Anda di halaman 1dari 36

UNIVERSITAS INDONESIA

KRIMINALISASI TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 35


TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Teori Hukum

Dosen : Prof. Dr. Harkristuti Harkrinowo, S.H., M.A Ph.D.,

PAPER

MUHAMAD ROMDONI
1806157162

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
PROGRAM PEMINATAN HUKUM DAN SISTEM PERADILAN PIDANA
JAKARTA
2018
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan fungsi otak antara lain penurunan daya ingat, mempengaruhi alam
perasaan atau suasana hati melalui sistem neurotransmiter (antara lain serotonin,
noradrenergik dan dopamine) dan mengilangkan rasa nyeri atau sakit; gangguan
fungsi pernafasan; gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah; gangguan fungsi
pencernaan; terinfeksi HIV atau AIDS, infeksi Hepatitis A, B, C.1 Dari gangguan-
gangguan yang disebutkan hanyalah sebagian kecil dari dampak penyalahgunaan
Narkotika pada kesehatan, sebenarnya masih banyak dampak yang akan terjadi pada
penyalah guna narkotika.
Peraturan Perundag-undangan yang mengatur narkotika selama ini adalah
"Verdoovende Middelen Ordonantie" (Stbl 1972-279 Jo 536) sebagaimana telah di
rubah dan ditambah. Secara umum peraturan perundang-undangan tersebut hanyalah
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan pengadaan, distribusi dan penggunaan
narkotika. Sedangkan masalah yang berhubungan dengan pengobatan dan rehabilitasi
pecandu serta usaha-usaha pencegahan lainnya tidak diatur. Demikian pula ancaman
pidana baik bagi para pelaku pelanggaran maupun pelaku kejahatan dan ketentuan
pidana dibidang ini adalah sangat ringan sehingga tidak cukup mempunyai daya
pencegahan serta dirasakan sebagai hambatan terhadap usaha penegakan hukum. 2
Adalah merupakan kewajiban bagi Pemerintah untuk senantiasa wasapada
terhadap segala macam masalah yang akan dapat berkembang atau merupakan
hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan terhadap keberhasilan Pembangunan
Nasional dan Pembinaan Ketahanan Nasional. Dengan amanat Presiden tertanggal 3
juni 1976 No. R 05/ P.U./VI/1976, Pemerintah telah menyampaikan rancangan
Undang-undang tentang Narkotika kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia untuk dibicarakan dalam Sidang Dewan Perwakilan Rakyat guna
mendapatkan persetujuannya.
Pada tanggal 26 Juli 1976 Presiden Republik Indonesia mensahkan
Rancangan Undang-undang tentang narkotika menjadi Undang-undang yaitu Undang-
1
Ketua Kombes Pol Pur. Drs. M Wresnimiro et.al. Narkoba Musuh Bangsa. Mitra
Bintibmas. Cet. ke-2 2007, hlm. 26
2
Direktoran Jendral Hukum dan Perundang-undangan Departemen Kehakiman.
Sejarah Pembentukan Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1976 Tentang
Narkotika, hlm. 7
Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

undang No. 9 Tahun 1976 tentang Narkotika. Pada saat itu legislator yang terdiri dari
empat fraksi yakni: fraksi Karya Pembangunan, Partai Demokrasi Indonesia, Partai
Persatuan Indonesia dan ABRI turut serta memberikan sumbangsi pemikiran dalam
perumusan Undang-undang tentang Narkotika. Yang mana pada saat ini undang-
undang narkotika telah berubah menjadi Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika. Dengan adanya undang-undang narkotika secara tidak langsung telah
terjadi kriminalisasi3 terhadap narkotika.
Dalam buku yang berjudul Overcriminalization: The Limits of Criminal Law.
Douglas Husak memberikan suatu batasan-batasan tertentu terhadap suatu tindakan
yang bisa dikategorikan sebagai tindak pidana atau hanya pelanggaran semata.
Pemberian batasan-batasan dalam mengkriminalisasi suatu perbuatan tentu
mempunyai maksud dan tujuan yang baik yakni agar legislator atau para pemimpin
negeri tidak semena-mena dalam mengkriminalisasi suatu perbutan. Karena dengan
adanya kriminalisasi secara tidak langsung kebebasan masyarakat menjadi dibatasi,
dan masyrakat seperti memberikan hak nya kepada negara untuk mengatur
keseluruhan hidupnya. Apabila memang suatu tindakan patut dikriminalisasi demi
kepentingan umum menjadi suatu hal yang baik, namun bagaimana jika itu
berlebihan, maka akan menjadi overcriminalisasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemikiran sebagaimana dikemukakan di atas maka untuk
kejelasan tulisan ini, penulis akan mengangkat permasalahan yaitu;
1. Bagaimana Pandangan Douglas Husak dalam menentukan batasan-batasan suatu
tindakan dapat dikirminalisasi dan penerapannya terhadap UU No.35 Tahun 2009?
2. Apakah Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika merupakan suatu
overcriminalization?
3. Bagaimana penerapan UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dalam putusan-
putusan Pengadilan?

BAB II

3
suatu proses yang memperlihatkan perilaku yang semula tidak dianggap sebagai
peristiwa pidana, tetapi kemudian digolongkan sebagai peristiwa pidana.
Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

PEMBAHASAN

A. Teori Kriminalisasi Menurut Douglas Husak dan Penerapannya dalam UU No. 
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Teori kriminalisasi dari Douglas Husak didasarkan pada tiga teori penting lain, yakni
teori ekonomi dari Richard Posner, teori utilitarianisme dari Jeremy Bentham dan teori
moralitas hukum dari Michael Moore. Teori ekonomi dari Richard Posner pada pokoknya
menyatakan bahwa larangan-larangan dasar dalam hukum pidana mestinya diletakkan
pada konsep-konsep efisiensi. Sebaliknya dikatakan bahwa apa yang seharusnya dilarang
dalam hukum pidana adalah perbuatan atau tindakan yang inefisien. Dalam artikelnya,
Posner mulai dengan mengatakan,”the substantive doctines of the criminal lawcan be
given an economic meaning and can indeed be shown to promote efficiency." 4Teori dari
Jeremy Bentham pada pokonya menyatakan suatu tindakan kriminalisasi dan/atau
pembentukan institusi hukum pidana adalah baik jika hal itu dapat memaksimalkan
kemanfaatan kepada negara dan masyarakat.Teori Utilitariansim dari Bentam merujuk
dan didasakan pada pandangan yang sangat terkemuka dari Cesare Beccaria, yaitu "the
greatest happiness of the greatest number"Teori ketiga yang dijadikan Husak sebagai
dasar untuk menguraikan teori kriminalisasinya adalah legal moralism dari Michael
Moore yang dikemukakan dalam essay berjudul Placing Blame. Dalam tulisannya yang
mengatakan "all and onlymoral wrongs should be criminally prohibited.” Teori Posner,
teori Bentham dan teori Moore, oleh Douglas Husak dijadikan sebagai ilustrasi dan/atau
contoh kasus untuk mengemukakan dan mempertahankan teori kriminalisasinya, yang
disebut sebagai teori kriminalisasi minimal terbaik saat ini. Menarik sekali bahwa
sebelum menguraikan dalil-dalil dalam apa yang disebutnya sebagai teori kriminalisasi,
Douglas Husak terlebih dahulu memperlihatkan hal-hal penting yang berpotensi
menyebabkan hukum pidana tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Husak
menyebutnya sebagai seven general principles or constrains, terdiri dari dua bahagian
besar, yaitu internal constrains dan external constrains.

Menurut Husak tentang internal constrain terdiri atas empat hal pokok, yaitu the
general part of criminal law, from punishment to criminalization, a right not to be

4
Douglas Husak, Overcriminalization :The Limits Of The Criminal Law, (New York:
Oxford University Press, 2008) hlm.181.
Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

punished? dan malum prohibitum. Husak mengatakan, general part of criminal law atau
bagian umum dari hukum pidana dimaksudkan untuk mengidentifikasi empat hal pokok.

1. Internal Constrain on Criminalization

Internal constrains on criminalization adalah hambatan terhadap kriminalisasi


serta berfungsinya hukum pidana dan pemidanaan yang bersumber dari dalam diri
hukum pidana itu sendiri. Dikatakan sebagai potensi hambatan internal, karena “it
derives from the criminal law itself. Menurut Husak tentang internal constrain terdiri
atas empat hal pokok, yaitu the general part of criminal law, from punishment to
criminalization, a right not to be punished? dan malum prohibitum. Husak
mengatakan, unsur pertama general part of criminal law atau bagian umum dari
hukum pidana dimaksudkan untuk mengidentifikasi empat hal pokok. diantaranya;
nontrivial harm or evil constraint, the wrongfulness constraint, the desert con- straint,
dan the burden of proof constraint.

a. Non Trivial Harm or Evil

Non Trival Harm or Evil berkaitan dengan sifat jahat dan dampak kerusakan
yang begitu serius dari dilakukannya suatu perbuatan pidana. Menurut Douglas
Husak, pertanggung jawaban pidana tidak dapat dikenakan kepada individu
kecuali undang-undang memang mendesain untuk melarang dilakukannya
perbuatan jahat atau mengakibatkan kerusakan serius.5

Penyalahgunaan Narkotika memiliki dampak yang multi dimensi, yaitu


terhadap kondisi fisik, mental dan sosial dari pengguna. Bahaya penyalahgunaan
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:6

1) Terhadap Kondisi Fisik, akibat yang ditimbulkan terhadap penggunaan


narkotika itu sendiri seperti gangguan impotensi, konstipasi kronis,
Perforasi sekat hidung, kanker usus, artimia jantung, gangguan fungsi
ginjal, lever dan pendarahaan otak.
2) Terhadap Mental, Emosional dan Perilaku seperti munculnya perilaku
yang tidak wajar, munculnya sindrom amativasional, timbulnya perasaan
depresi dan ingin bunuh diri serta gangguan persepsi dan daya pikir.

