Anda di halaman 1dari 24

SUPERVISI

PENDAMPING ABH
MELALUI LPKS &
RPS
D I R E K T O R AT R E H A B I L I TA S I S O S I A L A N A K

KEMENTERIAN SOSIAL RI
OUTLINE

DASAR HUKUM PERAN KEMENSOS DALAM ATENSI TANTANGAN


IMPLEMENTASI MANDAT
DI UU SPPA
GAMBARAN
UMUM SPPA PERGESERAN PARADIGMA DALAM HUKUM
DI INDONESIA PIDANA ANAK
Retributive Justice Restitutive Justice Restorative Justice
• Menekankan keadilan • Menekankan keadilan pada perbaikan/ pemulihan
Menekankan
pada pembalasan keadaan
keadilan • Berorientasi pada korban
• Anak sebagai objek pemberian ganti • Memberikan kesempatan pada pelaku untuk
rugi mengungkapkan rasa sesalnya pada korban dan
• Penyelesaian masalah bertanggung jawab.
hukum tidak seimbang • Memberikan kesempatan kepada pelaku dan korban
untuk mengurangi permusuhan dan kebencian.
• Melibatkan anggota masyarakat dalam upaya pemulihan.

melalui
Sistem Peradilan Pidana Anak yang dilaksanakan dengan asas :
a. Pelindungan f. Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak;
b. Keadilan; g. Pembinaan dan pembimbingan Anak;
c. Nondiskriminasi; h. Proporsional;
d. Kepentingan terbaik bagi Anak; i. Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya
e. Penghargaan terhadap pendapat Anak; terakhir; dan
j. Penghindaran pembalasan.
Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses
penyelesaian perkara Anak yang berhadapan dengan
hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap
pembimbingan setelah menjalani pidana.

UU SPPA, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 1


FOKUS
Anak Berhadapan dengan hukum (ABH)
Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak
yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana.

Anak Berkonflik Anak Korban Anak Saksi Tindak


dengan Hukum Tindak Pidana Pidana
yang selanjutnya yang selanjutnya yang selanjutnya disebut
disebut Anak disebut Anak Anak Saksi adalah anak
adalah anak yang Korban adalah yang belum berumur 18
telah berumur 12 anak yang belum (delapan belas) tahun
(dua belas) berumur 18 yang dapat memberikan
tahun, tetapi (delapan belas) keterangan guna
belum berumur tahun yang kepentingan penyidikan,
18 (delapan mengalami penuntutan, dan
belas) tahun penderitaan fisik, pemeriksaan di sidang
yang diduga mental, dan/ atau pengadilan tentang suatu
melakukan kerugian ekonomi perkara pidana yang
tindak pidana. yang disebabkan didengar, dilihat, dan/
oleh tindak atau dialaminya sendiri.
pidana.

REHSOS ABH 2023 5


Sasaran Rehabilitasi Sosial ABH :

Anak Korban Tindak Pidana


Anak Berkonflik dengan
Anak Belum berusia 12 th dan
Hukum
Anak Saksi Tindak Pidana

• Anak berkonflik dengan hukum • Anak yang sedang menjalani • Anak Korban Tindak Pidana
yang belum berusia 12th proses hukum ditingkat • Anak Sksi Tindak Pidana
penyidikan, penuntutan, dan
pengadilan
• Anak yang telah mendapatkan
penetapan diversi
• Anak yang telah mendapatkan
penetapan dan/atau putusan
pengadilan yang memiliki
kekuatan hukum tetap

Presentation title 2023 6


DASAR HUKUM

1.Nomor 11/2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak


Undan 2.Nomor 35/2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
g- 3.Nomor 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
undang 4.Nomor 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 12 Sosial merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar
& 5.Nomor 14/2019 tentang Pekerjaan Sosial
Peratu
6.Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual
ran
Preside 7.Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) mengantikan Undang-Undang nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan
n Hukum Pidana
8.Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Hak Anak Korban dan Anak Saksi

1.Nomor 39/2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.


2.Nomor 65/2015 tentang Diversi dan Penanganan Anak yang Belum Berusia 12 Tahun
Peratu 3.Nomor 44 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pengasuhan Anak
ran
Pemeri 4.Nomor 43/2017 Tentang Pelaksanaan Restitusi Bagi Anak Korban Tindak Pidana
ntah 5.Nomor 58 Tahun 2022 tentang Bentuk dan Tata Cara Pelaksanaan Pidana dan Tindakan terhadap Anak

Peratu 1.Nomor 26/2018 tentang Rehabilitasi Sosial dan Reintegrasi Sosial bagi ABH
ran 2.Kepmensos Nomor 107/HUK/2019 tentang Penetapan Lembaga Penyelenggara Kesejahteraan Sosial & Rumah Perlindungan Sosial
Menter 3.Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 7 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 Tahun 2021 tentang
i Sosial
&
Asistensi Rehabilitasi Sosial.
Kepme 4.Peraturan Menteri Sosial RI nomor 3 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan
nsos Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.
PERAN KEMENTERIAN SOSIAL DALAM UU SPPA
Regulasi :
- Peraturan Menteri Sosial nomor 26 Tahun
2018
- Pedoman Operasional LPKS
- Pedoman Rehabilitsi Sosial bagi Anak
Korban & Anak Saksi

SDM : Pekerja Sosial dan Tenaga


Kesejahteraan Sosial (TKS)

Sarpras :
Lembaga Rehabilitasi Sosial (LPKS & RPS) di
setiap provinsi/kab/kota untuk menjalankan
fungsi rehabilitasi sosial
Sumber Daya Manusia (Peksos & TKS) :
 Pekerja Sosial dan TKS yang
berstatus ASN baik ASN
Kementerian maupun Pemda
 Pendamping Rehabilitasi Sosial
yang ditempatkan di setiap
Kabupaten/Kota
 Pekerja sosial dan/atau TKS
Lembaga (LPKS/RPS)
Peran Kemsos melalui Lembaga
Penyelenggara Rehabsos ABH :

LPKS RPS
Fungsi
Lembaga Penyelenggara Rehabilitasi Sosial ABH :
PASAL 1 UU SPPA PASAL 1 PERMENSOS NOMOR 26
NOMOR 11 TAHUN 2009 TAHUN 2018

REHABILITASI SOSIAL REINTEGRASI SOSIAL


Proses refungsionalisasi dan Reintegrasi Sosial adalah proses
pengembangan untuk penyiapan anak yang berkonflik
memungkinkan seseorang dengan hukum, anak korban,
mampu melaksanakan fungsi dan/atau anak saksi untuk dapat
sosialnya secara wajar dalam kembali ke dalam lingkungan
kehidupan masyarakat. Keluarga dan masyarakat
Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

LPKS menerima rujukan ABH hasil keputusan Diversi

LPKS dapat menerima penempatan tahanan dalam hal belum terdapat ruang khusus Anak
dan LPAS

LPKS menerima pelimpahan anak sipil dan/atau anak negara, pada saat UU diberlakukan

LPKS menerima rujukan putusan tindakan pada Anak

Untuk melindungi keamanan anak, dapat dilakukan penempatan Anak di LPKS

Dalam waktu paling lama 5 tahun, Kemensos wajib membangun Lembaga


Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS)
(UU SPPA Pasal 91)

Rumah Tugas & Fungsi


Perlindungan
Sosial (RPS)

Merupakan Lembaga atau


Tempat Pelayanan Sosial Melaksanakan proses pemulihan
yang melaksanakan secara terpadu, baik fisik, mental
Penyelenggaraan maupun sosial, agar Anak Korban,
Kesejahteraan Sosial bagi dan/atau Anak Saksi dapat kembali
melaksanakan fungsi sosial dalam
Anak Korban Tindak Pidana kehidupan di masyarakat.
dan/atau Anak Saksi Tindak
Pidana
DATA LPKS & RPS
No Lembaga Provinsi Kab/Kota Jumlah

1. LPKS 30 Prov 83 98

2. RPS 17 Prov 38 39

Provinsi yang belum memiliki LPKS: Provinsi yang belum memiliki RPS:

1. Bengkulu 1. Sumatera Barat 9. Kalimantan Barat


2. Papua 2. Bangka Belitung 10. Kalimantan
3. Papua Barat 3. Sumatera Selatan Tengah
4. Kalimantan Utara 4. Lampung 11. Kalimantan
5. Jawa Barat Selatan
6. DI. Yogyakarta 12. Maluku Utara
7. Papua 13. Sulawesi Barat
8. Papua Barat 14. Gorontalo
15. Sulawesi
Tenggara
16. Bengkulu
17. Kalimantan Utara
PELAKSANAAN REHABILITASI SOSIAL
ABH

Dalam •


Putusan “rehabsos di LPKS”
Pelatihan Kerja di LPKS

Lembaga/
Untuk perlindungan keselamatan anak
• Anak tidak memiliki keluarga/keluarga
pengganti/terlantar Tetap dalam
Residensial tanggung jawab
LPKS dan/atau RPS
dengan pendampingan
Pekerja Sosial/Tenaga
• Dalam Proses Reintegrasi Sosial
Kesejahteraan Sosial
Luar
• Jaminan dari keluarga/ tokoh agama/ tokoh
Masyarakat setempat untuk Anak Lembaga
• Pelayanan Masyarakat (putusan)

Lembaga • Hasil kesepakatan Diversi dengan jaminan


keluarga
• PRSABHBM
Program Rehabilitasi Sosial ABH Berbasis Masyarakat

PRSABHBM merupakan sebuah kelompok kerja


masyarakat yang memfokuskan kegiatannya pada upaya-
upaya yang diarahkan pada pencegahan dan penanganan
ABH, termasuk mendukung pelaksanaan pelayanan Pasal 93 (UU No.
rehabilitasi sosial bagi ABH dengan mengutamakan 11/2012 ttg SPPA),
pendekatan keadilan restoratif. PRSABHBM dirancang, Peran serta
dilaksanakan, dimonitoring, dan dievaluasi secara swadaya Masyarakat dengan
oleh masyarakat yang dikukuhkan dalam Kelompok Kerja tegas juga
mengamanatkan
PRSABHBM di desa/kelurahan dengan beranggotakan
bahwa masyarakat
tokoh masyarakat, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), dapat berperan serta
mantan anak berhadapan dengan hukum serta keluarga dan dalam perlindungan
anggota masyarakat lain,yang mempunyai komitmen dalam Anak mulai dari
memberikan pelayanan dan rehabilitasi bagi pencegahan sampai
dengan reintegrasi
sosial Anak
MEKANISME PELAKSANAAN REHABILITASI SOSIAL ABH

Pengaduan Menteri Sosial


021-171
Masy, Lembaga, (Disposisi sesuai
Command centre
Perorangan, Institusi jenis aduan)

Pelaksanaan respon Pemberian Asistensi


kasus Rehabilitasi Sosial)
Asistensi Rehabilitasi Sosial Anak
Pasal 1 Angka 8 UU No. 11 Tahun 2009
proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang (ABH)
mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

KEPMENSOS 107/HUK/2019
tentang Penetapan Lembaga Penyelenggara Kesejahteraan Sosial & Rumah Perlindungan Sosial

LPKS RPS
Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Rumah Perlindungan Sosial
Merupakan lembaga atau tempat pelayanan sosial
Merupakan lembaga atau tempat pelayanan yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan
sosial yang melaksanakan penyelenggaraan sosial bagi Anak Korban dan Anak Saksi
kesejahteraan sosial bagi Anak (pelaku) (UU SPPA Pasal 91)
(Ketentuan Umum UU SPPA)
TUPOKSI
TUPOKSI
Melaksanakan proses pemulihan baik di dalam maupun
Melaksanakan proses pemulihan baik di dalam maupun luar luar lembaga secara terpadu, baik fisik, mental maupun
lembaga secara terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, sosial, agar Anak Korban, dan/atau Anak Saksi dapat
agar Anak, dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan
kehidupan di masyarakat. di masyarakat.

Sesuai ketentuan penerima ATENSI


o Pemetaan Sistem Sumber (penyedia layanan)
o Rencana ATENSI (Asistensi Rehabilitasi Sosial) DUKUNGAN KELUARGA SECARA INTENSIF
MEKANISME Temporary o Mediasi keluarga
ASISTENSI REHSOS o Kesepakatan Bersama o Menjaga keutuhan keluarga
(Permensos 16/2020) o Reunifikasi (Orangtua, Keluarga, Kerabat)
o Lingkar dukungan antar keluarga
PERENCANAAN
o Dukungan komunitas (PUSAKA, Paguyuban)
ATENSI
ASESMEN KOMPREHENSIF (PPKS dan
LAYANAN DI LUAR KELUARGA INTI
siginificant others) o Keluarga Pengganti
(Medis, Legal, Fisik, Psikososial, Mental, Spritual, Minat
Berbasis o Lembaga Rujukan berbasis Temporary Shelter
dan Bakat/ Potensi, penelusuran keluarga)
Keluarga Berbasis (LKS, Fasilitas Kesehatan)
ASESMEN BERKELANJUTAN (Peksos, TKS, o Advokasi
Relawan Sosial)
Komunitas
(LKS)
FASILITASI PENDEKATAN & ASESMEN PACSA LAYANAN
IMPLEMENTASI MONEV
AKSES KESEPAKATAN KOMPREHENSIF DAN TERMINASI

