Anda di halaman 1dari 19

SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PARALEGAL KEUSKUPAN MALANG

2023
“Kehadiran Gereja yang lebih nyata dalam keadilan dan perdamaian”
Pusat Spiritualitas Pasionis Malang, 25 Februari 2023

KOMISI KEADILAN PERDAMAIAN – KEUTUHAN CIPTAAN KEUSKUPAN MALANG


( KKP-KC KEUSKUPAN MALANG)
“Iustitia Omnia Vincit”
DASAR HUKUM

 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana


Anak (“UU SPPA”) mulai berlaku 30 Juli 2012

UU SPPA ini merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun


1997 tentang Pengadilan Anak (“UU Pengadilan Anak”) yang bertujuan agar
dapat terwujud peradilan yang benar-benar menjamin perlindungan
kepentingan terbaik terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. UU
Pengadilan Anak dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan hukum
dalam masyarakat dan belum secara komprehensif memberikan
perlindungan khusus kepada anak yang berhadapan dengan hukum.
Substansi dan tujuan dasar uu SPPA

Penempatan anak
yang menjalani pengaturan secara tegas mengenai
proses peradilan Keadilan Restoratif dan Diversi yang
dapat ditempatkan dimaksudkan untuk menghindari dan
di Lembaga menjauhkan anak dari proses peradilan
Pembinaan Khusus sehingga dapat menghindari stigmatisasi
Anak (LPKA). terhadap anak yang berhadapan dengan
hukum dan diharapkan anak dapat
kembali ke dalam lingkungan sosial
secara wajar.
ANAK

UU SPPA mendefenisikan anak di bawah umur sebagai anak yang telah


berumur 12 tahun tetapi belum berumur 18 tahun , dan membedakan
anak yang terlibat dalam suatu tindak pidana dalam tiga kategori:
 a. Anak yang menjadi pelaku tindak pidana (Pasal 1 angka 3 UU
SPPA);
 b. Anak yang menjadi korban tindak pidana (Anak Korban) (Pasal 1
angka 4 UU SPPA); dan
 c. Anak yang menjadi saksi tindak pidana (Anak Saksi) (Pasal 1 angka 5
UU SPPA)
KEADILAN RESTROAKTIF DAN DIVERSI

Keadilan Restoratif merupakan suatu proses Diversi, yaitu


semua pihak yang terlibat dalam suatu tindak pidana tertentu
bersama-sama mengatasi masalah serta menciptakan suatu
kewajiban untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik
dengan melibatkan korban, anak, dan masyarakat
dalam mencari solusi untuk memperbaiki, rekonsiliasi,
dan menenteramkan hati yang tidak berdasarkan
pembalasan.
Diversi adalah pengalihan
penyelesaian perkara anak dari proses
peradilan pidana ke proses di luar
peradilan pidana.
PASAL 6 UU SPPA, DIVERSI BERTUJUAN:
 a. Mencapai perdamaian antara korban & anak;
 b. Menyelesaikan perkara anak di luar proses peradilan;
 c. Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan;
 d. Mendorong masyarakat utk berpartisipasi; dan
 e. Menanamkan rasa tanggung jawab kpd anak.
Proses DIVERSI dalam proses peradilan anak (Pasal 7 UU
SPPA)
1) Pada tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan perkara
anak di pengadilan negeri wajib dilakukan diversi;
2) Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilaksanakan dalam hal tindak
pidana yang dilakukan:
A. Diancam dg pidana penjara dibawah 7 (tujuh) th; dan
B. Bukan merupakan pengulangan tindak pidana.
ASAS-ASAS HUKUM
PASAL 2 UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM
PERADILAN PIDANA ANAK, MELIPUTI :
A. Perlindungan;
B. Keadilan;
C. non diskriminasi;
D. Kepentingan terbaik bagi anak;
E. Penghargaan terhadap pendapat anak;
F. Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak;
G. Pembinaan dan pembimbingan anak;
H. Proporsional;
I. Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir;
dan
J. Penghindaran pembalasan.
HAK-HAK ANAK
PASAL 3 UURI NO.11 / 2012 :
SETIAP ANAK DALAM PROSES PERADILAN PIDANA BERHAK :
A. Diperlakukan Secara Manusiawi;
B. Dipisahkan Dari Orang Dewasa;
C. Memperoleh bantuan hukum & bantuan secara efektif
D. Melakukan Kegiatan Rekreasional;
E. Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yg kejam, tdk
manusiawi serta merendahkan derajat & martabatnya ;
F. Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup;
G. Tidak ditangkap, ditahan atau dipenjara kecuali sebagai upaya terakhir dan
dalam waktu yang paling singkat;
H. Memperoleh keadilan di muka pengadilan anak yang objektif tidak memihak dan
dalam sidang yang tertutup utk umum;
I. Tidak dipublikasikan identitasnya;
J. Memperoleh pendampingan orang tua / wali dan orang yang
dipercaya oleh anak;
K. Memperoleh advokasi sosial;
L. Memperoleh kehidupan pribadi ;
M. Memperoleh aksebilitas, terutama anak cacat;
N. Memperoleh pendidikan;
O. Memperoleh pelayanan kesehatan dan;
P. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.
HAK – HAK ANAK KORBAN (PASAL 10 UU SPPA)
A. Mendapat perlindungan baik dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnyabaik yang bersifat sementara
maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan;
B. Mendapat pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis (cth proses
pelaksanaan visum et repertum);
C. Berhak mendapatkan pelayanan konseling (cth pelayanan konseling dari
ppt, pelayanan konseling dari crisis center);
D. Mendapat pelayanan secara khusus berkaitan kerahasiaan korban (korban
diperiksa di ruang pelayanan khusus);
E. Berhak didampingipekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat
proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangandan berhak mendapat bimbingan rohani .
BAGAN DIVERSI OLEH KEPOLISIAN