5
Douglas Husak, Overcriminalization,Ibid, hlm 72
6
Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Remaja dan Kamtibnas. (Jakarta: 2002,
Cet ke-I), hlm. 51
Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

3) Terhadap Kehidupan Sosial seperti, gangguan terhadap hubungan dengan


teman/suami/istri/keluarga, dan gangguan terhadap perilaku yang normal,
munculnya hasrat untuk mencuri/bercerai/melkuai orang lain.
b. Wrongfulness Constraint

Wrongfulness Constraint berkaitan dengan kesalahan pelaku. Menurut


Douglas Husak, pertanggung jawaban pidana tidak boleh dijatuhkan kecuali
tindakan pelaku, pada beberapa hal, dapat dianggap sebagai suatu yang salah.7
Definisi kesalahan secara jelas diberikan oleh Remmelink sebagai pencelaan yang
ditunjukan oleh masyarakat, yang merupakan standar etis yang berlaku pada
waktu tertentu terhadap manusia yang melakukan perilaku menyimpang yang
sebenarnya dapat dihindari.8

Narkotika bukan saja menjadi masalah Nasional dimana Indonesia pernah


menjadi daerah pasar dan lintas perdagangan (transit) narkotika, selain itu
menurut Soegiarti Salman penyalahhunaan Narkotika tersebut dianggap sebagai
bagian dari subversi dari kekuatan luar yang ingin merusak pembangunan bangsa
Indoneisa9. Narkotika tidak hanya menjadi masalah Nasional tapi juga menjadi
masalash Internasional hal ini bisa di lihat pada tahun 1961 Perserikatan Bangsa-
bangsa telah sepakat memerangi bahaya Narkotika dengan mengeluarkan "The
Single Convention on Narcotic Drugs"10

Dengan dianggapnya Narkotika sebagai musuh bangsa Indonesia bahkan


menjadi musuh bangsa-bangsa di Dunia, jelaslah bahwa narkotika merupakan
suatu hal yang benar-benar dianggap serius karena bisa merusak generasi melalui
dampak yang ditimbulkannya.

c. Desert Constraint Punishment

Prinsip desert constraint punishment berkaitan dengan pernyataan Douglas


Husak, yaitu “Punishment must be deserved” yang berarti hukuman yang

7
Douglas Husak, Ibid, hlm. 66
8
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka,
2016), hlm. 157.
9
Disampaikan dalam Sidang Pleno pemberian persetujuan oleh DPR terhadap RUU
tentang Narkotika pada tanggal 2 Juli 1976
10
Jeanne Mandagi et.al. Wahai Kaum Muda Jangan Berpacu dengan Ekstasy
Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Psikotropika. (Jakarta: Pramuka Saka Bhayangkara)
hlm. 135
Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

diberikan pada suatu tindak pidana harus setimpal dengan perbuatan yang
dilakukan oleh pelaku. Hukuman yang diberikan harus sesuai dengan tindak
pidana yang dilakukan, harus seimbang. Dengan kata lain, hukuman yang tidak
layak tidak dapat dibenarkan. Hal ini dijalan dengan hukuman dibenarkan sejauh
itu dapat dilakukan. Sedangkan, hukuman yang tidak layak tidak dapat
dilaksanakan.

Ketentuan mengenai sanksi pidana tentang narkotika diatur dalam pasal 111
sampai dengan Pasal 148 dimana para pelanggar ketentuan dapat dikenakan
sanksi yang beragam sesuai dengan tindak pidana yang dilakukan. Sanksi untuk
tindak pidana narkotika pada diri sendiri diatur dalam Pasal 111sampai dengan
Pasal128 yang berisi :

SANKSI
NO PASAL
PENJARA DENDA

1 111 (1) 4 tahun - 12 tahun Rp. 800.000.000

(2) 5 tahun - 20 tahun


2 112 (1) 4 tahun - 12 tahun Rp. 800.000.000

(2) 5 tahun - 20 tahun


3 113 (1) 5 tahun - 15 tahun Rp.1.000.000.000
Rp. 10.000.000.000
(2) 5 tahun - 20 tahun
4 114 (1) 4 tahun - 12 tahun Rp.1.000.000.000
Rp. 10.000.000.000
(2) 6 tahun - 20 tahun
5 115 (1) 4 tahun - 12 tahun Rp. 800.000.000

(2) 5 tahun - 20 tahun Rp. 8.000.000.000


6 116 (1) 5 tahun - 15 tahun Rp.1.000.000.000
Rp. 10.000.000.000
(2) 5 tahun - 20 tahun
7 117 (1) 3 tahun - 10 tahun Rp. 600.000.000

(2) 5 tahun - 15 tahun Rp. 6.000.000.000


8 118 (1) 4 tahun - 12 tahun Rp. 800.000.000

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

(2) 5 tahun - 20 tahun Rp. 8.000.000.000


9 119 (1) 4 tahun - 12 tahun Rp. 8.000.000.000

(2) 5 tahun - 20 tahun Rp. 8.000.000.000


10 120 (1) 3 tahun - 10 tahun Rp. 600.000.000

(2) 5 tahun - 15 tahun Rp. 6.000.000.000


11 121 (1) 4 tahun - 12 tahun Rp. 800.000.000

(2) 5 tahun - 20 tahun Rp. 8.000.000.000


12 122 (1) 2 tahun - 7 tahun Rp. 400.000.000

(2) 3 tahun - 10 tahun Rp. 3.000.000.000


13 123 (1) 3 tahun - 10 tahun Rp. 600.000.000

(2) 5 tahun - 15 tahun Rp. 5.000.000.000


14 124 (1) 3 tahun - 10 tahun Rp. 600.000.000

(2) 5 tahun - 15 tahun Rp. 5.000.000.000


15 125 (1) 3 tahun - 7 tahun Rp. 400.000.000

(2) 3 tahun - 10 tahun Rp. 3.000.000.000


16 126 (1) 3 tahun - 10 tahun Rp. 600.000.000

(2) 5 tahun - 15 tahun Rp. 5.000.000.000


17 127 (1) 1 tahun - 4 tahun

(2) Rehabilitasi medis dan


rehabilitasi sosial

Sebagaimana Pasal 10 KUHP11 hukuman utama dapat berupa hukuman mati


maupun penjara, senada dengan Pasal 10 KUHP dalam UU No. 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika pun terdapat hukuman mati. putusan Perkara No. 67/2012/

PT.BTN   telah   memutus   terdakwa   atas   nama   Gareth   Dane   Cashmore   seorang

warga negara asing berkebangsaan Inggris di vonis mati karena membawa shabu

dengan berat 6.504 gram. Sebelumnya  ia di vonis  seumur hidup oleh Majelis


11
Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 10
Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

Hakin   PN   Tangerang   namun   jaksa   mengajukan   banding   dengan   alsan   tidak

memberikan efek jera terhdap pelaku dan lainnya. Apabila diberlakukan hukuman

mati lalu dengan alsan agar memberi efek jera, kemudian untuk siapa efek jera ini

di tujukan jika terdakwa telah di eksekusi, padahal tidak ada bukti statistik yang

memperlihatkan   bahwa   hukuman   mati   mempunyai   pengaruh   yang   lebih   besar

dibanding penjara seumur hidup. 12

Di Amerika  Serikat  Pada tahun 1977   dan tahun­tahun selanjutnya,  negara

bagian   Texas   telah   melakukan   eksekusi   antara   1/3   sampai   1/2   dari   jumlah

eksekusi di AS. Sejak eksekusi pertama pada tahun 1982 tindak kejahatan telah

meningkat 46% di Texas, yang dapat dibandingkan dengan rata­rata peningkatan

5%     untuk   seluruh   negara.   Jika   hukuman   mati   memang   betul­betul   efektif

menghalangi   kejahatan   dibandingkan   hukuman   lainnya,   analisa   sistem   hukum

komparatif akan menunjukan tingkat kejahatan lebih rendah untuk negara dimana

hukuman   mati   diberlakukan   untuk   beberapa   kejahatan   dibandingkan   dengan

negara yang sudah menghapus hukuman mati.

Dengan penjelasan diatas sekiranya pemerintah memikirkan kembali


mengenai dampak dari hukuman mati, apakah memang sudah sesuai atau
memang hukuman penjara seumur hidup sudah bisa mencapai tujuan dari
pemidanaan ini.

d. Burden of Proof

Burden of Proof berkaitan dengan perlakuan keras dan pemberian stigma


kepada pelakunya. Ketika seseorang terbukti bersalah melakukan tindak pidana,
perbuatan tersebut akan mendapatkan reaksi yang setimpal dari masyarakat.
Negara harus memastikan bahwa orang-orang yang akan diberikan label sebagai
kriminal memiliki kualifikasi yang sesuai dengan stigma dan perlakuan keras

12
Hans Göran Franck. Hukuman Biadab Penghapusan Hukuman Mati, (Pustaka Hak
Asasi Manusia Raoul Wallenbrerg Institute, 2003) hlm. 33
Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

yang akan ia terima nantinya. Oleh karena itu, sebelum dijatuhkannya hukuman
harus terlebih dahulu dibuktikan berdasarkan alat-alat bukti yang sah.13

Madani Mental Heath Care Foundation14 menerbitkan sebuah artikel yang


berjudul Pandangan Keluarga dan Masyarakat Terhadap Permasalahan
Pengalahgunaan dan Ketergantungan Narkoba atau NAZA. Faktor utama
penyalahgunaan dan ketergantungan seseorang terhadap narkoba/NAZA
adalah sangat bergantung dari faktor keluarga. Pendekatan yang
menitikberatkan pada faktor keluarga ini mulai dianut sejak 1960-an.
Berikut adalah beberapa rangkuman perubahan pandangan-pandangan
tersebut:

