Anda di halaman 1dari 32

HUKUM PERADILAN

ANAK
B. PATMAWANTI,S.H., M.H
• hukum adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi bagi
pelanggarnya
•Peradilan adalah suatu proses yang dijalankan di
pengadilan yang berhubungan dengan tugas memeriksa,
memutus dan mengadili perkara. Sedangkan pengadilan
adalah badan atau instansi resmi yang melaksanakan
sistem peradilan berupa memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara.
Pengertian Anak

a. Menurut Undang-Undang No 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak.


• Pasal 1 angka 2 : Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21
(dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin.
b. Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (uu 35 2004)
• Pasal 1 angka 1: anak adalah seseorang yang belum berusia delapan belas
tahum, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
C. Menurut Konvensi tentang hak-hak anak
• Pasal 1: untuk tujuan konvensi ini, seorang anak berarti setiap manusia di
bawah umur delapan belas tahun, kecuali menurut undang-undang yang
berlaku pada anak, kedewasaan di peroleh lebih awal.
• Konvensi tentang hak-hak anak(convention on the rights of the child) resolusi
nomor 109 tahun1990 diratifikasi dengan Kepres No 36 Tahun 1990
Menurut Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang sistem
peradilan pidana anak

• Pasal 1 angka 2:
- Anak yang berhadapan dengan hukumn adalah anak yang berkonflik dengan
hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana , dan anak yang menjadi saksi
tindak pidana
• Pasal 1 angka 3
- Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak
yang sudah berusia 12 tahun, tetapi belum berusia 18 tahun yang diduga
melakukan tindak pidana
• Pasal 1 angka 4
- Anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya disebut anak korban
adalah anak yang belum berusia 18 tahun yang mengalami penderitaan fisik,
mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana.
• Pasal 1 angka 5
- Anak yang menjadi saksi tindak pidana yang selanjutnya disebut anak saksi
adalah anak yang belum berusia 18 tahun yang dapat memberikan keterangan
guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan
tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, atau dialaminya sendiri
Anak belum 12 tahun sebagai
pelaku tindak pidana
• Dalam hal anak belum berumur 12 tahun melakukan atau
diduga melakukan tindak pidana, penyidik, pembimbing dan
pekerja sosial profesional mengambil keputusan untuk:
• A. menyerahkan kembali kepada orang tua/wali
• B. mengikutsertakannya dalam program pendidikan,
pembinaan, dan pembimbingan di instansi pemerintahan atau
LPKS di instansi yang menangani bidang kesejahteraan sosial,
baik di tingkat pusat maupun daerah, paling lama enam bulan
• C. keputusan tersebut ditetapkan oleh pengadilan
• LPKS wajib menyampaikan laporan perkembangan anak ke
BAPAS
Sejarah Peradilan Anak di Indonesia
• Sebelum Masa UU Nomor 3 1997
• Dalam KUHP Pasal 45, 46, 47=> anak merupakan orang yang
belum berusia 16 tahun apabila melakukan tindak pidana dapat
dijatuhi pidana, dikembalikan kepada orang tua tanpa pidana
apapun dan dijadikan anak negara.(belum cukup umur)
• Apabila dipidana pidana pokoknya dikurangi sepertiga dari
ancaman hukuman maksimal apabila ancaman hukuman seumur
hidup atau mati maksimal diancam 15 tahun dan tidak dapat
diterapkan pidana tambahan
• SEMA Nomor 3 Tahun 1959=> demi kepentingan anak
disarankan pemeriksaan perkara anak secara tertutup.
• Instruksi mahkamah agung nomor M.A/Pem./048/1971=>
perkara anak wajib diselesaikan melalui peradilan yang memberi
jaminan pemeriksaan dan putusan dilakukan demi kesejahteraan
anak dengan tetap memperhatikan terciptanya keadilan sehingga
disarankan ditunjuk hakim khusus yang memiliki pengetahuan,
perhatian, dedikasi terhadap anak.
Lanjutan…….
• KUHAP=>Pasal 153 ayat (3), (4)= dalam perkara anak dilakukan
dengan pemeriksaan secara tertutup dan apabila tidak
dilakukan menyebabkan batalnya putusan demi hukum
• Peraturan menteri kehakiman Nomor. M.06-UM.01.06 tentang
