Anda di halaman 1dari 16

Nama : Arham Ahmad Farhan

NPM : 110110160069

Fakultas : Hukum

Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Hukum

Macam - Macam Asas - Asas Hukum

Asas-asas Hukum Pidana

1. Audi et alteram partem atau audiatur et altera pars :


Bahwa para pihak harus didengar.
2. Bis de eadem re ne sit acto atau Ne bis in idem :
Mengenai perkara yang sama dan sejenis tidak boleh disidangkan
untuk yang keduakalinya
3. Clausula rebus sic stantibus :
Suatu syarat dalam hukum internasional bahwa suatu perjanjian antar
Negara masih tetap berlaku, apabila situasi dan kondisinya tetap sama
4. Cogitationis poenam nemo patitur :
Tiada seorangpun dapat dihukum oleh sebab apa yang dipikirkannya
5. Concubitus facit nuptias :
Perkawinan terjadi karena hubungan kelamin
6. De gustibus non est disputandum :
Mengenai selera tidak dapat disengketakan
7. Erare humanum est, turpe in errore perseverare :
Membuat kekeliruan itu manusiawi, namun tidaklah baik untuk
mempertahankan terus kekeliruan
8. Fiat justitia ruat coelum atau fiat justitia pereat mundus :
Sekalipun esok langit akan runtuh atau dunia akan musnah keadilan
harus tetap ditegakan
9. Geen straf zonder schuld :
Tiada hukuman tanpa kesalahan
10. Hodi mihi cras tibi :
Ketimpangan atau ketidak adilan yang menyentuh perasaan, tetap
tersimpan dalam hati nurani rakyat
11. In dubio pro reo :
Dalam keragu-raguan diberlakukan ketentuan yang paling
menguntungkan bagi siterdakwa
12. Juro suo uti nemo cogitur :
Tak ada seorangpun yang diwajibkan menggunakan haknya.
13. Koop breekt geen huur :
Jual beli tidak memutuskan sewa menyewa. Perjanjian sewa
menyewa tidak berubah walaupun barang yang disewanya beralih
tangannya. Lebih jelas periksa pasal 1576
14. Lex dura sed ita scripta atau lex dura sed tamente scripta :
Undang-undang adalah keras tetapi ia telah ditulis demikian. Contoh
periksa pasal 11 KUH Pidana
15. Lex niminem cogit ad impossibilia :
Undang-undang tidak memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu
yang tidak mungkin. Contoh periksa pasal 44 KUH Pidana.
16. Lex posterior derogat legi priori atau lex posterior derogat legi
anteriori:
Undang-undang yang lebih baru mengenyampingkan undang-undang
yang lama. Contohnya UU no 14/1992 tentang UU Lalu-Lintas dan
Angkutanb Jalan Mengenyampingkan Undang-Undang no 13/1965
17. Lex specialis derogat legi generali :
Undang-udang yang khusus didahulukan berlakunya dari pada
undang-undang yang umum.
18. Lex superior derogat legi inferiori :
Undang-undang yang lebih tinggi mengenyampingkan undang-undang
yang lebih rendah tingkatannya
19. Matrimonium ratum et non consummatum :
Perkawinan yang dilakukan secara formal, namun belum dianggap
jadi, mengingat belum terjadi hubungan kelamin,
20. Melius est acciepere quam facere injuriam :
Lebih baik mengalami ketidak adilan daripada melakukan