1) Terjadi perubahan pandangan yang menyebutkan penyalahgunaan


dan ketergantungan narkoba yang tidak lagi memandang hal
tersebut sebagai masalah moral melainkan masalah penyakit.
2) Pemakai narkoba kini tidak lagi sebagai kriminalis melainkan
sebagai korban (victim). Sehingga mereka membutuhkan
pertolongan berupa terapi dan rehabilitasi metode terpadu.
3) Konsekunsi dari munculnya pandangan no. 1) dan 2) tersebut
maka sikap terhadap para pecandu narkoba tidak lagi punitif
(hukuman) melainkan pada sikap terapeutik (pengobatan).
4) Terapi dan rehabilitasi metode terpadu Biologis-Psikologis-Sosial-
Spiritual (BPSS) terhadap pecandu narkoba adalah faktor yang
sangat penting dan mendesak sebagai upaya dan usaha untuk
mengurangi permintaan/kebutuhan terhadap narkoba (demand
reduction).Dengan demikian, diharapkan pengadaan/ketersediaan
stok narkoba di pasaran mengalami penurunan yang drastis
(supply reduction). 15

13
Douglas Husak, Ibid, hlm. 94
14
MADANI Mental Health Care adalah sarana rehabilitasi korban penyalahgunaan
Narkoba dan Penderita Skizofrenia yang menggunakan pembinaan berbasis masyarakat
(community based) dengan pendekatan Bio, Psiko, Sosial, dan Spiritual (BPSS)
15
Madani Mental Health Care Foundation, Pandangan Keluarga dan Masyarakat
Terhadap Permasalahan Pengalahgunaan dan Ketergantungan Narkoba atau NAZA,
(http://madanionline.org/pandangan-keluarga-dan-masyarakat-terhadap-permasalahan-
penyalahgunaan-dan-ketergantungan-narkobanaza/ di unduh pada 6 November 2018)
Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

Dengan berbagai macam hal yang ditimbulkan dari efek penggunaan


narkotika Pandangan masyarakat terhadap para pengguna narkotika masih
memandang para penyalahguna narkotika ini sebagai sampah masyarakat
karena kebanyakan dari mereka hanya ingin menyelesaikan masalah dengan
cara instan yakni dengan memakai narkotika. Padahal efek rasa nyaman dan
bahagia yang dirasakan tidak selamanya yakni hanya sesaat. Sehingga
penggunaan narkotika secara ilegal dianggap bertentangan baik dengan
hukum, agama, moral dan hal lainnya.

Unsur kedua dari internal constrain adalah from punishment to


criminalization dimana Husak menguraikan kecenderungan yang salah, yang terjadi
dalam proses kriminalisasi yaitu orientasi pembuat undang-undang selalu dimulai
dari state punishment atau hukuman yang dijatuhkan oleh negara menuju kepada
kriminalisasi. Dikatakan, suatu perbuatan tidak akan dikategorisasi sebagai perbuatan
yang melanggar hukum pidana, kecuali jika negara diberi wewenang untuk
menghukum orang yang akan melakukan pelanggaran atas perbuatan yang
dikriminalisasi.

Unsur ketiga dari internal constrain dinyatakan oleh husak dalam bentuk
pertanyaan yakni a right not to be punished? Hukuman memiliki dua unsur yakni
hard treatment atau perlakuan kasar atau menyakitkan dan censure atau celaan Husak
menguraikan bahwa setiap warga negara pada dasarnya memiliki hak untuk tidak
dipidana dan oleh karena adanya hak tersebut, maka negara pada hakekatnya hanya
boleh menuntut dan memidana seseorang jika perbuatan pidana yang dikriminalisasi
dalam suatu perundang-undangan pidana berhubungan erat dengan kepentingan
substansial negara. Bahkan kepentingan substansial negara yang hendak
dipertahankan haruslah sebanding dengan pelanggaran atas hak warga negara untuk
tidak dihukum baik jumlah maupun isinya.

Unsur keempat adalah malum prohobitium yaitu suatu perbuatan yang


menjadi buruk atau tidak baik karena dillarang dalam peraturan perundang-undangan
pidana. Menurut Husak fenomena penggunaan hukum pidana dan pemidanaan yang
pertumbuhannya meningkat pesat dan cenderung berlebihan, disebabkan oleh ada dan
betambahnya jumlah perbuatan pidana yang tergolong dalam malum prohibitum

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

2. External Constrain on Criminalization

external constrain on criminalization menguraikan tentang hambatan terhadap

kriminalisasi,   hukum   pidana   dan   pemidanaan   yang   bersumber   dari   luar   hukum  

pidana.  Dikatakan  sebagai  potensi  hambatan  dari  luar, karena  “they depent  on a  

controversial normative theory imported from outside the criminal law itself "

Berbeda dengan internal constrain, maka eksternal constrain dari teoripolitik


tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam rangka membatasi pelanggaran
terhadap hak untuk tidak dapat dipidana. External constrain terdiri dari tiga hal
utama. Pertama, infringing the right not to be punished dimaksudkan untuk
menguraikan tanggungjawab negara dalam melanggar hak seseorang untuk tidak
dipidana. Sebelum melanggar hak warga negara untuk tidak dipidana maka hukum
pidana seharusnya dapat menunjukkan kepentingan substansial negara yang hendak
dipertahankan. Selanjutnya pembentuk undang-undang mesti membuktikan bahwa
kepentingan substansial negara tersebut hanya dapat diperoleh dengan dihadapkannya
seseorang pada tanggung jawab pidana dan sanksi pidana yang tegas. Perlu diingatkan
kembali bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk tidak dipidana, dan hak t
ersebut dilindungi sebagai hak azasi.

External consttrain yang kedua, the devil in the details dimaksudkan untuk
menyatakan bahwa suatu perbuatan yang dikriminalisasi dan dinyatakan sebagai
perbuatan pidana haruslah dapat diuji dan uraikan secara detail. Ada tiga langkah
penting yang mesti dilewati oleh pembentuk undang-undang untuk menguji suatu
perbuatan pidana yang detail. Pertama, pembuat undang-undang perlu
mengidentifikasi secara pasti adanya suatu kepentingan negara yang hendak
dipertahankan. Kedua, pembuat undang-undang mesti memutuskan atau/atau
menetapkan hak dan kekuasaan negara sehubungan dengan kepentingan negara t
ersebut. Ketiga dan yang terakhir, pembuat undang-undang harus menyatakan secara
pasti dan memutuskan substansial tidaknya kepentingan negara tersebut.

External constrain yang ketiga, crime of risk prevention dimaksudkan untuk


memberi legitimasi terhadap kejahatan yang berhubungan dengan pencegahan risiko
(risk prevention) atau penciptaan risiko (risk creation), suatu perbuatan pidana baru
bercorak tunggal yang dalam banyak hal cenderung diterima dan dibenarkan. Dalam

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

hal yang demikian, maka diperlukan kriteria untuk menetukan kapan dan dalam hal
apa sajakah perbuatan pidana berbentuk tunggal seperti itu bisa dibentuk.

Adapun yang menjadi Batasan eksternal dalam kriminalisasi adalah sebagai berikut:

a. Substantive Risk Requirement


Substantive Risk Requirement berkaitan dengan apakah pengkriminalisasian
suatu perbuatan sesuai dengan kepentingan negara atau tidak. Selain itu apakah
pengkriminalisasian suatu perbuatan mendapatkan persetujuan dari masyarakat atau
tidak.
Dari Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea
keempat, dinyatakan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah,
1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2) memajukan kesejahteraan umum;
3) mencerdaskan kehidupan bangsa; serta
4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Dalam hal melindungi segenap bangsa Indonesia bukti nyata pemerintah


Republik Indonesia adalah dengan adanya Amanat Presiden tertanggal 3 juni 1976
No. R 05/ P.U./VI/1976, Pemerintah telah menyampaikan rancangan Undang-
undang tentang Narkotika kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia untuk dibicarakan dalam Sidang Dewan Perwakilan Rakyat guna
mendapatkan persetujuannya. Pada tanggal 26 Juli 1976 Presiden Republik
Indonesia mensahkan Rancangan Undang-undang tentang narkotika menjadi
Undang-undang yaitu Undang-undang No. 9 Tahun 1976 tentang Narkotika. Pada
saat itu legislator yang terdiri dari empat fraksi yakni: fraksi Karya Pembangunan,
Partai Demokrasi Indonesia, Partai Persatuan Indonesia dan ABRI turut serta
memberikan sumbangsi pemikiran dalam perumusan Undang-undang tentang
Narkotika. Yang mana pada saat ini undang-undang narkotika telah berubah menjadi
Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Peran masyarakat dalam memerangi narkotika tidak kalah penting hal ini
ditunjukan oleh masyarakat itu sendiri terbukti dengan adanya Hari Anti Narkotika
Nasional (HANI) Dukungan tanda tangan masyarakat Sulawesi Selatan untuk
membudayakan pola hidup sehat tanpa penyalahgunaan narkoba yang diadakan oleh
Badan Narkotika Nasional mendapat dukungan kurang lebih sebanyak 2000 orang. 16

16
http://www.bnn.go.id/read/berita/12080/dukungan-tanda-tangan-masyarakat-sulsel-
untuk-membudayakan-pola-hidup-sehat-tanpa-penyalahgunaan-narkoba (Di unduh pada 6
Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

Hal ini menunjukan bahwa masyarakat serius dan turut serta dalam memerangi
masalah narkoba.

b. Prevention Requirment
Prinsip Prevention requirement berkaitan dengan suatu perumusan undang-
undang atau aturan mengenai tindak pidana tersebut harus memiliki unsur
pencegahan terhadap terjadinya tindak pidana. Dimana dengan adanya aturan
perundang-undangan, yang dikelularkan terdapat akibat yang dapat mencegah
terjadinya tindak pidana.
Pasal 64 sampai dengan 72 Undang-undang No. 35 Tahun 2009 menjelaskan
mengenai pencegahan dan pemberantasan terhadap narkotika. Secara khusus dalam
Pasal 64 ayat (1) Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika "Dalam
rangka pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika, dengan Undang-Undang ini dibentuk Badan
Narkotika Nasional, yang selanjutnya disingkat BNN".
Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya dalam Peraturan Kepala Badan
Narkotika Nasional disebut BNN adalah lembaga pemerintah non kementrian yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui koordinasi
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. BNN bertugas;17
1) Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan
dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika;
2) Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika
3) Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
4) Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat;
5) Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
6) Memantau, mengarahkan dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam
pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Psikotropika Narkotika;

November 2018)
17
http://bnn.go.id/read/page/8007/tujuan-pokok-dan-fungsi (Di unduh pada 6
November 2018)
Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

7) Melalui kerja sama bilateral dan multiteral, baik regional maupun


internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap Narkotika
dan Prekursor Narkotika;
8) Mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekursor Narkotika;
9) Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
dan
10) Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.