tata tertib persidangan dan tata ruang sidang=>sidang dalam
perkara anak dilakukan dengan hakim tunggal kecuali dalam
hal tertentu dilakukan dengan majelis, dengan tertutup serta
putusan diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum.
• Jaksa dan penasihat hukum tanpa toga dan anak didampingi
oleh orang tua atau wali serta adanya laporan sosial terhadap
anak yang berperkara pidana.
• SEMA No.6 1987 => dalam perkara anak diperlukan
pendalaman terhadap unsur tindak pidana, unsur lingkungan
serta keadaan jiwa anak dan ditunjuk hakim khusus terhadap
perkara anak.
Masa UU Nomor 3 tahun 1997
ttg Pengadilan anak
• Anak 8 tahun sampai dengan 18 tahun dan belum menikah
disebut anak nakal
• Anak didik permasyarakatan
• Harus diperiksa oleh aparat penegak hukum yang berpengalaman
dan memiliki perhatian khsus terhadap anak
• Pasal 45,46,47 KUHP tidak berlaku lagi
• Masih mengutamakan pemidanaan terhadap anak
• Dalam undang-undang ini perlakuan khusus terhadap anak yang
sedang terkait dengan peristiwa pidana belum terlalu besar dan
penyelesaian perkara anak diluar pengadilan belum diatur secara
jelas.
Asas sistem peradilan anak
• Perlidungan
• Keadilan
• Non diskriminasi
• Kepentingan terbaik bagi anak
• Penghargaan terhadap pendapat anak
• Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak
• Pembinaan dan pembimbingan anak
• Proporsional
• Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya
terakir
• Penghindaran pembalasan
Perlindungan anak
• Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
• Demi terwujudnya anak indonesia yang berkualitas, beraklak
mulia, dan sejahtera.
Sistem peradilan pidana anak adalah
keseluruhan proses penyelesaian perkara anak
yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap
peneyelidikan sampai dengan tahap
pembimbingan setelah menjalani pidana.
• Sistem peradilan anak wajib
mengutamakan pendekatan keadilan
restorative (Pasal 5)
• Dalam sistem peradilan pidana anak
wajib diupayakan diversi
• Pasal 8 ayat 1 UUSPA: proses diversi
dilakukan melalui musyawarah dengan
melibatkan anak dan orang
tua/walinya, pembimbing
kemasyarakatn, dan pekerja social
professional berdasarkan pendekatan
keadilan restorative.
Keadilan restoratif
• Keadilan Restoratif adalah penyelesaian
perkara tindak pidana dengan melibatkan
pelaku, korban, keluarga pelaku/korban,
dan pihak lain yang terkait untuk
bersama-sama mencari penyelesaian
yang adil dengan menekankan pemulihan
kembali pada keadaan semula, dan bukan
pembalasan.”
• Proses diversi dilakukan melalui musyawarah dengan
melibatkan Anak dan orang tua/wali, korban dan/ atau
walinya, korban dan/atau walinya, pembimbing
kemasyarakatan, dan pekerja sosial berdasarakan pendekatan
keadilan restoratif
• Kesepakatan diversi harus mendapatkan persetujuan korban
dan/atau keluaga anak korban serta kesediaan anak dan
keluarganya, kecuali:
• A. tindak pidana berupa pelanggaran
• B. Tindak pidana ringan
• C. Tindak pidana tanpa korban
• D. Nilai kerugian tidak lebih dari UMP setempat
•Diversi dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

harus selalu diupayakan pada setiap proses pemeriksaan

perkara Anak, atau dengan kata lain proses diversi merupakan

bagian yang tidak terlepas dari sistem peradilan pidana pada

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 menekankan

lagi bahwa dalam proses peradilan anak wajin diupayakan

diversi.
DIVERSI
• DIVERSI adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari
proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana
(ps.1 UUSPA)

• DIVERSI WAJIB DIUPAYAKAN:


• Pada tingkat penyidikan
• Penuntutan dan
• Pemeriksaan di Pengadilan Negeri
Tujuan dari dilakukannya Proses Diversi dalam Pasal 6 Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 ialah

a) Mencapai perdamaian antara korban dan Anak;

b) Menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan;

c) Menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan;

d) Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan

e) Menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak.

