NPM : 20600040
Group :A
2. Asas Legalitas
Asas legalitas diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) yang menjelaskan bahwa “Suatu perbuatan tidak dapat dipidana,
kecuali berdasarkan kekuatan perundang-undangan pidana yang telah ada”. Dengan
kata lain, asas legalitas adalah “tidak ada suatu perbuatan yang dapat dipidana tanpa
ada peraturan yang mengaturnya (nullum delictum nulla poena sine lege poenali).
Namun, dalam hukum acara pidana, asas legalitas memiliki makna setiap Penuntut
Umum wajib segera mungkin menuntut setiap perkara. Artinya, asas legalitas lebih
dimaknai setiap perkara hanya dapat diproses di pengadilan setelah ada tuntutan dan
gugatan terhadapnya. Sedangkan penyimpangan terhadap asas ini dikenal dengan asas
oportunitas yang berarti bahwa demi kepentingan umum, Jaksa Agung dapat
mengesampingkan penuntutan perkara pidana. Dalam KUHAP (Pasal 1 angka 14,
Pasal 17, dan Pasal 21 (1), dan Pasal 77).
9. Asas Pemberian Ganti Rugi Dan Rehabilitasi Atas Salah Tangkap, Salah Tahan,
Dan Salah Tuntut
Tersangka, terdakwa, terpidana atau ahli warisnya berhak menuntut ganti kerugian
karena ditangkap, ditahan, dituntut, dan diadili tanpa alasan yang sah menurut
undang-undang atau kekeliruan orangnya atau kekeliruan terhadap hukum yang
diterapkan. Penuntutan kerugian tersebut dapat diajukan dalam sidang praperadilan
apabila perkaranya belum atau tidak dilimpahkan ke Pengadilan Negeri, tetapi apabila
perkaranya telah diperiksa di Pengadilan Negeri maka tuntutan ganti kerugian dapat
diajukan ke Pengadilan Negeri yang memeriksa perkara tersebut baik melalui
penggabungan perkara maupun gugatan perdata biasa baik ketika perkara pidananya
diperiksa maupun setelah ada putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
terhadap perkara pidana yang bersangkutan.
Perlindungan hukum terhadap tersangka, terdakwa atau terpidana untuk menuntut
ganti kerugian dan rehabilitasi melalui sidang praperadilan sebagaimana telah diatur
dalam :
a) Pasal 1 angka 10 huruf c “permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh
tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya
tidak diajukan ke pengadilan.”
b) Pasal 1 angka 22 KUHAP “Ganti kerugian adalah hak seorang untuk
mendapat pemenuhan atas tuntutannya yang berupa imbalan sejumlah uang
karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang
berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau
hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang in.”
c) Pasal 68 KUHAP “Tersangka atau terdakwa berhak menuntut ganti kerugian
dan rehabilitasi sebagaimana diatur dalam Pasal 95.”
d) Pasal 77 huruf b KUHAP “Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang
yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
e) Pasal 95 ayat 1 KUHAP “Tersangka, terdakwa atau terpidana berhak
menuntut ganti kerugian karena ditangkap, ditahan, dituntut dan diadili atau
dikenakan tindakan lain, tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau
karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan.”
f) Pasal 97 KUHAP : (1) Seorang berhak memperoleh rehabilitasi apabila oleh
pengadilan diputus bebas atau diputus lepas dari segala tuntutan hukum yang
putusannya telah mempunyai kekuatan hukum tetap. (2) Rehabilitasi tersebut
diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam putusan pengadilan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1). (3) Permintaan rehabilitasi oleh tersangka atas
penangkapan atau penahanan tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang
atau kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) yang perkaranya tidak diajukan ke
pengadilan negeri diputus oleh hakim praperadilan yang dimaksud dalam
Pasal 77.
g) Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman
“Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, atau diadili tanpa alasan
berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau
hukum yang diterapkannya, berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi”.