RUJUKAN MONITORING Exit Strategi


ASESMEN AWAL o Triwulan 1
Perorangan,
Verifikasi Kasus Berbasis Residensial
Kepolisian o Triwulan 2
(Home Visit, Sentra Terpadu/Sentra,
Rumah Sakit, Panti
Lembaga, Ruang
o Triwulan 3
Sosial, LKSA LPKS & RPS
Publik,dll)
Sinkronisasi EVALUASI
LAPORAN o Eval
RESPON DARURAT Pelaksanaan
Contact Centre,
Penyelamatan, PelayananBerbasis SUPERVISI Pre-test
Hotline
Medis, Psikologis o Eval Post
Datang Sendiri, Centrelink
Media Online, Test
KESEPAKATAN
LKSA Area Sasaran Asesmen, Perencanaan, Implementasi dan Supervisi
AWAL
Inform consent,
PENJANGKAUAN
Persetujuan 1. Dukungan Pemenuhan Hidup Layak 4. Terapi (fisik, psikososial, mental spiritual)
Pekerja Sosial,
Keluarga/ Orangtua/
TRC, TKSK, PSM, 2. Perawatan Sosial dan/atau Pengasuhan Anak 5. Pelatihan Vokasional dan Pembinaan Kewirausahaan
wali
Pendamping Sosial
lainnya (PKH, 3. Dukungan Keluarga 6. Bantuan dan Asistensi Sosial 7. Dukungan Aksesibilitas
BSP)
Aplikasi BISNIS PROSES
ASISTENSI REHABILITASI SOSIAL
(ATENSI) UNTUK ABH

PKH, SEMBAKO, KIS, KIP, Kewirausahaan

Cth. Diversi, Anak PERENCANAAN


belum berusia 12th ATENSI

Cth. Diversi, Rehabsos


Pasal 7 Ayat (2) UU 11/2009 Kesejahteraan Layanan Masyarakat.
Sosial juncto Pasal 5 Ayat (1) PP 39/2012 Berbasis Berbasis
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Keluarga Komunitas
(Peksos, TKS, (LKS, IPWL,
Relawan LPKSA,
PENDEKATAN & ASESMEN Sosial) PUSAKA)
FASILITASI IMPLEMENTASI MONEV PASCALAYANAN
KESEPAKATAN KOMPREHENSIF DAN TERMINASI
AKSES

Berbasis Residensial
Rehabilitasi Sosial dapat Sentra Terpadu/Sentra,
LPKS & RPS
dilaksanakan secara persuasif,
motivatif,
koersif, baik dalam keluarga, SUPERVISI
masyarakat maupun panti sosial.
Bussiness Plan Penanganan ABH oleh Kemensos Tahun 2020-2024

Melakukan penguatan advokasi terhadap Pemerintah Daerah untuk memastikan ketersediaan


01 LPKS disetiap Kab/Kota/Prov
(RPJMN 2020-2024)

Pengembangan Model Layanan Rehabilitasi ABH dalam dan luar Lembaga yang dilaksanakan
02 di Balai/Loka Rehsos AMPK/LKSA yang telah ditetapkan sebagai LPKS dan RPS oleh Mensos

Meningkatkan dan memberikan penguatan SDM


03 Pendamping ABH (Sakti Peksos/TKSA) di setiap Kab/Kota/Prov/ Lembaga Mitra)

- Rapat Kordinasi Nasional Rehsos ABH


- Workshop Nasional Rehsos ABH
- Advokasi Dinas Sosial Provinsi/Kab/Kota
04 - Penguatan kapasitas pengelola LPKS/LKSABH/BM
- Penguatan Regulasi terkait ketersediaan LPKS
- Kampanye sosial terkait pelaksanaan Rehabilitasi
Sosial bagi ABH

05 Penguatan sistem data melalui pengembangan Data Online terkait penanganan Rehsos ABH
KENDALA
 Terbatasnya merata pemahaman terkait mandat, amanat, pelaksanaan UU SPPA di
tataran pelaksana implementasi UU SPPA (APH, K/L terkait).
 Belum tersedianya sarana prasana sesuai amanat UU SPPA (LPAS, LPKS, Ruang
Pelayanan Khusus anak).
 Disharmoni beberapa pasal dalam SPPA.
 Terbatasnya jumlah dan kompetensi SDM khususnya Pekerja Sosial.
 Minimnya sosialisasi terkait penerapan SPPA dan Restorative justice sehingga belum
terbangun kepedulian masyarakat terkait ABH dan pencegahannya.
 Terbatasnya dana untuk implementasi UU SPPA baik dari APH maupun K/L terkait
Kendala Impementasi UU SPPA di Tataran Daerah
 Komitmen Kepala Daerah untuk ABH.

 Kurangnya pemahaman dan sosialisasi UU SPPA di tingkat daerah.

 Belum adanya regulasi di daerah untuk mendukung pelaksanaan SPPA

 Belum tersedia/terbatasnya jumlah Pekerja Sosial.

 Terbatasnya anggaran, sarana prasarana dan program untuk ABH.

 Belum tersedianya sarana prasarana yang mendukung terlaksananya UU SPPA di


tingkat daeah khususnya di tingkat Kabupaten/Kota.
TERIMAKASIH
DESEMBER 2023

Anda mungkin juga menyukai