SYARAT DIVERSI

a. Tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara dibawah tujuh tahun

b. Bukan merupakan pengulangan tindak pidana


Proses diversi wajib
memperhatikan
• A. kepentingan korban
• B. Kesejahteraan dan tanggung jawab Anak
• C. penghindaran stigma negatif
• D. Menghindarkan pembalasan
• E. keharmonisan masyarakat
• F. Kepatutan, kesusilaan dan ketertiban umum
• PERTIMBANGAN DIVERSI
• Kategori tindak pidana
• Usia anak
• Hasil penelitian kemasyarakatan dari BAPAS
• Laporan sosial anak saksi dan anak korban dari pekerja sosial atau teksos
(Ps,27) hak saksi dan korban (Ps.89,90,91)
• Kerugian yang ditimbulkan
• Dukungan lingkungan keluarga dan masyrakat.
• Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 mengatur

bahwa Anak belum berumur 12 (dua belas) tahun melakukan atau diduga

melakukan tindak pidana, Penyidik, Pembimbing Kemasyarakatan, dan

Pekerja Sosial Profesional mengambil keputusan untuk:

(1)menyerahkan kembali kepada orangtua/Wali; atau

(2)mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan, dan

pembimbingan di instansi pemerintah atau (Lembaga Penyelenggara

Kesejahteraan Sosial) LPKS di instansi lain yang menangani bidang

kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat maupun daerah, paling lama

6 (enam) bulan.

(3)hasil penelitian kemasyarakatan dari Bapas;


Dalam pelaksanaan diversi dalam tindak pidana anak ini melibatkan:

1) Penyidik atau Unit Pelayanan Perempuan dan Anak berperan sebagai

mediator

2) Pihak Balai Permasyarakatan berperan sebagai mediator

3) Tersangka anak didampingi oleh orang tua

4) Korban yang apabila korban masih anak-anak didampingim oleh orang tua

5) Pekerja Sosial (Peksos)/ Tenaga Kesejahteraan Sosial/Pendamping

Anak/Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

6) Perwakilan dari masyarakat, perwakilan masyarakat ini bias diwakili oleh

RT, RW, Kepala Desa/ Lurah, Pemuka Agama, Tokoh Agama, Tokoh

Masyarakat, Guru atau perwakilan dari LSM.