ketidakadilan
21. Modus vivendi :
Cara hidup bersama
22. Nemo plus juris transferre potest quam ipse habet :
Tak seorangpun dapat mengalihkan lebih banyak haknya daripada
yang ia miliki
23. Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali :
Tiada suatu perbuatan dapat dihukum, kecuali atas kekuatan
ketentuan pidana dalam undang-undang yang telah ada lebih dahulu
daripada perbuatan itu. Asas ini dipopulerkan oleh Anslm von
Feuerbach. Lebih jelas periksa pasal 1 ayat (1) KUH Pidana
24. Opinio necessitates :
Keyakinan atas sesuatu menurut hukum adalah perlu sebagai syarat
untuk timbulnya hukum kebiasaan
25. Pacta sunt servanda :
Setiap perjanjian itu mengikat para pihak dan harus ditaati dengan
itikad baik Lebih jelas di pasal 1338 KUH Perdata
26. Potior est qui prior est :
Siapa yang pertama dialah yang beruntung
27. Presumption of innocence :
Asas praduga tak bersalah Bahwa seseorang dianggap tidak bersalah
sebelum ada putusan hakim yang menyatakan ia bersalah dan
putusan hakim tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap
(penjelasan UU No 8/1981 tentang KUAP butir 3 c)
28. Primus inter pares :
Yang pertama(utama) diantara sesama
29. Princeps legibus solutus est Kaisar :
Tidak terikat oleh undang-undang atau para pemimpin sering berbuat
sekehendak hatinya terhadap anak buahnya
30. Quiquid est in territorio, etiam est de territorio :
Asas dalam hukum internasional yang menyatakan bahwa apa yang
berada dalam batas-batas wilayah negara tunduk kepada hukum
negara itu
31. Qui tacet consentire videtur :
Siapa yang berdiamdiri dianggap menyetujui
32. Res nullius credit occupanti :
Benda yang diterlantarkan pemiliknya dapat diambil untuk dimiliki
33. Summum ius summa injuria :
Keadilan tertinggi dapat berarti ketidak adilan tertinggi
34. Similia similibus :
Dalam perkara yang sama harus diputus dengan hal sama pula, tidak
pilih kasih
35. Testimonium de auditu :
Kesaksian dapat didengar dari orang lain
36. Unus testis nullus testis :
Satu saksi bukanlah saksi
37. Ut sementem feceris ita metes :
Siapa yang menanam sesuatu dialah yang akan memetik hasilnya.
Siapa yang menabur angin dialah yang akan menuai badai
38. Vox populi vox dei :
Suara rakyat adalah suara tuhan
39. Verba volant scripta manent :
Kata-kata biasanya tidak berbekas sedangkan apa yang ditulis tetap
ada
40. Asas Nemo plus Yuris :
bahwa orang tidak dapat mengalihkan hak melebihi hak yang ada
padanya. asas ini bertujuan melindungi pemegang hak yang selalu
dapat menuntut kembali haknya yang terdaftar atas nama siapapun.
ASAS HUKUM ACARA PIDANA.
1. Asas Legalitas :
Suatu perbuatan merupakan suatu tindak pidana apabila telah
ditentukan sebelumnya oleh undang-undang / seseorang dapat dituntut
atas perbuaatannya apabila perbuatan tersebut sebelumnya telah
ditentukan sebagai tindak pidana oleh hukum / undang-undang

2. Asas Culpabilitas. Nulla poena sine culpa :


artinya tiada pidana tanpa kesalahan.

3. Asas Opportunitas :
Penuntut umum berwenang untuk tidak melakukan penuntutan dengan
pertimbangan demi kepentingan umum.

4. Asas Presumption of Innocence ( Praduga tak bersalah ) :


Seseorang harus dianggap tidak bersalah sebelum dinyatakan bersalah
oleh putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

5. Asas in dubio pro reo.


Dalam hal terjadi keragu raguan maka yang diberlakukan adalah
peraturan yang paling menguntungkan terdakwa.

6. Asas Persamaan dimuka Hukum. :


Artinya setiap orang harus diperlakukan sama didepan hukum tanpa
membedakan suku, agama, pangkat , jabatan dan sebagainya.

7. Asas Perintah tertulis dari yang berwenang. :


Artinya bahwa setiap penangkapan, penggeledahan, penahanan dan
penyitaan harus dilakukan berdasarkan perintah tertulis dari pejabat yang
diberi wewenang oleh UU dan hanya dalam hal dan cara yang diatur oleh
UU.

8. Asas Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur
dan tidak memihak. Asas ini menghendaki proses pemeriksaan tidak
berbelit belit dan untuk melindungi hak tersangka guna mendapat
pemeriksaan dengan cepat agar segera didapat kepastian hukum. ( Pasal
24 dan 50 KUHAP).

9. Asas harus hadirnya terdakwa. Pangadilan dalam memeriksa perkara


pidana harus dengan hadirnya terdakwa.

10. Asas Terbuka untuk Umum. Sidang pemeriksaan perkara pidana harus
terbuka untuk umum, kecuali diatur oleh UU dalam perkara tertentu
seperti perkara kesusilaan, sidang tertutup untuk umum tetapi pembacaan
putusan pengadilan dilakukan dalam sidang yang terbuka untuk umum.

11. Asas Bantuan Hukum. Seseorang yang tersangkut perkara pidana


wajib diberi kesempatan untuk memperoleh Bantuan Hukum secara
cuma-cuma untuk kepentingan pembelaan dirinya ( Pasal 35 dan 36 UU
No.14 Tahun 1970 yo Pasal 54, 55 dan 56 KUHAP).

12. Putusan Hakim harus disertai alasan-alasan. Semua putusan harus


memuat alasan-alasan yang dijadikan dasar untuk mengadili. Alasan ini
harus mempunyai nilai yang obyektif.

13. Asas Nebis in idem. :


Seseorang tidak dapat dituntut lagi karena perbuatan yang sudah
pernah diajukan kemuka pengadilan dan sudah mendapat putusan
hakim yang berkekuatan hukum tetap.
14. Asas Kebenaran Material. ( kebenaran dan kenyataan ). :
Pemeriksaan dalam perkara pidana, tujuannya untuk mengatahui
apakah faktanya / senyatanya benar-benar telah terjadi pelanggaran /
kejahatan.
15. Asas ganti rugi dan rehabilitasi. :
Hak bagi tersangka / terdakwa / terpidana untuk mendapatkan ganti
rugi / rehabilitasi atas tindakan terhadap dirinya sejak dalam proses
penyidikan. Diatur dalam Pasal 95 dan 97 KUHAP.

ASAS ASAS DALAM HUKUM PERDATA DAN HUKUM ACARA


PERDATA.
1. Asas Hukum Benda merupakan Dwingendrecht. :
Hak hak kebendaan tidak akan memberikan wewenang yang lain
daripada apa yang sudah ditentukan dalam dalam undang undang.
Dengan lain perkataan, kehendak para pihak itu tidak dapat
mempengaruhi isi hak kebendaan.
2. Asas Individualiteit. :
Obyek hak kebendaan selalu merupakan barang yang individueel
bepaald, yaitu barang yang dapat ditentukan . Artinya seseorang
hanya dapat memiliki barang yang berwujud yang merupakan
kesatuan.
3. Asas Totaliteit. :
Seseorang yang mempunyai hak atas suatu barang maka ia
mempunyai hak atas keseluruhan barang itu / bagian-bagian yang
tidak tersendiri.
4. Asas Onsplitsbaarheid ( tidak dapat dipisahkan ). :
Pemisahan dari zakelijkrechten tidak diperkenankan, tetapi pemilik
dapat membebani hak miliknya dengan iura in realiena, jadi seperti
melepaskan sebagian dari wewenangnya.
5. Asas Publiciteit. :
Dalam hal pembebanan tanggungan atas benda tidak bergerak
( Hipotik ) maka harus didaftarkan didalam register umum.
6. Asas Spesialiteit. :
Hipotik hanya dapat diadakan atas benda benda yang ditunjuk
secara khusus ( letaknya, luasnya, batas-batasnya ).
7. Asas Reciprositas. :
Seorang anak wajib menghormati orang tuanya serta tunduk kepada
mereka dan orang tua wajib memelihara dan membesarkan anaknya
yang belum dewasa sesuai dengan kemampuannya masing-masing
( Pasal 298 BW , dan seterusnya ).
8. Asas Kebebasan berkontrak ( freedom of conctract / beginsel der
contractsvrijheid ). :
Para pihak berhak secara bebas membuat kontrak dan mengatur
sendiri isinya sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
9. Asas Pacta Sunt Servanda ( janji itu mengikat ). :
Suatu perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak
yang membuatnya.
10. Asas Konsensualitas. :
Suatu perjanjian sudah sah dan mengikat ketika telah tercapai
kesepakatan para pihak dan sudah memenuhi sayarat sahnya
kontrak
11. Asas Batal Demi Hukum. :
Suatu asas yang menyatakan bahwa suatu perjanjian itu batal demi
hukum apabila tidak memenuhi syarat obyektif.
12. Asas Kepribadian. :
Suatu asas yang menyatakan bahwa seseorang hanya boleh
melakukan perjanjian untuk dirinya sendiri.
13. Asas Canselling. :
Suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak
memenuhi syarat subyektif dapat dimintakan pembatalan.
14. Asas Actio Pauliana. :
Hak kreditur untuk mengajukan pembatalan terhadap segala
perbuatan yang tidak perlu dilakukan oleh debitur yang
merugikannya.
15. Asas Persamaan. :
Para kreditor mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat
terhadap barang-barang milik debitor.
16. Asas Preferensi. :
Para kreditor yang memegang hipotik, gadai dan privelegi diberi hak
prseferensi yaitu didahulukan dal;am pemenuhan piutangnya. Asas
ini merupakan penyimpangan dari asas persamaan.

17. Zakwaarneming ( 1345 BW ). :


Asas dimana seseorang yang melakukan pengurusan terhadap benda
orang lain tanpa diminta oleh orang yang bersangkutan, maka ia wajib
mengurusnya sampai tuntas.
18. Asas Droit invialablel et sarce. :
Hak milik tidak dapat diganggu gugat.
19. Asas Kepentingan.
Dalam setiap perjanjian pertanggungan ( asuransi ) diharuskan
adanya kepentingan ( Insurable interest Pasal 250 KUHD ).
20. Asas Monogami. :
Dalam suatu perkawinan seorang laki laki hanya boleh memiliki
seorang perempuan sebagai isterinya dan seorang perempuan
hanya boleh memiliki seorang suami.
21. Asas Hakim bersifat menunggu. :
Inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak diserahkan sepenuhnya
kepada yang berkepentingan. Hakim hanya menunggu saja.
22. Asas Hakim Pasif.
Ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepada
hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan oleh para pihak yang
breperkara dan bukan oleh hakim.
23. Asas Mendengar Kedua belah pihak. :
Didalam hukum acara perdata, kedua belah pihak harus
diperlakukan sama, tidak memihak dan didengar bersama-sama.
24. Asas beracara dikenakan biaya. :
Biaya ini meliputi biaya kepaniteraan, biaya materai dan biaya untuk
pemberitahuan para pihak. Namun bagi pihak yang tidak mampu
berdasarkan keteranganyang berwenang dapat berperkara tanpa
biaya ( Prodeo ).
25. Asas Actor Sequitur Forum Rei. :
Gugatan harus diajukan ditempat dimana tergugat bertempat tinggal.
26. Asas Gugatan Balasan, dapat diajukan dalam tiap perkara ( Pasal
132 a HIR ).
27. Unus Testis Nullus Testis. :
Satu saksi bukan sanksi, maksudnya keterangan seorang saksi
harus dilengkapi dengan bukti-bukti lain.
28. Asas Vermenging ( asas percampuran ). :
Seseorang tidak akan untuk kepentingannya sendiri memperoleh
hak gadai atau hak memungut hasil atas barang miliknya sendiri.
ASAS ASAS DALAM HUKUM TATA NEGARA.
1. Asas Ius Sanguinis. :
Untuk menentukan kewarga negaraan seseorang berdasarkan pertalian
darah atau keturunan dari orang yang bersangkutan.

2. Asas Ius Soli. :


Menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat / negara
dimana orang tersebut dilahirkan.

3. Asas Bipatride. :
Asas dimana seseorang dimungkinkan mempunyai kewarganegaraan
rangkap.

4. Asas Apatride. :
Seseorang sama sekali tidak memiliki kewarga negararaan.

5. Asas Desentralisasi. :
Asas dimana urusan Pemerintahan yang telah diserahkan oleh
pemerintah pusat kepada daerah, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
dan wewenang pemerintah daerah yang bersangkutan.

6. Asas Dekonsentralisasi. :
Asas dimana Urusan Pemerintah Pusat yang tidak dapat diserahkan
kepada pemerintah daerah dilakukan oleh perangkat pemerintah pusat
didaerah yang bersangkutan.

7. Asas Medebewind ( Tugas Pembantuan ). :


Penentuan kebijaksanaan, perencanaan dan pembiayaan tetap ditangan
pemerintah pusat tetapi pelaksanaannya ada pada pemerintah daerah.

8. Asas Welfare state ( negera kesejahteraan ). :


Pemerintah Pusat bertugas menjaga keamanan dalam arti seluas-
luasnya dengan mengutamakan kesejahteraan rakyat.

9. Asas Priorrestraint ( kendali dini ). :


Suatu asas yang mempunyai makna pencegahan untuk mengadakan
unjuk rasa setelah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.

10. Asas Non Lisensi, :


yaitu suatu asas yang lebih terkait dengan kemerdekaan atau kebebasan
menyampaikan pendapat dalam bentuk tulisan.
11. Asas Naturalisasi ( pewarganegaraan ). :
Suatu asas dimana seseorang yang telah dewasa dapat mengajukan
permohonan menjadi warga negara ( Indonesia ) melalui Pengadilan
Negeri.

ASAS ASAS DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA.


1. Asas Ne Bis Vexari Rule. :
Merupakan asas yang menghendaki agar setiap tindakan administrasi
negara harus didasarkan atas undang undang dan hukum.

2. Asas Principle of legality ( kepastian hukum ). :


Asas yang menghendaki dihormatinya hak yang telah diperoleh
seseorang berdasarkan keputusan badan atau pejabat administrasi
negara.

3. Principle of proportionality ( asas keseimbangan ). :


Asas yang menghendaki proporsi yang wajar dalam penjatuhan hukuman
bagi pegawai yang melakukan kesalahan.

4. Principle of equality ( asas Kesamaan dalam pengambilan keputusan ).


:
Dalam menghadapi suatu kasus dan fakta yang sama, seluruh alat
administrasi negara harus dapat mengambil keputusan yang sama.

5. Principle of Carefness ( asas bertindak cermat ). :


Asas yang menghendaki agar administrasi negara senantiasa bertindak
hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat.

6. Principle of Motivation ( asas motifasi untuk setiap keputusan ). :


Dalam mengambil suatu keputusan, pejabat administrasi negara /
pemerintah harus bersandar pada alasan / motifasi yang kuat, benar, adil
dan jelas.

7. Principle of non Minuse of Competence ( asas jangan mencampur


adukkan kewenangan ). :
Dalam pengambilan suatu keputusan, pejabat administrasi negara jangan
menggunakan kewenangan atau kekuasaan.

8. Principle of Fair Play ( Asas Permainan yang layak ). :


Agar Pejabat Pemerintah / administrasi negara memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada warga negara / masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang benar dan adil.
9. Principle of Resonable or Prohibition of Arbitrariness. (Asas Kewajaran
dan keadilan ). :
Dalam melakukan tindakan, pemerintah tidak boleh berlaku sewenang-
wenang atau berlaku tidak wajar / layak.

10. Principle of meeting Raised Expectation ( Menanggapi harapan yang


wajar ). :
Asas yang menghendaki agar pemerintah dapat menimbulkan
pengharapan-pengharapan yang wajar bagi kepentingan rakyat.

11. Principle of undoing the Consequence of annule Decision. :


Asas yang meniadakan akibat-akibat dari Pembatalan suatu keputusan.

12. Principle of Protecting the personal way of life. :


Asas perlindungan terhadap Pandangan hidup setiap pribadi.

13. Principle of public service ( asas Penyelenggaraan kepentingan umum


). :
Agar pemerintah dalam melaksanakan tugasnya selalu mengutamakan
kepentingan umum.

14. Asas Kebijaksanaan ( Sapientia ). :


Pejabat Administrasi negara senantiasa harus selalu bijaksana dalam
melaksanakan tugasnya.

ASAS ASAS PERADILAN ADMINISTRASI.


1. Asas Kesatuan Beracara. Untuk menegakkan hukum material, maka
harus ada kesatuan atau keseragaman beracara bagi peradilan
administrasi diseluruh wilayah negara.

2. Asas Keterbukaan Persidangan. Pada asasnya sidang terbuka untuk


umum, kecuali apabila sengketa yang disidangkan menyangkut ketertiban
umum atau berkaitan dengan keselamatan negara, tetapi putusannya
tetap dibacakan dalam sidang yang terbuka untuk umum.

3. Asas Musyawarah dan Perdamaian. Asas ini memungkinkan para pihak


untuk bermusyawarah guna mencapai perdamaian diluar persidangannya.
Konsekwensinya Penggugat mencabut gugatannya. Apabila pencabutan
gugatan ini dikabulkan , maka Hakim ( Ketua Majelis ) memerintahkan
kepada Panitera untuk mecoret gugatan dari register perkara. Perintah
pencoretan ini harus diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk
umum.

4. Asas Hakim Aktif. Untuk menemukan kebenaran materiil atas sengketa


yang diperiksanya maka hakim berperan aktif.
5. Asas Pembuktian Bebas. Hakim tidak terikat terhadap alat bukti yang
diajukan para pihak dan penilaian pembuktian diserahkan sepenuhnya
kepada hakim. Hakim dapat menguji aspek lainnya diluar sengketa.

6. Asas Audit Et Alteram Partem. :


Asas ini mewajibkan pada hakim untuk mendengar kedua belah pihak
secara bersama-sama, termasuk dalam hal kesempatan memberikan alat-
alat bukti dan menyampaikan kesimpulan. Asas ini merupakan
implementasi asas persamaan.

7. Asas Het Vermoeden van Rechtmatigheid atau Presumtio Justea


Causa. :
Asas ini menyatakan bahwa demi kepastian hukum, setiap keputusan tata
usaha negara yang dikeluarkan harus dianggap benar menurut hukum,
karenanya dapat dilaksanakan lebih dahulu selama belum dibuktikan
sebaliknya dan belum dinyatakan oleh Hakim Administrasi sebagai
keputusan yang bersifat melawan hukum.

8. Asas Pemeriksaan Segi Rechtmatigheid dan Larangan Pemeriksaan


Segi Doelmatigheid. :
Hakim tidak boleh atau dilarang melakukan pengujian dari segi
Kebijaksanaan (doelmatigheid) suatu keputusan yang disengketakan
meskipun Hakim tidak sependapat dengan keputusan tersebut, sebatas
keputusan itu bukan merupakan keputusan yang bersifat sewenang-
wenang ( willikeur / a bus de droit ). Jadi Hakim hanya berwenang
memeriksa segi rechmatigheid suatu keputusan tata usaha negara,
karena hal itu berkaitan dengan asas legalitas dimana setiap tindakan
pemerintah harus berdasarkan atas hukum.

9. Asas Pengujian Ex tune. :


Pengujian Hakim Peradilan Administrasi hanya terbatas pada fakta fakta
atau keadaan hukum pada saat keputusan tata usaha negara dikeluarkan.

10. Asas Kompensasi. :


Pemulihan hak-hak penggugat dalam kemampuan kedudukan, harkat
dan martabatnya sebagai pegawai negeri seperti semula, sebelum adanya
keputusan yang disengketakan.Apabila Tergugat tidak mungkin
dikembalikan pada jabatan semula maka dapat ditempuh cara lain dengan
membayar sejumlah uang atau bentuk kompensasi lainnya.

11. Asas Putusan Bersifat Erga Omnes. :


Putusan Hakim Peradilan administrasi mempunyai kekuatan mengikat
terhadap sengketa yang mengandung persamaan yang mungkin timbul
dimasa datang.
12. Asas Netral. :
Peradilan Administrasi harus bebas dan merdeka.

13. Asas Sederhana, Cepat, Adil, Mudah dan Murah. Maksudnya,


prosedur beracara dirumuskan dengan sederhana dan mudah dimengerti
serta tidak berbelit-belit, dengan biaya yang ringan yang terjangkau oleh
pencari keadilan.

14. Asas Negara Hukum Indonesia. Eksistensi Peradilan Administrasi


merupakan perwujudan dari cita-cita negara hukum dan salah satu unsur
Negara Hukum adalah Peradilan Administrasi.

ASAS ASAS DALAM HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM


PERDATA INTERNASIONAL.

1. Asas Independent ( kemerdekaan ). :


Suatu Negara berdiri sendiri, merdeka dari dari negara lainnya.

2. Asas Exteritorial. :
Seorang Diplomat / Duta yang ditugaskan disuatu negara harus dianggap
berada diluar wilayah negara dimana dia ditempatkan tersebut.

3. Asas Souvereignity. :
Kedaulatan suatu negara mempunyai kekuasaan yang tertinggi.

4. Asas Receprocitet. :
Apabila suatu negara menerima duta dari negara sahabat, maka negara
itu juga harus mengirimkan dutanya.

5. Asas Statuta mixta. :


Dalam menghukum suatu perbuatan, digunakan hukum negara dimana
perbuatan itu dilakukan.

6. Asas Personalitas. :
Asas untuk menentukan status personal pribadi seseorang yang berlaku
baginya adalah Hukum Nasionalnya / negaranya ( Lex Partriae ).

7. Asas Teritorialitas. Yang berlaku bagi seseorang adalah hukum negara


dimana dia berdomilisi ( Lex domicili ).

8. Mobilia Personam Sequuntur. :


Status hukum benda-benda bergerak mengikuti status hukum orang yang
menguasainya.
9. Lex Rei Sitae, Lex Situs. :
Status hukum benda tidak bergerak / tetap, tunduk kepada hukum dimana
benda itu berada (Statuta realita).

10. Lex Loci Contractus. :


Dalam Perjanjian Perdata Internasional, hukum yang berlaku adalah
hukum negara dimana perjanjian dibuat.

11. Lex Loci Solotionis. :


Hukum yang berlaku adalah hukum negara dimana perjanjian itu
dilaksanakan.

12. Lex Loci Delicti Commissi. :


Apabila terjadi perbuatan melanggar hukum / wan prestasi, maka yang
berlaku adalah hukum negara dimana penyelewengan perdata itu terjadi.

13. Lex Fori. :


Dalam hal terjadi penyelewengan perdata, hukum yang berlaku adalah
hukum negara dimana perkara diadili.

14. Lex Loci Actus. :


Berlaku hukum dimana dilakukannya suatu perbuatan hukum.

15. Lex Partriae. :


Hukum yang berlaku bagi para pihak atau salah satu pihak dalam
berperkara adalah Hukum kewarganegaraannya.

16. Lex Locus Delicti. :


Hukum yang berlaku untuk menyelesaikan suatu perkara adalah hukum
dimana perbuatan hukum tersebut dilakukan.

17. Lex Causae. :


Hukum yang akan dipergunakan adalah hukum yang berlaku bagi
persoalan pokok ( pertama ) yang mendahului persoalan yang akan
diselesaikan kemudian.

18. Lex Actus. :


Hukum dari negara yang mempunyai hubungan erat dengan transaksi
yang dilakukan.

19. Lex Originis. :


Ketentuan hukum mengenai status dan kekuasaan atas subyek hukum
tetap berlaku diluar negeri.

20. Lex Loci Celebrationis. :


Syarat formalitas berlangsungnya perkawinan, berlaku hukum dari negara
dimana perkawinan dilangsungkan. ( locus regit actum ).

21. Monogami. :
Asas dalam suatu perkawinan dimana seorang laki-laki hanya boleh
memiliki seorang perempuan sebagai isteri dan seorang perempuan
hanya boleh memiliki seorang suami.

22. Poligami. :
Asas dimana dalam suatu perkawinan seorang laki-laki diperbolehkan
memiliki lebih dari seorang isteri.

23. Resiprositas. :
Asas Timbal balik / Pembalasan. Ini biasanya berlaku dalam hal hak dan
kewjiban suatu negara terhadap negara lain.

ASAS ASAS DALAM HUKUM ADAT.


1. Asas Communal ( sifat kebersamaan ). Manusia menurut hukum adat
merupakan makhluk dalam ikatan kemasyarakatan yang erat dengan rasa
kebersamaan meliputi seluruh lapangan hukum adat.

2. Mempunyai sifat yang sangat Visuil. Artinya, hubungan-hubungan


hukum dianggap hanya terjadi oleh karena ditetapkan dengan suatu
ikatan yang dapat dilihat. ( tanda yang kelihatan ).

3. Bersifat serba kongkrit. Hukum adat sangat memperhatikan banyaknya


dan berulang-ulangnya perhubungan-perhubungan dalam hidup yang
kongkrit. Sistem hukum adat mempergunakan bentuk perhubungan
hukum yang serba kongkrit, misalnya bagaimana keadaan teman-teman
dalam kelompok masyarakat, perhubungan perkawinan antara dua klan
yang eksogen, perhubungan jual beli pada perjanjian atas tanah dan
sebagainya.

ASAS ASAS DALAM HUKUM PAJAK.


1. Asas Legal. :
Setiap pungutan pajak harus didasarkan atas undang-undang.

2. Asas Domisili ( tempat tinggal ). Negara dimana seseorang ( wajib pajak


) berkediaman, berhak mengenakan pajak terhadap wajib pajak tersebut
dari semua pendapatan dimana saja didapat.

3. Asas Sumber. Cara pemungutan pajak yang tergantung atau


didasarkan pada adanya sumber disuatu negara. Negara dimana sumber
sumber penghasilan itu berada, berhak memungut pajak, dengan tidak
mengingat dimana wajib pajak berada.

4. Asas kepastian hukum. :


Hakekat perpajakan tidak menimbulkan pengertian ganda agar tidak
menimbulkan kesempatan untuk melakukan penyimpangan.

5. Asas Sederhana. :
Peraturan perpajakan haruslah sederhana/ simpel sehingga tidak bisa
terjadi berbagai penafsiran.

6. Asas Adil. :
Pajak ditekankan pada keadilan, dengan membebankan pajak sesuai
daya pikul masyarakat.

6. Asas Ekonomis, effisien. :


Pajak dipungut untuk membangun sarana-sarana bagi kepentingan
masyarakat ( kurang mampu ) . Dan dengan biaya pungutan yang
serendah-rendahnya.

7. Asas Non Distorsi. :


Pajak tidak boleh menimbulkan distorsi ekonomi, inflasi, psikologikal
effeck dan kerusakan-kerusakan.

ASAS ASAS DALAM HUKUM AGRARIA.


1. Asas Dikuasai oleh Negara. Asas ini didasarkan pada Pasal 31 ayat (3)
yo Pasal 2 UUPA, yang menyatakan bahwa bumi, air dan ruang angkasa
termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara. Dikuasai artinya berbeda dengan dimiliki.

2. Asas Hak Milik Berfungsi Sosial. Maksudnya penggunaan tanah hak


milik tetap harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat dari pada
haknya, hingga bermanfaat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi
pemilik maupun bagi masyarakat luas *dianut dalam UUPA (Undang-
Undang Pokok Agraria)

Anda mungkin juga menyukai