Asas hukum sangatlah penting karena dari asas tersebut kita mengetahui, Apakah suatu
peraturan sudah mencapai suatu tujuan yakni, kepastian hukum, keadilan serta
kemanfaatan. Jadi apakah yang dimaksud dengan asas dalam suatu peraturan?
Satjipto Rahardjo menyebutkan asas hukum ini merupakan jantungnya ilmu hukum. Kita
menyebutkan demikian karena pertama, ia merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya
suatu peraturan hukum.
Scholten mengatakan asas hukum adalah kecenderungan-kecenderungan yang
disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum, merupakan sifat-sifat umum
dengan segala keterbatasannya sebagai pembawaan yang umum itu, tetapi yang tidak
boleh tidak harus ada.
Bellefroid berpendapat bahwa asas hukum umum adalah norma dasar yang dijabarkan dari
hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih
umum. Asas hukum merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat.
Dari ketiga pendapat ahli tersebut penulis menyimpulkan, bahwa asas hukum
adalah landasan ataudasar-dasar umum yang terkandung dalam peraturan hukum, dasar-
dasar umum tersebut merupakan sesuatu yang mengandung norma serta nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat.
1. Asas fiksi atau asas dimana setiap orang dianggap telah mengetahui Undang-
undang setelah diundangkan dalam lembaran negara.
2. Asas Non Retro aktif atau asas dimana suatu undang-undang tidak boleh berlaku
surut.
3. Lex posteriori derogat legi priori yaitu Undang-undang yang lama dinyatakan
tidak berlaku apabila ada undang-undang yang baru yang mengatur hal yang sama.
4. Lex Superior derogat legi inforiori yaitu Hukum yang lebih tinggi derajatnya
mengesampingkan hukum atau peraturan yang derajatnya dibawahnya.
5. Lex spesialis derogat legi generalist yaitu Undang-undang yang bersifat khusus
mengesampingkan undang-undang yang bersifat umum.
1. Asas Hukum Benda merupakan Dwingendrecht. Hak -hak kebendaan tidak akan
memberikan wewenang yang lain daripada apa yang sudah ditentukan dalam dalam
undang-undang. Dengan arti lain, kehendak para pihak itu tidak dapat mempengaruhi isi
hak kebendaan.
2. Asas Individualiteit. Obyek hak kebendaan selalu merupakan barang yang
individueel bepaald, yaitu barang yang dapat ditentukan . Artinya seseorang hanya dapat
memiliki barang yang berwujud yang merupakan kesatuan.
3. Asas Totaliteit. Seseorang yang mempunyai hak atas suatu barang maka ia
mempunyai hak atas keseluruhan barang itu / bagian-bagian yang tidak tersendiri.
4. Asas Onsplitsbaarheid ( tidak dapat dipisahkan ). Pemisahan dari zakelijkrechten
tidak diperkenankan, tetapi pemilik dapat membebani hak miliknya dengan iura in realiena,
jadi seperti melepaskan sebagian dari wewenangnya.
5. Asas Vermenging ( asas percampuran ). Seseorang tidak akan untuk
kepentingannya sendiri memperoleh hak gadai atau hak memungut hasil atas barang
miliknya sendiri.
6. Asas Publiciteit. Dalam hal pembebanan tanggungan atas benda tidak bergerak
( Hipotik ) maka harus didaftarkan didalam register umum.
7. Asas Spesialiteit. Hipotik hanya dapat diadakan atas benda – benda yang ditunjuk
secara khusus ( letaknya, luasnya, batas-batasnya ).
8. Asas Reciprositas. Seorang anak wajib menghormati orang tuanya serta tunduk
kepada mereka dan orang tua wajib memelihara dan membesarkan anaknya yang belum
dewasa sesuai dengan kemampuannya masing-masing ( Pasal 298 KUHPerdata dan
seterusnya ).
9. Asas Kebebasan berkontrak (freedom of conctract/beginsel der
contractsvrijheid). Para pihak berhak secara bebas membuat kontrak dan mengatur
sendiri isinya sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku.
10. Asas Pacta Sunt Servanda ( janji itu mengikat ). Suatu perjanjian berlaku sebagai
undang-undang bagi para pihak yang membuatnya (pasal 1338 Kuhperdata)
11. Asas Konsensualitas. Suatu perjanjian sudah sah dan mengikat ketika telah
tercapai kesepakatan para pihak dan sudah memenuhi sayarat sahnya kontrak (pasal 1320
Kuhperdata)
12. Asas Batal Demi Hukum. Suatu asas yang menyatakan bahwa suatu perjanjian itu
batal demi hukum apabila tidak memenuhi syarat obyektif.
13. Asas Kepribadian. Suatu asas yang menyatakan bahwa seseorang hanya boleh
melakukan perjanjian untuk dirinya sendiri.
14. Asas Canselling. Suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak
memenuhi syarat subyektif dapat dimintakan pembatalan.
15. Asas Actio Pauliana. Hak kreditur untuk mengajukan pembatalan terhadap segala
perbuatan yang tidak perlu dilakukan oleh debitur yang merugikannya.
16. Asas Persamaan. Para kreditor mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat
terhadap barang-barang milik debitor.
17. Asas Preferensi. Para kreditor yang memegang hipotik, gadai dan privelegi diberi
hak prseferensi yaitu didahulukan dal;am pemenuhan piutangnya. Asas ini merupakan
penyimpangan dari asas persamaan.
18. Asas Zakwaarneming ( 1345 KuhPerdata). Asas dimana seseorang yang
melakukan pengurusan terhadap benda orang lain tanpa diminta oleh orang yang
bersangkutan, maka ia wajib mengurusnya sampai tuntas.
19. Asas Droit invialablel et sarce. Hak milik tidak dapat diganggu gugat.
20. Asas Kepentingan. Dalam setiap perjanjian pertanggungan ( asuransi ) diharuskan
adanya kepentingan ( Insurable interest – Pasal 250 KUHD ).
21. Asas Monogami. Dalam suatu perkawinan seorang laki -laki hanya boleh memiliki
seorang perempuan sebagai isterinya dan seorang perempuan hanya boleh memiliki
seorang suami.
22. Asas Hakim bersifat menunggu. Inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak
diserahkan sepenuhnya kepada yang berkepentingan. Hakim hanya menunggu saja.
23. Asas Hakim Pasif. Ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepada
hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan oleh para pihak yang breperkara dan bukan
oleh hakim.
24. Asas Audi Et Alteram Partem (Mendengar Kedua belah pihak). Didalam hukum
acara perdata, kedua belah pihak harus diperlakukan sama oleh hakim, tidak memihak dan
didengar bersama-sama.
25. Asas Actor Sequitur Forum Rei. Gugatan harus diajukan ditempat dimana
tergugat bertempat tinggal (kompentensi relatif peradilan).
26. Asas Beracara di Kenakan biaya bahwa untuk beracara pada asasnya di kenakan
biaya (pasal 3 ayat 2 UU no 4 tahun 2004 jo pasal 121 ayat 4, 182,183 HIR jo145 ayat 4,
192-194 Rbg). Biaya perkara ini meliputi biaya kepaniteraan, dan biaya untuk pengadilan,
pemberitahuan para pihak serta biaya materai.