Selain tugas sebagaimana diatas, BNN juga bertugas menyusun dan


melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor dan bahan adiktif
lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

c. Consummate Harm Requirement


Consummate harm requirement berkaitan dengan suatu peraturan harus
meminimalisasi penderitaan untuk masyarakat dan juga pelaku tindak pidana dalam
hal penanggulangan terhadap terjadinya tindak pidana. Dengan kata lain, suatu
peraturan yang dibuat harus mampu meminimalisir atau mereduksi terjadinya tindak
pidana kembali. Hal tersebut dapat dilihat pada apakah hukuman pidana yang
diberikan oleh undang-undang tersebut telah tepat atau belum.
18
Menurut   Sri   Mastuti   Bargowo ,   Rehabilitasi   merupakan   ciri   khusus   dari  

pandangan Rancangan Undang­undang tentang Narkotika. Manfaat rehabilitasi bagi 

pecandu yang di dikutip dari laman Yayasan Sosial penanggulangan NAPZA, Sekar


Mawar diantaranya;
1) selamatkan hidup
Narkoba bisa memicu penyakit seperti HIV/AIDS, hepatitis hingga

18
Perwakilan   dari   Fraksi   Karya   Pembangunan   dalam   Sidang   Pleno   Pemberian
Persetujuan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Terhadap Rancangan Undang­undang Tentang
Narkotika pada tanggal 2 Juli 1976.

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

kerusakan organ penting seperti otak, jantung hingga paru-paru. Jika


dibiarkan, kondisi ini bisa berujung pada kematian.
2) Hidup lebih positif
Lingkungan rehabilitasi yang positif dinilai bisa membantu membebaskan
seseorang dari narkoba. Lingkungan ini pun diharapkan dapat mendorong
perubahan perilaku para pecandu Narkoba.
3) Bersih dan sadar
Sejumlah rehabilitasi menerapkan prinsip abstinentia atau putus obat total.
Di mana seorang pecandu tidak boleh mengonsumsi narkoba. Hal ini
tercantum dalam tiga aturan utama, yakni, dilarang memakai narkoba,
dilarang berhubungan sexual secara sembarangan dan dilarang berbuat
kekerasan. Pembiasaan yang disertai dengan proses penyadaran diri dinilai
bisa membuat seorang pecandu tidak lagi mengonsumsi narkoba setelah
keluar dari pusat rehabilitasi.
4) Pemulihan jangka panjang
Umumnya pusat rehabilitasi memiliki program pemulihan untuk jangka
panjang. Seperti di tahap primary, pecandu harus mengikuti program
pemulihan selama enam sampai 12 bulan dan lanjut pada tahap Re-entry dan
Aftercare.Program-program ini pun diharapkan bisa membantu pecandu
terbebas dari narkoba selamanya sehingga bisa kembali beraktivitas dengan
normal.
5) Kesehatan lebih baik
Penggunaan narkoba memicu beragam penyakit. Mulai dari HIV/AIDS,
lever, ginjal, dan paru-paru. Namun, di pusat rehabilitasi pecandu diajarkan
untuk hidup tertib, bersih, berolahraga, serta mengonsumsi makanan sehat.
Secara medis mereka juga diharuskan untuk memeriksakan kesehatan di
laboratorium atau rumah sakit.Kesehatan secara mental dan spiritualnya juga
akan diperhatikan. Mereka akan diajarkannya mengendalikan emosi dan
cara mengatasi stres. Dengan demikian, pecandu akan lebih sehat.
Segala upaya telah pemerintah kerahkan agar para pecandu narkotika tidak
kembali ke terjerat, hal ini bisa di lihat dalam upaya penal maupun non penal
namun kasus Artis Jenifer Dunn yang ditangkap yang ke tiga kalinya dalam
kasus narkotika19 kemudian ada aktor senor Roy Martin yang ditangkap kembali

19
https://news.detik.com/berita/3795494/ditangkap-lagi-jennifer-dunn-kena-kasus-
narkoba-3-kali (Di unduh pada 6 November 2018)
Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

karen narkoba20 menunjukan bahwa upaya pemerintah dalam mencegah para


pengguna narkotika untuk tidak kembali terjerumus bisa dikatakan belum
berhasil 100%

Menurut Husak, internal constrains ditujukan kepada setiap individu yang


dihukum. Jika ada pertanyaan, mengapa ada hukuman atas dirinya maka jawabannya
adalah bahwa ia telah melakukan suatu perbuatan jahat sehingga pantas untuk
menerima hukuman. Sebaliknya eksternal constrain ditujukan tidak hanya kepada
seseorang yang telah dihukum tetapi juga terhadap warga negara yang diminta untuk
menciptakan dan menjaga sistem sanksi punitif. Meskipun berbeda bahkan dibatasi
satu dengan lainnya, tetapi Husak berkata, “justifications...are relational”dan karena
itu maka ada tumpahtindih diantara internal constrain dan external constrain.
Keduanya ditujukan untuk membatasi kewenangan negara dalam menggunakan
hukum pidana dan pemidanaan. Suatu teori kriminnalisasi yang baik dan dihormati
mesti mencakup the seven general principles or constrains yang telah dikemukakan
di atas. Hal terpenting dari teori kriminalisasi ialah bahwa seseorang tidak boleh
dihukum hanya karena alasan kemanfaatan atau imoralitas belaka. Apa lagi, suatu
kriminalisasi hanya dibenarkan karena suara mayoritas telah menyetujui
perumusannya dalam peraturan hukum pidana. Sebagaimana dikatakan, “If a
suffcient number of legislator somehow were persueded to enact an outrageous offense,
what principle(s), if any, would in their way? ada negitu banyak perbuatan pidana yang
memalukan dan menyakitkan hati, tetapi semuanya tidak bisa diperdebatkan karena
telah mendapat persetujuan dari suara mayoritas pembuat undang-undang dengan atau
tanpa pertimbangan apapun

B. Penerapan UU Nomor 35 Tahun 2009 dalam beberapa PutusanPengadilan
21
1. Putusan Perkara No. 67/2012/PT.BTN
A. Fakta Hukum

Putusan Perkara Nomor 67/2012/PT.BTN adalah putusan pidana khusus yang

telah   diadili   oleh   Pengadilan   Tinggi   Banten.   Dalam   perkara   ini   Gareth   Dane

Cashmore   seorang   warga   negara   asing   berkebangsaan   Inggris   menjadi   terdakwa.

Terdakwa berusia 32 tahun dan bertempat tinggal di 36 Peacock Avenue Peacock

Estate Weakfield West Yoekshire Wf2 O eq, terdakwa bekerja sebagai Kontruksi
20
https://www.antaranews.com/berita/83353/roy-marten-ditangkap-lagi-karena-narkoba
(Di unduh pada 6 November 2018)
21
Ibid.,,, (Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia)
Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

dan tidak beragama.

Bahwa kasus ini bermula pada saat terdakwa bertemu dengan   saudara Ali

(belum tertangkap) di sebuah tempat hiburan yang bernama Cozi Bar di wilayah

Turki. Setelah bertemu dengan Ali terdakwa menanyakan pekerjaan yang sempat

ditawarkan kepada terdakwa. Ali berkta "Pekerjaan untuk kamu adalah mengantar

barang"  , "barang apa yang harus saya antar"  tanya terdakwa dan Ali menjawab

"barang ilegal" terdakwa bertanya kembali "saya harus mengirimkan kemana " Ali

menjawab "Kamu mengantar barang ke Jakarta (Indonesia) kamu langsung pergi

menuju hotel Atlet Century Park"

Dari  pertemuan   dengan  Ali,  terdakwa  diberikan   uang $  2000 USD     untuk

membeli tiket Turkist Airlines dengan tujuan Turki­Jakarta. Pada pukul 19.00 waktu

Turki   tanggal   11   September   2011   orang   suruhan   Ali   memberikan   koper   merah

berisikan barang ilegal. pada Pukul 23.25 waktu Turki terdakwa berangkat menuju

Jakarta dan tiba pada 12 September 2011.   Setibanya di Jakarta terdakwa melalui

proses   pemeriksaan   X­ray,   saksi   Raden   Ridhwan   dan   Hendra   yang   bertugas

menemukan   barang   yang   mencurigakan.   Mereka   langsung   menghubungi   petugas

BNN bernama Bambang Sutarmanto.

