Anda di halaman 1dari 26

UU NO 11 TAHUN 2012 TENTANG

SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

HAL-HAL POKOK YANG PERLU DIKETAHUI


PENYIDIK TANJUNG PRIOK 9 JUNI 2015

MENGAPA PERLU DIUBAH ?


Kepentingan terbaik bagi anak
(filosofi SPPA). Dasar Hukum :
pasal 28B UUD 1945, Keppres
Nomor 36 Tahun 1990 tentang
pengesahan convention on the
rights of the child (ratifikasi
konvensi hak-hak anak), Beijing
Rules 1985,Tokyo Rules 1990
dan
instrumen
hukum
internasional lainnya.
Telah ada UU Nomor 35 Tahun
2014 tentang perubahan UU
Nomor
23/2002
tentang
Perlindungan Anak.

Telah meninggalkan
paradigma lama dalam UU
No 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak yang
berorientasi pada dimensi
pidana pembalasan (teori
retributif). SPPA lebih
berorientasi pada aspek
yang lebih mengedepankan
pengalihan penyelesaian
perkara anak dari proses
peralihan pidana ke proses
di luar peradilan pidana
(diversi).

Diversi
dengan
menggunakan
pendekatan keadilan restoratif (teori
restorati justice). Penyelesaian perkara
pidana anak dengan melibatkan pelaku,
korban, keluarga pelaku/korban, dan
pihak lain yang terkait untuk bersamasama mencari penyelesaian yang adil
dengan
menekankan
pemulihan
kembali pada keadaan semula dan
bukan pembalasan.
Pembatasan
upaya
perampasan
kemerdekaan sebagai upaya terakhir
(measures
of
the
last
resort).
Penempatan pidana penjara atau
penahanan sebagai upaya atau obat
terakhir
yang
bersifat
ultimum
remedium.
Penegasan hak anak dalam proses
peradilan.

LANDASAN FILOSOFIS
Memberi perlindungan khusus bagi anak dalam
SPPA
berdasarkan
asas
perlindungan,
keadilan, nondiskriminasi, kepentingan terbaik
bagi anak, penghargaan terhadap pendapat
anak, kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang anak. Tujuan menjaga harkat dan
martabat anak.
Perlindungan khusus terutama perlindungan
hukum dalam sistem peradilan. SPPA tidak
hanya menekankan pada aspek penjatuhan
sanksi pidana bagi anak pelaku tindak pidana,
tetapi juga fokus pada pemikiran bahwa
penjatuhan sanksi dimaksudkan sebagai
sarana mewujudkan kesejahteraan anak pelaku
tindak pidana (berdasarkan beijing rules 1985).
Peradilan anak merupakan bagian integral
proses pembangunan nasional.
Anak, karena karateristiknya (belum matang
baik secara fisik, maupun psikis) memerlukan
perlindungan dan penanganan hukum khusus
dibandingkan orang dewasa.

PERUBAHAN UTAMA - BATAS USIA


PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK
1. Batas usia
pertanggungjawaban pidana
anak adalah telah berumur 12
tahun dan belum berumur 18
tahun. Hakikatnya dapat
simpangi sampai dengan
maksimal belum mencapai
umur 21 tahun. Dasar Hukum :
psl 20 UU SPPA.
2. Batasan usia anak yang bisa
dikenakan penahanan adalah
telah berumur 14 tahun hingga
berumur 18 tahun dan diduga
melakukan tindak pidana
dengan ancaman pidana
penjara 7 tahun atau lebih.

PRUBAHAN UTAMA - PENGHILANGAN KATEGORI ANAK PIDANA,


ANAK NEGARA DAN ANAK SIPIL
1.

SPPA hanya megenal anak


yang berhadapan dengan
hukum (ABH).

2.

ABH adalah : anak


berhadapan dengan hukum
yaitu anak yang berkonflik
dengan hukum (anak), anak
yang menjadi korban tindak
pidana (anak korban) dan
anak yang menjadi saksi
tindak pidana (anak saksi).

3.

Sebaiknya tidak dikatakan


anak sebagai pelaku tetapi
anak yang notabene anak
pelaku.

PERUBAHAN UTAMA - RUANG LINGKUP PENGATURAN ANAK,


ANAK KORBAN DAN ANAK SAKSI
Anak adalah anak yang berumur 12
tahun tetapi belum berumur 18 tahun
yang diduga melakukan tindak pidana;
Tidak lagi usia 8 tahun.
Anak Korban adalah anak yang menjadi
korban tindak pidana belum berumur
18 tahun yang mengalami penderitaan
fisik, mental, dan atau kerugian
ekonomi yang disebabkan tindak
pidana;
Anak Saksi adalah anak yang belum
berumur 18 tahun yang dapat memberi
keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan
tentang suatu perkara pidana yang
didengar, dilihat, dan/atau dialaminya
sendiri.

Tidak lagi memakai klausul atau belum


menikah.
Anak yang melakukan tindak pidana
sebelum berusia 12 tahun dikembalikan
ke orang tua atau panti, rehabilitasi
medis, psikososial,penempatan di
lembaga pendidikan dan pelatihan
(kurang lebih 6 bulan).
Tidak dipublikasikan identitasnya.
Tidak dijatuhi hukuman mati, atau
pidana seumur hidup.
SPPA wajib mengutamakan
pendekatan keadilan restoratif.
Bentuk pendekatan keadilan restoratif
dalam SPPA adalah diversi. Diversi
sifatnya wajib diupayakan atau dengan
kata lain imperatif/memaksa bagi
pejabat yang bertanggung jawab untuk
melaksanakannya.

3 ASPEK PENEGAKAN HUKUM SPPA


1. Aspek hukum pidana materiil : terlihat
dari pengaturan ketentuan tentang
diversi, batas umur
pertanggungjawaban pidana anak,
pidana dan tindakan.
2. Aspek hukum pidana formil : terlihat
dari pengaturan tentang prosedur
beracara pada tahap penyidikan,
penuntutan, pemeriksaan sidang di
pengadilan, penjatuhan putusan dan
lain-lain.
3. Aspek hukum pelaksanaan pidana :
terlihat pengaturan tentang
pelaksanaan dan tugas BAPAS, LPAS
(lembaga penempatan anak
sementara), LPKA (lembaga
pembinaan khusus anak).

PENGUATAN PERAN PETUGAS


KEMASYARAKATAN
1.

SPPA menitikberatkan adanya penguatan


peran petugas kemasyarakatan. Petugas
kemasyarakatan terdiri dari pembimbing
kemasyarakatan, pekerja sosial profesional,
dan tenaga kesejahteraan sosial.

2.

Melakukan penelitian kemasyarakatan untuk


memberi informasi lengkap mengenai anak.

3.

Menjadi pendamping, pembimbing, dan


pengawasan terhadap anak khususnya
dalam program diversi.

4.

Wajib menyampaikan rekomendasi pada


penyidik.

5.

mengawasi anak yang dijatuhi pidana


pengawasan, anak didik pemasyarakatan
yang diserahkan kepada orang tua, wali atau
orang tua asuh.

Dalam
hal
putusan
pengadilan
tidak
mempertimbangkan penelitian kemasyarakatan
maka putusan berakibat batal demi hukum.
Petugas kemasyarakatan bertugas membuat
laporan sosial sebagai informasi yang dibutuhkan
penyidik dalam melakukan pemeriksaan terhadap
anak korban dan atau anak saksi.
Penyidik yang tidak meminta laporan sosial dapat
dikenakan sanksi administratif (pasal 95).

PK- PETUGAS KEMASYARAKATAN


Pembimbing Kemasyarakatan : pejabat
fungsional penegak hukum yang melaksanakan
penelitian kemasyarakatan, pembimbingan,
pengawasan dan pendampingan terhadap anak
di dalam dan di luar proses peradilan pidana.
Pekerja Sosial Profesional : seseorang yang
bekerja baik di pemerintah maupun swasta yang
memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial
serta keperdulian dalam pekerjaan sosial yang
diperoleh mellaui pendidikan, pelatihan, dan/atau
pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk
melaksanakan tugas pelayanan dan
penanganan masalah sosial anak.
Tenaga kesejahteraan Sosial : seseorang yang
dididik dan dilatih secara profesional untuk
melaksanakan tugas pelayanan dan
penanganan masalah sosial dan/atau seseorang
yang bekerja, baik dilembaga pemerintah atau
swasta yang ruang lingkup kegiatannya di
bidang kesejahteraan sosial anak.

DIVERSI PADA TAHAP PENYIDIKAN


Pasal 5 ayat (3) dan pasal 7 ayat (1) UU
SPPA mengatur bahwa diversi
merupakan kewajiban sehingga sifatnya
imperatif. Tidak melaksanakan pasal 7
ayat (1) bagi pejabat penegak hukum
akan diberi sanksi administratif.
Apabila anak belum berumur 12 Tahun
dan melakukan atau diduga melakukan
tindak pidana maka penyidik,
pembimbing kemasyarakatan dan
pekerja sosial profesional mengambil
putusan untuk menyerahkan kepada
orang tua/wali atau mengikutsertakan
anak dalam program pendidikan,
pembinaan di instansi pemerintah atau
LPKS. Keputusan tersebut diserahkan
ke pengadilan untuk ditetapkan paling
lama 3 hari. Tata cara ini akan diatur
dalam PP.

Dalam hal tindak pidana yang


disangkakan kepada anak yang sudah
berusia lebih dari 12 tahun dan
diancam maksimum pidana penjara
kurang dari 7 tahun dan bukan
merupakan pengulangan tindak pidana,
maka penyidik dalam waktu 7 hari
setelah penyidikan dimulai wajib
mengupayakan diversi.
Penyidik dalam melakukan diversi
harus mempertimbangkan kategori
tindak pidana, umur anak, hasil
penelitian dari BAPAS, kerugian yang
ditimbulkan, tingkat perhatian
masyarakat, dan dukungan keluarga
dan masyarakat.

PROGRAM DIVERSI PASAL 6 SD PASAL 15 SPPA


Tujuan diversi terdapat dalam pasal 6 UU
SPPA yaitu : diantaranya perdamaian
antara korban dan anak, menyelesaikan
perkara anak di luar proses peradilan dan
lain-lain.
Syarat diversi adalah dalam hal tindak
pidana penjara dibawah 7 tahun dan
bukan merupakan pegulangan tindak
pidana (pasal 7 ayat (2) UU SPPA).
Mekanisme diversi dilakukan melalui
musyawarah dengan melibatkan anak,
orang tuanya, korban dan orang tuanya,
BAPAS/pembimbing kemasyarakatan, dan
pekerja sosial profesional berdasarkan
pendekatan keadilan restoratif. Pasal 8
ayat (1).
Proses diversi wajib memperhatikan
kepentingan korban dan syarat lainnya
dalam pasal 8 ayat (3).

Pasal 9 menegaskan penyidik wajib


mempertimbangkan
kategori
tindak
pidana, umur anak, hasil penelitian
kemasyarakatan dari BAPAS, dan
dukungan keluarga dan masyarakat.
Kesepakatan diversi harus mendapat
persetujuan korban dan atau keluarga
anak korban serta kesediaan anak dan
keluarganya, kecuali : tindak pidana
pelanggaran, tipiring (tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara atau
pidana kurungan paling lama 3 bulan),
tindak pidana tanpa korban atau nilai
kerugian korban tidak lebih dari nilai
upah minimum provinsi setempat.
Semakin rendah ancaman pidana
semakin tinggi prioritas diversi. Semakin
muda umur anak semakin tinggi prioritas
diversi.

Diversi adalah suatu upaya untuk mencegah


masuknya anak ke dalam SPP anak dengan
mengalihkannya ke luar SPP.

Mencegah stigmatisasi terhadap anak yang


melakuan tindak pidana.

Membutuhkan bantuan PK yang handal


untuk membantu tercapainya tujuan dan
program diversi.

Membutuhkan aparat penegak hukum yang


peka dan handal karena besarnya diskresi
yang diberikan oleh UU kepadanya.

Menekankan pada kepekaan dan tanggung


jawab anak atas perilakunya yang tidak
terpuji.

Diversi wajib memperhatikan kesejahteraan


dan tanggung jawab anak, menghindari
stigma negatif, menghindari pembalasan,
tercipta keharmonisan masyaraka tdan
menjaga kepatutan, kesusilaan dan
ketertiban umum.

Diversi tidak dimaksudkan atau tidak


diberikan kepada pelaku tindak
pidana yang serius misalnya
pembunuhan, pemerkosaan,
pengedar narkoba, dan terorisme
yang diancam pidana di atas 7 tahun
(penjelasan pasal 9 ayat 1 huruf a).
Diversi dalam tahap penyidikan,
dimulai sejak adanya rekomendasi
atau informasi dari BAPAS (3X24
jam) maka diupayakan diversi
selama kurang lebih 30 hari sejak
penyidikan dimulai.

Jika diversi berhasil, maka dibuatkan


BAP Diversi dan hasil kesepakatan
diversi setelah itu dimintakan
penetapan Pengadilan negri
setempat. Setelah penetapan oleh
hakim maka penyidik menerbitkan
penghentian penyidikan kasus
tersebut.
Jika upaya diversi gagal karena tidak
menghasilkan kesepakatan atau hasil
kesepakatan tidak dilaksanakan
maka tetap dibuatkan berita acara
diversi dan dilampirkan hasil
kesepakatan diversi maka diteruskan
penyidikannya dan dilimpahkan ke
penuntut umum.
Ketentuan pedoman pelaksanaan
diversi diatur dengan PP.

SYARAT KESEPAKATAN DIVERSI ADA 2 KEMUNGKINAN PASAL 10 SD


PASAL12 SPPA
1. Harus mendapat persetujuan korban
dan/atau keluarga anak korban serta
kesediaan anak dan keluarganya. Hasil
kesepakatan diversi dapat berbentuk :
a.

perdamaian dengan kerugian (kalau ada


korban) atau tanpa ganti kerugian;

b.

Penyerahan kembali kepada orang


tua/wali;

c.

Keikutsertaan dalam pendidikan dan


pelatihan di lembaga pendidikan atau
lembaga penempatan anak sementara
(LPKS) paling lama 3 bulan atau ikut
pelayanan masyarakat;

d.

Rehabilitasi medis dan psikososial.

2. Tidak harus mendapat persetujuan korban


dan atau keluarga anak korban dan serta
kesediaan anak dan keluarganya.

Kesepakatan diversi dapat dilakukan penyidik bersama


pembimbing kemasyarakatan (PK) serta melibatkan tomas.
Pengawasan proses diversi dan pelaksanaan kesepakatan
berada pada atasan langsung pejabat yang bertanggung jawab
pada setiap tingkat pemeriksaan. Tetapi selama proses diversi
berlangsung sampai kesepakatan diversi dilaksanakan PK wajib
melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan.
Dalam hal kesepakatan diversi tidak dilaksanakan dalam waktu
yang ditentukan maka PK segera melaporkan kepada pejabat
yang bertanggung jawab sesuai tingkat pemeriksaan dan pejabat
tersebut bertanggung jawab menindaklanjuti laporan dalam waktu
paling lama 7 hari.

SYARAT PENAHANAN ANAK PASAL30 SD 40 SPPA


1.

Anak telah berusia 14 tahun atau


lebih.

2.

Diduga melakukan tindak pidana


yang diancam dengan pidana
penjara 7 tahun atau lebih (pasal
32 SPPA).

3.

Adanya bukti permulaan yang


cukup (pasal 21 ayat 1 KUHAP).

4.

Adanya kekhawatiran anak


melarikan diri, menghilangkan
atau merusak barang bukti.

5.

Mengulangi tindak pidana.

6.

Jika tidak ada jaminan dari orang


tua/wali atau lembaga bahwa
anak tersebut tidak melarikan diri,
menghilangkan atau merusak
barang bukti dan mengulangi
tindak pidana.

7. Penangkapan terhadap anak guna


kepentingan penyidikan paling lama 24 jam
dan anak yang ditangkap wajib ditempatkan
dalam ruang pelayanan khusus anak.
8. Jika belum ada ruang pelayanan khusus
anak maka anak dititipkan di LPKS.
9. Biaya bagi setiap anak yang ditempatkan di
LPKS dibebankan pada anggaran kementrian
yang menyelenggarakan urusan pemeritahan
di bidang sosial.
10. Dalam melaksanakan penyidikan, penyidik
berkoordinasi dengan PU dan dilakukan
dalam waktu paling lama 1 x 24 jam sejak
dimulainya penyidikan.
11.Penyidik dalam melakukan penahanan di
penyidikan dilakukan paling lama 7 hari dan
jangka waktu dapat diperpanjang oleh PU
paling lama 8 hari. Dalam jangka waktu
penahanan berakhir maka anak wajib
dikeluarkan demi hukum.

JENIS PIDANA PASAL 71 SD 81 SPPA


Pidana pokok bagi anak : pidana
peringatan, pidana dengan syarat, latihan
kerja, pembinaan dalam lembaga dan
penjara.
Pidana tambahan terdiri dari :
perampasan keuntungan yang diperoleh
dan pemenuhan kewajiban adat.
Pidana dengan syarat : pembinaan di
luar lembaga, pelayanan masyarakat,
dan pengawasan.
Jika dalam hukum materiil diancam
pidana kumulatif berupa penjara dan
dendamaka pidana denda diganti
pelatihan kerja.
Tata cara dan bentuk pelaksanaan
pidana diatur dalam PP.
Pidana peringatan merupakan pidana
ringan yang tidak mengakibatkan
pembatasan kebebasan anak.

TINDAKAN PASAL 82 DAN 83 SPPA


Pengembalian kepada orang tua/wali.
Penyerahan kepada seseorang/pemerintah.
Perawatan di rumah sakit jiwa.
Perawatan di LPKS (paling lama 1 tahun).
Kewajiban mengikuti pendidikan formal
dan/atau pelatihan yang diadakan oleh
pemerintah atau badan swasta (paling lama
1 tahun).
Pencabutan ijin mengemudi (paling lama 1
tahun).
Perbaikan akibat tindak pidana dan atau
pemulihan.
Semua bentuk tindakan di atas dapat
diajukan ke PU kecuali tindak pidana
diancam dengan pidana penjara paling
singkat 7 tahun.
Ketentuan lebih lanjut akan diatur dengan
PP.

Anda mungkin juga menyukai