Oleh:
(2010111136)
ASAS-ASAS DALAM PERADILAN PIDANA
Asas merupakan tipe putusan tertentu yang dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk
menilai situasi atau digunakan sebagai pedoman berperilaku, salah satuya yaitu asas hukum
yangmerupakan pikiran dasar yang umum nan abstrak atau merupakan latar belakang peraturan
konkret yang terdapat dalam setiap sistem hukum yang menjelma dalam peraturan perundang-
undangan dan putusan hakim.
“Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di muka
sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.”
3. Asas oportunitas
Asas Oportunitas merupakan suatu asas dimana penuntut umum tidak diwajibkan untuk
menuntut seseorang jika penuntutannya akan merugikan kepentingan umum. Pada dasarnya asas
ini merupakan penyimpangan terhadap asas legalitas. Artinya, demi kepentingan umum, asas
legalitas tersebut dikecualikan. Dalam praktek, istilah asas oportunitas disebut dengan istilah
“deponering”.
Asas ini tidak dapat digunakan secara sembarangan. Asas ini hanya berlaku jika kepentingan
umum benar-benar dirugikan, selain itu tidak semua jaksa dapat memberlakukan asas ini.
Artinya, hanya “Jaksa Agung” yang dapat melaksanakan asas ini sebagaimana diatur oleh Pasal
35 c UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan , yaitu sebagai berikut :
“Jaksa Agung dapat menyampingkan perkara berdasarkan kepentingan umum.”
1. Pra peradilan dipimpin oleh Hakim Tunggal yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Negeri
dan dibantu oleh seorang Panitera (Pasal 78 ayat (2) KUHAP).
2. Pada penetapan hari sidang, sekaligus memuat pemanggilan pihak pemohon dan
termohon pra peradilan.
3. 1Dalam waktu 7 (tujuh) hari terhitung permohonan pra peradilan diperiksa, permohonan
tersebut harus diputus.
4. 1Pemohon dapat mencabut permohonan¬nya sebelum Pengadilan Negeri menjatuhkan
putusan apabila disetujui oleh termohon. Kalau termohon menyetujui usul pencabutan
permohonan tersebut, Pengadilan Negeri membuat penetapan tentang pencabutan
tersebut.
5. 1Dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan sedangkan pemeriksaan
pra peradilan belum selesai maka permohonan tersebut gugur. Hal tersebut dituangkan
dalam bentuk penetapan.
1. Putusan pra peradilan tidak dapat dimintakan banding (Pasal 83 ayat (1), kecuali terhadap
putusan yang menyatakan “tidak sahnya” penghentian penyidikan dan penuntutan (Pasal
83 ayat (2) KUHAP).
2. Dalam hal ada permohonan banding terhadap putusan pra peradilan sebagaimana
dimaksud Pasal 83 ayat (1) KUHAP, maka permohonan tersebut harus dinyatakan tidak
diterima.
3. Pengadilan Tinggi memutus permintaan banding tentang tidak sahnya penghentian
penyidikan dan penuntutan dalam tingkat akhir.
4. Terhadap Putusan pra peradilan tidak dapat diajukan upaya hukum kasasi.
Sumber: Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Pidana Umum dan Pidana Khusus,
Buku II, Edisi 2007, Mahkamah Agung RI, 2008, hlm. 54-56.