• Pasal 7 ayat (1) UU SPPA. Diversi itu wajib dilakukan
dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan [Pasal 7
ayat (2) UU SPPA]:
• a. diancam dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun;
dan
• b. bukan merupakan pengulangan tindak pidana.
Hukum Acara Peradilan Anak
• Pasal 17
• -penyidik, penuntut umum dan hakim wajib memberikan
perlindungan khusus bagi anak yan diperiksa karena tindak
pidana yang dilakukannya dalam situasi darurat
• -perlindungan khusus sebagaimana dimaksud ayat 1
dilaksanakan melalui penajtuhan sanksi tanpa pemberatan
• Pasal 18
• -dalam menangani perkara anak, anak korban dan/atau
anaksaksi, pembimbing kemasyarakatan, pekerja sosial
profesional dan tenaga kesejahteraan sosial, penyidik, penuntut
umum, hakim, dan advokat atau pemberi bantuan hukum
lainnya wajib memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak dan
mengusahakan suasana kekeluargaan tetap terpelihara
Pasal 19
-(1)identitas anak, anak korban, dan/atau anak saksi wajib dirahasiakan dalam pemberitaan
dimedia cetak ataupun elektronik
(2) identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi nama anak, nama anak korban,
nama anak saksi, nama orang tua, alamat, wajah dan hal lain yang dapat mengungkapkan jati
diri anak, anak korban, dan/anak saksi
pasal 20
-dalam hal tindak pidana dilakukan oleh anak sebelum genap berumur 18 tahun dan
diajukan ke sidang pengadilan setelah 18 tahun, tetapi belum mencapai 21 tahun ,
anak tetap diajukan ke sidang anak..
Pasal 21
-(1) dalam hal anak belum berumur 12 tahun melakukan atau diduga melakukan tindak
pidana, penyidik, pembimbing kemasyarakatan, dan pekerja sosial profesional mengambil
keputusan untuk:
a. menyerahkan kembali kepada orang tua atau wali, atau
b. mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan dan pembimbingan di
instansi pemerintahan atau LPKS di instansi yang menangani bidan kesejahteraan sosial baik
di tingkat pusat maupun daerah, paling lama 6 bulan
Pasl 22
penyidik, penuntut umum, hakim, pembimbing kemaasyarakatan, advokat atau pemberi
bantuan hukum lainnya dan petugas lain dalam memeriksa perkara anak, anak korban
dan/atau anak saksi tidak memakai toga atau atribut kedinasan
pasal 23
(1)dalam setiap tingkat pemeriksaan anak wajib diberikan bantuan hukum dan didapingi oleh
pembimbing kemasyarakatan atau pendamping lain sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan
(2)dalam setiap tingkat pemeriksaan, anak korban atau anak saksi wajib didampingi oleh
orang tua dan atau orang yang dipercaya oleh anak korban dan/atau anak saksi atau pekerja
sosial
pasal 24
anak yang melakukan tindak pidana bersama-sama dengan orang dewasa atau anggota TNI
diajukan ke pengadilan anak sedangkan orang dewasa atau anggota TNI diajukan
kepengadilan yang berwenang
PENYIDIKAN
Pasal 26
(1) penyidikan terhadap perkara anak dilakukan oleh penyidik yang ditetapkan berdasarkan
keputusan kepala kepolisian negara republik Indonesia atau pejabat lain yan ditunjuk oleh
kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
(2)Pemeriksaan terhadap anak korban atau anak saksi dilakukan oleh penyidik sebagaimana
dimaksud ayat 1
(3) syarat untuk dapat ditetapkan sebagai penyidik sebagaiamana dimaksud ayat (1) meliputi:
a. telah berpengalaman sebagai penyidik
b.mempunyai minat, perhatian, dedikasi dan memahami maslah anak
c.telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak
(4) dalam hal belum terdapat penyyidik yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), tugas penyidikan dilaksanakan oleh penyidk yang melakukan penyidikam
tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa
Pasal 27
(1)dalam melakukan penyidikan perkara anak, penyidik wajib meminta pertimbangan atau
saran dari pembimbing kemasyarakatan setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan
(2)dalam hal dianggap perlu, penyidik dapat meminta pertimbangan atau saran dari ahli
pendidikan, psikolog, psikiater, tokoh agama, pekerja sosial profesional atau tenaga
kesejahteraan sosial dan tenaga ahli lainnya
Pasal 28
hasil penelitian kemasyarakatan wajib diserahkan oleh bapas kepada penyidik
dalam waktu 3x 24 jam setelah permintaan penyidik diterima
pasal 29
(1)penyidik wajib mengupayakan diversi dalam waktu paling lama 7 hari setelah
penyidikan dimulai
(2)proses diversi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan paling lama 30
hari setelah dimulainya diversi
(3)dalam hal proses diversi berhasil mencapai kesepakatan penyidik
menyampaikan berita acara diversi kepada ketua pengadilan Negeri untuk dibuat
penetapan
(4)dalam hal diversi gagal, penyidik wajib melanjutkan penyidikan dan
melimpahkan perkara ke penuntut umum dengan melampirkan berita acara
diversi dan laporan penelitian kemasyarakatan.
PENANGKAPAN DAN
PENAHANAN
• PASAL 30
• (1)penangkapan terhadap anak dilakukan guna kepentingan penyidikan
paling lama 24 jam
• (2) anak yang ditangkap wajib ditempatkan dalam ruang pelayanan khusus
• (3)dalam hal ruang pelayanan khusus anak belum ada diwilayah yang
bersangkutan anak dititpkan di LPKS
• (4)penangkapan terhadap anak wajib dilakukan secara manusiawi dengan
memperhatikan kebutuhan sesuai umurnya
• (5)biaya bagi setiap anak yang ditempatkan di LPKS dibebankan pada
anggaran kementrian yang menyelenggarakan urudan pemerintahan di bidan
sosial
• PASAL 31
• (1) dalam melaksanakan penyidikan, penyidik berkoordinasi dengan penuntut
umu
• (2) koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 1 x
24 jam sejak dimulainya penyidikan
• PASAL 32
• (1)Penahanan terhadap anak tidak boleh dilakukan dalam hal
anak memperoleh jaminan dari orang tua atau wali dan/atau
lembaga bahwa anak tifak akan melarikan diri, tidak akan
menghilangkan atau merusak barang bukti, dan/atau tidak
akan mengulangi tindak pidana
• (2)penahanan terhadap anak hanya dapat dilakukan dengan
syarat sebagai berikut:
• A.anak telah berumur 14 tahun atqau lebih dan
• B.diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana
penjara tujuh tahun atau lebih
• (3)syarat penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)harus
dinyatakan dengan tegas dalammsurat perintah penahanan
(4) Selama anak ditahan, kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial
anak haru tetap terpenuhi
(5) Untuk melindungi keamanan anak, dapat dilakukan penempatan
anak di LPKS
• PASAL 33
• (1)penahanan sebagaimana dimaksud dalam passal 32 untuk
kepentingan penyidikan dilakukan paling lama 7 hari
• (2)jangka waktu penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
atas permintaan penyidik dapat diperpanjang oleh penuntutu
umum paling lama 8 hari
• Dalam hal waktu sebagaimana dimkasud dalam ayat 2 telah berakir
anak wajib dikeluarkan demi hukum
• Penahanan terhadap manak dilakukan di LPAS
• (5)dalam hal tidak terdapat LPAS, penahanan dilakukan di LPKS
setempat
• PASAL 34
• (10dalam hal penahanan dilakukan untukjj kepentingan
penuntutan, penutut umum dapat melakukan penahanan paling
lama lima hari
• (2) jangka waktu penahanan dapat diperpanajang 5 hari
• PASAL 35
• (1) penahanan untu pemeriksaan persidangan 10 hari
• (2)permintaaan hakim kepada Ketua Pengadilan Negeri dapat
diperpanjang 15 hari
• PASAL 36
• Penetapan pengadilan mengenai penyitaan barang bukti dalam
perkara anak harus ditetapkan paling lama 2 hari
• PASAL 37
• (1)dalam hal penahanan dilakukan untuk kepentingan
pemeriksaan di tingkat banding hakim banding dapat melakukan
penahanan paling lama 10 hari
• (2) atas permintaan hakim banding dapat diperpanjang oleh
ketua pengadilan tiggi 15 hari
• PASAL 38
• (1) dalam hal penahanan terpaksa dalam tingkat kasasi 15 hari
• (2)dapat diperpanjang 20 hari
• PASAL 40
• (1) pejabat yang melakukan penangkapan atau penahanan
wajib memberitahukan kepada anak dan orang tua atau wali
mengenai hak memperoleh bantuan hukum
• (2)dalam hal pejabat tidak melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, penangkapan atau
penahanan terhadap anak batal demi hukum.
Ketentuan Pidana
Pasal 1 angka 2 UU No.23 Tahun 2002 disebutkan perlindungn
anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang
dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusian serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi
• Dalam Pasal 77 s/d 89 UU No 23 Tahun 2002
• Ketentuan Pidana Dalam UU No 11 Tahun 2012
• Pasal 96-101
• Ketentuan pidana ini dibuat supaya sistem peradilan pidana
anak dapat berjalan secara terpadu dengan tujuan yang sama
yaitu utama untuk kepentingan anak itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai