Anda di halaman 1dari 37

SISTEM PERADILAN

PIDANA ANAK

Oleh:
Asep Permana, S.H., M.H.
ADVOKAT BANKUM LAHA
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
Pasal 1 Angka 1 UU No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) Tahun termasuk Anak yang masih
dalam kandungan.

Pasal 1 Angka 1
Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyelesaian perkara anak yang
berhadapan dengan hukum mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap pembimbingan
setelah menjalani pidana

Pasal 1 Angka 2
Anak Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang
menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana.

Pasal 1 Angka 3
Anak yang Berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah
berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga
melakukan tindak pidana.
Anak Korban & Anak Saksi

Pasal 1 Angka 4
Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana yang selanjutnya disebut
Anak Korban adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas)
tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian
ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana.

Pasal 1 Angka 5
Anak yang Menjadi Saksi Tindak Pidana yang selanjutnya disebut
Anak Saksi adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas)
tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan
tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau
dialami sendiri.
Restorative Justice

Restorative Justice
Penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku,
korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk
bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan
menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan
pembalasan. (Ps 1 ayat (6) UU SPPA).
Diversi
Diversi
Pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan
pidana ke proses di luar peradilan pidana. (Ps 1 ayat (7) UU
SPPA).

Tujuan Diversi
Diversi bertujuan: (Ps 6 UU SPPA)
a.Mencapai perdamaian antara korban dan Anak;
b.Menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan;
c.Menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan;
d.Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan
e.Menanamkan rasa tanggung jawab kepada Anak.
Syarat Diversi (Ps 7 UU SPPA)
(1)Pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan perkara
Anak di pengadilan negeri wajib diupayakan Diversi.

(2) Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam


hal tindak pidana yang dilakukan:
a.diancam dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun; dan
b.bukan merupakan pengulangan tindak pidana.
Dasar Hukum Acara Dalam Peradilan
Pidana Anak
 Dasar Hukum Acara Peradilan Pidana Anak
1. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana.
2. Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak
3. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2015 tentang Diversi Anak
Dibawah 12 Tahun
4. Peraturan Mahkamah Agung No. 4 Tahun 2014 tentang Diversi
Anak
Hukum Acara Peradilan Pidana Anak
Dalam SPPA
 Pasal 16
Ketentuan beracara dalam Hukum Acara Pidana berlaku juga dalam
acara peradilan pidana anak, kecuali ditentukan lain dalam
Undang-Undang ini.
 Memperhatikan kepentingan terbaik untuk anak;
 Identitas ABH tidak dipublikasikan;
 Penyidik, PU, Hakim, PH, PK petugas lain tidak menggunakan
toga/atribut;
 Dalam setiap tingkat pemeriksaan Anak WAJIB didampingi oleh
PH dan PK;
 KPN menunjuk Hakim / Majelis – 3 hari setelah berkas diterima.
 Sebelum sidang, Hakim wajib untuk mengupayakan diversi 7 hari
setelah terima penetapan (jika dibawah ancaman dibawah 7
tahun dan bukan pengulangan pidana).
 Diversi dilaksanakan di ruang mediasi.
 Diversi berhasil – buat kesepakatan – lapor KPN – PENETAPAN
 Diversi gagal – lanjut siding
 Hakim tunggal (Psl 44 ayat 1)
 Hakim Majelis (Psl 44 ayat 2) apabila:
1. TP diancam pidana penjara > 7 tahun.
2. Pembuktiannya sulit.
 Disidangkan di ruang sidang khusus Anak;
 Waktu sidang anak didahulukan dari orang dewasa;
 Pemeriksaan dalam sidang TERTUTUP –- putusan dalam sidang
TERBUKA
 Disidangkan di ruang sidang khusus Anak;
 Waktu sidang anak didahulukan dari orang dewasa;
 Pemeriksaan dalam sidang TERTUTUP –- putusan dalam sidang
TERBUKA
 Dalam sidang, Anak didampingi orang tua / wali, PH, dan PK (Psl
56)
 Apabila OT / WALI tidak hadir – sidang lanjut.
 Apabila PH dan PK tidak hadir – sidang ditunda, dilanjutkan batal
demi hukum
Asas-asas SPPA

Pasal 2
Sistem Peradilan Pidana Anak dilaksanakan berdasarkan asas:
a.Perlindungan;
b.Keadilan;
c.Nondiskriminasi;
d.Kepentingan terbaik bagi Anak;
e.Penghargaan terhadap pendapat Anak;
f.Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak;
g.Pembinaan dan Pembimbingan Anak;
h.Proporsional;
i.Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya
terakhir; dan
j.Penghindarah pembalasan.
HAK ANAK (Ps 3 UU SPPA)
 Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan
kebutuhan sesuai dengan umurnya;
 Dipisahkan dari orang dewasa;
 Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif;
 Melakukan kegiatan rekreasional;
 Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang
kejam, tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan
martabatnya;
 Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup;
 Tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya
terakhir dan dalam waktu yang paling singkat;
 Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan
sesuai dengan umurnya;
 Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang
kejam, tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan
martabatnya;
 Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup;
 Tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya
terakhir dan dalam waktu yang paling singkat.
 Memperoleh advokasi sosial;
 Memperoleh kehidupan pribadi;
 Memperoleh aksesibilitas, terutama bagi anak cacat.
 Memperoleh pendidikan;
 Memperoleh pelayananan kesehatan; dan
 Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan
Penyelesaian Perkara Anak Yang Belum Berumur
12 Tahun

 Dalam hal Anak belum berumur 12 (dua belas) tahun


melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, PENYIDIK,
PEMBIMBING KEMASYARAKATAN, dan PEKERJA SOSIAL
PROFESIONAL mengambil keputusan untuk:
 Menyerahkannya kembali kepada orang tua/Wali; atau
 Mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan,
dan pembimbingan di instansi Pemerintah atau Lembaga
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial di instansi yang
menangani bidang kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat
maupun daerah, paling lama 6 (enam) bulan.
Penyelesaian Perkara Anak Yang Sudah Berumur
12 Tahun

PENYIDIKAN
Mengutamakan pendekatan keadilan Restoratif
Mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi anak ;
Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya
terakhir;
Penghindaran pembatasan (bebas dari penghukuman,
penyiksaan, perlakuan yang kejam tidak manusiawi serta
merendahkan derajat dan martabat).
Penangkapan
 Prinsip Penangkapan Anak :
 Sebagai upaya terakhir dan waktu yang paling singkat
 Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan kejam lainnya
 Syarat Penangkapan Anak :
 Adanya bukti permulaan yang cukup (Pasal 17 KUHAP)
 Tata Cara Penangkapan Anak :
 Dilakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan
sesuai dengan umurnya (pasal 30 ayat 4 UU No. 11 tahun 2012).
 Pada saat dilakukan penangkapan, anak wajib diberitahu tentang
alasan penangkapan.
 Memberitahukan orang tua/wali dalam tenggang waktu sesingkat
mungkin .
 Jangka Waktu Penangkapan Anak :
 Sebagaimana terhadap orang dewasa, terhadap anak dapat
dilakukan penangkapan dalam jangka waktu selama 24 jam.
 Penempatan anak yang ditangkap
 Dalam hal penangkapan anak, UU No. 11 tahun 2012 Pasal
30 ayat (2) mengatur mengenai penempatan anak yang
ditangkap, yaitu dalam ruang pelayanan khusus anak.
 Dipisahkan dari orang dewasa.
Penahanan
 Prinsip-Prinsip Dalam Penahanan Anak :
 Sebagai upaya terakhir dan waktu yang paling singkat.
 Bebas dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan lain yang kejam, tidak
manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya.
 Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai
dengan umurnya.
 Hak – Hak Anak Dalam Penahanan :
 Hak untuk dianggap dan diperlakukan sebagai tidak bersalah.
 Hak untuk mendapatkan prioritas dalam proses yang sesingkat mungkin.
 Hak untuk dipisahkan dari orang dewasa dan dipisahkan dari anak yang telah
diputus bersalah.
 Hak untuk berkomunikasi secara teratur dengan penasehat hukum, dengan
jaminan kerahasiaan dan privasi.
 Syarat Penahanan Anak :
 Anak telah berusia 14 tahun atau lebih (Pasal 32 UU No. 11
tahun 2012);
 Diduga melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 7 (tujuh) tahun atau lebih (Pasal 32 UU No.
11 tahun 2012);
 Adanya bukti permulaan yang cukup (pasal 21 ayat (1)
KUHAP);
 Adanya kekhawatiran, anak akan melarikan diri,
menghilangkan atau merusak barang bukti, dan atau
mengulangi tindak pidana;
Pengecualian penahanan

Pasal 32 (1) Undang-Undang No. 11 tahun 2012, menentukan:


“Penahanan terhadap anak tidak boleh dilakukan dalam hal anak
memperoleh jaminan dari orang tua/wali dan/atau lembaga bahwa
anak tidak akan melarikan diri, tidak akan menghilangkan atau
merusak barang bukti, dan/atau tidak akan mengulangi tindak
pidana.”
 Tempat Penahanan Anak :
 Penahanan anak dilaksanakan di lembaga
penempatan anak sementara (LPAS), yang
merupakan tempat sementara bagi anak selama
proses peradilan berlangsung.
 Apabila LPAS tidak/belum tersedia, penahanan
anak dapat dilakukan di lembaga penyelenggaraan
kesejahteraan sosial (LPKS) setempat.
 Jangka Waktu Penahanan
 Penyidikan:
 Untuk kepentingan penyidikan, anak dapat dikenakan penahanan paling lama 7
(tujuh) hari.
 Atas permintaan penyidik, penuntut umum dapat memperpanjang paling lama 8
(delapan) hari.
 Penuntutan:
 Untuk kepentingan penuntutan, penuntut umum dapat melakukan penahan paling
lama 5 (lima) hari.
 Atas permintaan penuntut umum, hakim pengadilan negeri dapat memperpanjang
untuk paling lama 5 (lima) hari.
 Pemeriksaan pengadilan:
 Pengadilan negeri
 Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, hakim dapat melakukan
penahanan paling lama 10 (sepuluh) hari.
 Atas permintaan hakim, ketua pengadilan negeri dapat memperpanjang paling
lama 15 (lima belas) hari.
 Banding
 Untuk kepentingan pemeriksaan di tingkat banding, hakim
banding dapat melakukan penahanan paling lama 10
(sepuluh) hari.
 Atas permintaan hakim banding, ketua pengadilan tinggi
dapat memperpanjang paling lama 15 (lima belas) hari.
 Kasasi
 Untuk kepentingan pemeriksaan di tingkat kasasi, hakim
kasasi dapat melakukan penahanan paling lama 15 (lima
belas) hari.
 Atas permintaan hakim kasasi, ketua mahakamah agung
dapat memperpanjang paling lama 20 (dua puluh) hari.
Penuntutan
Pasal 41 UU SPPA
1. Penuntutan terhadap perkara Anak dilakukan oleh Penuntut
Umum yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Jaksa Agung
atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Jaksa Agung.
2. Syarat untuk dapat ditetapkan sebagai Penuntut Umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. telah berpengalaman sebagai penuntut umum;
b. mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah
Anak; dan
c. telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan Anak.
3. Dalam hal belum terdapat Penuntut Umum yang memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tugas
penuntutan dilaksanakan oleh penuntut umum yang melakukan
tugas penuntutan bagi tindak pidana yang dilakukan oleh orang
dewasa.
Pasal 42 UU SPPA
1. Penuntut Umum wajib mengupayakan Diversi paling lama 7 (tujuh) hari
setelah menerima berkas perkara dari Penyidik.
2. Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lama
30 (tiga puluh) hari.
3. Dalam hal proses Diversi berhasil mencapai kesepakatan, Penuntut
Umum menyampaikan berita acara Diversi beserta kesepakatan Diversi
kepada ketua pengadilan negeri untuk dibuat penetapan.
4. Dalam hal Diversi gagal, Penuntut Umum wajib menyampaikan berita
acara Diversi dan melimpahkan perkara ke pengadilan dengan
melampirkan laporan hasil penelitian kemasyarakatan.
Proses Persidangan
 Sidang dibuka dan dinyatakan TERTUTUP untuk umum.
 Memeriksa identitas anak,
 Pembacaan surat dakwaan;
 Pembacaan laporan LITMAS oleh PK Bapas
 Pemeriksaan saksi korban dan saksi-saksi lainnya;
 Waktu pemeriksaan saksi – Hakim dapat memerintahkan anak
keluar ruang sidang, OT/wali, Advokat/pemberi bantuan hukum lain
dan PK tetap hadir.
 Sidang dilanjutkan setelah diberitahukan keterangan di sidang-
ketika terdakwa diluar ruang sidang.
 Apabila anak saksi / korban tidak hadir – pemeriksaan dapat
dilakukan dengan rekaman atau teleconference
 Sebelum putusan, Hakim memberikan kesempatan kepada
OT/Wali Anak – untuk menyampaikan sesuatu hal;
 Anak Korban dapat diberi kesempatan untuk
menyampaikan pendapatnya tentang perkara tsb.
 Laporan LITMAS WAJIB dipertimbangkan oleh Hakim –
putusan batal demi hukum (Pasal 60 ayat 2,3).
 Pembacaan putusan dalam sidang yang terbuka untuk
umum – dapat tidak dihadiri ANAK (Psl 61 ayat 1)
 Petikan Putusan wajib diberikan kepada Anak/PH, PK dan
PU – pada HARI ITU JUGA (Psl 62 ayat1).
 Salinan Putusan wajib diberikan kepada Anak/PH, PK, PU
– 5 (LIMA) hari putusan diucapkan.
Putusan Anak Pidana atau Tindakan

 Pasal 69 UU SPPA
1. Anak hanya dapat djatuhi Pidana atau Tindakan.
2. Anak < 14 tahun – dikenai Tindakan
Pidana
 Pasal 71 SPPA
1. PIDANA POKOK :
a. pidana peringatan
b. pidana dengan syarat:
1) pembinaan di luar lembaga;
2) pelayanan masyarakat; atau
3) pengawasan. (3 bulan s/d 2 tahun)
c. pelatihan kerja;
d. pembinaan dalam lembaga (3 s/d 24 bln); dan
e. penjara.
2. PIDANA TAMBAHAN :
a.perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;
atau
b.pemenuhan kewajiban adat.

Hal yang harus diperhatikan :


- Apabila dalam hukum materiil diancam pidana kumulatif berupa
penjara dan denda, pidana denda diganti dengan pelatihan kerja.
TINDAKAN
Pasal 82 SPPA ayat (1)
a.pengembalian kepada orang tua/Wali;
b.penyerahan kepada seseorang;
c.perawatan di rumah sakit jiwa;
d.perawatan di LPKS;
e.kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan;
f.pencabutan surat izin mengemudi;
g.perbaikan akibat tindak pidana
FOTO SARANA PRASARANA
UNIT PPA RESKRIM POLRES JAKARTA TIMUR
Ruang Pemeriksaan Ramah Anak
FOTO SARANA PRASARANA
PENGADILAN NEGERI CIBINONG
Ruang Sidang Ramah Anak
FOTO SARANA PRASARANA
PENGADILAN NEGERI CIBINONG
Ruang Tunggu Ramah Anak / PK BAPAS/ PEKSOS
FOTO SARANA PRASARANA
PENGADILAN NEGERI CIBINONG
Ruang Teleconference/ Korban/ Saksi Anak
FOTO SARANA PRASARANA
PENGADILAN NEGERI CIBINONG
Ruang Mediasi/Diversi PN Cibinong
FOTO SARANA PRASARANA
PENGADILAN NEGERI CIBINONG
Ruang Kaukus PN Cibinong

Anda mungkin juga menyukai