Pengawasan: Pasal 280 ayat (1): Hakim Pengawas dan
Pengamatan mengadakan pengawasan guna memperoleh
kepastian bahwa putusan pengadilan dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
295
LEMBAGA PENGAWAS
PERADILAN
PRA PERADILAN
HAKIM
V. PEMERIKSA
PENDAHULUAN
KIMWASMAT S (PRE TRIAL
JUDGE)
296
LEMBAGA PEMASYARAKATAN
FILSAFAT FILSAFAT
PEMIDANAAN Kongres PPB I PEMIDANAAN
ALIRAN KLASIK di Tokyo 1955 ALIRAN MODERN
PENJERAA
UU NO. 12/1996 N
DR. ttg PEMBINAA
Lembaga N
SAHARDJO Pemasyarakatan RE-
SOSIALISA
SI
Sistem RE-
TERPIDA
Pemasyara INTEGRAS
NA ADLH TERPIDA
katan I
OBYEK NA ADLH
1963 REHABILIT
297 SUBYEK ASI
UPAYA HUKUM
Upaya hukum Biasa
Banding
Kasasi
TUJUAN BANDING??????
DALUWARSA
PENGAJUAN UPAYA
HUKUM BANDING
ADALAH 7 HARI
SESUDAH PUTUSAN
Landasan yuridis : DIJATUHKAN ATAU
Pasal 233 ayat (2) PUTUSAN
DIBERITAHUKAN
KEPADA TERDAKWA
YANG TIDAK HADIR
CARA MENGAJUKAN
BANDING
GIMANA ????
Permohonan Banding Bisa Langsung datang
menghadap dan tidak menghadap panitera
( Pasal 233 ayat 3, 4 dan 5 )
WHERE ? PT
DALAM BERACARA DIATUR: Pasal 233 s/d pasal 243
Lanjutan kesimpulan ….
PERUBAHAN PEMIDANAAN
•Bebas/lepas BP neg
•Tambahan Pedoman Pe-
BIAYA PERKARA laksanaan KUHAP butir
EKSEKUSI Psl 275 KUHAP 17 = Rp500 – Rp10.000
•Tdk mau bayarsita
•Tdk mampuJAKGUNG
P. BERSYARAT Pengawasan/Pengamatan
• Psl 14a(1) jo 14d (Polri, Camat,Lurah,Balai
(1) KUHP BISPA)
• Psl 276 KUHAP
UU No.2/PNPS/1964
PIDANA MATI Tata cara pelaksanaan
Psl 271 KUHAP Pidana mati (PU & PM)
UU NO.2/PNPS/1964
TATA CARA PELAKSANAAN PIDANA MATI
(PU & PM)
Malaysia V X 56
Denmark X X 2
Vietnam V V 120
Ukraina X X 146
Penghapusan Pidana Mati
1. Brazil 1929
2. Jerman 1949
3. Perancis 1981
4. Denmark 1978
5. Portugal 1977
6. Belgia pidana mati tetap
dipertahankan tetapi TIDAK pernah
dilaksanakan
GANTUNG
Sebelum eksekusi terpidana ditimbang dulu
berat badannya, utk menentukan panjangnya
jerat yg harus mematahkan lehernya
Diukur pula lingkaran batang lehernya
Semua dicatat agar pelaksanaan
penggantungan tidak gagal, karena pernah
terjadi batang leher terpidana tdk langsung
patah shg yg bersangkutan meronta-ronta
bagaikan seekor ikan yg menggelepar di kail
Mata melotot keluar
Lidah membengkak & menjulur keluar
Tali gantungan menguliti kulit leher &
dagingnya ikut hancur
Mengeluarkan air seni, kotoran keluar dan jatuh
di lantau
Terdakwa disuruh tidur tengkurap dan leher ditaruh di antara dua
balok kayu di mana di tengah ada lubang tempat jatuhnya pisau.
Pada ketinggian 7 meter, pisau dijatuhkan oleh algojo dan kepala
terdakwa jatuh di sebuah keranjang di depannya. (GUILLOTIN)
KURSI LISTRIK
Rambut Harus dipotong pendek
Salah satu kaki celananya dipotong supaya
terbuka utk menempatkan electrode di
kepala dan kaki dg maksud mempercepat
proses kematian
Terpidana diikat dengan kuat di kursi listrik
Aliran listrik dijalankan, terdengar bunyi aneh
& tubuh terpidana seolah melonjak di kursi
listrik
Kadang tampak asap keluar dari bawah helm
yg dipasang dikepala si terpidana, diikuti dg
bau daging terbakar
Warna tangan dari merah menjadi putih
Urat leher menegang seperti kawat baja
Selama 2,5 menit tekanan aliran listrik 2000-
2200 Volt (7-12 A)
Biji mata terpidana melotot keluar
Kursi listrik pertama yang digunakan untuk
mengeksekusi William Kemmler pada tahun 1890
di Amerika Serikat
SUNTIK MATI
Di AS yg melakukan bukan dokter/perawat
(terikat etika) org2 yg dilatih oleh dokter
1. Obat bius 5 gr langsung pingsan, nafas
berhenti. Pd umumnya pingsan = ¼ gr
2. Dimasukkan obat kedua, yaitu melemaskan otot-
otot 8 mg. Semua otot akan berhenti kecuali otot
jantung. Jika suntikan menembus otot bisa sakit
sekali
3. Dimasukkan potasium lkorida 50 cc, agar jantung
berhenti. Jika dia belum tidur dia akan merasakan
sakit sekali, seperti serangan jantung
PENGGAL & TEMBAK KEPALA
7 – 11 DETIK PINGSAN TOTAL
TEMBAK JANTUNG
PIDANA GANTI
DENDA RUGI
JAKSA PANITERA
PENGAWASAN DAN PENGAMATAN
PELAKSANAAN
PUTUSAN PENGADILAN
LEMBAGA HAKIM WASMAT
(Psl 277 sd 283 KUHAP)