Pemeriksaan secara mendalam dilakukan oleh petugas BNN dan ditemukan

Narkotika   yang   berisi   kristal   putih   jenis   shabu   dengan   berat   bruto   sekitar   6.504

gram.  Bahwa dalam dakwaan Primair perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan

diancam pidana sesuai dengan Pasal 114 ayat (2) UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika Jo Pasal 132 ayat (1) UU RI No, 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Dan

dalam Subsider  terdakwa di tuntut Pasal 113 ayat (2) UU RI No. 35 Tahun 2009.

Lebih  Subsider   perbuatan  terdakwa  diancam  Pasal  112 ayat  (2) UU  RI No, 35

Tahun 2009 Jo. Pasal 132 ayat (1) UU RI No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

B. Putusan Pengadilan

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

Dalam perkara ini, oleh Majelis Hakim (Prof. DR. J. Nababan, SH. M.Hum.,
Hakim Tinggi pada Pengadilan Tinggi Banten sebagai Ketua Majelis, Hj. Elnawisah,
SH, MH., dan Lief Sofijullah, SH. M.Hum., masing-masing sebagai Hakim Anggota)
yang memeriksa dan memutus perkara, setelah mendengarkan kesaksian-kesaksian
serta memperhatikan barang bukti yang ada, maka diberikanlah putusan sebagai
berikut:

M E N G A D I L I

 Menerima permohonan banding dari Jaksa Penuntut Umum dan Terdakwa


tersebut ;
 Memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Tangerang Nomor 1861/
Pid.Sus/2011/PN.TNG., tanggal 21 Februari 2012 yang dimintakan banding
tersebut dengan perbaikan mengenai jenis pidana penjara Seumur Hidup
menjadi Pidana Mati, sehingga amar lengkapnya sebagai berikut :
a) Menyatakan Terdakwa GARETH DANE CASHMORE tersebut terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“PERMUFAKATAN JAHAT TANPA HAK DAN MELAWAN
HUKUM MENERIMA NARKOTIKA GOLONGAN I DALAM
BENTUK BUKAN TANAMAN BERATNYA MELEBIHI 5 (LIMA)
GRAM “ ;
b) Menghukum Terdakwa oleh karena itu dengan Pidana “MATI” ;
c) Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam Tahanan ;
d) Menetapkan barang bukti berupa :
 (satu) bungkusan plastik berisikan Kristal warna putih mengandung
Metamfetamina dengan berat bruto 6.504 (enam ribu lima ratus
empat) gram, selanjutnya sisa hasil laboratorium diperlihatkan di
persidangan sebanyak 4, 2687 gram ;
 (satu) buah koper warna merah Merk Delsey dengan Claim Tag
Pesawat Turkish Airlines No. TK. 246465 a.n. Gareth Dane
Cashmore ;
 (satu) buah HP Merk Nokia warna hitam ;
 (satu) buah HP Merk Samsung warna hitam ;
 Dirampas untuk dimusnahkan ;
 (satu) buah asli Passport Negara Inggris No : 46220522 a.n. Gareth
Dane Cashmore ;
 (satu) lembar asli Elektronik Tiket Turkish Airlines No.
2352856473221 a.n. Gareth Dane Cashmore ;
 (satu) lembar asli Claim Bagasi Pesawat Turkish Airlines No. TK.

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

246465 a.n. Gareth Dane Cashmore ;


 (satu) lembar asli Boarding Pass Turkish Airlines Flight TK – 0066
rute Istambul – Jakarta, tanggal 11 September 2011 a.n. Gareth Dane
Cashmore ;
 (satu) lembar asli Departure Card Imigration No : R129021173 ;
 (satu) lembar asli Custom Declaration Kedatangan tanggal 12
September 2011 ;
 (satu) lembar asli – Visa On Arrival No. V4A2109691 ;
 Dikembalikan kepada Terdakwa Gareth Dane Cashmore ;
e) Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam
kedua tingkat peradilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp. 5000,-
(lima ribu rupiah ) ;
C. Alasan Penjatuhan Hukuman

Perlu diperhatikan bahwa dalam analisis ini, yang mejadi fokus utama adalah

alasan   penjatuhan   hukuman   mati   kepada   terdakwa   yang   dijatuhkan   oleh   majelis

hakim   pengadilan   tinggi   Banten.   Sebelum   ke   Pengadilan   Tinggi   Banten,   dalam

turunan   putusan   ini   yakni     1861/Pid.Sus/20111/PN.TNG.   Majelis   Hakim   tingkat

pertama pada Pengadilan Negeri Tangerang telah menjatuhi Hukuman seumu hidup

kepada terdakwa yang mana majelis tingkat pertama menyatakan terdakwa secara

sah   melakukan   tindak   pidana   pemufakatan   jahat   tanpa   hak  dan   melawan   hukum

menerima narkotika golongan I dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi lima

gram sehingga  majelis menjatuhi terdakwa Gareth Dane Cashmore dengan pidana

penjara Seumur Hidup.

Dengan penajuthan hukuman seumur hidup, Jaksa Penuntut Umum di dalam

memori bandingnya menyatakan keberatan karena pada pokoknya dalam Pasal 114

ayat (2) UU RI No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah dengan pidana MATI.

sehingga   penjatuhan   seumur   hidup   dirasa   jaksa   tidak   mencerminkan   keadilan   di

tengah­tengah masyarakat serta tidak membawa dampak tangkal di tengah­tengah

masyarakat serta membuat jera bagi pelaku kejahatan serupa.

Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Banten berpandangan bahwa putusan yang

dikeluarkan oleh Majelis hakim Pengadilan Negeri Tangerang dalam hal pembuktian

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

sudah   tepat,   namun   dalam   penjatuhan   hukuman   (seumur   hidup)   Majelis   Hakim

Pengadilan   Tinggi   Banten   merasa   bahwa   itu   tidak   memberikan   efek   jera   bagi

terdakwa maupun bagi pelaku kejahatan serupa dengan mempertimbangkan bahwa,

narkotika   sudah   sangat   membahayakan   masyarakat,   pengedaran   gelap   yang

dilakukan   terdakwa   merupakan   jaringan   internasional   dimana   Indonesia   bisa

menjadi   pasar   perdagangan   Narkotika,   dalam   pertimbangan   hakim   juga   tidak

menemukan     alasan   untuk   pengecualian   hukuman   atau   alasan   pemaaf   sehingga

dapatlah disimpulkan bahwa terdakwa patut dijatuhi hukuman  mati  sesuai dengan

Pasal 114 ayat (2) Jo Pasal 132 ayat (1) Undang­Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika.

22
2. Putusan Perkara Nomor 227/Pid.Sus/2018/PT.DKI
A. Fakta Hukum

Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2018/PT.DKI adalah putusan pidana khusus yang

diadili   oleh   Pengadilan   Tinggi   DKI   Jakarta.   Terdakwa   dalam   perkara   ini   adalah
Jennifer Dunn als Jeje Binti Howard Dunn, berusia 28 tahun dan bertempat tinggal
di Jl. Bangka XI C, No.29 RT.001/010 Kel. Pela mampang, Kec. Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan
Bahwa kasus ini bermula pada saat terdakwa menghubungi saksi Ferli Feisal
Salim (yang penuntutannya dilakukan terpisah) pada hari sabtu 30 Desember 2017,
terdakwa memesan narkotika sebanyak 2 (dua) gram, namun ketika saksi Ferli Faisal
Salim mengubungi Bang.Ki (DPO) ternyata hanya ada 1 (satu) gram. Setelah saksi

22
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (https://putusan. mahkamah
agung.go.id /putusan/2cd2e218a4b51d86b05f14ec60d04f1b, di unduh pada 24 Oktober 2018)
Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

menguhubingi terdakwa mereka bersepakat untuk melakukan transaksi di Restoran


MC.Donald Kemang Jakarta Selatan Jln. Kemang Raya No.10, RT. 9/RW.1,
Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Transaksi jual-beli narkotika ini terjadi di parkiran Restoran MC. Donald


dimana saksi yang turun dari mobilnya menghampiri terdakwa yang berada di mobil
yang berbeda untuk menyerahkan narkotika yang sudah di pesan oleh terdakwa,
Shabu yang di bawa oleh saksi Ferli berada dalam bekas bungkus rokok U Mild, dan
pada saat itu terdakwa belum memberikan uang karena akan dilakukan secara transfer

Pada saat berada di rumah terdakwa memeriksa shabu pesannya yang ternyata
hanya seberat 0,25 atau 1/4 gram alias tidak sesuai dengan yang terdakwa pesan
yakni 0,5 gram. Sekira pukul 17.30 WIB, saksi Supriyono Setiawan dan saksi Rico
Andriansyah selaku petugas kepolisian dari Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya,
yang melakukan pengembangan kasus karena telah menangkap saksi datang dan
menggeledah rumah terdakwa dimana terdapat satu buah pipet dan shabu yang masih
dalam bentuk kristal dengan berat 0,39 gram

B. Putusan Pengadilan
Dalam perkara ini, oleh Majelis Hakim (Elang Prakoso Wibowo, SH.MH,
Hakim Tinggi pada Pengadilan Tinggi DKI Jakarta sebagai Hakim Ketua, Achmad
Subiadi, SH.MH. Dan Nyoman Dedy Triparsada, S.H,M.H, para Hakim Tinggi pada
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta masing-masing sebagai Hakim Anggota) yang
memeriksa dan memutus perkara, setelah mendengarkan kesaksian-kesaksian serta
memperhatikan barang bukti yang ada, maka diberikanlah putusan sebagai berikut:
MENGADILI
a) Menerima permintaan banding dari Penasihat Hukum Terdakwa dan Jaksa
Penuntut Umum dari kejaksaan Negeri Jakarta Selatan;
b) Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tanggal 25 Juni
2018 No.350/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Sel yang dimintakan banding ;

MENGADILI SENDIRI

a) Menyatakan Terdakwa Jennifer Dunn alias Jeje Binti Howard Dunn terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

“Penyalahgunaan Narkotika golongan I bagi diri sendiri” ;


b) Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa Jennifer Dunn alias Jeje Binti Howard
Dunn oleh karenanya dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan ;
c) Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;
d) Menetapkan T erdakwa tetap ditahan ;
e) Menetapkan barang bukti berupa :
a. 1 (satu) buah sedotan (pipet) alat untuk mengeluarkan Narkotika jenis
Sabu dari Plastik ke dalam cangklong ;
b. 1 (satu) unit Handphone merk iphone warna hitam berikut sim card
nomor 0811808970 dirampas untuk Negara

f) Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam dua


tingkat peradilan, yang dalam tingkat banding sebesar Rp.2.000, - (dua ribu
rupiah)

C. Alasan Penjatuhan Hukuman


Perlu diperhatikan bahwa dalam analisis ini lebih di titik beratkan pada alasan

penjatuhan hukuman yang dilakukan oleh majelis hakim terhadap perkara Nomor

227/Pid.Sus/   2018/PT.DKI.   Dalam   surat   dakwaan   Penuntut   Umum   Kejaksaan

Negeri   Jakarta   Selatan   terdapat  tiga  tuntutan    yang   mana  pada   tuntutan  pertama

terdakwa   di   duga   melanggar   Pasal   114   ayat   (1)   UU   RI   Nomor   2009   Tentang

Narkotika, dalam dakwaan yang ke dua  terdakwa di duga melanggar Pasal 112 Ayat

(1) Jo.Pasal 132 Ayat (1) UU RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, dan

yang ketiga terdakwa diduga melanggar Pasal 127 Ayat (1) huruf a UU RI Nomor

35 Tahun  2009 Tentang Narkotika

Dalam   turunan   perkara   ini   yakni   Nomor   350/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Sel

Terdakwa terbukti secara sah melanggar Pasl 127 ayat (1) UU RI Nomo 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika dimana terdakwa di jatuhi hukuman oleh majelis hakim

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

Pengadilan   Negeri   Jakarta   Selatan   Empat   Tahun   Penjara   dan   denda   Rp.

800.000.000.

Peristiwa datangnya saksi Raditya yang berkunjung ke rumah terdakwa  dan terdakwa

mengatakan  “mau gak” itu ada, dan yang dimaksud “itu ada” adalah Narkotika
golongan I bukan tanaman yaitu shabu-shabu karena saksi Raditya sebelumnya
pernah mengisap shabu bersama dengan Terdakwa, tiga sampai empat kali di
Apartemen Terdakwa

Yang dilakukan secara tanpa hak atau melawan hukum tersebut tidak
digunakan oleh Terdakwa untuk dirinya sendiri oleh karenanya menurut Majelis
pembuktian Penuntut Umum atas penyalahgunaan Narkotika untuk diri sendiri dalam
dakwaan ketiga melanggar Pasal 127 ayat 1 Undang-Undang No.35 Tahun 2009
Tentang Narkotika tidak terpenuhi dan tidak tepat ; sehingga majelis mempertanyakan
alat bukti bahkan apakah setelah ditawari oleh terdakwa mereka mengkonsumsi
shabu- shabu bersama-sama? keterangan saksi Raditya mengaku pernah tiga sampai
empat kali mengkonsumsi shabu tidak dapat menjadi dasar untuk mengkwalifikasi
perbuatan Terdakwa sebagai delik yang ditentukan dalam Pasal 112 ayat 1 jo Pasal
132

Majelis Hakim Pengadilan Tinggi DKI Jakarta berpendapat bahwa terdakwa


melanggar Pasal 127 ayat (1) UU No. 35 Tentang Narkotika, sehingga terdakwa
dinyatakan secara sah dan meyakinkan terbukti berslah melakukan tindak pidana
"penyalah gunaan Narkotika golongan 1 bagi diri sendiri" Sehingga vonis majelis
hakim kepada terdakwa yaitu pidana penjara selama 10 bulan.

Dalam hal yang memberatkan terdakwa hanya sebagai seorang artis tetapi
tidak mengikuti program pemerintah yang gencar dalam pemberantasan Narkotika,
Majelis tidak memasukan hal yang lainnya yaitu terdakwa merupakan residivis pada
kasus yang sama dimana hal ini seharusnya bisa memberatkan hukuman terdakwa.
Dan pemangkasan hukuman yang sebelumnya empat tahun menjadi 10 bulan seperti
terdapat keganjilan

23
3. Putusan Perkara No.  133/Pid.B/2011/PN­JPR

23
ibid.,,, (Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia)
Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

A. Fakta Hukum

Putusan Nomor Perkara 133/Pid.B/2011/PN-JPR merupakan sebuah putusan


pidana yang diadili oleh Pengadilan Negeri Jayapura terkait dengan perkara
memiliki dan menguasai Narkotika Golongan 1. Terdakwa dalam perkara ini Calvin
Matindas jenis kelamin laki-laki, usia 17 tahun, dan bertempat tinggal di Jalan
Biasterpost Sentani, Kabupaten Jayapura, pendidikan tamatan SMP .

Saat menjalani persidangan Calvin tidak didampingi oleh Penasihat Hukum,


meskipun sebelumnya Hakim telah memberitahukan kepada Terdakwa untuk
didampingi oleh Penasihat Hukum. Namun Terdakwa dan orangtua menyatakan
tidak perlu didampingi Penasihat Hukum cukup dengan petugas Balai
Pemasyarakatan dan kedua orangtua Terdakwa.

Bahwa kasus ini bermula pada Kamis tanggal 10 Maret 2011 sekitar jam 11.00
WIT bertempat di Jalan Baru depan stadion Barnabas Youwe Distrik Sentani Kota,
Kabupaten Jayapura Terdakwa ditangkap oleh Saksi Jems Tokoro dan Saksi G.
Muliadi. Terdakwa pada saat itu sedang naik taksi hendak ke Bandara Sentani untuk
mengirimkan ganja kepada temannya di Wamena, kemudian ketika ditangkap
Terdakwa sedang membawa amplop besar warna coklat dan juga oleh petugas
ditemukan satu plastik kecil bening berisi ganja kering yang ditaruh di jok tengah
belakang sopir.

Ketika saksi Jems Tokoro dan Saksi G. Muliadi melakukan penangkapan


terhadap Terdakwa karena ada info dari masyarakat dan setelah Terdakwa ditangkap
lalu dibawa ke Polres Jayapura untuk proses lebih lanjut. Terhadap sampel barang
bukti setelah diperiksa di Laboratorium Balai POM Jayapura ternyata positif ganja
yang termasuk narkotika golongan I.

B. Putusan Pengadilan 

Dalam perkara ini, oleh Majelis Hakim (I Ketut Suarta, SH.MH  ) yang


memeriksa dan memutus perkara, setelah mendengarkan kesaksian-kesaksian serta
memperhatikan barang bukti yang ada, maka diberikanlah putusan sebagai berikut:

a) Menyatakan Terdakwa CALVIN MATINDAS telah terbukti secara sah dan


meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Memiliki dan menyimpan

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman jenis ganja” pada dakwaan ke


Satu;
b) Menjatuhkan pidana kepada terdakwa CALVIN MATINDAS oleh karena itu
dengan pidana penjara selama 3 (tiga) tahun dan pidana denda sebesar Rp.
800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah), dengan ketentuan apabila denda
tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan;
c) Menetapkan lamanya masa tahanan yang telah dijalani oleh terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
d) Memerintahkan agar terdakwa tetap ditahan;
e) Memerintahkan barang bukti berupa :
 (satu) plastik kecil bening berisi narkotika jenis ganja seberat 5,4 (lima
koma empat) gram;
 (satu) buah hand phone GSTAR warna merah; Dirampas untuk
dimusnahkan; Menetapkan agar terdakwa dibebani untuk membayar
biaya perkara sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah).
C. Alasan Penjatuhan Hukuman

Perlu diperhatikan bahwa dalam analisis ini lebih di titik beratkan pada alasan

penjatuhan hukuman yang dilakukan oleh majelis hakim terhadap perkara Nomor
133/Pid.B/2011/PN-JPR. Dalam surat dakwaan Penuntut Umum, terdakwa diduga
melanggar Pasal 111 ayat (1) UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika atau
pada dakwaan kedua yakni di duga melanggar Pasal 114 ayat (1) UU No. 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika. Dimana Jaksa menuntut agar terdakwa di jatuhi hukuman
empat tahun penjara dan denda Rp. 800.000.000.

Dalam Pasal 111 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Unsur­

unsurnya   adalah:   (1)   Setiap   Orang;   (2)   Tanpa   hak   atau   melawah   hukum;   (3)

Menanam,   memelihara,   memiliki,   menyimpan,   menguasai,   atau   menyediakan

narkotika golongan I dalam bentuk tanaman.