TINDAK PIDANA PENETAPAN PENGADILAN PELAKSANAAN DIVERSI

UPAYA DIVERSI KESEPAKATAN DIVERSI

PARA PIHAK
PROSES DIVERSI
SETUJU DIVERSI
BAGAN DIVERSI OLEH KEJAKSAAN

TINDAK PIDANA KEJAKSAAN UPAYAKAN PARA PIHAK


DIVERSI SETUJU DIVERSI

UPAYA DIVERSI DISERAHKAN KE PROSES DIVERSI


KEJAKSAAN

PARA PIHAK TDK PENYIDIKAN KESEPAKATAN


SETUJU DIVERSI BERLANJUT DIVERSI
BAGAN PENANGANAN PERKARA PEREMPUAN DAN ANAK SEBAGAI
KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN

POLISI
 LAP.POLISI (LP) ;
 VISUM / PSIKOLOGI ;
 BAP KORBAN / PELAPOR ;
 CARI SAKSI & BB;
 TERSANGKA

 RUANG KHUSUS ANAK;


 PENYIDIK KHUSUS ANAK ;
 RUANG KONSELING ;
 PSIKOLOGI;
 PENDAMPINGAN PEKSOS / DEPSOS PENUNTUT UMUM
 KIRIM BERKAS (THP 1);
 KIRIM TSK & BB ( THP 2 )
PERANAN KEPOLISIAN R.I. DALAM MENANGANI PERKARA TINDAK
PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DAN PEREMPUAN (KDRT) .

Melalui Ruang Pelayanan Khusus (RPK) PPA, dengan melakukan


penanganan hukum terhadap korban meliputi :
1. Untuk melakukan penanganan hukum bagi korban kekerasan fisik dan
kekerasan seksual terhadap anak dibawah umur;
2. Adanya rasa nyaman atau tidak menyeramkan, petugas tidak
berseragam kepolisian, dipimpin oleh polisi wanita (Polwan),
termasuk untuk penanganan korban dan pelaku anak juga dilakukan oleh
Polwan;
3. membangun jaringan kerja sama antar instansi/badal/lembaga untuk
menyelesaikan masalah kekerasan fisik dan seksual terhadap anak;
4. Visi RPK: “Perempuan dan anak korban kekerasan mendapat
perlindungan dan bantuan medis, psikologi, maupun hukum sampai
masalah terselesaikan;
5. Memberikan rasa aman dan nyaman, memberikan pelayanan secara
cepat, profesional, empati, dan rasa kasih.
6. Menerima pengaduan, melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus kekerasan
terhadap anak, membuat laporan, permohonan visum jika diperlukan, dan merujuk
korban ke rumah sakit;
7. Menjelaskan hak-hak korban dan merahasiakan identitasnya;
8. Memberikan Konseling Bagi Korban Yang Datang Dalam Keadaan Depresi, Atau
Menempatkan Korban Ke Shelter, Jika Perlu Perlindungan; CTT : Belum Semua
Polda Mempunyai Shelter Tersendiri, Untuk Itu Dapt Korban Ditempatkan Di Shelter
Milik Instansi Lain Atau Lsm/Lbh;
Namun demikian, masih banyak kasus yang tidak dilaporkan, karena masyarakat
masih menganggapnya sebagai aib keluarga dan mereka juga malu jika kasusnya
diketahui oleh lingkungan sekitarnya
9. Memberikan kemudahan bagi korban yang melaporkan kasusnya dengan tujuan
selain untuk memberikan pelayanan yang nyata membantu korban juga untuk
menghilangkan stigma adanya prosedur yang berbelit-belit jika berurusan dengan
polisi;
Namun demikian, masih banyak kasus yang tidak dilaporkan, karena masyarakat
masih menganggapnya sebagai aib keluarga dan mereka juga malu jika kasusnya
diketahui oleh lingkungan sekitarnya;
10. melakukan tindakan tegas bagi pelaku yang yang telah melakukan
kekerasan fisik dalam hal korban menderita cacat, dengan terus
memproses kasusnya walau korban menarik laporannya. hal ini
dilakukan dengan pertimbangan karena dampak yang diderita
korban, dan kasus tersebut juga bukan delik aduan seingga
dengan meneruskannya ke pengadilan diharapkan pelaku menjadi
jera dan memberi efek pada penurunan kasus;
11. Sosialisasi kekerasan fisik dan seksual di lingkungan ibuibu pkk
dan masyarakat umum, sekolah, dan langsung bekerja sama
dengan P2TP2A , dengan harapan adanya pemahaman yang
sama terhadap masalah kekerasan fisik dan seksual dan dampak
yang dialami akibat dari kekerasan fisik dan seksual
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai