Anda di halaman 1dari 22

TINJAUAN UMUM

HUKUM ACARA MAHKAMAH


KONSTITUSI

Bidang Studi Hukum Tata Negara


Fakultas Hukum Universitas Indonesia
2020
Tujuan Sesi ini

Sejarah
Fungsi

Mahkamah
Konstitusi Kewenangan
The First Cases of Judicial Review

Marbury Vs. Madison (1803) Hylton Vs. USA (1796)


 Justice John Marshall  Justice William Paterson
 Kasus pertama MA  Kasus pertama MA
memutuskan tindakan memutuskan tindakan
Kongres inkonstitusional. Kongres konstitusional.
 Menguji dan membatalkan
 Menguji namun tidak
membatalkan (menguatkan)
ketentuan yang berkaitan ketentuan yang berkaitan dgn
dengan pengangkatan pajak atas gerbong kereta api
hakim (judiciary Act 1789). (tax on carriages Act 1794).
 Menjadi dasar kewenangan
judicial review Supreme
Court Amerika Serikat.
04/17/2020 GS_03022020
Verfassungsgerichtshoft
• Sejarah konstitusi di Austria mulai ada pada tahun 1919 yang dipelopori
oleh tokoh Hans Kelsen, yang juga dipercaya untuk menyusun konstitusi
Republik Austria yang baru. Mahkamah Konstitusi Austria didirikan pada
tahun 1920 atas jasa Hans Kelsen.
• Mahkamah Konstitusi Austria inilah yang disebut sebagai mahkamah
konstitusi pertama di dunia, didesain oleh Hans Kelsen. Sebagai lembaga
peradilan khusus untuk menjamin agar konstitusi sebagai hukum yang
paling tinggi (the supreme law of the land) dapat ditegakkan dalam praktik.
• Mengikuti jejak dan contoh yang diprakarsai oleh Austria ini (Austria
Model), beberapa negara pada kurun waktu sebelum terjadinya Perang
Dunia II, juga mengadopsikan ide pembentukan Mahkamah Konstitusi
untuk melaksanakan fungsi pengujian konstitusionalitas (constitutional
review). Negara-negara yang mengikuti pola atau model Austria ini antara
lain adalah Cekoslavia (1920), Liechstein (Staatsgerichtshof, 1925), Yunani
(1927), Mesir (1941), Spanyol (1931) dan Irlandia (1937).
04/17/2020 GS_03022020
Latar Belakang

Upaya
Menjalankan mewujudkan
wewenang judicial checks and balances
review berdasarkan
prinsip demokrasi

04/17/2020 GS_03022020
Hans Kelsen
The application of the constitutional rules concerning
legislation can be effectively guaranted only if an
organ other than the legislative body is entrusted
with the task of testing whether a law is
constitutional, and of annulling it if – according to
the opinion of this organ – it is “unconstitutional”.
There may be a special organ established for this
purpose, for instance, a special court, a so-called
“constitutional court”...

-General Theory of Law and State-

04/17/2020 GS_03022020
Herman Schwartz
“A constitutional court is a child of
constitutional democracy. It cannot fulfill
its function except in such a polity, for
independence is indispensable to a well-
functioning judicial body and authoritarian
governments do not allow such independent
institutions.”
The Struggle for Constitutional Justice
in Post-Communist Europe, Chicago: The University of Chicago Press, 2000

04/17/2020 GS_03022020
Ran Hirscl
“One of the six broad scenarios of constitutionalization and the
establishment of judicial review at the national level in post
World War II era, in the “single transition” scenario, the
constitutionalization of rights and the establishment of judicial
review are noted as the by-products of a transition from a quasi-
democratic or authoritarian regime to democracy. Therefore, in
this context, Indonesia is also noted as the only Asian country
which having the similar scenario with South Africa in 1995,
several countries in Southern Europe (Greece in 1975, Portugal
in 1976, Spain in 1978) and Latin America (Nicaragua in 1987,
Brazil in 1988, Columbia in 1991, Peru in 1993, Bolivia in 1994).”
Towards Juristocracy: The Origins and Consequences
of the New Constitutionalism, Cambridge: Harvard University Press, 2004, p. 7-8

04/17/2020 GS_03022020
Model Pengujian
o Model Amerika, fungsi MK dilaksanakan MA
o Model Austria
MK berdampingan dengan MA
o Model Perancis
Adanya Dewan (council) konstitusi selain MA, yang
melakukan judicial preview
o Model Venezuela
MK merupakan salah satu kamar dari MA
o Model Inggris, Belanda, dan negara Komunis yang
tidak mengenal MK karena dianut supremasi
parlemen

04/17/2020 GS_03022020
Gagasan Mahkamah Konstitusi di Indonesia
(1)
• Gagasan Muhammad Yamin di BPUPK, tentang “Balai
Agung” yang memiliki kewenangan untuk “Membanding
Undang-Undang.”
• Gagasan ini ditentang oleh Prof. Soepomo dengan alasan
bahwa Indonesia saat itu belum menganut Trias Politica
dan belum banyak sarjana hukum yang memiliki
pengalaman judicial review.
• Pada masa berlakunya Konstitusi RIS, Mahkamah Agung
mempunyai kewenangan untuk melakukan judicial review,
tetapi terbatas untuk menguji Undang-Undang Negara
Bagian terhadap konstitusi.

04/17/2020 GS_03022020
Gagasan Mahkamah Konstitusi di
Indonesia (2)
• Pasal 95 ayat (2) UUDS 1950: “Undang-Undang tidak
dapat diganggu gugat.”
• Pada masa awal Orde Baru, pernah dibentuk Panitia Ad
Hoc II MPRS (1966-1967) yang merekomendasikan
diberikannya hak menguji material undang-undang
kepada Mahkamah Agung, yang kemudian ditolak oleh
pemerintah. Argumen pemerintah pada saat itu adalah
karena yang dapat bertindak sebagai lembaga pengawal
konstitusi hanyalah Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat.

04/17/2020 GS_03022020
Gagasan Mahkamah Konstitusi di
Indonesia (3)

• Gagasan judicial review muncul kembali pada


pembahasan RUU Kekuasaan Kehakiman, yang kemudian
disahkan menjadi UU Nomor 14 Tahun 1970. namun,
muatan tersebut dipandang merupakan muatan
Konstitusi sehingga usul tersebut ditolak. Hingga pada
akhirnya, Mahkamah Agung diberikan kewenangan
judicial review terbatas untuk menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap
undang-undang dengan ketentuan harus berada dalam
pemeriksaan tingkat kasasi yang mustahil dilaksanakan.

04/17/2020 GS_03022020
Gagasan Mahkamah Konstitusi di
Indonesia (4)
• Pasal 5 ayat (1) TAP MPR No. III/MPR/2000 menyatakan
bahwa MPR berwenang menguji UU terhadap UUD 1945 dan
TAP MPR.
• Memasuki masa reformasi, MPR tidak lagi menjadi lembaga
tertinggi negara. Dengan demikian timbul perdebatan, lembaga
mana yang berhak menguji peraturan di bawah UUD 1945.
• Ide untuk membentuk MK kembali digagas, tetapi timbul
perdebatan terkait kedudukan MK, apakah lembaga negara
terpisah dari MA atau merupakan bagian dari MA.
• MK dibentuk pada Perubahan Ketiga UUD 1945, dalam Pasal
24 ayat (2) jo. Pasal 24C.

04/17/2020 GS_03022020
Kewenangan MK

1. memberikan
1. MK wajib Menguji undang-undang
putusan atasterhadap
pendapatUUDDPR1945
mengenai
1. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
dugaan
1. Memutus
pelanggaran
1. Memutus
tentangyang
perselisihan
pembubaran
dilakukanhasil
partai
olehpemilihan
Presiden
politik dan
umum/atau
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945
Wakil Presiden menurut UUD 1945
Dasar Kewenangan
• Pasal 24C ayat (1) dan (2) UUD NRI Tahun 1945
• UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
• UU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
• PMK Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pedoman Beracara PUU
• PMK Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Beracara SKLN
• PMK Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Pembubaran Partai
Politik
• PMK Nomor 21 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Impeachment
• PMK Nomor 1 Tahun 2016 jo. PMK Nomor 1 Tahun 2017 tentang PHPU
Kepala Daerah;
• PMK Nomor 2 Tahun 2018 tentang PHPU Anggota DPR dan DPRD;
• PMK Nomor 3 Tahun 2018 tentang PHPU Anggota DPD;
• PMK Nomor 4 Tahun 2018 tentang PHPU Presiden dan Wakil Presiden;
• PMK Nomor 1 Tahun 2020 tentang Persidangan Mahkamah Konstitusi
04/17/2020 GS_03022020
Fungsi Mahkamah Konstitusi
The guardian of the
constitution, Ideology, and
Democracy
The protector of the human
rights and constitutional
citizen’s rights

The sole/final interpreter of


the constitution
04/17/2020 GS_03022020
Hukum Acara
• Sistem dan mekanisme penyelenggaraan fungsi dari suatu
lembaga negara dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat;
• Di dalamnya terdapat pengaturan tentang otoritas (kewenangan)
lembaga negara, objek, dan subjek yang mendapatkan pelayanan;
• Ketiganya kait-mengait sebagai suatu sistem di dalam suatu
proses yang terdiri atas tahapan-tahapan;
• Hukum acara menentukan berjalan atau tidaknya proses
penegakan hukum dan pelaksanaan kewenangan berdasarkan
hukum dari suatu lembaga.
• Hukum materiil tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa
adanya hukum acara yang dipahami dan dilaksanakan oleh semua
pihak yang terkait dalam suatu proses hukum.

04/17/2020 GS_03022020
Asas-Asas Hukum Acara MK
Menurut Maruarar Siahaan, terdapat 6 asas hukum Acara MK:
• Ius curia novit (pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa
hukum tidak ada atau kurang jelas, sebaliknya hakim harus memeriksa
dan mengadilinya.
• Persidangan terbuka untuk umum
• Independen dan imparsial
• Peradilan dilaksanakan secara cepat, sederhana, dan biaya ringan
• Audi et alteram partem (hak untuk didengar secara seimbang/mendengar
kedua belah pihak)
• Hakim aktif dan juga pasif dalam persidangan
• Praesumption iustae causa (praduga keabsahan): tindakan penguasa
dianggap sah sesuai aturan hukum sampai ada pembatalannya

04/17/2020 GS_03022020
Objek Sengketa
• PUU: konstitusionalitas UU dalam pengertian formil
maupun materiil;
• SKLN: konstitusionalitas kewenangan lembaga negara
yang kewenangannya diatur di dalam konstitusi;
• P3: konstitusionalitas suatu partai politik;
• PHPU: kebenaran penghitungan suara yang memengaruhi
secara signifikan terhadap perolehan kursi atau
keterpilihan;
• Pendapat DPR (Impeachment): Pendapat DPR tentang
dugaan pelanggaran hukum dan moral konstitusional
Presiden dan/atau Wakil Presiden

04/17/2020 GS_03022020
Proses Persidangan MK
Permohonan
Persidangan
• PUU • Putusan Sela
• SKLN • Pemeriksaan • Putusan
• PHPU Pendahuluan Akhir
• Pemeriksaan
Persidangan
BRPK Putusan

| PHPU Legislatif 30 hk | PHPU Pilpres 14 hk | PHPU Pemilukada 14 hk |


| Pembubaran Parpol 60 hk | Pendapat DPR 90 hr | SKLN ±1-3 bln | PUU ±3-9 bln |
Bahan Bacaan
• UUD, UU, PMK, dan putusan MK
• Yudha Bhakti Ardhiwisastra. Penafsiran dan Konstruksi Hukum. Cet. 1. Bandung: Alumni, 2000.
• Sudikno Mertokusumo. Penemuan Hukum sebuah pengantar. Cet. 3. Yogyakarta: Liberty, 2004.
• Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Jakarta: Konstitusi Press,
2005
• Abdul Mukthie Fadjar. Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi. Kerja sama Konstitusi Press,
Jakarta dan Citra Media, Yogyakarta, 2006.
• Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006.
• Jimly Asshiddiqe, Model-model Pengujian Konstitusional di Berbagai Negara, , Jakarta: Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006.
• Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan berserikat, pembubaran partai politik, dan Mahkamah Konstitusi,
Jakarta: Konstitusi Press, 2005.
• Jimly Asshiddiqie, Sengketa Kewenangan Antar Lembaga Negara, Jakarta: Konstitusi Press, 2006.
• Muchamad Ali Safa’at, Widodo Ekatjahjana, Fatmawati, et al. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi.
Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2010.
• Hamdan Zoelva, Impeachmet Presiden: Alasan Tindak Pidana Pemberhentian Presiden Menurut UUD
1945, Jakarta: Konstitusi Press, 2014.
• Ahmad Fadil Sumadi, et al, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi: Perkembangan Dalam Praktik, Depok:
Rajawali Press, 2019.
TERIMA KASIH!

04/17/2020 GS_03022020

Anda mungkin juga menyukai