Bahwa   unsur  pertama  setiap   orang   yaitu   orang   yang   mampu  

bertanggung  jawab  atas   perbuatannya   dimana   dalam   perkara   ini   adalah  

terdakwa   Calvin   Matindas   sehingga   unsur   pertama   yaitu   setiap   orang  

terpenuhi. Unsur yang   kedua  tanpa hak atau melawan hukum  segala sesuatu  


kegiatan yang menyangkut narkotika hanya dapat dibenarkan apabila ada izin khusus 

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

dari Menteri dalam hal ini adalah Menteri Kesehatan, yang hanya dapat diberikan  

kepada Apotik, Dokter, Pedagang Besar Farmasi / Pabrik Farmasi, sehingga dapat  

disimpulkan bahwa apabila suatu perbuatan yang menyangkut narkotika tidak ada izin

dari Menteri Kesehatan sebagai mana dimaksud dalam Undang­Undang RI No. 35  

Tahun   2009   Tentang   Narkotika   ini,   maka   perbuatan   tersebut   jelas   bertentangan  

dengan Undang­Undang atau tanpa   hak   atau   melawan   hukum;     sehingga   unsur  

melawan   hukum   terpenuhi.   Unsur  Ketiga  Menanam,   memelihara,   memiliki,  

menyimpan,   menguasai,   atau   menyediakan   narkotika   golongan   I   dalam   bentuk  

tanaman. dalam unsur ketiga bersifat alternatif dimana satu saja terbukti maka dengan

sendirinya unsur ini terpenuhi. Dalam hal ini kepemilikan dari narkotika golongan 1 

telah   melalui   uji   laboratorium   dan   dinyatakan   positif   ganja   sehingga   semua  

unsur terpenuhi bahwa terdakwa melanggar Pasal 111 ayat (1) UU No. 35 Tahun  

2009 Tentang Narkotika

Karena Dakwaan Penuntut umum bersifat alternatif, dan dakwaan pertama  

telah terpenuhi maka dakwaan kedua tidak perlu dipertimbangkan lagi. Karena telah 

terpenuhinya semua unsur pada dakwaan pertama terdakwa terbukti secara sah dan  

meyakinkan   bersalah   melakukan   tindak   pidana   "memiliki   dan   menyimpan  

narkotika Golongan 1 dalam bentuk jenis ganja"    Terdakwa dijatuhi hukuman  

3 Tahun penjara dan denda Rp. 800.000.000

24
4. Putusan Perkara No. 35/Pid/2012/PT.TK.
A. Fakta Hukum

Dalam   perkara   Nomor   35/Pid/2012/PT.TK   merupakan   Tindak   pidana   yang

telah diadili oleh Pengadilan Tinggi Tanjung Karang. Alvin Wisuda Febriansyah Bin

Hermansyah merupakan terdakwa dalam perkara ini yang mana ia berusia 32 tahun

kelahiran Jakarta 2 Februari 1979, berjenis kelamin laki­laki dan bertempat tinggal
24
ibid.,,, (Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia)
Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

di   Jl.   Korpri   Gang   Satria   No.   25   Kel.   Way   Hui   Kecamatan   Sukarame   Bandar

Lampung. Terdakwa beragama Islam dan berprofesi sebagai PNS

Berawal pada saat terdakwa menghungi Erwan (belum tertangkap) pada 12

September 2011, maksud terdakwa adalah untuk memesan Narkotika Golongan I

yakni Putau. Setelah memesan kepada Erwan terdakwa mentrasfer uang sebesar Rp.

3.000.000   (Tiga   Juta   Rupiah).   Setelah   uang   di   trasnfr   terdakwa   di   telepon   oleh

Erwan   untuk   menginformsikan   bahwa   barang   yang   menjadi   pesanan   terdakwa

Erwan   simpan  di  ATM  BNI  UNILA  dengan   cara  di   lakban.   Setelah   mengambil

barang  tersebut  kemudian  terdakwa  pulang ke rumah  dan membagi  menjadi  dua

bungkus kecil dan satu bungkus sedang. Terdakwa mengkonsumsi putau tersebut

dengan cara di bakar seperti rokok dan menghisap layaknya menghisap rokok. 

Pada hari sabtu 17 September 2011 terdakwa di hubungi oleh Onli temannya

via telepon yang meminta paket kecil untuk di pakai bersama. sekitar 15.45 sore di

hari   yang   sama   terdakwa   pergi   ke   warung   untuk   membeli   rokok   dengan   tetap

membawa putau yang akan ia pakai bersama rekannya. Pada saat di warung terdapat

empat   orang   laki­laki   yang   berpakaian   preman   (Satnarkoba   Polresta   Bandar

Lampung)   yang   mencurigai   terdakwa   karena   bergelagat   mencurigakan,   setelah

mencocokan   dengan   informasi   yang   sebelumnya   telah   terkumpul   mengenai

terdakwa kemudian dilakukan penggeledahan terdahap terdakwa dan ditemukan satu

paket   kecil   narkotika   jenis   putau.   Kemudian   dilakukan   pengembangan   ke   rumah

terdakwa dan ditemukan satu paket kecil dan satu paket sedang, satu pipet, 2 buah

gulungan uang yang dijadikan bong dan dua timah kertas rokok.

B. Putusan Pengadilan

Dalam perkara ini, oleh majelis hakim (Syaukat Mursalin, SH.MH. hakim
tinggi Pengadilan Tinggi Tanjung Karang selaku hakim ketua, Sutoyo,SH,M.Hum

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

dan F. Willem Saija,SH.MH.) yang memeriksa dan memutus perkara, setelah


mendengarkan kesaksian-kesaksian serta memperhatikan barang bukti yang ada,
maka diberikanlah putusan sebagai berikut:

M E N G A D I L I

 Menerima permohonan banding dari Pembanding Jaksa Penuntut Umum


pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung;- ----------------------------------------
 Memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Tanjungkarang tanggal 18 Januari
2012 Nomor:1103/Pid.Sus/2011/PNTK, yang dimohonkan banding,
sehingga amarnya selengkapnya berbunyi sebagai berikut :
a) Menyatakan Terdakwa ALVIN WISUDA FEBRIANSAH BIN
HERMANSYAH, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana Menggunakan Narkotika Golongan I Bukan
Tanaman Bagi Diri Sendiri ;
b) Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa dengan pidana penjara selama 10
(sepuluh) bulan ;
c) Menetapkan lamanya Terdakwa berada dalam tahanan sebelum putusan
ini berkekuatan hukum tetap, akan dikurangkan seluruhnya dari pidana
yang dijatuhkan ;
d) Menetapkan agar Terdakwa menjalani pengobatan dan / atau perawatan
melalui rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi sosial di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Lampung selama 6 (enam) bulan ;
e) Memerintahkan Jaksa Penuntut Umum agar segera mengeluarkan
Terdakwa dari rumah tahanan Negara untuk menjalani pengobatan
dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan/ atau rehabilitasi sosial
tersebut diatas ;
f) Menetapkan lamanya masa selama Terdakwa menjalani pengobatan
dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi sosial
tersebut, diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman ;
g) Menetapkanbarangbuktiberupa:
 satu) paket sedang narkotika jenis putau.
 (dua) paket kecil narkotika jenis putau total berat netto 2,3331 gram.
 (satu) sedotan/pipet plastik warna putih.
 (dua) buah kertas timah rokok.
 (dua) buah gulungan kertas yang digunakan Terdakwa sebagai bong
untuk menghisap putau. Dirampas untuk dimusnahkan.
h) Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa untuk kedua tingkat
peradilan yaitu dalam tingkat pertama sebanyak Rp. 2.000.- (dua ribu

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

rupiah) dan dalam tingkat banding sebanyak Rp. 2.500,- (dua ribu lima
ratus rupiah);
C. Alasan Penjatuhan Hukuman

Dalam   Perkara   Nomor   35/Pid./2012/PT.TK   terdalwa   Alvin   Wisuda

Febriansyah Bin Hermansyah mendapat 2 surat dakwaan yang mana dalam dakwaan

pertama   perbuatan terdakwa sebagaimana yang diatur dan diancam pidana dalam

Pasal 114 ayat (1) UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Dan yang kedua

perbuatan terdakwa sebagaimana diatir pidana dalam pasal 112 ayat (1) UU No, 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Dalam putusan sebelumnya pada pengadilan Negeri Tanjung Karang terdakwa

secara   sah   dan   meyakinkan   bersalah   melakukan   tindak   pidana   menggunakan

narkotika golongan I bukan tanaman bagi diri sendiri dan menjatuhkan terdakwa

dengan   pidana   penjara   selama   10   bulan   serta   memerintahkan   agar   terdakwa

menjalani pengobatan atau perawatan selama enam bulan di tempat rehabilitasi pada

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung,

Pihak Jaksa Penuntut  Umum meminta  pemeriksaan  dalam tingkat  banding,

dan beranggapan bahwa putusan pada tingkat pertama harus di perbaiki, mengingat

sesuai ketentuan Pasal 22 ayat (4) UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidan,   masa   penahanan   itu   harus   dikurangkan   seluruhnya   dari   pidana   yang

dijatuhkan,   sehingga   Pengadilan   Tinggi   Tanjung   Karang   memperbaiki   putusan

sebelumnya.

Karena secara pembuktian, dan penjatuhan hukuman sudah sesuai Pengadilan

Tinggi   Tanjung   Karang   dalam   hal   ini   hanya   melengkapi   putusan   pada   tingkat

pertama yaitu menetapkan lamanya terdakwa berada dalam tahana sebelum putusan

ini berkekuatan hukum tetap, akan dikurangkan seluruhnya dari pidana dijatuhkan.

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

25
5.  Putusan Perkara No. 947/Pid.B/2011/PN.Bgl.
A. Fakta Hukum

Dalam perkara   Nomor   94/Pid.B/2011/PN.Bgl   adalah   perkara   tindak   pidana

khusus   yang   telah   diadili   oleh   Pengadilan   Negeri   Bangil.   Dalam   perkara   ini

Sulistiyono Als. Sirun yang berumur 31 Tahun, kelahiran Pasuruan 13 Juni 1980,

berjenis   kelamin   laki­laki   dan   beralamat   di   Dusun   Wunut   desa   sumberrejo

Kesamatan Pandan Kabupaten Pasuruan. Terdakwa berprofesi sebagai Kuli angkut.

Berawal  dari   keterangan   Saksi  Atim   (Narapidana)   kepada  pihak   kepolisian

bahwa saksi membeli narkotika golongan I jenis shabu­shabu dari terdakwa seharga

Rp. 200.000 (Dua Ratus Ribu Rupiah) dan terdakwa memerintahkan  saksi untuk

mengambil narkotika di pinggir jalan depan pabrik plastik di desa wangi, lalu saksi

memberikan uang Rp. 200.000 dan terdakwa memberikan narkotika golongan I.

Paada hari minggu, tanggal 30 Oktober 2011 jam 03.30 WIB saat terdakwa

berada di rumahnya ditangkap oleh petugas kepolisian dari polres pasuruan. Namun

pada saat penangkapan tidak ditemukannya  barang bukti baik narkoba atau yang

lainnya   hanya   saja   Berdasarkan   pemeriksaan   test   urine   terdakwa   positif

mengkonsumsi narkotika. 

Pada   saat   memberikan   kesaksian   di   muka   persidangan   saksi   Atim,

memberikan keterangan yang cukup berbeda ketika ia memberikan informasi kepada

kepolisian dimana dia tidak mengetahui kalo Sirun yang menaruh narkotika di dekat

mushola   bahkan   ia   hanya   di   suruh   oleh   Opik   untuk   mengambil   obat   yang

sebelumnya   ia  tidak  tahu  kalau   itu  narkotika,   dan Atim   tidak  pernah  melakukan

komunikasi   via   telepon   dengan   terdakwa.   Dalam   keterangannya   saksi   Atim

mengaku  ia menanda tangani keterangan dalam BAP karena sedang panik.

25
ibid.,,, (Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia)
Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

B. Putusan Pengadilan

Dalam perkara ini, oleh majelis hakim (I Putu Gede Astawa, SH.MH. selaku
hakim ketua, Ruditya Setya Hermawan, SH., MH dan Ayu Putri Cempaka Sari
SH.MH. yang masing-masing sebgai anggota majelis) yang memeriksa dan
memutus perkara, setelah mendengarkan kesaksian-kesaksian serta memperhatikan
barang bukti yang ada, maka diberikanlah putusan sebagai berikut:

a) Menyatakan terdakwa SULISTIYONO Als SIRUN tidak terbukti secara

sah  dan   meyakinkan  bersalah   melakukan  tindak  pidana   sebagaimana

didakwakan Penuntut Umum 
b) Membebaskan Terdakwa oleh karena itu dari dakwaan tersebut;
c) Menyatakan   terdakwa   SULISTIYONO   Als.   SIRUN,   telah   terbukti

secara   sah   dan   meyakinkan   bersalah   melakukan   tindak   pidana:

“Penyalahgunaan Narkotika Golongan I bagi diri sendiri”.
d) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama:1 (satu) Tahun dan 3 (tiga) Bulan; 
e) Menetapkan   masa   penahanan   yang   telah   dijalani   oleh   terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ; 
f) Menetapkan terdakwa tetap dalam tahanan; 
g) Membebankan kepada terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.

5.000,­ ( lima ribu rupiah); 
C. Pertimbangan Hakim

Dalam   perkara   ini   terdakwa   di   tuntut   oleh   Jaksa   Penuntut   Umum   dengan

tuntutan   alternatif.   Yang   mana   tuntutan   pertama   perbuatan   terdakwa   di   duga

melanggar Pasal 114 ayat (1) UU RI No, 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dan

kedua terdakwa di duga melanggar  Pasal 112 ayat (1)   UU No, 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika.

Majelis hakim dalam perkara ini menguji apakah unsur yang terdapat dalam

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

Pasal 112 ataupun pasal 114 dapat terpenuhi atau tidak oleh karena itu dilakukan

pengujian unsur. Dalam dakwaan pertama Pasal 114  Ayat (1) UU RI No. 35 Tahun

2009, yang mana unsurnya adalah (1) Setiap orang yaitu terdakwa sirun, sehingga

unsur   ini   terpenuhi,   kemudia     unsur   ke   (2)   Tanpa   hak   atau   melawan     hukum

menawarkan untuk di jual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam

hal   jual   beli,   menukar   atau   menyerahkan   narkotika   golongan   I,   pada   saat

penangkapan terdakwa tidak ditemukannya barang bukti , sehingga tidak ada satu

alat bukti pun yang diajuka Jaksa Penuntut Umum   yang dapat menjerat terdakwa

dengan unsur kedua sehingga secara otomatis Pasal 114 tidak dapat diterapkan.

Pada Pasal 112 Ayat (1) UU RI No. 35 Tahun 2009, unsur  Pertama  adalah

setiap   orang,   dan   unsur   ini   mengacu   kepada   terdakwa   Siru,   sehingga   unsur   ini

terpenuhi.   Unsur  Kedua  adalah   Tanpa   hak   atau   melawan   hukum   memiliki,

menyimpan,   menguasai   atau   menyalah   gunakan   narkotika   golongan   I   bukan

tanaman. Majelis berapandangan bahwa bukti yang diajukan oleh Jaksa tidak ada

satu pun yang dapat membuktikan unsur kedua ini sehingga haruslah dinyatakan

tidak terbukti terpenuhi oleh perbuatan terdakwa.

Pasal 143 Ayat (3)26 mengatakan bahwa surat dakwaan yang tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana dalam ayat (2)   huruf B batal demi hukum. Namun sesuai

dengan pemeriksaan hail test urine pada laboratorium yang menyatakan terdakwa

positih mengkonsumsi narkotika, sehingga majelis hakim tetap beranggapan bahwa

terdakwa cenderung pengguna atau pemakai sehingga majelis hakim menjatuhkan

Pasal  127 ayat (1) huruf a  yaiu penyalah  gunaan  narkotika  golongan  I bagi diri

sendiri

26
KUHAP dan KUHP. Bandung: Fokusmedia, hlm. 64
Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Dapatlah disimpulkan bahwa Dalam paper ini, yang membahas Kriminalisasi


terhadap Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang 2009. Douglas Husak
memperlihatkan hal-hal penting yang berpotensi menyebabkan hukum pidana tidak
dapat bekerja sebagaimana mestinya. Husak menyebutnya sebagai seven general
principles or constrains, terdiri dari dua baagian besar, yaitu internal constrains dan
external constrains. Internal constrains on criminalization adalah hambatan terhadap
kriminalisasi serta berfungsinya hukum pidana dan pemidanaan yang bersumber dari
dalam diri hukum pidana itu sendiri. internal constrain terdiri atas empat hal pokok,
yaitu the general part of criminal law, from punishment to criminalization, a right not

to be punished? dan malum prohibitum. external   constrain   on   criminalization  

menguraikan   tentang   hambatan   terhadap   kriminalisasi,   hukum   pidana   dan  

pemidanaan yang bersumber dari luar hukum pidana.

Apabila merujuk pada batas­batas kriminalisasi yang diberikan oleh Husak,  

UU No. 35 Tahun 2009 menurut pendapat penulis telah terjadi overcriminalization, 

karena dalam batas Desert Constraint Punishment, dimana hukuman yang diberikan

harus setimpal, dalam penjatuhan hukuman mati pada Pasal 114 ayat (2) Jo Pasal 132 

ayat (1) Undang­Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dimana hukuman 

mati dijatuhkan pada terdakwa dirasa terlalu berat, mengingat alasan dari penjatuhan 

hukuman mati tersebut hanya ingin membuat jera padahal sang terdakwa akan mati, 

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

lalu ditujukan kepada siapa efek jera tersebut, alangkah lebih elokya jika hukuman  

seumur hidup menjadi pilihannya.

DAFTAR PUSTAKA

Husak ,Douglas. 2008. Overcriminalization :The Limits Of The Criminal Law. New York:
Oxford University Press

Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Remaja dan Kamtibnas.2002. Jakarta.

Direktoran Jendral Hukum dan Perundang-undangan Departemen Kehakiman. Sejarah


Pembentukan Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1976 Tentang
Narkotika.

Hiariej ,Eddy O.S. 2016. Prinsip-Prinsip Hukum Pidana Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka,
Mandagi ,Jeanne et.al. Wahai Kaum Muda Jangan Berpacu dengan Ekstasy

Husak ,Douglas. 2008. Overcriminalization :The Limits Of The Criminal Law. New York:
Oxford University Press
Göran ,Hans Franck.2003. Hukuman Biadab Penghapusan Hukuman Mati, Pustaka Hak
Asasi Manusia Raoul Wallenbrerg Institute,

KUHAP dan KUHP. Bandung: Fokusmedia

Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Psikotropika. Jakarta: Pramuka Saka Bhayangkara

Wresnimiro, M, et.al. 2007.Narkoba Musuh Bangsa. Mitra Bintibmas.

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (https://putusan. mahkamah


agung.go.id /putusan/2cd2e218a4b51d86b05f14ec60d04f1b, di unduh pada 24
Oktober 2018)

Madani Mental Health Care Foundation, Pandangan Keluarga dan Masyarakat Terhadap
Permasalahan Pengalahgunaan dan Ketergantungan Narkoba atau NAZA,
(http://madanionline.org/pandangan-keluarga-dan-masyarakat-terhadap-
permasalahan-penyalahgunaan-dan-ketergantungan-narkobanaza/ di unduh pada 6
November 2018)

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018
1

https://news.detik.com/berita/3795494/ditangkap-lagi-jennifer-dunn-kena-kasus-narkoba-3-
kali (Di unduh pada 6 November 2018)

https://www.antaranews.com/berita/83353/roy-marten-ditangkap-lagi-karena-narkoba (Di
unduh pada 6 November 2018)

http://www.bnn.go.id/read/berita/12080/dukungan-tanda-tangan-masyarakat-sulsel-untuk-
membudayakan-pola-hidup-sehat-tanpa-penyalahgunaan-narkoba (Di unduh pada 6
November 2018)

http://bnn.go.id/read/page/8007/tujuan-pokok-dan-fungsi (Di unduh pada 6 November 2018)

Universitas Indonesia
Kriminalisasi Terhadap..., Muhamad Romdoni, FHUI,2018

Anda mungkin juga menyukai